You are on page 1of 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fisika adalah salah satu ilmu dasar memegang peranan penting dalam

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Agus Tina Sari Dalam Trianto,

2010:137). Oleh sebab itu pembelajaran fisika sangat bermanfaat bagi kehidupan

mereka di masa yang akan datang. Fisika merupakan pembelajaran yang dapat

memberikan banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa manfaat dari

belajar fisika dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis, deduktif

dengan menggunakan berbagai peristiwa alam dan penyelesaian masalah baik

secara kualitatif maupun secara kuantitatif .

Oleh sebab itu berbagai usaha dilakukan oleh pemerintah dalam

melakukan perbaikan kurikulum, penataan guru, dan memperbaiki sarana

prasarana, agar lebih menghasilkan sumber daya manusia yang handal dan

menguasai teknologi. Akan tetapi dengan adanya kemajuan teknologi siswa lebih

banyak menyalahgunakan teknologi untuk hal-hal yang tidak mendatangkan

manfaat.

Berdasarkan hasil observasi yang telah di lakukan di salah satu Sekolah

Menengah Atas yang ada di kota Ternate. Di dapati masih banyak siswa yang

lebih senang untuk menggunakan waktu yang luang untuk bermain, bagi yang

memiliki gadjet mereka lebih memilih untuk membuka facebook dan websait

lainnya yang mereka miliki dibandingkan mengerjakan soal-soal latihan

1
khususnya pada pembahasan kali ini mengarah pada pelajaran fisika. Maka tidak

heran jika dijumpai masih banyak siswa yang memiliki hasil belajar yang rendah.

Selain itu, dari informasi yang saya dapatkan dari salah satu guru yang

sudah mengabdi di salah satu sekolah menengah yang ada di Ternate rendahnya

hasil belajar siswa juga dipengaruhi oleh metode mengajar guru, dimana guru

mengajar membosankan dan yang jarang memberikan kesempatan kepada siswa

untuk berinteraksi dengan teman sejawat selain itu masih ada juga guru yang

jarang masuk dan lebih memilih untuk meninggalkan catatan pada siswa tanpa

bimbingan.

Sehingganya dengan berbagai informasi dan dari hasil wawancara yang

saya dapatkan, untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran

fisika yang erat kaitannya dengan hasil belajar siswa maka saya akan melakukan

eksperimen dengan bantuan model pembelajaran Number Head Together (NHT).

Oleh sebab itu dari berbagai uraian masalah yang telah saya sampaikan maka

peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian eksperimen. Dimana pada penelitian

kali ini menggunakan model pembelajaran Number Head Together (NHT).

Harapan peneliti dari penggunaan model Number Head Together dapat

meningkatkan motivasi dan mempengaruhi hasil belajar siswa khususnya pada

mata pelajaran fisiska.

Numbered Heads Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama

adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi peserta didik dan sebagai alternatif terhadap struktur

kelas tradisional. Untuk lebih jelasnya maka akan diuraikan pada kajian pustaka.

2
Model pembelajaran kooperatif ini dapat menjadi sarana untuk mengubah

paradigma pembelajaran dari yang semula teacher centered menjadi student

centered. Adanya perubahan paradigma ini tentunya akan menjadikan siswa

menjadi lebih aktif dan berperan lebih banyak dalam proses pembelajaran yang

pada akhirnya akan menjadi sarana untuk dapat mengembangkan kreativitasnya.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) DAN

MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA

MATERI USAHA DAN ENERGI KELAS XI MIA 1 SMA N 1 KOTA

TERNATE”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

dapat diidentifikasi masalah yang terkait dengan penelitian antara lain:

1. Rendahnya motivasi belajar siswa.

2. Model pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi.

3. Kurangnya pemahaman dan penguasaan guru pada model pembelajaran.

C. Batasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan maka perlu dilakukan pembatasan dalam

penelitian ini sebagai berikut.

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran

Kooperatif tipe Number Head Together (NHT)

3
2. Subjek yang diteliti adalah siswa kelas XI MIA 1 semester I T.P

2018/2019 di SMA N 1 Kota Ternate.

3. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran fisika pada materi pokok Usaha

dan Energi

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang akan

diteliti adalah :

1. Apakah ada peningkatan motivasi belajar siswa setelah menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

pada materi usaha dan energi ?

2. Apakah ada peningkatan hasil belajar siswa setelah mengguanakn model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada

materi usaha dan energi ?

3. Apakah setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT) pada materi usaha dan energi terdapat

peningkatan pemahaman dan penguasaan guru pada model pembelajaran ?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa setelah menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada

materi usaha dan energi.

2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa setelah mengguanakan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada

materi usaha dan energi.

4
3. Agar setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Heads Together (NHT) pada materi usaha dan energi terdapat peningkatan

pemahaman dan penguasaan guru pada model pembelajaran.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara Teoritis

Sebagai masukan bagi penelitian lain dalam melakukan penelitian

lebih lanjut.

2. Manfaat Secara Praktis

a) Untuk Guru

1) Bagi guru sebagai informasi dan memberikan wawasan tentang

model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

(NHT) pada pembelajaran fisika khususnya pada materi usaha dan

energi.

2) Untuk memberikan informasi hasil belajar siswa dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered

Heads Together (NHT) pada pembelajaran fisika khususnya pada

materi usaha dan energi.

b) Untuk Siswa

Dengan adanya penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT) pada pembelajaran fisika, siswa

diharapkan dapat termotivasi untuk belajar dan senang dengan

pelajaran fisika sehingga dapat memperoleh hasil belajar sesuai dengan

5
syarat ketuntasan atau melebihi standar ketuntasan yang telah

ditentukan di sekolah.

c) Untuk Peneliti

1) Menambah pengetahuan dan memperluas wawasan penulis tentang

model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together

(NHT) yang dapat digunakan nantinya dalam mengajar.

2) Untuk mengetahui keberhasilan dari penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Belajar

Menurut Syah (Jihad dan Haris, 2012:1). Belajar adalah kegiatan

proses penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, hal ini bearti

keberhasilann mencapai tujuan pendidikan sangat tergantung pada

keberhasilan proses belajar siswa di sekolah dan lingkungan sekitarnya.

Menurut Sudjana, (Jihad dan Haris, 2012:2) berpendapat belajar

adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri

seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditujukan dalam

berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan

tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-

aspek yang ada pada individu yang belajar. Belajar sebagai peruahan

tingkah laku seseorang terhadap suatu stuasi tertentu yang disebabkan oleh

pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu dimana perubahan

tingkah laku tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon

pembawaan kematangan. Ngalim Purwanto (Namsa, 2006:155).

Belajar adalah perubahan tingkah laku individu dalam kebiasaan,

pengetahuan, dan sikap. Seseorang dikatakan belajar kalau ada perubahan

dari tidak tahu menjadi tahu, dalam pengertian ini belajar bertumpu pada

7
adanya perubahan, yakni perubahan pada peta seseorang yang belajar dari

tidak tahu menjadi tahu (Namsa, 2000:103).

Belajar merupakan proses dalam diri individu yanng berinteraksi

dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya,

menurut Winkel (Purwanto, 2009: 39).

Belajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam

interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-

perubahan dalam pengetahuan, keteramapilan dan sikap. Perubahan itu

diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan), menetap dalam

waktu yang relatif lama dan merupakan hasil pengalaman.

2. Motivasi Belajar

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling

mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif

permanen dan secara potensial sebagai hasil dan praktik atau penguatan

(reinforced pratice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.

Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat

keinginan berhasil, dan dorongan kebutuhan belajar, harapan, akan cita-

cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya pengharagaan,

lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik.

Tetapi harus diingat, kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan

tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas

belajar yang lebih giat dan semangat.

8
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal

pada siswa-siswa yang sedang bealajar untuk mengadakan perubahan

tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang

mendukung. Hal ini mempunyai peranan besar dalam keberhasilan

seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan

sebagai berikut:

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil

b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar

c. Adanya harapan dan cita-cita masa depan

d. Adanya penghargaan dalam belajar

e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar

f. Adannya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga

memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperolah anak setelah

melalui kegiatan belajar. Menurut Abdurrahman (Jihad dan Haris,

2012:14). untuk memperoleh hasil belajar, dilakukan evaluasi atau

penilaian yang merupakan tindak lanjut atau cara untuk mengukur tingkat

penguasaan siswa. Kemajuan prestasi belajar siswa tidak saja diukur dari

tingkat penguasaan ilmu pengetahuan tetapi sikap juga keterampilan.

Dengan demikian penilain hasil belajar siswa mencakup segala hal yang

dipelajari di sekolah, baik itu menyangkut pengetahuan, sikap dan

keterampilan.

9
Hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa

sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya. Menurut Juliah

(Jihad dan Haris, 2012:15) hasil belajar ditandai dengan perubahan tingka

laku, walaupun tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil

belajar akan tetapi hasil belajar pada umumnya disertai perubahan tingkah

laku (Aunurrahman, 2009: 37).

Meskipun pembelajaran dapat terjadi di lingkungan manapun

namun satu-satunya pembelajaran yang dilakukan secara sistematis

dilakukan di sekolah. Satu-satunya perbedaan antara pembelajaran yang

dilakukan di sekolah dengan lingkungan lainnya adalah adanya tujuan

pendidikan yang direncanakan untuk membuat perubahan perilaku. Tujuan

pendidikan di sekolah mengarahkan semua komponen seperti metode

mengajar, media, materi, alat evaluasi, dan sebagainya dipilih sesuai

dengan tujuan pendidikan.

Menurut Slameto (2003), bahwa seorang dikatakan berhasil dalam

belajarnya dipengaruhi oleh beberapa factor, diantaranya factor internal

dan eksternal. Factor internal adalah kecerdasan siswa, minat, motivasi,

kesiapan siswa dalam belajar serta factor kematangan. Faktor eksternal

adalah faktor yang dating dari luar diri siswa, diantaranya adalah cara

orang tua mendidik, suasana rumah, keadaan ekonomi, lingkungan sekolah

dan lingkungan masyarakat.

4. Model Pembelajaran

10
Model pembelajaran adalah suatu bentuk pembelajaran yang

dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kegiatan

belajar mengajar. Seorang guru tidak dapat melaksanakan tugasnya dalam

kegiatan belajar mengajar jika tidak menguasai salah satu model

pembelajaran yang telah dirumuskan dan dikemukakan oleh para ahli

psikologi dan ahli pendidikan. (Djamarah, 2008)

Menurut Winarno (Djamarah, 2008) ada lima macam factor yang

mempengaruhi penggunaan model pembelajaran adalah sebagai berikut :

a. Tujuan yang berbagai jenis dan fungsinya

b. Anak didik dengan berbagai tingkat kematangan

c. Situasi dan berbagai keadaan

d. Fasilitas dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya

e. Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda

Dalam interaksi kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai

penggerak atau pembimbing sedangkan siswa berperan sebagai penerima

atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan dengan baikjika

siswa lebih banyak aktif daripada guru. Menurut (Haris, 15) model

pembelajaran yang baik adalah model yang dapat menumbuhkan hasil

belajar siswa.

5. Pembelajaran Kooperatif

Cooperatif mengandung pengertian bekerja bersama dalam

mencapai tujuan bersama.Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori

kontruktivis. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa peserta didik

11
akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika

mereka saling berdiskusi dengan temannya. Peserta didik secara rutin

bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-

masalah yang kompleks. Pengertian pembelajaran kooperatif menurut

beberapa ahli adalah:

a. Lie (2002) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah

system pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta

didik untuk bekerja bersama dengan sesama peserta didik dalam

tugas-tugas yang terstruktur, dan dalam sistem ini guru bertindak

sebagai fasilitator.

b. Slavin mendefinisikan pembelajaran kooperatif adalah suatu model

pembelajaran dimana peserta didik belajar dan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya

terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang

bersifat heterogen.

c. Sunal dan Hans mengemukakan pembelajaran kooperatif

merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang

khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik

agar bekerja sama selama proses pembelajaran.

d. Abdurrahman dan Bintoro mengatakan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis

mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih

12
asuh antar peserta didik sebagai latihan hidup didalam masyarakat

nyata.

Dari empat pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha

memanfaatkan teman sejawat (peserta didik lain) sebagai sumber belajar

yang heterogen dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai

dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara

bersama-sama diantara anggota kelompok akan meningkatkan motivasi

dan hasil belajar.

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi

semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin

oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif

dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan

pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi

yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah

yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada

akhir tugas. Model belajar kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi

peserta didik dalam keberanian mengungkapkan pendapatnya, menghargai

pendapat orang lain, dan saling memberikan pendapat. Selain itu dalam

belajar biasanya peserta didik dihadapkan pada latihan-latihan soal. Oleh

sebab itu, pembelajaran kooperatif sangat baik untuk dilaksanakan karena

peserta didik dapat bekerja sama dan saling tolong menolong mengatasi

tugas yang dihadapinya.

13
6. Pembelajaran Number Head Together (NHT)

a. Pengertian Numbered Heads Together (NHT)

Numbered Heads Together (NHT) atau penomoran berpikir

bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang

dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik dan

sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. NHT pertama

kali dikembangkan oleh Spenser Kagen untuk melibatkan lebih

banyak peserta didik dalam menelaah materi yang tercakup dalam

suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi

pelajaran tersebut

b. Tahap-Tahap Numbered Heads Together (NHT)

Tahap-tahap pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah

sebagai berikut:

1) Numbering. Guru membagi peserta didik menjadi

beberapa tim beranggota lima sampai enam orang dan

memberi nomor sehingga setiap peserta didik pada

masing-masing kelompok memiliki nomor antara 1

sampai 6 sebagai identitasnya.

2) Questioning. Tahap ini guru mengajukan pertanyaan atau

memberikan tugas kepada masing-masing kelompok.

Tugas tersebut berupa lembar kerja siswa yang berisi

pertanyaan yang bentuknya dapat bervariasi, spesifik atau

14
berbentuk sebuah arahan untuk didikusikan bersama

kelompok.

3) Heads Together. Tahap ini Peserta didik dalam kelompok

menyatukan “kepalanya” untuk menemukan jawaban soal

dan memastikan bahwa semua tim mengetahui

jawabannya. Guru membimbing siswa dengan

memberikan pengarahan (bantuan) pada siswa yang

mengalami kesulitan.

4) Guru memanggil sebuah nomor dan peserta didik dari

masing-masing kelompok yang memiliki nomor itu

mengangkat tangan dan memberikan jawaban kepada

seluruh kelas secara bergantian.

c. Kelebihan dan Kekurangan Numbered Heads Together (NHT)

Pembelajaran NHT mempunyai beberapa kelebihan dan

kekurangan yaitu sebagai berikut.

Adapun kelebihan model pembelajaran NHT, yaitu:

1) Setiap siswa menjadi siap semua.

2) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.

3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang

pandai.

4) Penerimaan terhadap individu.

5) Sikap apatis berkurang.

15
Adapun kekurangan model pembelajaran NHT, yaitu:

1) Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh

guru.

2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

3) Kekhawatiran terjadi kekacauan di kelas.

4) Kekhawatiran siswa tidak dapat membagi tugas dengan

adil.

7. Usaha Dan Energi

a. Pengertian Usaha

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita mendengar istilah usaha

atau kerja. Misalnya, orang yang mendorong meja, dapat dikatakan

sedang melakukan kerja. Yang dimaksud usaha dalam fisika adalah

kemampuan untuk mengubah energi dari satu bentuk energi ke bentuk

energi lain. Usaha adalah besarnya gaya yang bekerja pada suatu benda

sehingga benda tersebut mengalami perpindahan. Gaya dilambangkan

dengan F dan perpindahan dengan 𝑠 maka secara matematika Usaha

dapat dituliskan menjadi:

W = F.s…………. (2.1)

Keterangan :

W = Usaha (J)

F = Gaya (N)

s = Perpindahan (m)

16
Kata–kata usaha sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari, tapi

pengertian usaha dalam kehidupan sehari-hari tidak sama persis dengan

pengertian usaha dalam fisika. Usaha dalam kehidupan sehari–hari

merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mencukupi

kebutuhan hidupnya. Bila kita perhatikan dengan seksama maka ketika

orang mencari uang dia juga mengeluarkan gaya atau energi dan untuk

mendapatkan uang dia harus melakukan perpindahan atau bergerak,

dari sini maka pengertian usaha dalam kehidupan dengan di fisika

hampir sama.

Apabila kita mendorong tembok dengan sekuat tenaga, dan

ternyata tembok tidak bergerak, apakah kita melakukan usaha. Pada

keadaan itu dikatakan kita tidak melakukan usaha (W = 0) karena s = 0.

Dalam keseharian orang menyatakan usahanya tersebut sia-sia.

Jika sebuah benda diangkat vertikal dan memindahkan benda

secara vertikal memerlukan gaya minimal untuk mengatasi gaya

gravitasi bumi yang besarnya sama dengan berat suatu benda. Secara

matematis gaya tersebut dapat ditulis:

F = m.g ………….. (2.2)

Karena perpindahan benda kearah vertikal sama dengan ketinggian

benda (h), dengan memasukan persamaan di atas, diperoleh usaha yang

dilakukan terhadap benda tersebut:

W = F.s

W = m.g.h …………. (2.3)

17
Keterangan: W = usaha (J)

m = massa (kg)

g = percepatan gravitasi (m/s2)

h = perpindahan atau ketinggian (m)

Usaha tidak mempunyai arah, sehingga cukup dikatakan besar dan

satuannya saja. Dalam SI satuan usaha adalah Newton meter atau joule

(Nm atau J). satu joule adalah besar usaha yang dilakukan oleh sebuah

gaya sebesar satu Newton jika titik tangkap itu berpindah sejauh satu

meter searah dengan gaya tersebut.

b. Pengertian Energi

Energi sangat berpengaruh pada kehidupan kita sehari-hari. Setiap

kegiatan memerlukan energi. Untuk belajar dan bekerja, kita

membutuhkan energi. Kita dapat menulis, berlari, dan mengangkat

benda karena kita memiliki tenaga. Apabila kita bekerja terus-menerus,

kita dapat kekurangan tenaga. Tenaga disebut juga energi. Jika

kekurangan energi, kita tidak dapat melakukan suatu pekerjaan

sehingga kita membutuhkan tambahan energi dari luar, yaitu makanan,

jika berenergi, kita dapat melakukan suatu pekerjaan.

Energi atau tenaga adalah kemampuan untuk melakukan usaha atau

kerja. Energi tidak hanya dimiliki oleh benda-benda hidup tetapi

dimiliki juga oleh benda tak hidup, misalnya angin. Angin dapat

menggerakan ranting pepohonan. Jika angin bertiup dengan kencang

seperti topan, maka tidak hanya ranting pohon yang bergerak terbawa

18
angin tetapi pohon atau rumah pun dapat roboh. Pengaruh energi dapat

bermacam-macam. Semakin besar energi yang bekerja pada benda

semakin besar pula pengaruhnya.

Energi merupakan kemampuan untuk melakukan usaha. Hukum

kekekalan energi menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan

dimusnahkan melainkan hanya dapat diubah bentuknya. Proses

perubahan bentuk energi dari satu bentuk ke bentuk lainnya disebut

konversi energi. Alat untuk mengubah energi disebut konventor energi.

Perubahan energi terjadi ketika usaha sedang dilakukan. Misalnya,

ketika Anda melakukan usaha dengan mendorong mobil hingga mobil

tersebut bergerak maju. Pada proses usaha sedang berlangsung,

sebagian energi kimia yang tersimpan dalam tubuh Anda diubah

menjadi energi mekanik. Di sini Anda berfungsi sebagai pengubah

energi (konverter energi).

Gambar 2.1 Air merupakan salah satu sumber energi yang dapat

membangkitkan listrik. Listrik merupakan salah energi yang banyak

digunakan manusia

19
(Setya Nurachmandani 2009: 109)

c. Bentuk energi

Energi yang paling besar adalah energi matahari. Tuhan telah

menciptakan Matahari khusus untuk kesejahteraan umat manusia. Jarak

Matahari ke Bumi yang telah diatur pada jarak 149.600 juta kilometer

memungkinkan energi panas yang diterima manusia di Bumi tidak

membahayakan. Energi panas dari sinar matahari sangat bermanfaat

bagi Bumi dan dapat menghasilkan energi-energi yang lain di muka

Bumi ini. Caranya adalah dengan mengubah energi matahari menjadi

energi yang lain, seperti energi kimia, energi listrik, energi bunyi, dan

energi gerak.

1) Energi Kimia

Energi kimia adalah energi yang tersimpan dalam persenyawaan

kimia. Makanan banyak mengandung energi kimia yang sangat

bermanfaat bagi tubuh manusia. Energi kimia pun terkandung dalam

bahan minyak bumi yang sangat bermanfaat untuk bahan bakar. Baik

energi kimia dalam makanan maupun energi kimia dalam minyak bumi

berasal dari energi matahari. Energi cahaya matahari sangat diperlukan

untuk proses fotosintesis pada tumbuhan sehingga mengandung energi

kimia.

2) Energi Listrik

Energi listrik merupakan salah satu bentuk energi yang paling

banyak digunakan. Energi ini dipindahkan dalam bentuk aliran muatan

20
listrik melalui kawat logam konduktor yang disebut arus listrik. Energi

listrik dapat diubah menjadi bentuk energi yang lain seperti energi

gerak, energi cahaya, energi panas, atau energi bunyi. Sebaliknya,

energi listrik dapat berupa hasil perubahan energi yang lain, misalnya

dari energi matahari, energi gerak, energi potensial air, energi kimia gas

alam, dan energi uap.

3) Energi Panas

Sumber energi panas yang sangat besar berasal dari Matahari.

Sinar matahari dengan panasnya yang tepat dapat membantu manusia

dan makhluk hidup lainnya untuk hidup dan berkembang biak. Energi

panas pun merupakan hasil perubahan energi yang lain, seperti dari

energi listrik, energi gerak, dan energi kimia. Energi panas

dimanfaatkan untuk membantu manusia melakukan usaha seperti

menyetrika pakaian, memasak, dan mendidihkan air.

4) Energi Cahaya

Energi cahaya yaitu energi yang berupa pancaran cahaya dari

suatu benda, misalnya lampu, sinar matahari, dan api.

5) Energi Potensial Pegas

Energi potensial pegas adalah energi yang dimiliki oleh pegas

atau per. Pegas yang ditekan atau direnggangkan menyimpan energi

yang disebut energi potensial pegas. Energi potensial pegas ini biasanya

diubah menjadi energi gerakmisal pada mainan anak atau jam putar.

d. Hukum kekekalan energi

21
Sumber energi utama bagi mahluk hidupdipermukaan bumi ini

adalah matahari. Hewan dan manusia memperolehenergi dari

makananyang berasal dari tumbuh – tumbuhan. Energi yang tersimpan

dalam tumbuh – tumbuhan berasal dari proses fotosintesis pada daun.

Proses fotosintesis ini membutuhkan energi matahari dan mineral yang

berasal dari tanah. Mineral yang ada ditanah berasal dari proses

penguraian atau pembusukan mahluk hidup yang telah mati dan

seterunya. Hal ini menunjukan bahwa energi yang ada pada suatu benda

berasal dari benda lain dan ridak ada mahluk hidup yang menghasilkan

energinya sendiri.

Manusia tidak dapat membuat atau menciptakan energi. Sejak

lama, orang berusaha membuat sebuah mesin yang dapat bekerja terus –

menerus tanpa membutuhkan bahan bakar (energi kimia). Akan tetapi,

uasaha itu selalu gagal hingga sampai pada simpulan bahwa energi

tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, tetapi energi hanya

dapat di ubah dari bentuk satu ke bentuk yang lain.pernyataan tersebut

dikenal dengan hukum kekekalan energi.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa kajian pustaka

sebagai acuan pada kerangka berpikir. Disamping itu kajian pustaka juga

mempunyai andil yang besar dalam mendapatkan informasi yang ada

sebelumnya yang pernah diteliti. Beberapa kajian pustaka tersebut

diantaranya:

22
1. Penelitian skripsi yang disusun oleh Ida Fathurrahman mahasiswa IAIN

Walisongo yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Numbered Head Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Peserta

Didik Kelas VII MTS Negeri Subang Pada Materi Pokok Pengukuran”

dalam penelitian tersebut memberikan kesimpulan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) dapat

meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi pokok pengukuran.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Millaturrahmah mahasisiwa IAIN

Walisongo yang berjudul “Keefektidan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe NHT (Numbered Head Together) Terhadap Hasil Belajar

Matematika Pada Materi Pokok Pythagoras Di Mts Mifathul Huda

Raguk Lampitan Jepara”. Hasil penelitianya menunjukkan bahwa model

pembelajaran NHT lebih efektif terhadap peningkatan hasil belajar

matematika pada materi pokok phytagoras dari pada pembelajaran

konvensional.

C. Kerangka Teoritik

Keberhasilan dalam proses belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa

faktor, diantaranya mutu pendidikan, motivasi belajar dan model pembelajaran.

Permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran fisika di SMA N 1 Ternate kelas

XI MIA 1 adalah rendahnya motivasi belajar siswa serta model pembelajaran

yang yang kurang bervariasi dan juga pemahaman guru pada model pembelajaran

terhadap mata pelajaran fisika. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya semangat

siswa untuk memperhatikan pelajaran, sebagian besar siswa sibuk dengan

23
aktivitas masing-masing ketika pembelajaran berlangsung. Kesadaran siswa untuk

belajar dengan sungguh-sungguh masih rendah sehingga banyak siswa yang

mengerjakan ulangan bekerja sama dengan siswa lain. Usaha untuk mengerjakan

tugas-tugas yang diberikan guru juga masih rendah ini dilihat dari banyaknya

siswa yang mengumpulkan tugas tidak tepat waktu. Proses pembelajaran yang

berlangsung cenderung berpusat pada guru (teacher centered), guru menggunakan

model pembelajaran yang monoton dan kurang bervariasi, metode yang

digunakan kurang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa

Terkait dengan permasalahan di atas, perlu dilakukan inovasi pembelajaran

yang dapat membuat siswa termotivasi dalam pembelajaran serta

mengoptimalisasikan partisipasi siswa. Cara yang ditempuh melalui pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Heads Together.

Dalam pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together memberi

kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan pertimbangan

jawaban yang tepat, selain ini model ini juga mendorong siswa meningkatkan

semangat kerja sama mereka. Siswa dibagi dalam kelompok. Pembagian

kelompok secara heterogen berdasarkan prestasi belajar, jenis kelamin, budaya

dan tingkat sosial ekonomi yang berbeda sehingga disini selain ketergantungan

positif juga terjadi komunikasi antar anggota kelompoknya dan interaksi tatap

muka. Siswa diharapkan sangat antusias dalam memahami permasalahan dan

jawabannya karena guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompok

tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok tersebut.

Cara tersebut menjamin keterlibatan total semua siswa dan dapat meningkatkan

24
tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Hal ini akan memotivasi

siswa untuk belajar dan saling berinteraksi serta berdiskusi antara siswa satu

dengan yang lainnya.

Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together diharapkan dapat

meningkatkan motivasi dan hasil belajar fisika siswa kelas XI MIA 1 SMA 1 Kota

Ternate tahun ajaran 2017/2018.

D. Hipotesis Penelitian

1. Pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe Number Head Together meningkatkan motivasi belajar pada materi

usaha dan energi SMA N 1 Kota Ternate.

2. Pembelajaran fisika dengan model kooperatif tipe Number Head Together

meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika pada materi

usaha dan energi di SMA N 1 Kota Ternate

3. Meningkatnya pemahaman dan penguasaan guru pada model

pembelajaran di SMA N 1 Kota Ternate.

25
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini bertempat di SMA Negeri 1 Kota Ternate, waktu

penelitiannya dilaksanakan selama 1 bulan dimulai bulan Oktober sampai bulan

November 2017.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini menggunakan penelitian

korelasioanal. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat keterkaitan antara

variasi suatu faktor dengan variasi faktor lain berdasarkan koefisien korelasi.

X1
Y

X2

Gambar 3.1 Desain Penalitian

Keterangan :

X1 = Model Pembelajaran

X2 = Motivasi Belajar

Y = Hasil Belajar

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

26
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI/1

SMA Negeri 1 Kota Ternate, yang berjumlah 325 siswa yang tersebar

dalam 12 kelas.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah 25 siswa yang terbagi di 2 kelas

yang diambil dengan cara cluster sampling. Setelah diperoleh 2 kelas

sebagai sampel penelitian, kemudian ke 2 kelas diacak untuk

menentukan kelas model webbed dan kelas model konvensional

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah atribut dari seseorang atau objek yang

mempunyai”Variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan

objek yang lain (Sugiyono, 2001:20).

Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas (X)

danVariabel terikat (Y).

1. Variabel Bebas (X) adalah variabel yang mempengaruhi terhadap suatu

gejala. Variabel bebas dalam penelitian ini terbagi atas 2 variabel yaitu

variabel X1 dan variabel X2.

X1 = model pembelajaran dan X2 = motivasi belajar.

2. Variabel Terikat (Y) adalah variabel yang dipengaruhi oleh suatu

gejala.Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes. Soal–soal

tes yangdigunakan dalam penelitian adalah dalam bentuk essay yang terdiri dari

27
11 butir soal dengan skor maksimum 90. Namun sebelum digunakan dalam

penelitian, soal–soal tersebut diujicobakan untuk mengetahui reliabilitas, tingkat

kesukaran dan daya beda soal. Sedangkan untuk validitas hanya dilihat dari kisi-

kisi soal yang telah dibuat. Reliabilitas soal dianalisis secara manual dengan

menggunakan rumus alpha sebagai berikut :

 n   i 
2

r11    1   ................................................3.1
 n  1   2 t 

r11 = Reliabilitas soal yang dicari

n = Jumlah item soal

 i
2
= Jumlah varians butir soal

 2t = Varians total (Arikunto, 2009)

1. Daya pembeda

Mean Kelas Atas  Mean Kelas Bawah


DP  ......................3.2
Skor Maksimum

X
Dimana mean =
n

Keterangan :

DP = Daya pembeda

DP = 0,00 – 0,20 : Jelek

DP = 0,21 – 0,40 : Cukup

DP = 0,41 – 0,70 : Baik

DP = 0,71 – 1,00 : Sangat baik

(Arikunto,2009:7)

2. Tingkat kesukaran

28
Mean
TK  .................................................................3.3
Skor Maksimum

Penentuan karakteristik soal tes dari aspek tingkat kesukaran

menggunakan kriteria sebagai berikut :

Soal dengan TK : 0,00-0,30 : Soal sukar

Soal dengan TK : 0,31- 0,70 : Soal sedang

Soal dengan TK : 0,71-1,00 : Soal mudah (Arikunto,2009:6)

F. Teknik Analisis Data

Dalam menguji hipotesis penelitian, digunakan uji-t. Tetapi sebelum

menggunakan uji-t terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis, yaitu uji

homogenitas dan normalitas terhadap data yang dilakukan dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

1. Uji homogenitas

Nilai varians terbesar


F= ........................................................3.4
Nilai varians terkecil

db (pembilang) = n-1 (untuk varians terbesar)

db (penyebut) = n-1 (untuk varians terkecil)

dengan kriteria pengujian:

Jika : Fhit ≥ Ftab tidak homogen

Fhit< Ftabhomogeny

2. Uji normalitas

(f 0 - f e ) 2
 =
2
........................................................................3.5
fe

Dimana:

29
2 = nilai chi-kuadrat

f0 = frekuensi yang diobservasi

fe = frekuensi yang diharapkan

Dengan kriteria pengujian :

Jika : χ2hit ≥χ2tab data tidak normal

χ2hit <χ2tab data normal (Riduwan, 2006:10)

Setelah diuji prasyarat dan data dinyatakan homogen dan normal,

kemudian data diuji dengan statistik uji-t dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Mencari nilai rata-rata X1 dan X2

x 1
Dengan: x 1  ...................................................................... 3.6
n1

x 2
x2  .....................................................................3.7
n2

2. Mencari varians X1 dan X2

2 
n x 12  x 1
S  1
   2

......................................................3.8
n 1 (n 1  1)
1

S 
2   
n 2 x 22  x 2 2

.....................................................3.9
n 2 (n 2  1)
2

3. Mencari rata-rata deviasi gabungan /simpangan baku

(n 1  1)S12  (n 2  1)S 22
S2  .............................................3.10
n1  n 2  2

4. Untuk uji rata-rata dua pihak

30
x1 - x 2
t= .............................................................3.11
1 1
S 
n1 n 2

Keterangan:

x 1 = Rata-rata variabel ke 1

x 2 = Rata-rata variabel ke 2

n1 = Jumlah sampel ke 1

n2 = Jumlah sampel ke 2

S12 = Varians variabel ke 1

S 22 = Varians variabel ke 2

S2 = Standar deviasi gabungan

Kriteria pengujian adalah: terima H0 jika-t (1-½ ) dk < thit< ttab (1-

½ ) dk didapat dari daftar distribusi t dengan dk = (n1 + n2 -2) dan

peluang (1-½ ). Untuk harga-harga t lainnya H0 ditolak.

H0 : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa dengan

menggunakan model pembelajaran webbed pada konsep usaha dan

energi.

H a : Terdapat perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan model

pembelajaran webbed pada konsep usaha dan energi. (Riduwan,

2006:8).

31

You might also like