You are on page 1of 9

Nama : Dwi Octaverina Putri

NIM : 04011181520068

Kelas : Alpha 2015

Skenario
Dokter Susi sebagai kepala Puskesmas Sukajadi yang baru, melihat bahwa surveilans
Puskesmas tidak berjalan dengan baik, dan tidak ada upaya kewaspadaan KLB di Puskesmas
tersebut. Penyajan data tidak digambarkan dengan benar.

Penyuluhan kesehatan terakhir dalam pencegahan penyakit menular tidak didasarkan riwayat
perjalanan penyakit dan tidak melihat rantai penularan oenyakit. Besar masalah penyakit
menular tidak digambarkan dalam ukuran penyakit seperti incidence rate dan prevalen rate.

Di beberapa desa tercatat kejadian luar biasa (KLB) beberapa penyakit yang tidak pernah di
investigasi. Namun dmeikian laporan penyakit berpotensi KLB sudah disampaikan apabila
ada KLB ke Dinas Kesehatan Kabupaten Kota. Belum pernah dibuktikan secara statistik apa
penyebab KLB di wilayah kerjanya. Dokter Susi akhirnya berkomitmen di masa yang akan
datang setiap KLB akan diinvestigasi dnegan menggunkan epidemiologi deskriptif dan
epidemiologi analitik.

Learning Issue: Epidemiologi Analitik

A. Definisi
Epidemiologi analitik merupakan studi epidemiologi yang ditujukan untuk mencari
faktor-faktor penyebab timbulnya penyakit atau mencari penyebab terjadinya variasi
yaitu tinggi atau rendahnya frekuensi penyakit pada kelompok individu. (Eko
Budiarto, 2002:111).
Epidemiologi analitik adalah epidemiologi yang menekankan pada pencarian jawaban
terhadap penyebab terjadinya frekuensi, penyebaran serta munculnya suatu masalah
kesehatan. Studi analitik digunakan untuk menguji hubungan sebab akibat dan
berpegangan pada pengembangan data baru. Kunci dari studi analitik ini adalah untuk
menjamin bahwa studi di desain tepat sehingga temuannya dapat dipercaya (reliabel)
dan valid.
Penelitian eksperimen merupakan metode yang paling kuat untuk mengungkapkan
hubungan sebab akibat. Epidemiologi analitik menguji hipotesis dan menaksir
(mengestimasi) besarnya hubungan / pengaruh paparan terhadap penyakit.
Studi analitik merupakan studi epidemiologi yang menitikberatkan pada pencarian
hubungan sebab (faktor-faktor resiko) – akibat (kejadian penyakit). Studi
epidemiologi analitik adalah studi epidemiologi yang menekankan pada pencarian
jawaban tentang penyebab terjadinya masalah kesehatan (determinal), besarnya
masalah/ kejadian (frekuensi), dan penyebaran serta munculnya masalah kesehatan
(distribusi) dengan tujuan menentukan hubungan sebab akibat anatarafaktor resiko
dan penyakit.

B. Tujuan
Epidemologi analitik bertujuan untuk:
1. Menjelaskan faktor-faktor resiko dan kausa penyakit
2. Memprediksikan kejadian penyakit
3. Memberikan saran strategi intervensi yang efektif untuk pengendalian
penyakit.
C. Jenis Studi Epidemiologi Analitik
Berdasarkan peran epidemiologi analitik dibagi 2:
1. Studi Observasional : Studi Kasus Control (case control), studi potong
lintang (cross sectional) dan studi Kohort.
a) Studi Potong Lintang (cross sectional)
Rancangan cross sectional adalah suatu rancangan epidemiologi yang
mempelajari hubungan penyakit dan faktor penyebab yang
mempengaruhi penyakit tersebut dengan mengamati status faktor yang
mempengaruhi penyakit tersebut secara serentak pada individu atau
kelompok pada satu waktu.
Penelitian cross sectional adalah suatu penelitian dimana variabel-
variabel yang termasuk faktor resiko dan variabel-variabel yang
termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama.

Langkah – langkah penelitian cross sectional:

1) Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian dan


mengidentifikasi faktor resiko dan faktor efek
2) Menetapkan subjek penelitian.
3) Melakukan observasi atau pengukuran variabel-variabel yang
merupakan faktor resiko dan efek sekaligus berdasarkan status
keadaan variabel pada saat itu (pengumpulan data)
4) Melakukan analisi korelasi dengan cara membandingkan
proporsi antar kelompok-kelompok hasil observasi
(pengukuran)
Contoh : Ingin mengetahui hubungan antara anemia besi pada
ibu hamil dengan Berat Badab Bayi Lahir (BBL) denagn
menggunakan rancangan atau pendekatan cross sectional.

b) Studi Kasus Control (case control)

Rancangan kasus kontrol adalah rancangan studi epidemiologi yang


mempelajari hubungan antara penyebab suatu penyakit dan penyakit
yang diteliti dengan membandingkan kelompok kasus dan kelompok
kontrol berdasarkan status penyebab penyakitnya.

Penelitian case control adalah suatu penelitian (survey) analitik yang


menyangkut bagaimana faktor resiko dipelajari dengan menggunakan
pendekatan retrospektif.

Tahap-tahap penelitian case control:

1) Identifikasi variabel-variabel penelitian (faktor resiko dan efek).


2) Menetapkan objek penelitian (populasi dan sampel).
3) Identifikasi kasus.
4) Pemilihan subjek sebagai kontrol.
5) Melakukan pengukuran retrospetif (melihat ke belakang) untuk
melihat faktor resiko.
6) Melakukan analisis dengan menbandingkan proporsi antara
variabel-variabel objek penelitian dengan variabel-variabel
kontrol
Contoh : Peneliti ingin membuktikan hubungan antara
malnutrisi (kekurangan gizi) pada balita dengan prilaku
pemberian makanan oleh ibu.
Ciri rancangan kasus kontrol:
1) Subjek dipilih atas dasar apakah mereka menderita (kasus) atau
tidak (kontrol) suatu kasus yang ingin diamati kemudian
proporsi pemajanan dari kedua kelompok tersebut
dibandingkan.
2) Diketahui variabel terikat (akibat), kemudian ingi diketahui
variabel bebas (penyebab).
3) Observasi dan pengukuran tidak dilakukan pada saat yang
sama.
4) Peneliti melakukan pengukuran variabel bergantung pada efek
(subjek (kasus) yang terkena penyakit) sedangkan variabel
bebasnya dicari secara retrospektif.
5) Untuk kontrol, dipilih subjek yang berasal dari populasi dan
karakteristik yang sama dengan kasus.
6) Bedanya kelompok kontrol tidak menderita penyakit yang akan
diteliti.

c) Studi Kohort
Rancangan Kohort adalah rancangan studi epidemiologi yang
mempelajari hubungan antara penyebab dari suatu penyakit dan
penyakit yang diteliti dengan membandingkan kelompok terpajan
dan kelompok yang tidak terpajan berdasar status penyakitnya.
Penelitian kohort adalah suatu penelitian yang digunakan untuk
mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dengan faktor efek
melalui pendekatan longitudinal kedepan atau prospektif.
Langkah – langkah pelaksanaan penelitian kohort :
1) Identifikasi faktor-faktor resiko dan efek
2) Menetapkan subjek penelitian (menetapkan populasi dan
sampel)
3) Pemilihan subjek dengan faktor risiko positif dari subjek
dengan efek negatif
4) Memilih subjek yang akan menjadi anggota kelompok kontrol
5) Mengobservasi perkembangan subjek sampai batas waktu yang
ditentukan, selanjutnya mengidentifikasi timbul tidaknya efek
pada kedua kelompok
6) Menganalisis dengan membandingkan proporsi subjek yang
mendapat efek positif dengan subjek yang mendapat efek
negatif baik pada kelompok risiko positif maupun kelompok
kontrol

Contoh : Penelitian ingin membuktikan adanya hubungan antara cancer


(Ca) paru (efek) dengan merokok (risiko) dengan menggunakan
pendekatan atau rancangan prospektif.

Ciri khas dari rancangan kohort :

1) Berasal dari kata romawi kuno yang berarti kelompok tentara


yang berbaris maju ke depan
2) Subjek dibagi berdasar ada atau tidaknya pemajanan faktor
tertentu dan kemudian diikuti dalam periode waktu tertentu
untuk menentukan munculnya penyakit pada tiap kelompok
3) Digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor
resiko dan efek
4) Sekelompok subjek yang belum mengalami penyakit atau
efek diikuti secara prospektif
5) Diketahui variabel bebas (penyebab) kemudian ingin diketahui
variabel terikat (akibat)
6) Dapat dilakukan secara prospektif dan retrospektif

2. Studi Eksperimental : Eksperimen dengan kontrol random (Randomized


Controlled Trial /RCT) dan Eksperimen Semu (kuasi).
Rancangan studi eksperimen adalah jenis penelitian yang dikembangkan untuk
mempelajari fenomena dalam kerangka korelasi sebab-akibat. Menurut
Bhisma Murti rancangan studi ini digunakan ketika peneliti atau oranglain
dengan sengaja memperlakukan berbagai tingkat variabel independen kepada
subjek penelitian dengan tujuan mengetahui pengaruh variabel independen
tersebut terhadap variabel dependen.
Berdasarkan penelitian tersebut studi eksperimen (studi perlakuan atau
intervensi dari situasi penelitian) terbagi dalam dua macam yaitu rancangan
eksperimen murni dan quasi eksperimen.
a) Rancangan Eksperimen Murni
Eksperimen murni adalah suatu bentuk rancangan yang
memperlakukan dan memanipulasi sujek penelitian dengan kontrol
secara ketat.
Penelitian eksperimen mempunyai ciri :
1) Ada perlakuan, yaitu memperlakukan variabel yang diteliti
(memanipulasi suatu variabel).
2) Ada randominasi, yaitu penunjukan subjek penelitian secara
acak untuk mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat faktor
penelitian.
3) Semua variabel terkontrol, eksperimen murni mampu
mengontrol hampir semua pengaruh faktor penelitian terhadap
variabel hasil yang diteliti

b) Quasi Eksperimen (eksperimen semu)


Quasi Eksperimen (eksperimen semu) adalah eksperimen yang dalam
mengontrol situasi penelitian tidak terlalu ketat atau menggunakan
rancangan tertentu dan atau penunjukkan subjek penelitian secara tidak
acak untuk mendapatkan salah satu dari berbagai tingkat faktor
penelitian.
Ciri dari quasi eksperimen:
1) Tidak ada randominasi
2) Tidak semua variabel terkontrol

D. Prinsip Dan Metode Epidemiologi


Kedua jenis riset epidemiologi memerlukan metode ilmiah agar deskripsi, penjelasan,
prediksi, cara pengendalian dan pencegahan penyakit benar (valid) dan dapat
diandalkan (reliabel). Prinsip dan metode ilmiah epidemiologi sebagai berikut: (1)
Penalaran epidemiologi; (2) Pengukuran; (3) Perbandingan; (4) Estimasi; (5) Uji
hipotesis; (6) Validitas, presisi, dan konsistensi penelitian.
Penalaran epidemiologis. Penalaran epidemiologis (epidemiologic reasoning)
merupakan pola sistematis dan logis untuk menarik kesimpulan kausal (causal
inference) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi atau menyebabkan penyakit pada
populasi. Penalaran epidemiologis dimulai dengan menganalisis distribusi penyakit
pada populasi (epidemiologi deskriptif), yang menimbulkan suatu kecurigaan
(suspicion) bahwa paparan suatu faktor berpengaruh terhadap terjadinya penyakit.
Kecurigaan tentang penyebab penyakit kemudian dirumuskan dalam pernyataan
prediktif yang disebut hipotesis. Hipotesis itu kemudian diuji dengan data yang
dikumpulkan secara sistematis melalui pengamatan atau eksperimentasi (epidemiologi
analitik). Data yang dikumpulkan dianalisis untuk menentukan apakah terdapat
hubungan (asosiasi) statistik antara paparan faktor tersebut dengan penyakit yang
diteliti (Gambar 1).

Gambar 1. Metode ilmiah dan penalaran epidemiologi


Langkah selanjutnya adalah mengevaluasi kebenaran (validitas) kesimpulan tentang
hubungan yang teramati, yakni menilai apakah hubungan tersebut benar (true
association) atau palsu (spurious association).
Jika hubungan palsu telah disingkirkan, maka langkah selanjutnya adalah menilai
seberapa besar peran peluang mempengaruhi hubungan yang valid antara paparan dan
penyakit.
Setelah disimpulkan bahwa hubungan paparan-penyakit benar (valid) dan konsisten,
langkah terakhir adalah menilai apakah hubungan tersebut kausal (hubungan sebab-
akibat). Penilaian tentang hubungan kausal dilakukan berdasarkan hasil-hasil dari riset
lintas disiplin, yaitu riset epidemiologi maupun non-epidemiologi.
Pengukuran. Esensi riset empiris adalah melakukan pengukuran (measurement)
variabel-variabel pada setiap subjek penelitian. Pengukuran variabel mencakup
klasifikasi subjek penelitian ke dalam kategori-kategori (misalnya, kasus atau
nonkasus), atau meletakkan subjek penelitian sepanjang suatu kontinum nilai
(misalnya, umur).
Perbandingan. Tujuan studi epidemiologi analitik adalah menarik kesimpulan
tentang hubungan antara paparan terhadap penyakit, atau pengaruh intervensi
terhadap variabel hasil pada populasi. Hubungan/ pengaruh paparan yang diteliti
hanya bisa diketahui jika peneliti membandingkan hasil pengukuran variabel yang
diteliti pada kelompok-kelompok subjek dengan kelompok pembanding (kelompok
kontrol, kelompok referensi).
Selanjutnya peneliti menentukan apakah terdapat perbedaan antar kelompok-
kelompok subjek tersebut dalam variabel yang diteliti.
Estimasi. Epidemiologi analitik menaksir hubungan antara paparan dan penyakit,
atau pengaruh intervensi terhadap variabel hasil, baik bentuk taksiran titik (point
estimate) maupun taksiran interval (interval estimate). Dikenal sejumlah ukuran
hubungan, tiga di antaranya: Risiko Relaitf, Odds Ratio, dan Beda Risiko.
Uji Hipotesis dan Uji Statistik. Epidemiologi analitik menguji hipotesis tentang
perbedaan/ hubungan/ pengaruh paparan terhadap penyakit, atau pengaruh intervensi
terhadap variabel hasil. Maka peneliti mengumpulkan data untuk menguji apakah data
yang teramati mendukung hipotesis tersebut. Pengujian hipotesis secara kuantitatif
dilakukan dengan melakukan uji statistik.

Daftar Pustaka
Murti, Bisma. 2003. Pengantar Epidemiologi. Surakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret

Berdasarkan Kasus
Saat melakukan investigasi wabah, epidemiologi analitik diperlukan untuk mencari
penyebab/etiologi serta faktor risiko yang memungkinkan menimbulkan penyakit.
Metode analitik dilakukan dengan membandingkan faktor-faktor risiko antara populasi
yang terkena penyakit dan populasi tanpa penyakit.
Analisis yang cocok saat investigasi wabah adalah dengan penelitian case-control. Hal
ini dikarenakan oleh pada penelitian case control, studi dimulai dengan mempelajari
penyakit, kemudian mundur ke belakang untuk mengetahui penyebab/pajanan. Hasil
penelitian epidemiologi analitik memberikan dasar yang tepat untuk melakukan program
pencegahan. Jika faktor-faktor etiologi penyakit dan cara mengurangi atau
mengeliminasi faktor-faktor itu diketahui, maka dapat dibuat program pencegahan dan
pengendalian penyakit dan kematian karena penyakit tersebut.
Pada kasus ini, orang-orang yang memiliki penyakit tersebut pada wilayah kerja
Puskesmas Sukajadi merupakan kelompok kasus. Kelompok kontrol dipilih yang berasal
dari populasi dan karakteristik yang sama, yaitu warga yang tinggal di wilayah kerja
Puskesmas Sukajadi tetapi tidak menderita penyakit yang akan diteliti. Pada penelitian
ini, telah diketahui variabel terikat (akibat) dan akan dicari variabel bebas (penyebab).
Peneliti akan membandingkan pajanan/paparan apa saja yang didapatkan oleh kedua
kelompok. Jika pada kelompok kasus ditemukan jumlah pajanan/paparan suatu faktor
lebih banyak daripada kelompok kontrol, dapat dicurigai bahwa penyakit yang terjadi
berhubungan dengan paparan tersebut. Kecurigaan tentang penyebab penyakit kemudian
dirumuskan dalam pernyataan prediktif yang disebut hipotesis. Hipotesis itu kemudian
diuji dengan data telah dikumpulkan sebelumnya. Lalu akan dinilai apakah hubungan
tersebut benar atau palsu, seberapa besar peran paparan terhadap penyakit dan apakah
hubungan tersebut merupakan hubungan sebab akibat.
Epidemiologi analitik menilai hubungan antara paparan dan penyakit, atau pengaruh
intervensi terhadap variabel hasil, dalam bentuk taksiran titik dan taksiran interval.
Prinsipnya, jika risiko penyakit pada kelompok subjek terpapar dibandingkan dengan
risiko penyakit pada kelompok subjek tak terpapar, maka akan diperoleh informasi
tentang besarnya risiko kelompok terpapar relatif dibandingkan dengan kelompok
terpapar, sehingga diketahui hubungan antara paparan dan penyakit yang diteliti, atau
pengaruh intervensi terhadap variabel hasil. Indeks yang mengukur besarnya hubungan
antara paparan dan penyakit, atau pengaruh paparan terhadap penyakit disebut ukuran
hubungan atau ukuran pengaruh (measure of association, effect measure, effect size).
Dikenal sejumlah ukuran hubungan, tiga di antaranya: Risiko Relaitf, Odds Ratio, dan
Beda Risiko. Risiko Relatif (Rasio Risiko, RR) adalah rasio antara risiko mengalami
penyakit pada kelompok terpapar dan risiko mengalami penyakit pada kelompok tak
terpapar. Beda Risiko (Risk Difference, RD) adalah beda absolut antara risiko sakit pada
kelompok terpapar dan risiko sakit pada kelompok tak terpapar.

You might also like