You are on page 1of 6

KEHAMILAN & KELAHIRAN DALAM BUDAYA DAYAK NGAJU

Masyarakat Dayak Ngaju meyakini bahwa masa kehamilan memerlukan upcara


khusus. Ritual tersebut dilakukan ketika seorang ibu positif hamil dan ketika usia
kandungan tiga bulan, tujuh bulan dan sembilan bulan.

Ritual untuk usia kandungan tiga bulan disebut PALETENG KALANGKANG


SAWANG, ritual ini bertujuan agar ibu yang hamil tidak diganggu oleh roh jahat dari
dalam air. Ritual usia kandungan tujuh bulan disebut NYAKI EHET atau NYAKI
DIRIT, yang hakikatnya untuk memilih leluhur mana yang akan menyertai dan
melindungi ibu dan anakn dikandungannya. Kemudia ritual pada usia kandungan
sembilan bulan disebut MANGKANG KAHANG BADAK, bertujuan agar bayinya
tidak lahir prematur.

PALETENG KALANGKANG SAWANG

Sebagai tanda permohonan agar persalinan berjalan normal, dipasanglah lilitan


seperti stagen dari kuningan berisi manik-manik dan dilingkarkan di pinggang ibu.
Syarat-syarat ritual untuk semua usia kandungan adalah hewan kurba (ayam dan
babi), manik-manik untuk ehet, tambak, behas tawur, sesajen dan manik lilis dan
manas untuk dipasang pada ibu hamil.

Untuk prosesi kelahiran ada satu proses yang unik dimana posisi sang ibu tubuhnya
miring, kepalanya dibagian atas dan kakinya dibagian bawah. Sang ibu dibaringkan
di suatu tempat yang disebut SANGGUHAN. Petugas yang membantu proses
persalinan biasanya bidan kampung atau dukun. Kelengkapan proses melahirkan
berupa; tempat ari-ari / KUSAK TABUNI, pemotong tali pusar / SEMBILU, tempat
bersalin / SANGGUHAN MANAK, tempat pakaian / SAOK, tempat menyimpan air
panas, parafin, tempat air untuk memandikan bayi / KANDARAH dll
SANGGUHAN MANAK

Sumber: museum Balanga Palangkaraya

Tabe

2/Feb/2014

Iklan
Tradisi Melahirkan Masyarakat Dayak
Minggu, 20 September 2015 - 20:30 WIB, 0 Komentar

Peristiwa
Borneonews
0 Komentar

MASYARAKAT Kalimantan Tengah memiliki tradisi unik dalam proses melahirkan.


Disebut unik lantaran masyarakat Kalteng justru memiringkan posisi badan ibu yang
hendak melahirkan. Teknik ini berbeda dengan proses melahirkan yang ditangani
bidan atau dokter.

Secara detail, Kasi Penyajian Tata Pameran dan Pelayanan Museum Balanga Kalteng
Yerson, menurutkan bahwa dalam sebuah proses kelahiran, ibu dibaringkan di suatu
tempat yang disebut sungguhan. Petugas yang menolong biasanya bidan kampung
atau dukun.

Adapun kelengkapan proses melahirkan yang dibutuhkan yaitu tempat ari-ari atau
yang biasa dikatakan dalam bahasa Dayak kusak tabuni, pemotong tali pusar atau
sembilu, tempat bersalin atau sungguhan manak, tempat pakaian (saok), tempat
menyimpan air panas, parafin, tempat air untuk memandikan bayi kandarah, dan lain-
lain.

Ia menuturkan, sebelum proses kelahiran pasti ada masa kehamilan. Masyarakat Da-
yak di Kalteng meyakini bahwa masa kehamilan memerlukan upacara khusus.
“Ritual itu dilakukan ketika ibu dinyatakan hamil dan ketika usia kandungan berumur
tiga bulan, tujuh bulan, serta sembilan bulan,” ucapnya.

Ritual untuk usia kandungan tiga bulan disebut paleteng kalangkang sawang. Ritual
itu bertujuan agar ibu hamil tidak diganggu roh jahat dari dalam air. Ritual usia kan-
dungan tujuh bulan disebut nyaki ehet atau nyaki dirit, yang hakikatnya untuk
memilih leluhur yang akan menyertai melindungi ibu dan anak di kandungnya.

Kemudian, ritual untuk usia kandungan sembilan bulan disebut mangkang kahang
badak. Bertujuan agar bayinya tidak lahir prematur.

Sebagai tanda permohonan agar persalinan berjalan normal, dipasanglah lilitan se-
perti stagen dari kuningan berisi manik dan dilingkarkan di pinggang ibu. Syarat
ritual untuk usia kandungan adalah hewan kurban seperti ayam atau babi, manik-
manik untuk ehek, tambak, behas tawur, sesajen, manik-manik lilis, dan manas. (MG-
1/B-3)

You might also like