You are on page 1of 14

Proposal Tugas Akhir

SISTEM DAN KOORDINASI PMT () DAN RECLOSER ()


PADA SISTEM PROTEKSI JARINGAN TEGANGAN
MENENGAH 20 KV DI WILAYAH PT. PLN (Persero)
AREA SURAKARTA BERBASIS SCADA DAN PLC
Diajukan sebagai syarat kelulusan Program Diploma III

Disusun Oleh
ARSYAD LANGGENG S 3.39.15.0.06
IRFAN AZIZ AFFANDI 3.39.15.0.10
PAMUNGKAS KURNIA ADI 3.39.15.0.15
TRIALITA SWASTIKA AJI 3.39.15.0.23

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI SEMARANG
2018
HALAMAN PERSETUJUAN
1. Judul Tugas Akhir/Skripsi : SISTEM DAN KOORDINASI PMT () DAN
RECLOSER () PADA SISTEM PROTEKSI JARINGAN TEGANGAN
MENENGAH 20 KV DI WILAYAH PT. PLN (Persero) AREA
SURAKARTA BERBASIS SCADA DAN PLC
Pelaksana 1
a. Nama : ARSYAD LANGGENG S
b. NIM : 3.39.15.0.06
c. Program studi : Teknik Listrik
d. Jurusan : Teknik Elektro
Pelaksana 2
a. Nama : IRFAN AZIZ AFFANDI
b. NIM : 3.39.15.0.10
c. Program studi : Teknik Listrik
d. Jurusan : Teknik Elektro
Pelaksana 3
a. Nama : PAMUNGKAS KURNIA ADI
b. NIM : 3.39.15.0.15
c. Program studi : Teknik Listrik
d. Jurusan : Teknik Elektro
Pelaksana 4
a. Nama : TRIALITA SWASTIKA AJI
b. NIM : 3.39.15.0.23
c. Program studi : Teknik Listrik
d. Jurusan : Teknik Elektro

2. Pembimbing :
a. Pembimbing I : Eko Widiarto, S.T, M. Eng.
b. Pembimbing II: Yusnan Badruzzaman, ST.,M.Eng.
Semarang, 04 April 2018
Pelaksana 1 Pelaksana 2

Arsyad Langgeng S Irfan Aziz Affandi


3.39.15.0.06 3.39.15.0.10

Pelaksana 3 Pelaksana 4

Pamungkas Kurnia Adi Trialita Swastika Aji


3.39.15.0.15 3.39.15.0.23

Menyetujui:
Pembimbing 1 Pembimbing 2

Eko Widiarto, S.T, M. Eng. Yusnan Badruzzaman, ST.,M.Eng.


NIP. 195910201987031003 NIP. 197503132006041001

Mengetahui,
Ketua Program Studi

Yusnan Badruzzaman, ST.,M.Eng.


NIP. 197503132006041001
1. JUDUL
“SISTEM DAN KOORDINASI PMT () DAN RECLOSER () PADA SISTEM
PROTEKSI JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 KV DI WILAYAH
PT. PLN (Persero) AREA SURAKARTA BERBASIS SCADA DAN PLC”

2. LATAR BELAKANG
PT. PLN (Persero) sebagai Perusahaan BUMN yang bertugas
untuk memenuhi kebutuhan listrik, dituntut untuk menyediakan energi
listrik yang cukup, baik secara kuantitas maupun kualitas. Tuntutan
tersebut semakin nyata dengan diberlakukannya UU No. 30 Tahun 2009
yang memungkinkan penyediaan energi listrik untuk kepentingan
umum diberlakukan oleh BUMD, Pihak Swasta atau badan usaha lain
diluar PT PLN (Persero). PT PLN (Persero) harus mampu menjawab
tantangan ini dengan peningkatan pelayanan dan penyediaan energi
listrik yang andal, aman dan efisien. Listrik yang disalurkan ke
pelanggan harus secara kontinyu, aman digunakan, dan efisien dalam
biaya pengoperasianya.
Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem ketenaga listrikan
yang paling dekat dengan beban/pelanggan, yang menyalurkan tenaga
listrik melalui dengan mempergunakan tegangan 20 KV pada Jaringan
Tegangan Menengah (JTM) serta tegangan 220 / 380 V pada jaringan
Tegangan Rendah (JTR). Sebagian besar jaringan distribusi 20 KV di
Indonesia mempergunakan saluran Udara Tegangan Menengah
(SUTM) yang melintasi udara terbuka, sehingga tidak menutup
kemungkinan terjadinya gangguan seperti gangguan karena petir atau
gangguan yang diakibatkan pepohonan dan binatang. Hal ini dapat
mengakibatkan terjadinya hubung singkat antar fasa (3 fasaatau 2 fasa)
atau antara 1 fasa ketanah, yang dapat bersifat temporer maupun
permanen.
Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan pemasangan
peralatan proteksi yang berupa relai arus lebih (OCR) yang
mengamankan gangguan 2 fasa maupun 3 fasa serta relai gangguan
tanah(GFR) untuk mengamankan gangguan fasa - tanah. Pada sistem
distribusi, kedua relai tersebut terpasang pada Gardu Induk serta gardu
hubung jaringan distribusi. Pada gardu hubung jaringan distribusi, relai-
relai tersebut berada dalam peralatan recloser. Peralatan proteksi
tersebut akan mengamankan sistem dari gangguan listrik dengan cara
memisahkan bagian sistem yang mengalami gangguan, sehingga daerah
yang padam karena gangguan dapat dipersempit.
Agar diperoleh kinerja recloser yang maksimal maka relai OCR
dan GFR pada recloser perlu dikoordinasikan dengan relai OCR GFR
pada sisi outgoing di Gardu Induk. Untuk mencoba hasil perhitungan
koordinasi relai OCR GFR pada PMT outgoing dengan recloser.
Berdasarkan permasalah tersebut dibuatlah suatu Tugas Akhir dengan
judul : “KOORDINASI PMT () DAN RECLOSER PLR () PADA
SISTEM PROTEKSI JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20
KV DI WILAYAH KERJA PT. PLN (PERSERO) AREA
SURAKARTA”.

3. PEMBATASAN MASALAH
Dalam pembuatan tugas akhir ini untuk menjaga agar topik masalah tidak keluar
dari permasalahan, kami hanya membatasi hal-hal sebagai berikut :
1. Pembahasan hanya pada koordinasi antara PMT outgoing () dengan

recloser ().

2. Perhitungan arus gangguan hubung singkat yang dicari perhitungan

arus hubung singkat satu fasa, dua fasa, dan tiga fasa.

3. Koordinasi yang dimaksud yaitu antara PMT () dan Recloser ().

4. TUJUAN
Tujuan penulisan Tugas Akhir adalah sebagai berikut:
a. Untuk menganalisa koordinasi proteksi PMT dengan recloser yang bekerja
pada sistem distribusi 20 Kv.
b. Untuk perhitungan nilai setting relay OCR GFR dalam upaya peningkatan
keandalan koordinasi sistem proteksi.
c. Untuk analisa system proteksi yang bekerja di penyulang 20 kv saat ini.
d. Memberi bahan pertimbangan bagi PT. PLN (persero) Area Surakarta dari

hasil evaluasi koordinasi yang dilakukan oleh penulis.

5. TINJAUAN PUSTAKA
a. Pengertian Proteksi
Proteksi distribusi merupakan perlindungan yang terpasang di
sistem distribusi tenaga listrik, bertujuan untuk mencegah atau
membatasi kerusakan pada jaringan dan peralatannya serta untuk
keselamatan umum. (Sarimun N, 2012 : 26)
Sistem proteksi adalah susunan perangkat proteksi secara lengkap
yang terdiri dari perangkat utama dan perangkat-perangkat lain yang
dibutuhkan untuk melakukan fungsi tertentu berdasarkan prinsip-prinsip
proteksi. (Pandjaitan, Bonar, 2013: hal 4)
Sistem proteksi bekerja untuk mengamankan gangguan atau
menghilangkan kondisi tidak normal pada sistem tenaga listrik. Proteksi
tersebut bekerja saat terjadinya gangguan dalam kawasan yang harus
dilindunginya. (lEC 15-05-025 dalam Utami, 2014 : 12)
Sistem proteksi sangat penting peranannya dalam upaya untuk
meningkatkan pelayanan listrik ke konsumen. Dengan sistem proteksi
yang baik, maka kualitas pelayanan listrik kepada pelanggan juga lebih
baik. Sistem distribusi tenaga listrik memiliki keamanan dalam
mengatasi gangguan, sehingga saat terjadi gangguan tidak
membahayakan lingkungan di sekitar jaringan tersebut. Selain itu juga
kontinuitas pelayanan energi listrik terus terjaga di wilayah yang jauh
dari gangguan tersebut.
b. PMT
Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit Breaker (CB) berdasarkan
IEV (International Electrotechnical Vocabulary) 441-14-20 merupakan
peralatan saklar/switching mekanis, yang mampu menutup, mengalirkan
dan memutus arus beban dalam kondisi normal serta mampu menutup,
mengalirkan (dalam periode waktu tertentu) dan memutus arus beban
dalam kondisi abnormal/gangguan seperti kondisi hubung singkat (short
circuit).
Sedangkan definisi PMT berdasarkan IEEE C37.100:1992
(Standard definitions for power switchgear)adalah merupakan peralatan
saklar/ switching mekanis, yang mampu menutup, mengalirkan dan
memutus arus beban dalam kondisi normal sesuai dengan ratingnya serta
mampu menutup, mengalirkan (dalam periode waktu tertentu) dan
memutus arus beban dalam spesifik kondisi abnormal/gangguan sesuai
dengan ratingnya.
Fungsi utamanya adalah sebagai alat pembuka atau penutup suatu
rangkaian listrik dalam kondisi berbeban, serta mampu membuka atau
menutup saat terjadi arus gangguan (hubung singkat) pada jaringan atau
peralatann lain.
PMT Three Pole, PMT jenis ini mempunyai satu mekanik
penggerak untuk tiga fasa, guna menghubungkan fasa satu dengan fasa
lainnya di lengkapi dengan kopel mekanik, umumnya PMT jenis ini di
pasang pada bay trafo dan bay kopel serta PMT 20 kV untuk distribusi.

Gambar b.1 PMT three pole


c. Recloser
Recloser Suatu alat otomatis yang mempunyai kemampuan sebagai
pemutus arus bila terjadi gangguan hubung singkat yang dilengkapi
dengan alat pengindera arus gangguan dan merupakan peralatan pengatur
kerja yang dilakukan apabila itu bersifat temporer. Prinsip kerja: Cara
kerja recloser ini tidak banyak berbeda misalnya dalam mendeteksi
gangguan keduanya mengguankan sensing trafoarus pada pengaturan
elektonik.

1. Berdasarkan perhitungan, apabila terjadi gangguan hubung singkat satu


fasa degan tanah dengan jarak lokasi gangguan 50% dari gardu induk atau
berada ditengah penyulangadalah 253.42 A

3. Sedangkan berdasarkan data gangguan dari panel box control recloser


telah terjadi gangguan hubung singkat satu fasa dengan tanah di fasa R
sebesar 326A dimana letak gangguan berada di tengah penyulang. Daftar
pustaka 1. Pribadi Kadarisman dan Wahyudi Saimun, Koordinat OCR
&GFR 2. Hasan Basri, Sistem Distribusi Tenaga Listrik

Gambar c.1 Recloser

d. Supervisory Control And Data Acquisition (SCADA)


SCADA (Supervisory Control And Data Acquisition) adalah sistem kendali
listrik berbasis komputer yang dipakai untuk pengontrolan suatu sistem.
Beberapa contoh lain dari sistem SCADA ini banyak dijumpai di lapangan
produksi minyak dan gas (Upstream),Jaringan Listrik Tegangan Tinggi dan
Tegangan Menengah (Power Transmission and Distribution) dan beberapa
aplikasi yang dipakai untuk memonitor dan mengontrol areal produksi yang
cukup luas. Yang dimaksud dengan Supervisory Control atau Master Terminal
Unit (MTU) adalah kendali yang dilakukan di atas kendali lokal atau Remote
Terminal Unit (RTU). Pada umumnya jarak antara RTU dengan MTU cukup
jauh sehingga diperlukan media komunikasi antara keduanya. Pengaturan
sistem tenaga listrik yang komplek, sangat bergantung kepada SCADA. Tanpa
adanya sistem SCADA, sistem tenaga listrik dapat diibaratkan seperti seorang
pilot membawa kendaraan tanpa adanya alat instrumen dihadapannya.
Pengaturan sistem tenaga listrik dapat dilakukan secara manual ataupun
otomatis. Pada pengaturan secara manual, operator mengatur pembebanan
pembangkit dengan melihat status peralalatan listrik yang mungkin
dioperasikan misalnya Circuit Breaker (CB), beban suatu pembangkit, beban
trafo, beban suatu transmisi atau kabel dan mengubah pembebanan sesuai
dengan frekuensi sitem tenaga listrik. Pengaturan secara otomatis dilakukan
dengan aplikasi Automatic Generating Control (AGC) atau Load Frequency
Control (LFC) yang mengatur pembebanan pembangkit berdasar setting yang
dihitung terhadap simpangan frekuensi.

e. Programmable Logic Controller (PLC)


Sebuah programmable logic controller, PLC, atau pengontrol yang dapat
diprogram adalah komputer digital yang digunakan untuk otomatisasi proses
biasanya industri elektromekanis, seperti kontrol mesin di lini pabrik perakitan,
wahana hiburan, atau lampu. PLC digunakan di banyak mesin, di banyak
industri. PLC dirancang untuk beberapa pengaturan input digital dan analog dan
output, suhu berkisar diperpanjang, kekebalan terhadap gangguan listrik, dan
ketahanan terhadap getaran dan dampak. Program untuk mengendalikan operasi
komputer biasanya disimpan dalam baterai yang didukung-up atau memori non-
volatile. Sebuah PLC adalah contoh dari "keras" sistem real-time sejak hasil
output yang dihasilkan harus dalam menanggapi masukan dalam kondisi waktu
yang terbatas, jika tidak akan menghasilkan operasi. Sebelum PLC, kontrol,
sequencing, dan keselamatan interlock logika untuk pembuatan mobil terutama
terdiri dari relay, cam timer, sequencer gendang, dan berdedikasi pengendali
loop tertutup. Sejak Ulasan ini bisa nomor di ratusan atau bahkan ribuan, proses
untuk memperbarui fasilitas untuk tahunan model perubahan-atas sangat
memakan waktu dan mahal, karena listrik diperlukan untuk individual rewire
relay untuk mengubah Ulasan karakteristik operasional mereka. Komputer
digital, menjadi tujuan umum perangkat diprogram, segera diterapkan untuk
mengontrol proses industri. Awal komputer diperlukan programmer spesialis,
dan operasi pengendalian lingkungan yang ketat untuk suhu, kebersihan, dan
kualitas daya. Menggunakan tujuan umum pengendalian proses komputer yang
dibutuhkan untuk melindungi komputer dari kondisi lantai pabrik. Komputer
kontrol industri akan memiliki beberapa atribut itu akan mentolerir lingkungan
toko-lantai, akan mendukung diskrit (bit-bentuk) input dan output dengan cara
mudah extensible, tidak akan memerlukan tahun pelatihan untuk menggunakan,
dan itu akan mengizinkan operasinya dipantau. Waktu respon dari setiap sistem
komputer harus cukup cepat untuk menjadi berguna untuk kontrol; kecepatan
yang dibutuhkan bervariasi Menurut sifat dari proses. Karena banyak proses
industri memiliki rentang waktu Mudah ditangani oleh waktu respon milidetik,
modern (cepat, kecil, terpercaya) elektronik sangat memfasilitasi membangun
pengendali terpercaya, terutama karena kinerja dapat diperdagangkan untuk
keandalan. Dalam hal ini penulis menggunakan PLC zelio pabrikan Schneider.
Karena disesuaikan dengan kebutuhan dalam pembuatan alat dan juga untuk
memudahkan penulis dalam mengerjakan alat. Selain itu PLC zelio ini juga
mudah di operasikan oleh semua orang yang masih awam terhadap PLC.

6. CARA KERJA ALAT


1. Alat proteksi yang terdiri dari ocr dan gfr, yang dipasang di recloser dan
dipmt
2. Alat proteksi ini disetting secara urut, yaitu dimulai dari recloser dan
kemudian pmt
3. Alat proteksi pada recloser dan pmt tidak boleh bekerja secara bersamaan
4. Apabila tenggat waktu dari pusat gangguan ke trafo 10 detik, maka recloser
harus bekerja di detik ke 2 dan pmt harus bekerja di detik ke 7
5. Ketika terjadi gangguan maka ocr/gfr pada recloser mendeteksi arus
gangguan, yang kemudian akan memutus / me NO dengan tenggat waktu
yang telah disetting
6. Apabila ocr / gfr pada recloser terlambat untuk mendeteksi gangguan ,
maka ocr / gfr pada pmt segera mendeteksi arus gangguan yang kemudian
baru akan mentripkan pmt
7. METODE
Metodologi yang digunakan dalam menyusun tugas akhir ini adalah:
a. Metode Pengumpulan data utama dan studi pustaka
Metode ini dilakukan dengan cara mencari data baik dari sumber data dari
PUIL, Standard SPLN, serta buku maupun internet yang berhubungan
dengan hal-hal yang dibahas dalam pembuatan tugas akhir ini.
b. Metode Observasi
Metode ini dilakukan dengan cara mengadakan penelitian langsung ke
lapangan kerja, kemudian hasilnya digunakan sebagai sumber data.
c. Metode Bimbingan
Metode ini dilakukan dengan cara meminta pengarahan dan petunjuk dari
dosen pembimbing dan dosen umum.
d. Metode Wawancara
Metode ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara langsung kepada
pihak yang bersangkutan mengenai sumber data yang akan diambil.

8. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk mempermudah pembaca dalam mepelajari isi lapoan, penulis
membuat sistematika laporan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Berisikan tentang Latar belakang masalah, tujuan dan manfaat dalam
pembuatan Tugas Akhir, Rumusan dan Pembatasan masalah, metode
penyusunan laporan Tugas Akhir, dan sistematika penulisan laporan
Tugas Akhir.
BAB II DASAR TEORI
Bab ini memberikan penjelasan tentang Proteksi, PMT, dan Recloser
Sistem Proteksi menggunakan OCR, Progammable Logic Control,
Supervisory Control Automatic Data and Acquisition.
BAB III PERANCANGAN DAN PERAKITAN
Bab ini membahas tentang perancangan simulasi prototipe alat dengan
SCADA, dan pembuatan program.
BAB IV MONITORING PROTEKSI PADA GI PANDEAN LAMPER
Berisikan tentang data yang diperoleh di lapangan yang selanjutnya
diolah dan dibahas lebih lanjut untuk mengetahui setting OCR dan
bagaimana monitoring proteksi jaringan pada PSS berbasis SCADA
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisikan tentang kesimpulan yang diambil penyusun dari pembuatan
dan penulisan laporan Tugas Akhir , kesan dan saran selama proses
pembuatan Tugas Akhir.
Sedangkan pada bagian terakhir dari laporan ini berisi tentang Daftar
Pustaka dan Lampiran-Lampiran.
9. JADWAL KEGIATAN

Agenda Bulan
FEBRUAR MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUST
I US
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Observasi
Survey Alat
Perancangan
Pengadaan
Alat dan
Bahan
Pembuatan
Alat
Penyusunan
Laporan

DAFTAR PUSTAKA

Jasa Pendidikan dan Pelatihan Sistem Distribusi Tenaga Listrik:PT PLN (Persero)
LAMPIRAN

Rencana anggaran yang akan kami gunakan adalah sebagai berikut:

Tabel Rencana Anggaran


NO KETERANGAN Jumlah Harga Harga Total Keterangan
Barang Satuan
1 Biaya Bahan Konstruksi
1. PLC TwidoSuits minimal 3 output/ 1 - - Tersedia di
3 input Polines
2. Analog Digital Converter (ADC) 1 Rp. Rp.
100.000,00 100.000,00
3. Laptop 1 - - Laptop
Sendiri
4. Modbus Ethernet 1 Rp. Rp.
950.000,00 950.000,00
5. Lain-lain Rp.
300.000,00
Rp.
1.350.000,00
2 Biaya Operasional
1. Rental, pengetikan, penggandaan Rp.
dan jilid 100.000,00
2. Dokumentasi RP.
50.000,00
Total Rp.
1.500.000,00

You might also like