Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh
ARSYAD LANGGENG S 3.39.15.0.06
IRFAN AZIZ AFFANDI 3.39.15.0.10
PAMUNGKAS KURNIA ADI 3.39.15.0.15
TRIALITA SWASTIKA AJI 3.39.15.0.23
2. Pembimbing :
a. Pembimbing I : Eko Widiarto, S.T, M. Eng.
b. Pembimbing II: Yusnan Badruzzaman, ST.,M.Eng.
Semarang, 04 April 2018
Pelaksana 1 Pelaksana 2
Pelaksana 3 Pelaksana 4
Menyetujui:
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Mengetahui,
Ketua Program Studi
2. LATAR BELAKANG
PT. PLN (Persero) sebagai Perusahaan BUMN yang bertugas
untuk memenuhi kebutuhan listrik, dituntut untuk menyediakan energi
listrik yang cukup, baik secara kuantitas maupun kualitas. Tuntutan
tersebut semakin nyata dengan diberlakukannya UU No. 30 Tahun 2009
yang memungkinkan penyediaan energi listrik untuk kepentingan
umum diberlakukan oleh BUMD, Pihak Swasta atau badan usaha lain
diluar PT PLN (Persero). PT PLN (Persero) harus mampu menjawab
tantangan ini dengan peningkatan pelayanan dan penyediaan energi
listrik yang andal, aman dan efisien. Listrik yang disalurkan ke
pelanggan harus secara kontinyu, aman digunakan, dan efisien dalam
biaya pengoperasianya.
Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem ketenaga listrikan
yang paling dekat dengan beban/pelanggan, yang menyalurkan tenaga
listrik melalui dengan mempergunakan tegangan 20 KV pada Jaringan
Tegangan Menengah (JTM) serta tegangan 220 / 380 V pada jaringan
Tegangan Rendah (JTR). Sebagian besar jaringan distribusi 20 KV di
Indonesia mempergunakan saluran Udara Tegangan Menengah
(SUTM) yang melintasi udara terbuka, sehingga tidak menutup
kemungkinan terjadinya gangguan seperti gangguan karena petir atau
gangguan yang diakibatkan pepohonan dan binatang. Hal ini dapat
mengakibatkan terjadinya hubung singkat antar fasa (3 fasaatau 2 fasa)
atau antara 1 fasa ketanah, yang dapat bersifat temporer maupun
permanen.
Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan pemasangan
peralatan proteksi yang berupa relai arus lebih (OCR) yang
mengamankan gangguan 2 fasa maupun 3 fasa serta relai gangguan
tanah(GFR) untuk mengamankan gangguan fasa - tanah. Pada sistem
distribusi, kedua relai tersebut terpasang pada Gardu Induk serta gardu
hubung jaringan distribusi. Pada gardu hubung jaringan distribusi, relai-
relai tersebut berada dalam peralatan recloser. Peralatan proteksi
tersebut akan mengamankan sistem dari gangguan listrik dengan cara
memisahkan bagian sistem yang mengalami gangguan, sehingga daerah
yang padam karena gangguan dapat dipersempit.
Agar diperoleh kinerja recloser yang maksimal maka relai OCR
dan GFR pada recloser perlu dikoordinasikan dengan relai OCR GFR
pada sisi outgoing di Gardu Induk. Untuk mencoba hasil perhitungan
koordinasi relai OCR GFR pada PMT outgoing dengan recloser.
Berdasarkan permasalah tersebut dibuatlah suatu Tugas Akhir dengan
judul : “KOORDINASI PMT () DAN RECLOSER PLR () PADA
SISTEM PROTEKSI JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20
KV DI WILAYAH KERJA PT. PLN (PERSERO) AREA
SURAKARTA”.
3. PEMBATASAN MASALAH
Dalam pembuatan tugas akhir ini untuk menjaga agar topik masalah tidak keluar
dari permasalahan, kami hanya membatasi hal-hal sebagai berikut :
1. Pembahasan hanya pada koordinasi antara PMT outgoing () dengan
recloser ().
arus hubung singkat satu fasa, dua fasa, dan tiga fasa.
4. TUJUAN
Tujuan penulisan Tugas Akhir adalah sebagai berikut:
a. Untuk menganalisa koordinasi proteksi PMT dengan recloser yang bekerja
pada sistem distribusi 20 Kv.
b. Untuk perhitungan nilai setting relay OCR GFR dalam upaya peningkatan
keandalan koordinasi sistem proteksi.
c. Untuk analisa system proteksi yang bekerja di penyulang 20 kv saat ini.
d. Memberi bahan pertimbangan bagi PT. PLN (persero) Area Surakarta dari
5. TINJAUAN PUSTAKA
a. Pengertian Proteksi
Proteksi distribusi merupakan perlindungan yang terpasang di
sistem distribusi tenaga listrik, bertujuan untuk mencegah atau
membatasi kerusakan pada jaringan dan peralatannya serta untuk
keselamatan umum. (Sarimun N, 2012 : 26)
Sistem proteksi adalah susunan perangkat proteksi secara lengkap
yang terdiri dari perangkat utama dan perangkat-perangkat lain yang
dibutuhkan untuk melakukan fungsi tertentu berdasarkan prinsip-prinsip
proteksi. (Pandjaitan, Bonar, 2013: hal 4)
Sistem proteksi bekerja untuk mengamankan gangguan atau
menghilangkan kondisi tidak normal pada sistem tenaga listrik. Proteksi
tersebut bekerja saat terjadinya gangguan dalam kawasan yang harus
dilindunginya. (lEC 15-05-025 dalam Utami, 2014 : 12)
Sistem proteksi sangat penting peranannya dalam upaya untuk
meningkatkan pelayanan listrik ke konsumen. Dengan sistem proteksi
yang baik, maka kualitas pelayanan listrik kepada pelanggan juga lebih
baik. Sistem distribusi tenaga listrik memiliki keamanan dalam
mengatasi gangguan, sehingga saat terjadi gangguan tidak
membahayakan lingkungan di sekitar jaringan tersebut. Selain itu juga
kontinuitas pelayanan energi listrik terus terjaga di wilayah yang jauh
dari gangguan tersebut.
b. PMT
Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit Breaker (CB) berdasarkan
IEV (International Electrotechnical Vocabulary) 441-14-20 merupakan
peralatan saklar/switching mekanis, yang mampu menutup, mengalirkan
dan memutus arus beban dalam kondisi normal serta mampu menutup,
mengalirkan (dalam periode waktu tertentu) dan memutus arus beban
dalam kondisi abnormal/gangguan seperti kondisi hubung singkat (short
circuit).
Sedangkan definisi PMT berdasarkan IEEE C37.100:1992
(Standard definitions for power switchgear)adalah merupakan peralatan
saklar/ switching mekanis, yang mampu menutup, mengalirkan dan
memutus arus beban dalam kondisi normal sesuai dengan ratingnya serta
mampu menutup, mengalirkan (dalam periode waktu tertentu) dan
memutus arus beban dalam spesifik kondisi abnormal/gangguan sesuai
dengan ratingnya.
Fungsi utamanya adalah sebagai alat pembuka atau penutup suatu
rangkaian listrik dalam kondisi berbeban, serta mampu membuka atau
menutup saat terjadi arus gangguan (hubung singkat) pada jaringan atau
peralatann lain.
PMT Three Pole, PMT jenis ini mempunyai satu mekanik
penggerak untuk tiga fasa, guna menghubungkan fasa satu dengan fasa
lainnya di lengkapi dengan kopel mekanik, umumnya PMT jenis ini di
pasang pada bay trafo dan bay kopel serta PMT 20 kV untuk distribusi.
8. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk mempermudah pembaca dalam mepelajari isi lapoan, penulis
membuat sistematika laporan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan tentang Latar belakang masalah, tujuan dan manfaat dalam
pembuatan Tugas Akhir, Rumusan dan Pembatasan masalah, metode
penyusunan laporan Tugas Akhir, dan sistematika penulisan laporan
Tugas Akhir.
BAB II DASAR TEORI
Bab ini memberikan penjelasan tentang Proteksi, PMT, dan Recloser
Sistem Proteksi menggunakan OCR, Progammable Logic Control,
Supervisory Control Automatic Data and Acquisition.
BAB III PERANCANGAN DAN PERAKITAN
Bab ini membahas tentang perancangan simulasi prototipe alat dengan
SCADA, dan pembuatan program.
BAB IV MONITORING PROTEKSI PADA GI PANDEAN LAMPER
Berisikan tentang data yang diperoleh di lapangan yang selanjutnya
diolah dan dibahas lebih lanjut untuk mengetahui setting OCR dan
bagaimana monitoring proteksi jaringan pada PSS berbasis SCADA
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisikan tentang kesimpulan yang diambil penyusun dari pembuatan
dan penulisan laporan Tugas Akhir , kesan dan saran selama proses
pembuatan Tugas Akhir.
Sedangkan pada bagian terakhir dari laporan ini berisi tentang Daftar
Pustaka dan Lampiran-Lampiran.
9. JADWAL KEGIATAN
Agenda Bulan
FEBRUAR MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUST
I US
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Observasi
Survey Alat
Perancangan
Pengadaan
Alat dan
Bahan
Pembuatan
Alat
Penyusunan
Laporan
DAFTAR PUSTAKA
Jasa Pendidikan dan Pelatihan Sistem Distribusi Tenaga Listrik:PT PLN (Persero)
LAMPIRAN