You are on page 1of 3

BAB II

PEMBAHASAN
ASY’ARIYAH DAN AJARANNYA

A. Pengertian dan latar belakang munculnya


Asy’ariyah adalah sebuah aliran yang menganut iktikad yang diajarkan oleh nabi
Muhammad SAW dan diikuti oleh sahabat-sahabatnya. Aliran ini dinisbatkan kepada
pendirinya yaitu Imam Abul Hasan Ali bin Ismail al-Asy’ari, keturunan Abu Musa al-Asy’ari,
seorang tahkim dalam peristiwa Perang Siffin dari pihak Ali. Dia lahir di kota Bashrah tahun
260 H (873 M) dan meninggal tahun 324 H (935 M) di Baghdad[1]. Pada awalnya ia berguru
kepada seorang pendekar Mu’tazilah waktu itu bernama Abu Ali al-Jubai. Memang
dahulunya al-Asy’ari ini merupakan penganut paham Mu’tazilah, namun terasa baginya
sesuatu yang tidak cocok dengan Mu’tazilah yang pada akhirnya condong kepada ahli fiqih
dan ahli hadits.
Setelah lama-lama berpikir dan merenungkan antara ajaran-ajaran Mu’tazilah dengan
paham ahli-ahli fiqih dan hadits, maka ketika dia sudah berumur 40 tahun dia bersembunyi di
dalam rumahnya selama 15 hari untuk memikirkan hal tersebut. Tepat pada hari jumat, dia
berdiri di atas mimbar mesjid Bashrah dan secara resmi menyatakan keluar dari Mu’tazilah.
Kata al-Asy’ari tersebut adalah:
“Wahai masyarakat, barangsiapa mengenal aku, sungguh dia telah mengenalku.
Barangsiapa yang tidak mengenalku maka aku mengenalnya sendiri. Aku adalah Fulan bin
Fulan. Dahulu aku berpendapat bahwa al-Qur’an adalah makhluk, bahwasanya allah tidak
melihat dengan mata, bahwasanya perbuatan-perbuatan yang jelek aku sendiri yang
memperbuatnya. Aku bertaubat mencabut dan menolak paham-paham mu’tazilah dan keluar
darinya”.
Adapun sebab terpenting Asy’ari meninggalkan Mu’tazilah adalah karena adanya
perpecahan yang dialami kaum muslimin yang bisa menghancurkan mereka sendiri, kalau
seandainya tidak diakhiri. Dia mendambagakan kesatuan umat, dia sangat khawatir kalau al-
Qur’an dan Hadits menjadi korban dari paham-paham Mu’tazilah yang dianggapnya semakin
menyimpang dan menyesatkan masyarakat karena Mu’tazilah lebih mementingkan akal
fikiran.

B. Tokoh-tokoh Asy’ariyah
Setelah meninggalnya Abu Hasan al-Asy’ari maka aliran Asy’ariyah ini mengalami
kemunduran atau kesurutan. Maka pada saat itu juga muncul pihak-pihak yang yang
menentang aliran asy’ariyah tersebut, seperti pengikut mazhab Hambali. Ketika itu
muncullah seorang menteri dari Bani Saljuk yang bernama Nidhomul Muluk (m. 485 H/1092
M)[2], mendirikan dua buah madrasah yang terkenal yaitu, Nidhomiyah di Naisabur dan di
Baghdad.
Kemudian tokoh-tokoh ulama terkenal yang berperan dalam kemajuan aliran
Asy’ariyah tersebut adalah:
a. Abu Bakar bin Tayyib al- Baqillany (m. 403 H/1013 M), lahir di kota Bashrah. Kitab
karangannya yang terkenal ialah at-Tamhid, berisi antara lain tentang atom, sifat dan cara
pembuktian.
b. Abu al- Ma’aly bin Abdillah al- Juwainy (419-478 H/1028-1085M), lahir di kota Naisabur,
kemudian pindah ke kota Mu’askar dan akhirnya sampai di Baghdad. Dia mengikuti ajaran-
ajaran al- Baqillany dan al- Asy’ari. Kitab karangannya dibidang tauhid yang terkenal antara
lain:
- Qawalidu ‘Aqaidu yang menguraikan tentang prinsip-prinsip akidah.
- Al Burhan fie Ashuli Fiqhi menerangkan tentang masalah iman dan ilmu yang digali
berdasarkan sumber-sumber makrifat dan obyeknya.
- Al Irsyad fie Qowathi’i I-llah fie Ushuli i-‘Aqaid menerangkan tentang pokok-pokok
kepercayaan dan kewajiban pertama seorang muslim dewasa terhadap agama.
- Masailul Imam Abdul Haqqi ash Shaqati wa Ajwibatihi lil Imam Abil Ma’ati, kitab ini berisi
jawaban masalah-masalah yang dipertanyakan orang seperti alam itu baru, isra’ mi’raj, dll.
- Nihayatul Mathlub fie Dirayatil Mazhab, kitab ini adalah pandangan fiqihnya menurut
mazhab Syafi’i.
c. Abu Hamid bin Muhammad bin Muhammad al-Qazali (450-505 H/1059-1111M) lahir di
kota Thus, negeri Khurasan. Gurunya adalah Imam Juwainy. Kitabnya yang terkenal adalah
Bidayatul Hidayah suatu kitab pengantar ilmu tasauf dan Ihya’ ‘Ulumudddin yang berisi
tentang cara-cara menghidupkan kembali jiwa beragama yang waktu itu mulai luntur.
d. Abu Abdillah Muhammad bin Yusuf as Sanusi, lahir di kota Tilimsan Aljazair (833-
895H/1427-1490M). Diantara kitab karangannya adalah: Aqidah Ahli Tauhid, berisi
pandangan-pandangan tauhid dan Ummul Barahin berisi pembagian sifat-sifat wajib,
mustahil, dan jaiz bagi Allah dan Rasul-Nya.
e. Imam Abu Abdillah Muhammad at-Taimi al Kubro ibnu Khatib Fahruddin ar Razi. Lahir di
Persia 543H. Dia menulis kitab ilmu kalam, fiqih, tafsir dan lain-lain.
f. Abdul Fattah Muhammad Abdul Karim ibnu Abi Bakar Ahmad asy Syahrastani. Lahir di
Khurasan (479-574H/1086-1153M). kitab karangannya yang terkenal al Milal Wan Nihal.
Menerangkan golongan-golongan dalam Islam dan berbagai paham keagamaan dan falsafat.
Kitab ini terdiri dari 3 juz dalam satu jilid.

C. Ajaran-ajaran atau pokok-pokok pemikiran Asy’ariyah


1. Sifat-sifat Tuhan. Menurut aliran ini, Tuhan mempunyai sifat-sifat sebagaimana disebutkan
di dalam al-Qur’an. Allah mengetahui dengan ‘ilm (ilmu), berkuasa dengan qudrah, hidup
dengan hayah, berkehendak dengan iradah, berkata dengan kalam, mendengar dengan
sama’, melihat dengan bashar, dan seterusnya. Sifat-sifat tersebut adalah azali, qadim, dan
berdiri di atas zat Tuhan. Sifat itu bukan zat Tuhan, bukan pula selain dari zat-Nya.[3]
2. Al-Qur’an menurut mereka adalah qadim, bukan makhluk. Dasarnya adalah ayat an-Nahl
ayat 40;
y¯        $
 
Sesungguhnya perkataan kami terhadap sesuatu apabila kami menghendakinya, kami Hanya
mengatakan kepadanya: "kun (jadilah)", Maka jadilah ia.
3. Melihat Tuhan bisa dengan mata kepala sendiri di akhirat. Dasarnya adalah firman Allah
dalam surat al-Qiyamah ayat 22-23;
      

Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada
Tuhannyalah mereka Melihat
4. Perbuatan manusia diciptakan tuhan bukan diciptakan oleh manusia itu
sendiri. Dasarnya adalah surat as-Saffat ayat 96;
    
Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat
itu.
5. Tuhan bertahta di ‘Arsy, mempunyai muka, tangan, mata, dan
sebagainya. Tetapi tidak sama dengan yang ada pada makhluk.
6. Keadilan Tuhan, Tuhan tidak mempunyai kewajiban apapun. Tuhan tidak
wajib memasukkan orang jahat ke neraka dan juga sebaliknya, namun
semua itu hanya kehendak mutlak dari Tuhan karena Dia Maha Kuasa atas
segala-galanya.
7. Muslim yang berdosa besar menurut aliran ini apabila melakukan dosa
besar dan meninggal dunia sebelum bertobat, tetap menjadi mukmin,
tidak kafir, tidak pula berada antara keduanya sebagaimana pendapat
Mu’tazilah.

You might also like