Professional Documents
Culture Documents
Investing Activities Analysis
Investing Activities Analysis
Disusun Oleh :
Yoseya 120110150095
2017
Bab 1
Pendahuluan
Investing Activities
Penjualan debt & equity, misalnya sebelumnya Memberikan debt atau pinjaman kepada investor
membeli 20% perusahaan X, kemudian menjual atau perusahaan lain
kepemilikan tersebut kepada investor yang lain,
cash hasil penjualan tersebut masuk kategori
investing activities
Financial Activities
Aset merupakan sumber daya yang dikuasai oleh suatu perusahaan dengan tujuan menghasilkan
laba. Aset dapat digolongkan ke dalam dua kelompok yaitu aset lancar dan asset tidak lancar. Aset
lancar (current assets) merupakan sumber daya atau klaim atas sumber daya yang dapat langsung
diubah menjadi kas sepanjang siklus operasi perusahaan. Aset jangka panjang, juga disebut aset tetap
atau aset tidak lancer (non-current assets) merupakan sumber daya atau klaim atas sumber daya yang
diharapkan dapat memberikan manfaat pada perusahaan selama periode melebihi periode kini.Aset
keuangan (financial assets) terutama terdiri atas efek (surat berharga atau sekuritas) dan investasi.
Aset operasi (operating assets) terdiri atas sebagian besar aset perusahaan. Aset ini dinilai pada
biayanya dan merupakan aset operasi produktif yang diharapkan memberikan imbal hasil diatas laba
normal. Aset terdiri dari aset lancar, persediaan, aset jangka panjang, plant assets, natural resources,
dan intangible assets.
ASET
ASET LANCAR
PT Adaro Energy Tbk. seperti tabel diatas mempunyai akun yang signifikan seperti kas dan setara
kas, piutang usaha, investasi pada entitas asosiasi dan ventura bersama, properti pertambangan, aset
tetap, dan goodwill. PT Adaro Energy Tbk. menginvestasi aset tidak lancar, seperti properti
pertambangan, aset tetap, dan goodwill, yang jauh lebih besar dibandingkan dengan aset lancar.
Berikut akan kami tunjukan harga pasar batubara secara global dari tahun 2015 - 2016. Dari data
dibawah dapat dilihat bahwa ada kenaikan harga yang signifikan dari tahun 2015-2016
1.3. Tujuan
1.3.1. Dapat mengetahui akun-akun yang masuk ke dalam aktivitas investasi
1.3.2. Dapat mengetahui analisis current assets management pada PT Adaro Energy Tbk.?
1.3.3. Dapat mengetahui analisis inventories pada PT Adaro Energy Tbk.?
1.3.4. Dapat mengetahui analisis non-current assets pada PT Adaro Energy Tbk.?
1.3.5. Dapat mengetahui analisis plant assets and natural resources pada PT Adaro Energy Tbk.?
1.3.6. Dapat mengetahui analisis intangible assets pada PT Adaro Energy Tbk.?
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Analisis Current Assets
Current Assets merupakan sumber daya yang langsung dapat dikonversikan menjadi kas
dalam jangka waktu siklus operasi perusahaan. Analisis mengenai working capital sangat
berkaitan dengan analisis mengenai current assets. Working capital merupakan selisih antara
current asset dengan current liabilities. Perusahaan meningkatkan profitabiltas dengan
mengurangi investasi pada current assets melalui berbagai macam metode yang digunakan,
beberapa diantaranya adalah : pengelolaan penjaminan kredit, penagihan utang yang efektif, dan
pengeloaan persediaan dengan metode Just In Time (JIT). Analisis investing activities yang
dilakukan adalah menganilisis beberapa akun yang merupakan bagian dari current assets yang
mana mencakup tiga akun, yaitu : Cash and cash equivalen, Account Receivable, dan inventory.
Cash adalah aset yang paling liquid yang mencakup mata uang, deposito dana, money
order, dan cek.
Cash Equivalen : juga sangat lancar, investasi jangka pendek yang siap dikonversi
menjadi kas dan hamper jatuh tempo sehingga risiko perubahan harga yang disebabkan
pergerakan tingkat bunga hanya minimal. Contoh cash equivalen adalah Treasury Bill
jangka pendek, komersial paper, dan dana pasar uang. Jumlah kas yang diperoleh dalam
periode singkat, juga berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban saat jatuh tempo.
Selain memeriksa jumlah aset liquid yang tersedia untuk perusahaan, analis juga harus
mempertimbangkan hal-hal terkait dengan sejauh mana setara kas diinvestasikan pada
efek ekuitas, perusahaan dapat mengalami penurunan likuiditas jika nilai pasar dari efek
investasi tersebut menurun dan kas & setara kas seringkali dibutuhkan sebagai saldo
kompensasi untuk medukung suatu perjanjian pinjaman atau sebagai jaminan hutang.
Piutang merupakan nilai jatuh tempo yang berasal dari penjualan barang atau jasa atau
dari pemberian pinjaman uang. Piutang juga merupakan nilai yang mencakup nilai jatuh
tempo yang berasal dari aktivitas seperti sewa dan bunga. Piutang usaha berasal dari
kegiatan penjualan produk dan jasa secara kredit sedangkan wesel tagih mengacu pada
janji tertulis untuk membayar. Piutang diklasifikasikan sebagai aset lancar jika
diharapkan akan direalisasikan atau ditagih dalam waktu satu tahun atau satu siklus
operasi. Penilaian piutang dengan menggunakan nilai realisasi bersih yaitu jumlah
piutang total dikurangi dengan penyisihan piutang tak tertagih.
Inventory merupakan barang yang dijual dalam aktivitas operasi normal perusahaan.
Metode akumulasi biaya persediaan diguunakan untuk mengalokasi biaya barang yang
tersedia untuk dijual pada harga pokok penjualan atau persediaan akhir.metode penilaian
persediaan meliputi : First-in First Out (FIFO), Last-in First Out (LIFO), dan biaya rata-
rata (Average).
Berdasarkan hasil perhitungan working capital PT Adaro Tbk dapat disimpulkan bahwa
operasi perusahaan berjalan dengan baik dilihat dari peningkatan working capital dari tahun ke
tahun. Artinya bahwa, jika nilai dari working capitalnya positif berarti perusahaan dapat dengan
baik untuk mempertanggungjawabkan kewajiban jangka pendeknya dengan aset lancar yang
dimiliki.
Pada dasarnya, working capital yang cenderung meningkat menandakan bahwa kinerja
operasional perusahaan membaik. Akan tetapi, pada kenyataannya working capital itu dapat
dikatakan “costly” ketika akun yang ada didalam current asset berasal dari selain kas mengingat
bahwa ketika adanya peningkatan receivable dapat mengakibatkan adanya risiko
ketidaktertagihan piutang sedangkan apabila inventory yang mendominasi maka akan ada biaya-
biaya lain yang ditanggung perusahaan, contohnya seperti biaya pemeliharaan inventory, dsb.
Analisis perbandingan cash, account receivable, dan inventory ini berguna untuk mengetahui
akun apa yang mendominasi dalam current assets yang dimiliki. Hasil analisis untuk tiga tahun
ini menunjukan bahwa cash mendominasi dalam current asset sehingga dapat dikatakan bahwa
Adaro menjalankan perusahaannya dengan sangat efisien.
Cash turnover ratio merupakan perhitungan ratio yang berarti bahwa seberapa cepat
perusahaan dapat memutarkan kas yang dimilikinya. Dalam analisis ini, semakin tinggi cash
turnover ratio dapat diartikan bahwa perusahaan telah memaksimalkan penggunaan kas dalam
operasi perusahaan di tahun tersebut.
Dari data di atas, dapat dilihat bahwa jumlah kas yang dimiliki Adaro dalam tiga tahun
berturut-turut bersifat fluktuatif. Akan tetapi, dari tahun 2015 ke 2016 terjadi peningkatan
signifikas atas saldo kas.
Dari hasil perhitungan di atas dapat dilihat bahwa PT Adaro dalam tiga tahun berturut-turut
mengalami penurunan cash turnover ratio. Artinya kemampuan perusahaan dalam
mengumpulkan kas atas penjualan dari tahun ke tahun menurun. Dilihat dari penjualan dari tahun
ke tahun juga menurun, dapat disimpulkan bahwa ada korelasi positif antara penjualan dengan
kemampuan perusahaan dalam mengumpulkan kasnya.
Dilihat dari perhitungan di atas, menyatakan bahwa PT Adaro Energy Tbk tiga tahun berturut-
turut mengalami peningkatan current ratio. Hal ini berarti menunjukan hal positif bagi
perusahaan yang mana pada tahun 2016 nilai current assets nya dua kali lebih besar dari nilai
kewajiban. Artinya perusahaan mampu untuk mempertanggungjawabkan kewajiban jangka
pendek.
Penjualan Kredit
Perputaran Piutang =
Piutang Rata-Rata
Bagi perusahaan sangatlah penting untuk diketahui karena makin tinggi perputaran
piutang, maka piutang yang dapat ditagih oleh perusahaan makin banyak. Sehingga akan
memperkecil adanya piutang yang tidak tertagih dan memperlancar arus kas. Selain itu dengan
adanya Perputaran Piutang (Receivable Turnover) maka akan dapat diketahui bagaimana kinerja
bagian marketing dalam mencari pelanggan yang potensial membeli akan tetapi juga potensial
membayar piutangnya.
Perputaran Piutang (Receivable Turnover) sering kali digunakan oleh perusahaan yang
melakukan penjualan secara kredit, misalnya perusahaan yang bergerak dibidang distributor
obat.
Dilihat dari hasil perhitungan di atas AR Turnover yang dimiliki oleh PT Adaro Energy Tbk
mengalami penurunan yang berarti bahwa kemampuan dalam menagih piutang cenderung
menurun dari tahun ke tahun meskipun penurunannya tidak signifikan. Berbanding terbalik
dengan waktu yang diperlukan untuk pengumpulan piutang yang dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan. Peningkatan dari jumlah hari yang dibutuhkan untuk menagih piutang tidak
mengindikasikan hal yang baik karena perusahaan membutuhkan waktu yang lebih lama dalam
pengumpulan piutangnya sehingga adanya risiko ketidatertagihan piutang yang lebih besar.
Mengingat bahwa Adaro merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan, jangka
waktu 35 hari bukan merupakan waktu yang lama sehingga dapat dikatakan bahwa investasi
jangka pendek tidak berdampak secara signifikan.
Inventory atau persediaan barang sebagai elemen utama dari modal kerja merupakan aktiva
yang selalu dalam keadaaan berputar, dimana secata terus menerus mengalami
perubahan. Turnover menunjukan berapa kali jumlah persediaan barang dagangan diganti dalam
satu tahun (dijual dan diganti). Tingkat perputaran persediaan mengukur perusahaan dalam
memutar barang dagangannya, dan menunjukan hubungan antara barang yang diperlukan untuk
mengimbangi tingkat penjualan yang ditentukan.
Pengertian perputaran persediaan menurut beberapa ahli antara lain sebagai berikut :
Harga PokokPenjualan
Perputaran persediaan =
Rata – rata Persediaan
Inventory 2016 2015 2014
Harga Pokok 1.838.963 2.141.176 2.605.444
Penjualan
Persediaan Rata- 73.104 84.767 99.745
rata
Inventory Turnover 25,15 25,25 26,12
Dilihat dari perhitungan bahwa Adaro mengalami penurunan inventory turnover dari tahun
ke tahun dalam jangka waktu tiga tahun yang menandakan bahwa kemampuan perusahaan dalam
mengelola persediaan menurun meskipun tingkat penurunannya tidak signifikan. Denga hal ini
dapat dikatakan Adaro kurang bagus untuk melakukan investasi jangka pendek pada inventory.
Selain itu, inventory memerlukan pemeliharaan yang baik sehingga jika Adaro berinvestasi di
inventory akan meningkatkan biaya-biaya yang harus dikeluarkan.
6. Analisis Persediaan PT Adaro Energy Tbk
PT Adaro Energy Tbk dalam menilai inventory menggunakan metode rata-rata tertimbang.
Berikut kami lampirkan catatan atas laporan keuangan Adaro tahun 2016 :
Menganalisis mengenai penilaian terhadap persediaan, seperti yang telah diketahui bahwa
Adaro menggunakan average dalam menilai inventory sehingga net profit terlihat lebih stabil
begitupun dalam neraca jumlah inventory terlihat lebih stabil. Berbeda ketika perusahaan
menggunakan metode FIFO akan menyebabkan net profit akan terlihat lebih tinggi karena
COGSnya yang rendah mengingat bahwa barang yang dibeli adalah yang pertama dijual. Pada
neraca akan menyebabkan jumlah ending inventory tinggi yang dapat memperbagus neraca
perusahaan.
Properti Pertambangan
Kebijakan Akuntansi
Biaya pengembangan adalah biaya yang dikeluarkan atas nama Grup adalah biaya yang
timbul pada saat cadangan terpulihkan yang secara ekonomis dapat diidentifikasi. Biaya tersebut
termasuk biaya yang dapat diatribusikan secara langsung pada konstruksi tambang dan
infrastruktur terkait, tidak termasuk biaya aset berwujud dan hak atas tanah (seperti hak guna
bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai) yang dicatat sebagai aset tetap.
Ketika keputusan pengembangan telah diambil, jumlah tercatat aset eksplorasi dan
evaluasi pada area of interest tertentu dipindahkan sebagai “tambang dalam pengembangan”
pada akun properti pertambangan dan digabung dengan pengeluaran biaya pengembangan
selanjutnya. “Tambang dalam pengembangan”direklasifikasi ke “tambang yang
berproduksi”pada akun properti pertambangan pada akhir tahap komisioning, ketika tambang
tersebut dapat beroperasi sesuai dengan maksud manajemen.“Tambang dalam pengembangan”
tidak diamortisasi sampai direklasifikasi menjadi “tambang yang berproduksi”.
Ketika timbul biaya pengembangan lebih lanjut atas properti pertambangan setelah
dimulainya produksi, maka biaya tersebut akan dicatat sebagai bagian dari“pertambangan yang
berproduksi” apabila terdapat kemungkinan besar tambahan manfaat ekonomi masa depan
sehubungan dengan biaya tersebut akan mengalir ke Grup.
Apabila tidak, biaya tersebut dibebankan sebagai biaya produksi. “Tambang yang
berproduksi” (termasuk biaya eksplorasi, evaluasi dan pengembangan,serta pembayaran untuk
memperoleh hakpenambangan dan sewa) diamortisasi dengan menggunakan metode unit
produksi, dengan perhitungan terpisah yang dibuat untuk setiap
area of interest. “Tambang yang berproduksi” dideplesi mengunakan metode unit produksi
berdasarkan cadangan terbukti dan cadangan terduga.
Properti pertambangan teridentifikasi yang diperoleh melalui suatu kombinasi bisnis pada
awalnya diakui sebagai aset sebesar nilawajarnya. Pengeluaran pengembangan yangterjadi
setelah akuisisi properti pertambangan dicatat berdasarkan kebijakan akuntansi yangdijelaskan di
atas. “Tambang dalam pengembangan” dan“tambang yang berproduksi” diuji penurunan nilainya
dengan mengacu pada kebijakan akuntansi.
Penilaian
Pada 2015 Adaro tidak mencatatkan asset eksplorasi dan evaluasi, karena semua asset
sudah diklasifikasi sebagai properti pertambangan- tambang dalam pengembangan, kemudian
tahun 2016 semua direklasifikasi menjadi properti pertambangan- tambang yang berproduksi.
Kesimpulannya, cadangan batubara Adaro meningkat.
Capitalization Effects
Kapitalisasi adalah proses mengakui biaya, yang diharapkan mendatangkan keuntungan
di masa depan yang terjadi di periode tersebut sebagai asset. Kapitalisasi biasanya dilakukan
untuk asset-asset jangka panjang, yang artinya pengeluaran di periode sekarang diakui sebagai
asset dalam balance sheet dan bukan langsung dijadikan expense di income statement. Namun,
nantinya akan dialokasikan sebagai expense secara periodik, atau biasa kita kenal dengan
depresiasi/amortisasi/depletion. Sedangkan impairment adalah pengurangan nilai buku ketika
future value cash benefit tidak cukup menutupi nilai asset yang tercatat di balance sheet.
Sebenarnya ada dua metode untuk kapitalisasi, pertama yaitu successfull effort, dimana
perusahaan akan mengakui seluruh pengeluaran sebagai expense sebelum menemukan adanya
economic feasibility, setelah ditemukan economic feasibility, semua pengeluaran akan
dikapitalisasi. Kedua full cost, untuk Adaro sendiri menerapkan full cost dimana Adaro
mengkapitalisasi seluruh pengeluaran sebelum ditemukannya economic feasibility sebagai
assets ekplorasi dan evaluasi, baru jika tidak ditemukan economic feasibility, asset eksplorasi dan
evaluasi akan diakui sebagai expenses
Untuk mengukur seberapa efektif investasi kita pada asset menghasilkan laba, kita bisa
menggunakan rasio Return on Asset (ROA)
Jika pengeluaran dikapitalisasi, pada periode akuisisi, Return on Asset (ROA) perusahaan
cenderung tinggi, karena asset bertambah dan penjualan tidak dikurangi beban apapun, sehingga net
incomenya tinggi. Net profit yang dihasilkan di periode selanjutnya pun akan lebih stabil, dan asset yang
tercatat tidak undervalue.Namun, untuk periode setelahnya net income yang dihasilkan akan lebih
rendah karena akan timbul depleciation expenses. Jika pengeluaran langsung dicatat sebagai expense,
pada periode terjadinya, ROA perusahaan rendah, karena expenses diakui sekaligus menyebabkan net
income rendah, dan net income akan terlihat fluktuatif
Data tersebut menunjukkan pertumbuhan net income Adaro lebih tinggi dari pada total
assetnya. Hal ini mengindikasikan walaupun Adaro tidak melakukan investasi secara agresif ,
namun berhasil meningkatkan net income secara signifikan. Untuk ROA memang cukup rendah
rata-rata 0,04, tiap 1 satuan asset akan menghasilkan 0,04 net income, penggunaan assetnya
terbilang kurang efektif, hal ini diperkuat dengan data ROA industri yang lebih tinggi dari Adaro
yaitu sebesar 6,42%
Data diatas menunjukkan rasio debt to equity rata-rata 82%, namun mulai menurun dari
tahun 2014. Penurunan ini disebabkan penurunan debt yang memang ingin dilunasi Adaro secara
perlahan dengan cara refinancing dengan pinjaman yang tingkat bunganya lebih rendah dan
peningkatan equity. Namun bila dibandingkan dengan debt to equity industri tambang, debt to
equity Adaro masih jauh lebih rendah, dimana DER industri mencapai 144, 12%.
Jika pengeluaran dijadikan expense, pengeluaran akan menguras operating cash outflow, jika
dikapitalisasi pengeluaran akan dicatat di bagian investing cash outflow. Jika operating cash outflow
besar, kinerja perusahaan akan terlihat kurang baik, kurang bisa mengefektifkan penggunaan biaya,
sedangkan jika investing cash outflow besar, memberikan sinyal baik bagi investor , karena perusahaan
mengeluarkan uang untuk investasi di asset yang nantinya akan mendatangkan future economic benefit.
Data menunjukkan asset yang dibeli menggunakan cash Adaro mengalami peningkatan
signifikan.
Fixed Asset
Untuk asset tetap di Adaro, disusutkan menggunakan metode garis lurus. Adapun asset
tetap meliputi tanah, bangunan, infrastruktur, pembangkin listrik, mesin , peralatan, kendaraan,
kapal, peralatan kantor, fasilitas peremukan, jalan dan jembatan. Berikut data kerugian dari
pelepasan asset Adaro yang terus meningkat tiap tahunnya. Pelepasan dilakukan akibat perjanjian
atas tanah dari Adaro dengan Pelindo.
Goodwill merupakan selisih lebih antara harga perolehan dan nilai pasar wajar aset bersih
yang diperoleh dalam transaksi pembelian. Dari segi analis, Goodwill mencerminkan nilai
ekonomis nyata seperti nama dagang yang memerlukan pengembangan dan pemeliharaan yang
mahal dan kelebihan pembayaran karena harapan yang tidak realistis, antusiasme yang
berlebihan, atau tiadanya penilaian, atau analisis yang tepat. Berdasarkan konsep, goodwill
menggambarkan manfaat ekonomi masa depan yang dihasilkan dari aset yang lain yang
diperoleh dari penggabungan usaha yang tidak dapat diidentifikasi dan diakui secara individual.
Goodwill hanya dicatat pada saat suatu perusahaan dibeli secara utuh. Goodwill
merupakan suatu bentuk pengkapitalisasian suatu biaya untuk mendapatkan manfaat di masa
yang akan datang. Internally created goodwill tidak dapat dikapitalisasi ata diakui sebagai aset.
Untuk melakukan pencatatan goodwill, perusahaan harus membandingkan antara fair value aset
berwujud (net) dan aset tidak berwujud dengan biaya yang dibutuhkan untuk meakuisisi suatu
perusahaan lain.
Goodwill dipertimbangkan untuk memiliki umur hidup yang tidak dapat diketahui
(indefinite) sehingga tidak dapat diamortisasi. Meskipun nilai goodwill bisa berkurang seiring
berjalannya waktu, memprediksi umur sesungguhnya dari goodwill dan pola amortisasi dari
goodwill adalah suatu hal yang sangat sulit. Sehingga,jika ingin mengetahui ada atau tidaknya
penurunan nilai pada goodwill, perusahaan harus melakukan test of impairment setiap tahunnya
dan melaporkan hasilnya serta mengurangi carrying value dari goodwill.
termasuk mengganti CEO dan kinerja keuangannya yang memburuk dalam jangka panjang.
Ketika perusahaan terpaksa harus melaporkan rugi, maka manajer akan melaporkan kerugian
dalam jumlah yang lebih besar dengan cara melakukan penghapusan (write off) nilai aset secara
besar-besaran. Penghapusan nilai aset tersebut akan memungkinkan perusahaan melaporkan
kerugian yang lebih besar di tahun berjalan dan meningkatkan kemungkinan perusahaan untuk
melaporkan laba di masa depan. Oleh karena itu, perusahaan dengan strategi big bath akan
mengakui kerugian penurunan nilai goodwill lebih awal untuk meningkatkan laba di masa datang
(White et. al, 2003). Hasil penelitian terdahulu (Majid, 2013; Feist, 2013) menemukan bahwa
perusahaan yang melakukan big bath cenderung melaporkan kerugian penurunan nilai goodwill.
Selain Big Bath, perusahaan yang melaporkan penurunan nilai goodwillnya juga
diindikasi melakukan perataan laba (income smoothing). Berdasarkan hipotesis perataan laba
(income smoothing), manajer akan mengakui kerugian penurunan nilai goodwill pada saat laba
perusahaan cukup tinggi dengan tujuan untuk menjaga kestabilan tingkat laba atau mengurangi
laba yang dilaporkan dan menghindari biaya gagal bayar (default cost).
Sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan yang melaporkan kerugian penurunan nilai
goodwill cenderung terindikasi melakukan perataan laba dan big bath, perusahaan yang memiliki
tingkat leverage yang tinggi lebih cenderung tidak melaporkan kerugian penurunan nilai
goodwill, perusahaan dengan tingkat penjualan yang lebih rendah cenderung melaporkan
kerugian penurunan nilai, dan perusahaan dengan perubahan ROA yang lebih rendah cenderung
melaporkan kerugian penurunan nilai goodwill.
Analisis Goodwill
Goodwill yang diperoleh PT Adaro Energy berasal dari pengakuisisian ataupun joint
venture pada tiga lini bisnis yang dijalankannya. Yaitu Pertambangan dan Perdagangan Batubara,
Jasa Pertambangan, dan Logistik. Dengan proporsi 85% didapat dari lini bisnis pertambangan
dan perdagangan batu bara. Hal ini diakibatkan dari banyaknya perusahaan di bidang
Pertambangan dan Perdagangan Batubara yang diakuisisi oleh PT Adaro Energy sebagai respon
dari penilaian risikonya terhadap risiko cadangan batubara.
Mengingat goodwill adalah suatu aset yang tidak dapat diamortisasi, penilaian terhadap
penurunan nilai perlu dilakukan setiap tahunnya sesuai dengan kebijakan akuntansi PT
AdaroEnergy dan entitas anaknya. Dari data yang tersedia, pada tahun 2016 PT Adaro Energy
mengalami penurunan nilai goodwill. Yaitu sebesar AS$109,943.
Penilaian dilakukan sesuai dengan kebijakan akuntansi PT Adaro Energy dan entitas
anaknya, yaitu dengan menggunakan pendekatan pendapatan. Pendekatan pendapatan diprediksi
melalui nilai arus kas masa depan yang akan dihasilkan oleh suatu bisnis. Metode ini meliputi
proyeksi arus kas dan mendiskontokannya menjadi nilai kini. Proses pendiskontoan
menggunakan tingkat pengembalian yang sesuai dengan risiko terkait dengan bisnis atau asset
dan nilai waktu uang.
Penurunan yang terjadi hanya diakibatkan oleh penurunan nilai goodwill. Pada tanggal 31
Desember 2016, nilai wajar setelah dikurangi biaya untuk menjual seluruh UPK melebihi nilai
tercatatnya, kecuali untuk tambang batubara yang sedang dikembangkan dalam lini bisnis
pertambangan dan perdagangan batubara dan lini bisnis logistik. Penurunan nilai goodwill
sebesar AS$109.943 disebabkan oleh perubahan model bisnis di salah satu perusahaan
pertambangan dan perdagangan batubara dan salah satu perusahaan logistik yang menyebabkan
penurunan bisnis di perusahaan tersebut.
Oleh sebab itu, PT Adaro Energy harus mengakui beban penurunan nilai sebesar
AS$109,943 yang dapat dikategorikan sebagai suatu kerugian dan dicantumkan pada
pendapatan/beban lain-lain perusahaan.
Dengan mengakui kerugian dari penurunan nilai goodwill, dapat mempengaruhi EBITDA
dan laba inti tahun 2016 PT Adaro Energy dan entitas anaknya. Kerugian penurunan nilai
goodwill memiliki peran cukup signifikan terhadap total neto pendapatan dan beban lain –lain
perusahaan, yaitu sekitar 75,60% dari total pengurang. Dan mempengaruhi EBITDA serta laba
inti perusahaan sekitar 9,80%. Sehingga dapat dikatakan bahwa kerugian yang disebabkan oleh
penurunan nilai goodwill pada tahun 2016 dapat memperkecil nilai EBITDA dan laba inti
perusahaan meskipun pada tahun 2016 EBITDA dan laba inti mengalami kenaikan
dibandingkan dengan tahun 2015.
Sedangkan jika dilihat dari sisi return on asset dengan mengakui goodwill dan
penurunan nilainya, PT Adaro Energy mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa investasi yang dilakukan oleh PT Adaro Energy dengan membeli
perusahaan dengan nilai beli yang lebih tinggi dari net identifiable asetnya adalah keputusan
yang tepat, melihat rasio pengaruh goodwill terhadap total aset cukup signifikan yaitu sekitar
15.16%.
Penyebab penurunan nilai goodwill yang cukup signifikan yaitu sekitar AS$109,943 pada
tahun 2016 diungkapkan pada Catatan Atas Laporan Keuangan PT Adaro Energy sebagai akibat
dari perubahan model bisnis di salah satu perusahaan pertambangan dan perdagangan batubara
dan salah satu perusahaan logistik yang menyebabkan penurunan bisnis di perusahaan tersebut.
Pada tahun 2015, PT Adaro Energy memang tidak melaporkan adanya penurunan nilai
pada goodwill-nya. Seperti terungkap pada Catatan Atas Laporan Keuangan PT Adaro Energy
hal ini disebabkan oleh tidak terdapat penurunan nilai dari goodwill.
Sedangkan pada tahun 2014, terdapat penurunan nilai sebesar AS$16,743 yang terungkap pada
Catatan Atas Laporan Keuangan PT Adaro Energy disebabkan oleh penurunan harga batubara.
Keuntungan yang diperoleh oleh PT Adaro Energy pada tahun 2014 dan 2015 adalah
sebagai berikut :
Sedangkan keuntungan yang
diperoleh PT Adaro Energy pada
tahun 2015 dan 2016 adalah sebagai
berikut:
Dilihat dari laporan keuangan yang disediakan oleh PT Adaro Energy pada tahun 2014 dan 2015
serta 2016. Berikut adalah proporsi debt to equity PT Adaro Energy dari tahun 2014-2016.
Indikasi income smoothing itu disebabkan dari adanya pengakuan kerugian penurunan
nilai goodwill yang sangat signifikan pada tahun 2016 yaitu sekitar 75,60% dari total kerugian
yang dilaporkan pada tahun tersebut. Di mana pada tahun tersebut juga terjadi kenaikan laba
yang tinggi yaitu sekitar 125,62% dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2015. Sedangkan pada
tahun 2015 yang memiliki total laba paling rendah, yaitu sekitar AS$151,003 tidak diakui adanya
penurunan nilai goodwill. Penurunan laba tahun 2015 tanpa adanya pengakuan kerugian atas
penurunan nilai goodwill juga cukup signifikan, yaitu sekitar 17,59%.
SAK ETAP mendefinisikan entitas asosiasi sebagai suatu entitas, termasuk entitas bukan
Perseroan Terbatas seperti persekutuan, dimana investor mempunyai pengaruh signifikan dan
bukan merupakan entitas anak ataupun bagian dalam joint venture. Pengaruh signifikan adalah
kekuasaan untuk berpartisipasi dalam keputusan kebijakan keuangan dan operasional stratejik
atas suatu entitas, tetapi tidak mengendalikan atau mengendalikan bersama atas kebijakan
tersebut.
Pada umumnya entitas asosiasi diungkapkan jika perusahaan memiliki kepemilikan
saham sebesar 20% dari jumlah saham yang beredar. Jumlah saham yang beredar sebanyak 20%
dianggap mampu mempengaruhi suatu kebijakan entitas asosiasi, kecuali dapat ditunjukkan
secara jelas bahwa tidak ada pengaruh signifikan. Namun, terkadang perusahaan juga bisa
menunjukan pengaruh yang signifikan meski jumlah kepemilikan sahamnya kurang dari 20%
dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan.
Investasi pada entitas asosiasi harus dicatat dengan menggunakan metode biaya. Investasi
diukur pada biaya perolehan dikurang akumulasi kerugian penurunan nilai. Investor harus
mengakui dividen dan penerimaan distribusi lainnya sebagai penghasilan terlepas apakah hal
tersebut berasal dari akumulasi laba entitas asosiasi yang timbul sebelum atau sesudah tanggal
perolehan.
Pengendalian dapat juga muncul ketika entitas induk memiliki setengah atau kurang hak
suara suatu entitas tetapi memiliki:
1. mempunyai hak suara lebih dari setengah berdasarkan suatu perjanjian dengan
pemegang saham lain
2. mempunyai hak untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional berdasarkan
anggaran dasar atau perjanjian.
3. mempunyai hak untuk menunjuk atau memberhentikan mayoritas anggota dewan
direksi atau badan yang setara dan pengendalian entitas dilakukan oleh oleh dewan atau
badan tersebut.
4. mempunyai hak untuk bertindak sebagai suara mayoritas dalam rapat dewan
direksi atau badan yang setara dan pengendalian entitas dilakukan oleh dewan atau badan
tersebut.
Investasi pada entitas anak dicatat dengan menggunakan metode ekuitas. SAK ETAP
tidak menganjurkan dilakukannya konsolidasi laporan keuangan. Investasi pada entitas anak
awalnya diakui pada biaya perolehan (termasuk biaya transaksi) dan selanjutnya disesuaikan
untuk mencerminkan bagian investor atas laba atau rugi dan pendapatan dan beban dari entitas
anak.
Entitas asosiasi dan ventura bersama Grup merupakan perusahaan swasta tertutup dan
tidak terdapat harga pasar yang dikutip yang tersedia untuk saham entitas asosiasi dan ventura
bersama tersebut.
Pengujian penurunan nilai atas investasi pada entitas asosiasi dilakukan ketika
terdapat indikasi bahwa nilai tercatat investasi tersebut mengalami penurunan nilai. Dalam hal
ini, manajemen menentukan kepemilikan seluruh investasi pada entitas asosiasi sebagai satu
UPK.
Grup menentukan nilai yang dapat dipulihkan dari UPK berdasarkan nilai wajar
setelah dikurangi biaya untuk menjual dan menggunakan pendekatan pendapatan untuk menguji
penurunan nilai UPK tertentu.
Pada tanggal 31 Desember 2015, nilai tercatat investasi pada entitas asosiasi
melebihi nilai wajarnya sebesar AS$316.862. Oleh sebab itu, Grup mengakui kerugian
penurunan nilai sebesar AS$65.161 pada laba rugi untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31
Desember 2015 yang disebabkan penurunan harga batubara.
Pada tanggal 31 Desember 2015, nilai tercatat investasi pada entitas asosiasi melebihi
nilai wajarnya sebesar US$316.862, oleh sebab itu, Grup mengakui kerugian penurunan nilai
sebesar AS$65.161 pada laba rugi untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2015 yang
disebabkan penurunan harga batubara.
Kerugian akibat penurunan nilai investasi pada entitas asosiasi pada tahun 2015 adalah 83,10%
sedangkam pada tahun 2016, tidak ada kerugian akibat penurunan nilai investasi pada entitas
asosiasi.
BAB 3
KESIMPULAN