You are on page 1of 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Krisis ekonomi yang melanda sebagian negara Asia 1997-1998 dan
kenaikan harga minyak dunia pada tahun 2005 dan kedua kalinya pada tahun
2008 membuat harga bbm dalam negeri naik yang menyebabkan tingginya
inflasi dan naiknya tingkat suku bunga, meningkatnya biaya produksi suatu
perusahaan sehingga menurunkan daya beli masyarakat. Krisis ini telah
berdampak terhadap pertumbuhan industri, sejak tahun 2004 sampai awal
2008 pertumbuhan Industri pupuk-kimia-barang dari karet menjadi cabang
industri yang memiliki pertumbuhan tertinggi kedua, sebesar 6,23% di atas
rata-rata per subsektor industri lain.
Krisis tersebut juga melanda pasar modal yaitu selama satu tahun, dari
tahun 2007 hingga tahun 2008, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
mengalami penurunan sebesar 50,64% dan untuk indeks sektoral Industri
Dasar & Kimia mengalami penurunan sebesar 43.29%. Kondisi seperti ini
dapat mempengaruhi pergerakan harga saham. Untuk itu dalam membuat
suatu keputusan tentang saham perusahaan layak pilih di perlukan sejumlah
informasi dan melakukan berbagai analisis yang berkaitan dengan dinamika
harga saham.
Dalam melakukan investasi di pasar modal, baik dalam bentuk saham,
obligasi ataupun lainnya, investor umumnya melakukan serangkaian analisis
tentang investasi yang akan dilakukannya. Selain melakukan analisis investor
harus memperhatiakn resiko dalam investasi saham. Penelitian ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor fundamental dan risiko
sistematik yang mempengaruhi harga saham di sektor indusrti dasar dan
kimia.
Saham memiliki risiko paling tinggi di antara semua jenis instrumen
investasi.Investor bisa kehilangan semua modalnya apabila emiten bangkrut.
Namun kejadian bangkrutnya emiten jarang terjadi. Investor selalu mencari

Page 1
alternatif investasi yang memberikan return tertinggi dengan tingkat risiko
tertentu. Untuk melakukan investasi dalam bentuk saham diperlukan analisis
untuk mengukur nilai saham, yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.
Analisis fundamental berkaitan dengan penilaian kinerja perusahaan,
tentang efektifitas dan efisiensi perusahaan mencapai sasarannya. Untuk
menganalisis kinerja perusahaan dapat digunakan rasio keuangan yang terbagi
dalam empat kelompok, yaitu rasio likuiditas, leverage, profitabilitas, dan
aktivitas. Dengan analisis tersebut, para analisis mencoba memperkirakan
harga saham dimasa yang akan datang dengan mengestimasi nilai dari faktor-
faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan
datang dan menerapkan hubungan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh
taksiran harga saham.
Di samping analisis fundamental, investor harus memperhatikan risiko
pasar saham dalam investasi saham. Risiko pasar disebut juga risiko
sistematis. Risiko pasar berhubungan erat dengan perubahan harga saham
jenis tertentu atau kelompok tertentu yang disebabkan oleh antisipasi investor
terhadap perubahan tingkat kembalian yang diharapkan. Untuk mengukur
risiko ini dapat digunakan beta (β) yang menjelaskan return saham yang
diharapkan. Beta merupakan pengukur yang tepat dari indeks pasar karena
risiko suatu sekuritas yang diversifikasikan dengan baik, tergantung pada
kepekaan masing-masing saham terhadap perubahan pasar yaitu pada beta
saham-saham tersebut.
Metode pengambilan sampel menggunakan purposive sampling method.
Dari tiga puluh perusahaan, hanya diambil sepuluh perusahaan, karena
memiliki laporan keuangan secara lengkap tahun 2010-2012.

Page 2
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah faktor-faktor fundamental mempengaruhi harga saham perusahaan ?

2. Apakah risiko sistematik mempengaruhi harga saham perusahaan ?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui fundamental mempengaruhi harga saham perusahaan.

2. Untuk mengetahui risiko sistematik mempengaruhi harga saham perusahaan.

Page 3
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 PENELITIAN TERDAHULU

Sebelumnya penelitin ini telah dilakukan oleh Abidin (2007), dalam hasil
penelitiannya yang berjudul “Analisis FaktorFundamental Keuangan dan risiko
Sistematik terhadap Harga Saham Consumer Goods yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia”, variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Return On
Investment (ROI), Earning Per Share (EPS), Operating profit margin (OPM),
book Value (BV), dan beta. Kesimpulan dari penelitian ini secara simultan ROI,
EPS, OPM, BV, dan Beta berpengaruh signifikan terhadap harga saham, namun
secara parsial semua variabel selain beta tidak signifikan berpengaruh terhadap
harga saham.

Penelitian berikutnya Ledi Lasni, yang berjudul “Analisis Faktor


Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga saham Pada Industri Dasar
dan Kimia Di Bursa Efek Indonesia (BEI)”, variabel yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu ROE, ROI, BVS, PER, PBV, DER, DPR. Dan Beta (risiko
sistematik. Kesimpulan dari penelitian ini secara parsial bahwa hanya variabel
Book Value per Share dan Price to Book value yang mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap harga saham perusahaan industri dasar dan kimia. Secara
bersama-sama bahwa faktor fundamental (ROE, ROI, BVS, PER, PBV, DER,
DPR) dab risiko sistematik (Beta) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
harga saham perusahaan industri dasar dan kimia.

Penelitian selanjutnya Anastasia tahun (2001), mengenai faktor


fundamental dan risiko sistematik yang memepengaruhi harga saham. Penelitian
dilakukan pada 13 perusahaan dari 31 perusahaan properti yang terdaftar di bursa
efek Indonesia dengan periode tahun 1996-2001. Model analisa yang digunakn
adalah regresi linear berganda dengan melakukan uji F dan uji t terhadap faktor-
faktor fundamental (return on assets, return on equity, book value, payout ratio,

Page 4
required rate of return dan debt to equity ratio) serta risiko sistematik (beta)
perusahaan properti. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor fundamental dan
risiko sistematik secara bersama-sama berpengaruh ignifikan terhadap harga
saham. Namun pola hubunganya lemah, karena R square yang diperoleh hanya
sebesar 0,303 dan Adj.R square 0,244. Secara parsial biaya variabel book value
yang berpengaruh secara signifikan pada alpha 5% terhadap harga saham.

Apabila dibuat dalam bentuk tabel, maka akan terlihat sebagai berikut :

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

No. Penelitian Judul Variabel Kesimpulan


1. Abidin (2007) Analisis Faktor X = ROI, Secara simultan ROI,
Fundamental EPS, EPS, OPM, BV, dan
Keuangan dan OPM, Beta berpengaruh
Risiko BV, signifikan terhadap
Sistematik risiko harga saham, namun
Terhadap Harga sistematik secara parsial semua
Saham (beta) variabel selain Beta
Consumer Y= tidak signifikan
Goods Yang Harga berpengaruh terhadap
Terdaftar di saham harga saham.
Bursa Efek
Indonesia
2. Ledi Lasni Analisis Faktor X = ROE, Kesimpulan dari
Fundamental ROI, penelitian ini secara
dan Risiko BVS, parsial bahwa hanya
Sistematik PER, variabel Book Value per
Terhadap Harga PBV, Share dan Price to Book
Saham Pada DER, value yang mempunyai
Industri Dasar DPR, pengaruh yang
Dan Kimia di risiko signifikan terhadap

Page 5
Bursa Efek sistematik harga saham perusahaan
Indonesia (beta) industri dasar dan kimia.
Y= Secara bersama-sama
Harga bahwa faktor
saham fundamental (ROE,
ROI, BVS, PER, PBV,
DER, DPR) dab risiko
sistematik (Beta)
mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap
harga saham perusahaan
industri dasar dan kimia.

3. Anastasia (2001) Faktor X= Hasil penelitian


Fundamental ROA, menunjukan bahwa
Dan Risiko ROE, faktor fundamental dan
Sistematik Yang BV, PER, risiko sistematik secara
Memepengaruhi required bersama-sama
Harga Saham rate of berpengaruh ignifikan
return terhadap harga saham.
dan debt Namun pola
to equity hubunganya lemah,
ratio serta karena R square yang
risiko diperoleh hanya sebesar
sistematik 0,303 dan Adj.R square
(beta) 0,244. Secara parsial
biaya variabel book
Y= value yang berpengaruh
Harga secara signifikan pada
saham alpha 5% terhadap harga
saham.

Page 6
Penelitian terdahulu diatas menjadi acuan peneliti untuk melakukan
penelitian berikutnya, persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
sebagai berikut :

a) Alat analisis

Alat analisis yang digunakan yaitu menggunakan regresi

b) Variabel yang diteliti


Sama-sama menggunakan variabel fundamental

Sedangkan perbedaan peneleitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah:


a) Variabel yang diteliti

Jumlah variabel dalam aspek fundamental yang diteliti lebih banyak dari
pada penelitian terdahulu yaitu, ROA, ROI, ROE, BV, BVS, PBV, DPR, dan
Beta.

2.2 LANDASAN TEORI

Dalam melakukan investasi di pasar modal, baik dalam bentuk saham,


obligasi ataupun lainnya, investor yang rasional umumnya melakukan serangkaian
analisis tentang investasi yang akan dilakukannya. Khususnya adalah investasi
dalam saham, biasanya investor akan melakukan analisis sekuritas.

Model penilaian untuk kepentingan analisis sekuritas, secara garis besar di


kelompokkan menjadi dua analisis yaitu analisis teknikal dan analisis
fundamental. Analisis fundamental menyatakan bahwa saham memiliki nilai
instrinsik (nilai yang seharusnya) tertentu . Nilai intrinsik suatu saham ditentukan
oleh faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya. Tujuan analisis
fundamental adalah menentukan apakah nilai saham berada pada posisi
undervalued atau overvalued. Saham dikatakan undervalued bilamana harga
saham di pasar modal lebih kecil dari harga wajar atau nilai seharusnya, demikian
sebaliknya.

Page 7
2.2.1 ANALISIS FUNDAMENTAL

Analisis fundamental adalah metode analisis yang didasarkan pada


fundamental ekonomi suatu perusahaan. Teknis ini menitik beratkan pada rasio
finansial dan kejadian-kejadian yang secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi kinerja keuagan perusahaan. Teknik analisis fundamental lebih
cocok untuk memebuat keputusan dalam memilih saham perusahaan mana yang
dibeli untuk jangka panjang.

Umumnya faktor-faktor fundamental yang diteliti adalah nilai intrinsik,


nilai pasar, Return On Total Assets (ROA), Return On Investment (ROI), Return
On Equity (ROE), Book Value (BV), Book Value Per Share (BVS), Price to Book
Value (PBV), Debt Equity Ratio (DER), Deviden Earning, Price Earning Ratio
(PER), Deviden Payout Ratio (DPR), Deviden Yield, dan likuiditas saham.

2.2.2 ANALISIS TEKNIKAL

Analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham


dengan mengamati perubahan harganya dari waktu yang lalu ( Suad Husnan,
1994:287 ). Analisis ini tidak memperhatikan faktor-faktor fundamental yang
mungkin mempengaruhi harga saham. Oleh karena itu, analisis ini mendasarkan
diri pada premis bahwa harga saham tergantung pada penawaran dan permintaan
saham itu sendiri. Alat analisis utamanya adalah grafik atau chart.

2.2.3 RISIKO SISTEMATIK

Risiko sistematik atau beta merupakan suatu ukuran relatif dari risiko
sistematik saham individu dalam hubungannya dengan pasar secara keseluruhan
yang diukur dari fluktuasi pendapatan atau return. Selain itu, masing-masing
saham memiliki kepekaan yang berbeda terhadap perubahan pasar. Dimana saham
dengan koefisien beta sama dengan satu berarti memiliki risiko yang sama dengan
risiko rata-raea pasar. Sedangkan koefisien beta lebih dari satu menunjukana
bahwa saham tersebut sangat peka terhadap perubahan pasar atau memiliki risiko
diatas risiko pasar, disebut sebagai saham yang agresif. Saham yang mempunyai

Page 8
beta kurang dari satu disebut sebagai saham yang defensif artinya saham tersebut
kurang peka terhadap perubahan pasar. (Jones : 1996).

Resiko sistematik merupakan resiko yang tidak dapat dihilangkan dengan


melakukan diversifikasi, karena fluktuasi resiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor
makro yang dapat mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Variabel ROE
menunjukkan keuntungan yang akan dinikmati oleh pemilik saham. Variabel ROI
menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasinya perusahaan dengan
jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan
operasi tersebut. Variabel BVS mengukur nilai buku per lembar saham. Variabel
PER menunjukkan seberapa tinggi harga suatu saham yang dibeli oleh investor
dibandingkan dengan laba per saham yang dihasilkan. Variabel PBV
menunjukkan seberapa tinggi harga suatu saham yang dibelioleh investor
dibandingkan dengan nilai buku (book value) saham tersebut. Variabel DER
mewakili proporsi hutang terhadap modal perusahaan. Variabel DPR mengukur
perbandingan deviden terhadap laba perusahaan.

2.2.4 RASIO KEUANGAN

Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari
satu pos dengan pos laporan keuangan lainnya yang mempunyai hubungan yang
relevan dan berarti. Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang
menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya, dengan
penyederhanaan ini maka dapat diperoleh informasi dan penilaian kinerja
perusahaan. Manfaat sebenarnya dari setiap rasio keuangan ditentukan oleh tujuan
spesifik analisis. Helfert (1991), menyatakan bahwa rasio-rasio keuangan bukan
merupakan kriteria yang mutlak, karena pada kenyataannya analisis rasio
keuangan hanya merupakan titik awal dalam analisis kinerja perusahaan.

Analisis rasio keuangan tersebut tidak memberikan banyak jawaban yang


diperlukan, kecuali hanya memberikan rambu-rambu tentang apa yang seharusnya
diharapkan. Weston dan Brigham (1990) mengakui bahwa rasio keuangan selain
dapat menghasilkan informasi yang bermanfaat sehubungan dengan operasi dan
kondisi keuangan perusahaan, juga mempunyai keterbatasan yang menuntut

Page 9
kehati-hatian dan pertimbangan. Sebagian keterbatasan tersebut adalah sebagai
berikut :

1) Banyak perusahaan besar mengoperasikan beberapa divisi yang berbeda


pada industri yang sangat berlainan dan dalam keadaan seperti itu sangat
sulit untuk mendapatkan angka rata-rata industri yang bisa digunakan
sebagai bahan pembanding yang tepat.

2) Inflasi menyebabkan distorsi besar pada neraca. Nilai yang tercatat di


neraca seringkali berbeda dari nilai yang sebenarnya. Lebih jauh lagi
karena inflasi.

3) Adanya perusahaan yang menggunakan teknik window dressing dimana


teknik ini digunakan oleh perusahaan untuk membuat laporan keuangan
terlihat lebih baik dari keadaan yang sesungguhnya.

Return on Assets (ROA)

Aktiva suatu perusahaan didanai oleh pemegang saham dan


kreditor, sehingga aktiva tersebut akan menjadi modal kerja bagi
perusahaan dalam melakukan usahanya. Sedangkan hasil usaha
perusahaan dinyatakan dalam bentuk laba bersih atau Net Income After
Tax (NIAT). Return on Assets (ROA) merupakan rasio antara laba bersih
setelah pajak (NIAT) terhadap total assets. ROA mencerminkan
kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih setelah pajak dari
total asset yang digunakan untuk operasional perusahaan

Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan bahwa perusahaan semakin


efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih
setelah pajak. Dengan demikian, semakin tinggi ROA menunjukkan
semakin efektif kinerja perusahaan. Hal ini akan meningkatkan daya tarik
investor terhadap perusahaan tersebut dan menjadikan perusahaan tersebut
menjadi perusahaan yang diminati oleh banyak investor karena tingkat
pengembaliannya akan semakin besar (Ang, 1997). Minat yang besar dari

Page
10
investor berdampak terhadap kenaikan harga saham perusahaan di Pasar
Modal. Dengan kata lain ROA akan berpengaruh terhadap harga saham
perusahaan.

Return on Equity (ROE)


Rasio ini sering disebut juga dengan return on net worth
merupakan rasio profitabilitas yang menunjukkan rasio antara laba setelah
pajak atau earning after tax (EAT) terhadap total modal sendiri (equity)
yang berasal dari setoran modal pemilik, laba tak dibagi dan cadangan lain
yang dikumpulkan oleh perusahaan. Rasio ini memperlihatkan sejauh
manakah perusahaan mengelola modal sendiri (equity) secara efektif,
mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik
modal sendiri atau pemegang saham. Semakin tinggi ROE menunjukkan
semakin efisien perusahaan dalam menggunakan modal sendiri untuk
menghasilkan laba atau keuntungan bersih. ROE digunakan untuk
mengukur tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di
dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas
(shareholders’ equity) yang dimiliki oleh perusahaan.

Debt to Equity Ratio (DER)


Rasio debt to equity ratio (DER) digunakan untuk mengukur
tingkat leverage (penggunaan hutang) terhadap total ekuitas yang dimiliki
oleh perusahaan. Rasio ini diukur dengan cara membandingkan antara
debts terhadap total equity. Debt ratio yang tinggi mempunyai dampak
yang buruk terhadap kinerja perusahaan, karena tingkat hutang semakin
tinggi, yang berarti beban bunga akan semakin besar sehingga dapat
mengurangi keuntungan. Sebaliknya, tingkat debt ratio yang kecil
menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena menyebabkan tingkat
pengembalian yang semakin tinggi.

Price Earning Ratio (PER)


Rasio ini merupakan perbandingan harga saham dengan laba per
saham. Investor dalam pasar modal yang sudah maju menggunakan price

Page
11
earning ratio (PER) untuk mengukur apakah suatu saham underpriced
atau overpriced. PER menjadi ukuran penting yang menjadi landasan
pertimbangan investor dalam membeli atau menjual saham suatu
perusahaan.

Book Value (BV)


Book Value (BV) atau nilai buku saham adalah rasio yang
menggambarkan perbandingan total modal (equity) terhadap jumlah
saham.

Pemilihan faktor-faktor di atas sebagai variabel bebas didasarkan


pemikiran bahwa faktor tersebut menggambarkan resiko dan return yang akan
diterima para pemodal atas investasinya pada saham.

2.3 KERANGKA PIKIR

Gambar 2.1

Faktor fundamental

(X1)

Harga saham

(Y)

Risiko sistematik

(X2)

Dari kerangka pikir diatas dapat dilihat bahwa penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruk faktor fundamental dan risiko sistematik terhadap
harga saham perusahaan. Variabel terikat atau variabel dependen adalah harga

Page
12
saham, sedangkan variabel bebasnya atau variabel indenpenden adalah faktor
fundamental dimana didalamnya adalah ROA, ROI, ROE, BV, BVS, PBV,DER,
PER, DPR, deviden Yield, likuidutas saham dan risiko sistematik yang
diwakilkan Beta.

2.4 HIPOTESIS

H0 : Faktor Fundamental (ROA, ROE, BV, DPR, DER,) dan risiko sistematik
(beta) tidak berpengaruh terhadap harga saham industri dasar dan kimia.
Ha1 : Faktor fundamental (ROE, ROI, BVS, PER, PBV, DER, DPR) dan resiko
sistematik (beta) mempengaruhi harga saham industri dasar dan kimia
secara simultan.
Ha2 : Faktor fundamental (ROE, ROI, BVS, PER, PBV, DER, DPR) dan resiko
sistematik (beta) mempengaruhi harga saham industri dasar dan kimia
secara parsial.

Page
13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 POPULASI DAN SAMPEL

Pengambilan sampel dilakukan dengan pendekatan non


propability random sampling dengan metode purposive sampling. Sampel
yang diambil adalah seluruh perusahaan industri dasar dan kimia (30
perusahaan) yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang memiliki laporan
keuangan lengkap selama tiga tahun terakhir dari tahun 2010 sampai 2012.
Berdasarkan kriteria di atas maka, ada 10 sampel yang dapat mewakili
populasi dan memenuhi syarat.

3.2 DATA DAN VARIABEL PENELITIAN

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder


berupa laporan keuangan perusahaan industri dasar dan kimia yang
terdaftar di BEI tahun 2010-2012. Data tersebut diperoleh dari data yang
dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI),web site
http:/www.idx.co.id yang meliputi harga saham individual bulanan, Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG), dan Laporan Keuangan Tahunan periode
2010-2012. Selain itu data yang digunakan dalam penelitian ini juga
berasal dari berbagai literature,seperti penelitian lain, referensi pasar
modal Indonesia, buku-buku, serta sumber lainnya yang berhubungan
dengan masalah yang akan dibahas.
Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang digunakan adalah :
 Variabel bebas atau independent (variabel X), yaitu variabel
yangmempengaruhi harga saham yaitu faktor fundamental (ROE, ROI,
ROA, PBV, DPR, DER, PER, BV, BVS, deviden yield, dan likuiditas
saham) dan risiko sistematik (beta).
 Variabel terikat atau dependent (variabel Y), yaitu variabel yang
merupakan hasildari variabel X yang mempengaruhi variabel Y (harga
saham)

Page
14
2.3 ANALISIS DATA

Sebelum melakukan estimasi yang tidak bias dengan analisis regresi perlu
dilakukan uji BLUE, yaitu pengujian antar variabel bebas supaya tidak terjadi
multikolinieritas, heteroskedastisitas, normalitas, dan autokorelasi. Bentuk model
yang digunakan adalah:

Y = α + b1 X1+ b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + b6 X6 + b7 X7 + b8
X8 + ℮
Dimana :
Y = Harga saham X5 = PBV
α = Konstanta X6 = DER
X1 = ROE X7 = DPR
X2 = ROI X8 = Beta (resiko sistematik)
X3 = BVS ℮ = Kesalahan pengganggu
X4 = PER b1-8 = Koefisien Regresi

Page
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil yang ditemukan dari penelitian untuk uji normalitas menunjukkan


hasil bahwa model regresi mempunyai distribusi sebaran data normal.
Berdasarkan Tabel 4.13 antar variabel independen tidak saling berkorelasi karena
nilai tolerance value lebih besar dari 0.10 dan VIF lebih kecil dari 10. Sehingga
dapat dikatakan tidak terjadi multikolinieritas, untuk uji autokorelasi nilai DW
(Durbin-Watson) adalah 1.965 dimana nilai Dw tersebut terletak diantara DU<
DW< 4-Du berarti tidak terjadi autokorelasi sedangkan uji heteroskedastisitas
diperoleh nilai sing (2-tailed) > alpaha yaitu 5% dan 1% maka dapat dinyatakn
tidak terjadi heteroskedastisitas. Jadi model ini diasumsikan memenuhi syarat
BLUE. Sedangkan hubungan faktor fundamental dan resiko sistematik terhadap
harga saham dapat dilihat dari nilai adjusted R square 50.1% dan 49.9%
dipengaruhi faktor-faktor lain seperti gejolak nilai tukar valas, krisis politik
negara, perang, resesi, dan lain sebagainya. Hal ini memberikan petunjuk pola
pergerakan harga saham bersifat acak, tidak dapat ditentukan, dan atau
dipengaruhi sepenuhnya dengan hanya mengendalikan faktor fundamental
perusahaan.

Tabel 4.18
Hasil Uji Koefisien Regresi Serentak ( Uji F)
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 2.202E7 8 2752815.521 2.637 a


.036

Regression 2.192E7 21 1043969.298

Total 4.395E7 29

Sumber : hasil pengolahan data

Page
16
Tabel 4.19
Hasil UJi Koefisien Regresi Parsial (Uji t)
Unstandardized Standardized
coefficients coefficients
Model B Std. beta t Sig.
Error
1 (constant) 104.190 558.443 .187 .854

ROE 9.560 12.390 .188 .772 .449

ROI -25.879 43.517 -.160 -.595 .558

BVS .824 .212 .678 3.877 .001

DER -142.007 129.118 -.184 - .284


1.100

PER -.609 2.853 -.035 -.214 .833

PBV 250.050 119.362 .393 2.095 .048

DPR 13.662 26.057 .096 .524 .606

BETA 71.087 148.771 .089 .478 .638

Berdasarkan tabel 4.18 nilai F-hitung 2.637 > F-tabel 2.42, berarti
masing-masing variabel dependen secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan berdasarkan
tabel 4.19 hasil uji-t diketahui hanya variabel book value per share
dan price to book value yang berpengaruh signifikan secara parsial

Page
17
tehadap harga saham sedangkan variabel bebas lainnya yaitu ROE,
ROI, DER, PER, DPR dan BETA tidak berpengaruh signifikan
secara parsial terhadap harga saham.
Variabel Book Value per Share (BVS) memiliki nilai t-
hitung 3.877> t-tabel 2.048 sehingga Ha2 diterima. Variabel book
value per share menunjukkan jumlah rupiah aktiva perusahaan
yang akan dibayarkan kepada setiap lembar saham. Nilai buku
mewakili aktiva perusahaan, berarti perusahaan industri dasar dan
kimia memiliki aktiva cukup banyak dan dikelola dengan baik
sehingga dapat memperoleh laba yang akan cenderung memiliki
nilai pasar yang sama bahkan lebih besar dari nilai bukunya.
Sedangkan Variabel price to book value memiliki niali t-hitung
2.095> t-tabel 2048 sehingga Ha2 diterima atau dengan kata lain
variabel ini mempunyai hubungan yang signifikan terhadap harga
saham industri dasar dan kimia. Price to book value juga
menunjukan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham
suatu perusahaan, semakin tinggi rasio ini maka pasar semakin
percaya akan prospek perusahaan tersebut (Tjiptono dan Hendy,
2006:199). Prospek perusahaan tentunya juga berpengaruh pada
daya tarik saham yang ditawarkan di pasar modal sehingga
semakin baik prospek perusahaan tersebut maka daya tarik saham
tersebut juga semakin tinggi hal ini akan berpengaruh terhadap
permintaan investor dan dapat memberi dampak pada peningkatan
harga saham tersebut.

Page
18
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

1. Secara parsial bahwa hanya variabel book value per share dan price to book
value yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham
perusahaan industri dasar dan kimia.
2. Secara bersama-sama bahwa faktor fundamental (ROE, ROI, BVS, PER, PBV,
DER, DPR) dan resiko sistematik (BETA) mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap harga saham perusahaan industri dasar dan kimia.

5.2 saran
1. Pada penelitian ini, hanya diambil 30 perusahaan yang bergerak dalam bidang
industri dasar dan kimia, dari 61 perusahaan yang terdaftar di BEI. Saran yang
diberikan agar mengambil semua perusahaan yang terdaftar agar dapat melihat
pengaruhnya secara lebih jelas.
2. Pada skripsi ini, faktor fundamental yang diambil hanya 6 yaitu ROE, ROI,
BVS, PER, PBV, DER dan DPR sedangkan masih banyak faktor fundamental
yang belum di teliti. Diharapkan penulisan berikutnya menggunakan faktor
fundamental lainnya.
3. Pada penelitian ini penulis juga memberikan saran kepada investor yang ingin
berinvestasi saham di sektor industri dasar dan kimia, hendaknya
mempertimbangkan faktor fundamental dan faktor lainnya seperti gejolak nilai
tukar valas, krisis politik negara, perang, nonsistematik dan lain sebagainya.

Page
19

You might also like