You are on page 1of 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik
(rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim atau industri, di sanalah berbagai jenis limbah akan
dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas
domestik lainnya (grey water).

Dikarenakan terdapat berbagai macam limbah, maka terdapat pula berbagai macam polutan atau
senyawa-senyawa pencemar yang dapat mencemarkan lingkungan sekitarnya. Salah satu jenis
pencemaran yang paling diperhatikan akhir-akhir ini adalah pencemaran udara.

Pencemaran udara dapat disebabkan oleh sumber alami maupun sebagai hasil aktivitas manusia. Zat
pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu partikel dan gas. Sebagian jenis gas
dapat dipandang sebagai pencemar udara terutama apabila konsentrasi gas tersebut melebihi tingkat
konsentrasi normal dan dapat berasal dari sumber alami (seperti gunung api) serta juga gas yang berasal
dari kegiatan manusia (anthropogenic sources) seperti polutan dari kendaraan bermotor, aktivitas
industri dan lain-lain. Apabila pencemaran itu terus menerus terjadi, maka dikhawatirkan akan terjadi
perubahan drastis di bumi seperti global warming atau kabut tebal. Oleh karena itu perlu dilakukannya
pengendalian pencemaran udara.

Pengendalian pencemaran udara ini akan membawa dampak positif bagi lingkungan karena hal tersebut
akan menyebabkan kesehatan masyarakat yang lebih baik, kenyamanan hidup lingkungan sekitar yang
lebih tinggi, resiko yang lebih rendah, kerusakan materi yang rendah, dan yang paling penting ialah
kerusakan lingkungan yang rendah.

B. Rumusan Masalah
Apa itu pencemaran limbah gas?

Apa saja unsur-unsur dari limbah gas?

Bagaimana proses pencemaran limbah gas?

Bagaimana pengaruhnya limbah gas untuk kesehatan manusia?

Bagaimana cara penanganan limbah gas tersebut?

C. Tujuan

Untuk mengetahui apakah pencemaran udara itu.

Untuk mengetahui apa saja unsur-unsur dari limbah gas

Untuk memahami bagaimana proses pencemaran limbah gas

Untuk memahami bagaimana pengaruhnya limbah gas untuk kesehatan manusia

Untuk memahami bagaimana cara penanganan limbah gas tersebut

D. Manfaat

Menyadari kebesaran-Nya dan senantiasa menjaga alam yang telah diberikan untuk menjalani kehidupan

Meningkatkan kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan

Menerapkan kegiatan-kegiatan yang dapat mengurangi pencemaran udara


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Limbah gas/asap adalah limbah yang memanfaatkan udara sebagai media. Pabrik mengeluarkan gas,
asap, partikel, debu melalui udara dibantu angin memberikan jangkauan pencemaran yang cukup luas.
Gas, asap dan lain-laim berakumulasi/bercampur dengan udara basah mengakibatkan partikel tambah
berat dan malam hari turun bersama embun. Secara alamiah udara mengandung unsur kimia seperti O2,
N2, NO2, CO2, H2 dan lain-lain. Penambahan gas kedalam udara melampaui kandungan alami akibat
kegiatan manusia akan menurunkan kualitas udara. Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi
dua bagian yaitu partikel dan gas. Partikel adalah butiran halus dan masih mungkin terlihat dengan mata
telanjang seperti uap air, debu, asap, kabut dan fume. Sedangkan pencemaran berbentuk gas hanya
dapat dirasakan melalui penciuman (untuk gas tertentu) ataupun akibat langsung. Gas-gas ini antara lain
SO2, NOX, CO, CO2, hidrokarbon dan lain-lain.

Untuk beberapa bahan tertentu zat pencemar ini berbentuk padat dan cair. Karena suatu kondisi
temperatur ataupun tekanan tertentu bahan padat/cair itu dapat berubah menjadi gas. Baik partikel
maupun gas membawa akibat terutama bagi kesehatan manusia seperti debu batubara, asbes, semen,
belerang, asap pembakaran, uap air, gas sulfida, uap amoniak, dan lain-lain. Pencemaran yang
ditimbulkannya tergantung pada jenis limbah, volume yang lepas di udara bebas dan lamanya berada
dalam udara. Jangkauan pencemaran melalui udara dapat berakibat luas karena faktor cuaca dan iklim
turut mempengaruhi. Pada malam hari zat yang berada dalam udara turun kembali ke bumi bersamaan
dengan embun. Adanya partikel kecil secara terus menerus jatuh di atap rumah, dipermukaan daun pada
pagi hari menunjukkan udara mengandung partikel. Kadang-kadang terjadi hujan asam. Arah angin
mempengaruhi daerah pencemaran karena sifat gas dan partikel yang ringan mudah terbawa. Kenaikan
konsentrasi partikel dan gas dalam udara di beberapa kota besar dan daerah industri banyak
menimbulkan pengaruh, misalnya gangguan jarak pandang oleh asap kendaraan bermotor, gangguan
pernafasan dan timbulnya beberapa jenis penyakit tertentu.
Jenis industri yang menjadi sumber pencemaran melalui udara diantaranya :

Industri besi dan baja

Industri semen

Industri kendaraan bermotor

Industri pupuk

Industri alumunium

Industri pembangkit tenaga listrik

Industri kertas

Industri kilang minyak

Industri pertambangan

Jenis industri semacam ini akumulasinya di udara dipengaruhi arah angin, tetapi karena sumbernya
bersifat stasioner maka lingkungan sekitar menerima resiko yang sangat tinggi dampak pencemaran.

Berdasarkan ini maka konsentrasi bahan pencemar dalam udara perlu ditetapkan sehingga tidak
menimbulkan gangguan terhadap manusia dan makhluk lain disekitarnya. Jenis industri yang
manghasilkan partikel dan gas adalah sebagi berikut :

Tabel 1. Jenis Limbah yang dikeluarkan Industri

Industri selalu dikaitkan sebagai sumber pencemar karena aktivitas industri merupakan kegiatan yang
sangat tampak dalam pembebasan berbagai senyawa kimia ke lingkungan. Kita sering melihat asap tebal
yang membubung keluar dari cerobong pabrik merupakan limbah gas yang dikeluarkan pabrik ke
lingkungan. Sebagian jenis gas dapat dipandang sebagai pencemar udara terutama apabila konsentrasi
gas tersebut melebihi tingkat konsentrasi normal dan dapat berasal dari sumber alami (seperti gunung
api) serta juga gas yang berasal dari kegiatan manusia (anthropogenic sources). Senyawa pencemar
udara itu sendiri digolongkan menjadi 2 yaitu :
Senyawa pencemar primer adalah senyawa pencemar yang langsung dibebaskan dari sumber

Senyawa pencemar sekunder adalah senyawa pencemar yang baru terbentuk akibat antar-aksi dua atau
lebih senyawa primer selama berada di atmosfer. Dari sekian banyak senyawa pencemar yang ada, lima
senyawa yang paling sering dikaitkan dengan pencemaran udara adalah : karbonmonoksida (CO), oksida
nitrogen (NOX), oksida sulfur (SOX), hidrokarbon (HC), dan partikulat (debu)

Definisi dari pencemaran udara itu sendiri ialah peristiwa pemasukan atau penambahan senyawa,
bahan, atau energi ke dalam lingkungan udara akibat kegiatan alam dan manusia sehingga temperatur
dan karakteristik udara tidak sesuai lagi untuk tujuan pemanfaatan yang paling baik. Atau dengan singkat
dapat dikatakan bahwa nilai lingkungan udara tersebut telah menurun. Pada umumnya jenis pencemar
melalui udara terdiri dari bermacam-macam senyawa kimia baik berupa limbah maupun bahan
berbahaya yang tersimpan dalam pabrik. Limbah gas, asap, dan debu melalui udara adalah :

Debu : berupa padatan halus

Karbon monoksida : gas tidak berwarna dan tidak berbau

Karbon dioksida : gas, tidak berwarna, tidak berbau

Oksida nitrogen : gas, berwarna dan berbau

Asap : campuran gas dan partikel berwarna hitam (CO2dan SO2)

Belerang dioksida : tidak berwarna dan berbau tajam

Soda api : kristal

Asam chlorida : berupa larutan dan uap

Asam sulfat : cairan kental

Amoniak : gas tidak berwarna, berbau

Timah hitam : gas tidak berwarna

Nitro karbon : gas tidak berwarna

Hidrogen fluorida : gas tidak berwarna

Nitrogen sulfida : gas, berbau

Chlor : gas, larutan dan berbau

Merkuri : tidak berwarna, larutan


Pencemaran udara yang disebabkan oleh aktivitas manusia dapat ditimbulkan dari 6 sumber utama,
yaitu :

Pengangkutan dan transportasi

Kegiatan rumah tangga

Pembangkitan daya yang menggunakan bahan bakar fosil

Pembakaran sampah

Pembakaran sisa pertanian dan kebakaran hutan

Pembakaran bahan bakar dan emisi proses

BAB III

PERMASALAHAN AKIBAT LIMBAH GAS

A. Global Warming

Seringkali kita mendengar orang bicara “bumi yang kita huni menjadi panas” atau “bumi kita tidak sejuk
kembali”. Kalimat tersebut adalah benar.
Sebelum era teknologi dan industri modern, bumi yang kita huni memiliki kualitas udara yang lebih sejuk
dibandingkan sekarang. Sebab di zaman itu, kota-kota besar masih dipenuhi pepohonan dan hutan pun
masih hijau nan lebat. Namun dengan kemajuan teknologi dan peningkatan jumlah penduduk
menyebabkan kebutuhan di lapisan demografi (lapisan kehidupan manusia) semakin meningkat, yang
bahkan menyebabkan tergesernya kelestarian alam yang menjadi sumber kehidupan kita.

Menurut WWF (World Wildlife Fund) yang merupakan organisasi peduli lingkungan dan penggalangan
dana pelestarian alam dunia, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kawasan hutan
terbesar kedua di dunia, yaitu di Kalimantan, Papua dan Sumatera. Hutan kita adalah paru-paru dunia.
Namun semakin kesini, banyak sekali penebangan hutan yang dilakukan secara legal maupun ilegal.
Penebangan tersebut menyebabkan pasokan oksigen dari hutan ke atmosfir semakin berkurang.

Selain kurangnya pasokan oksigen, kita sebagai penduduk bumi malah mengemisikan polutan gas
berbahaya ke atmosfir. Salah satu polutan yang paling sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari adalah
Karbon Dioksida (CO2). Gas karbon dioksida dihasilkan secara alami dari proses pernapasan dan
pembakaran sempurna dari berbagai macam senyawa hidrokarbon.

Bahan bakar kendaraan bermotor dan senyawa hidrokarbon yang mengalami pembakaran tak sempurna
menghasilkan CO2, asap dan jelaga. Gas CO2 apabila terhisap dalam konsentrasi yang tinggi dapat
menyebabkan pingsan, karena menggantikan fungsi oksigen di dalam darah yang berikatan dengan
hemoglobin. Hal ini dapat mengganggu sistem metabolisme tubuh.

Semakin meningkatnya jumlah penduduk, kendaraan bermotor dan industri yang menggunakan bahan
bakar akan menghasilkan CO2 dalam jumlah yang banyak. Sedangkan kita tahu di Indonesia, populasi
pepohonan semakin berkurang. Padahal pepohonan memiliki fungsi sebagai pengikat CO2. Apabila ini
terjadi terus menerus, keseimbangan CO2 di alam menjadi terganggu.

Kadar CO2 yang berlebih akan membentuk lapisan CO2 di atmosfir. Lapisan ini dapat meneruskan sinar
ke Bumi namun ketika sinar matahari dipantulkan lagi oleh Bumi, sinar tersebut akan dipantulkan
kembali oleh lapisan CO2 ke Bumi. Keadaan inilah yang menyebabkan suhu di permukaan meningkat
secara menyeluruh, atau kita sebut dengan pemanasan global. Jika lapisan tersebut semakin meningkat
seolah-olah berfungsi seperti lapisan kaca yang sukar melepas panas. Dampak ini dinamakan efek rumah
kaca (green house effect).
Efek rumah kaca ini sangat terasa sekali. Berdasarkan survei WWF, gunung es di Afrika Selatan sudah
mencair hingga setengahnya karena meningkatnya suhu bumi. Bila es mencair, maka permukaan air laut
semakin naik. Hal ini dikuatkan oleh penduduk di garis pantai selatan pulau Jawa yang biasanya bisa
berjalan di pasir pantai di kejauhan kini harus semakin mundur ke utara, seperti di tempat wisata
Pangandaran.

Selain naiknya permukaan air laut, beberapa kota di negara Paraguay harus terkena dampak dari
pemanasan global ini. Paraguay memiliki iklim yang sama seperti Indonesia, tapi ketika siang hari
suhunya bisa mencapai 490C. Bahkan dikabarkan bahwa penduduk disana sudah bisa menggoreng
makanan di atas aspal.

Di Indonesia, Jakarta yang di era 80-an masih dibilang sejuk. Namun semakin kesini, jumlah
penduduknya bertambah sehingga pepohonan dibabat habis. Apabila kita mengunjungi Jakarta, udara
yang kita hirup terasa kering dan panas. Hal itu disebabkan karena banyaknya polutan gas di udara serta
kurangnya pasokan oksigen dari pepohonan. Belum lagi karena wilayahnya yang padat, maka emisi
polutan gas ke atmosfir lebih besar dibandingkan kota lainnya. Oleh karena itu Jakarta panas seperti kota
di dalam rumah kaca.

B. Emisi Karbon

Jumlah kendaraan di Indonesia semakin bertambah, terutama di kota-kota besar. Dengan meningkatnya
jumlah kendaraan, maka meningkat pula polutan gas yang dikeluarkan knalpot ke udara. Gas-gas hasil
pembakaran tersebut adalah karbon dioksida dan karbon monoksida.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, senyawa karbon dioksida adalah hasil pembakaran sempurna
hidrokarbon. Meskipun senyawa ini masih dapat bisa diserap oleh pepohonan, tetapi apabila masuk ke
dalam tubuh dalam konsentrasi yang berlebih (10-20%) dapat menyebabkan gangguan metabolisme
dalam darah.

Berbeda dengan karbon monoksida. Senyawa ini adalah hasil pembakaran tidak sempurna dari
hidrokarbon. Senyawa ini memiliki sifat tidak berbau, tidak berwarna dan sangat beracun, serta tidak
dapat diserap oleh tanaman. Senyawa ini dapat mengikat hemoglobin dalam darah. Seseorang yang
keracunan gas ini akan mati lemas karena kekurangan oksigen dalam darah untuk melakukan proses
metabolisme tubuh.

Hal ini merupakan ancaman bagi kesehatan manusia. Dengan semakin bertambahnya jumlah kendaraan,
maka emisi karbon monoksida semakin bertambah. Bila hal ini terus menerus terjadi, maka manusia jadi
kesulitan mendapatkan udara segar bebas polutan. Dengan kesulitan tersebut dapat memungkinkan
orang tersebut sakit dan mengeluarkan biaya pengobatan.

Sebuah studi pada 2012 atas kerjasama Kementrian Lingkungan Hidup dan UNEP memperkirakan
besarnya biaya kesehatan penduduk Jakarta yang telah dikeluarkan pada 2010 terkait pencemaran udara
Dengan asumsi biaya perawatan minimal hingga maksimal, biaya tersebut berkisar Rp.697,9 milyar
hingga Rp.38,5 triliun.

Biaya besar tersebut akibat penyakit yang berkaitan dengan pencemaran udara seperti asma, infeksi
saluran pernapasan atas (ISPA), pneunomia, broncopneumonia dan penyempitan saluran
pernapasan/paru kronis.

C. Hujan Asam

Hujan adalah bagian dari siklus hidrologi, dimana air laut menguap dan terbawa ke daratan hingga turun
hujan. Hujan secara alami memiliki nilai pH sedikit dibawah enam dan karbon dioksida yang larut dalam
air sehingga membentuk asam lemah. Asam ini sangat bermanfaat untuk mineral dalam tanah karena
dibutuhkan oleh tanaman dan hewan.

Namun di era ini, jumlah industri semakin banyak. Industri melepas gas-gas pencemar yang memberikan
polusi di udara. Gas-gas tersebut tertiup berkilo-kilometer dari tempat asalnya, namun jatuh di tempat
lain dalam bentuk hujan. Apabila hujan tersebut sangat asam, dapat menyebabkan kerugian seperti
gatal-gatal pada kulit, memudahkan proses perkaratan logam, tidak bisa dimanfaatkan oleh tanaman dan
hewan dalam tanah, serta menyebabkan penyakit paru-paru.
Hujan asam terdiri dari dua yaitu dekomposisi kering dan dekomposisi basah. Hujan kering adalah
pencemaran udara dalam bentuk kabut. Sedangkan hujan basah adalah turunnya air hujan dimana air
tersebut bersifat sangat asam dan sangat merusak. Kota-kota di Indonesia yang terancam terkena hujan
asam salah satunya Bandung. Tanpa kita sadari, ternyata asap pabrik dari wilayah industri di Jakarta
berkumpul di kota kembang dan mencemarkan udara dalam bentuk partikel-partikel kering.

Hujan asam terjadi karena terjadinya reaksi beberapa senyawa polutan, antara lain:

Senyawa Belerang

Senyawa belerang merupakan gas pencemar udara dalam bentuk oksida belerang (SO2, SO3, dan gas
H2S). Oksida belerang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor, asap pabrik dan
pembakaran batu bara.

Batas kadar SO2 pada udara bersih adalah 0,002 bpj. Dalam jumlah sedikit SO2 dapat menyebabkan
batuk-batuk dan sesak napas, dan dalam jumlah yang besar SO2 akan merusak sistem pernapasan pada
bronkus, tenggorokan dan paru-paru.

SO2 dalam udara bebas berbentuk SO3 sebagai oksida asam yang mudah bereaksi dengan air
membentuk asam sulfat. Reaksi pembentukan asam sulfat dapat terjadi di udara sehingga air hujan yang
bereaksi bersifat asam.

Senyawa Nitrogen

Senyawa Nitrogen merupakan gas pencemar misalnya oksida nitrogen (NO, NO2) dan 2 Amoniak (NH3).
Oksida nitrogen secara alami dapat terbentuk dari reaksi gas nitrogen dan gas oksigen di udara dengan
bantuan petir. Batas gas NO2 adalah 0,001 bpj. Gangguan kesehatan akibat gas NO2 yaitu gangguan
sistem saluran pernapasan, mata terasa perih dan menyebabkan hujan asam.

D. Kota Dengan Oksigen Kaleng


Pernahkah kita melihat tabung oksigen di rumah sakit yang digunakan untuk membantu seseorang yang
sulit bernapas agar bisa bernapas? Di China, oksigen sudah dikemas dalam bentuk kaleng dan dijual
bebas.

Kita sebagai makhluk yang diberi kesehatan harus bersyukur karena masih diberikan kemampuan untuk
bernapas, terutama karena oksigen yang masih berlimpah di Indonesia.

Jumlah Industri semakin bertambah sehingga polutan gas pun semakin banyak. Begitupun dengan
Beijing China. Kota metropolitan yang biasanya cerah kini harus diselimuti kabut tebal setiap hari. Kabut
ini berasal dari polusi pabrik-pabrik. Bahkan tingkat polusi di Beijing sudah melampaui batas/skala.

Berdasarkan WHO, angka rata-rata konsentrasi partikel polusi terkecil tidak boleh melebihi 25
mikrogram. Udara sudah dinyatakan berbahaya untuk dihirup bila angkanya melebihi 100 mikrogram.
Dan berdasarkan Pusat Pemantauan Lingkungan Kota Beijing, angka polusi kota menunjukkan 393
mikrogram. Level tersebut menandakan udara di ibukota sangat tercemar.

Gambar 1. Polusi Udara Kota Beijing

Karena tingkat pencemaran yang tinggi, banyak warga yang kesulitan bernapas serta mengalami
gangguan pernapasan. Oleh karena itu pemerintah menyediakan oksigen dalam bentuk tabung. Para
warga pun mengenakan masker dengan persediaan oksigen di dalamnya.

Gambar 2. Fasilitas Udara Segar di Beijing

Namun seorang pengusaha, Chen Guangbiao menjual udara segar dalam kaleng minuman ringan, mirip
air minum kemasan. Satu kaleng tersebut dijual sebesar lima yuan (Rp.7.700).

Gambar 3. Oksigen Kaleng


Usahanya mengalami perdebatan di berbagai media dan pemerintah. Chen sendiri menyatakan bahwa
menjual oksigen dalam kaleng bukanlah hal yang aneh lagi di China. Karena lingkungan China sendiri
sudah sangat tercemar oleh polutan.

BAB IV

PENANGANAN LIMBAH GAS

Ada beberapa metode yang telah dikembangkan untuk penyederhanaan buangan gas. Dasar
pengembangan yang dilakukan adalah absorbsi, pembakaran, penyerap ion, kolam netralisasi dan
pembersihan partikel. Pilihan peralatan dilakukan atas dasar faktor berikut :

Jenis bahan pencemar (polutan)

Komposisi

Konsentrasi

Kecepatan air polutan


Daya racun polutan

Berat jenis

Rekativitas

Kondisi lingkungan

Desain peralatan disesuaikan dengan variabel tersebut untuk memperoleh tingkat efisiensi yang
maksimum. Kesulitannya sering terbentuk pada persediaan alat di pasaran. Pilihan desain yang
diinginkan tidak sesuai dengan kondisi limbah, sebab itu harus dibentuk desain baru. Kemampuan untuk
mendesain peralatan membutuhkan keahlian tersendiri dan ini merupakan masalah tersendiri pula.
Disamping itu ada faktor lain yang harus dipertimbangkan yaitu nilai ekonomis peralatan. Tidakkah
peralatan mencakup sebagian besar investasi yang tentu harus dibebankan pada harga pokok produksi.
Permasalahannya bahwa ternyata kemudian biaya pengendalian menjadi beban konsumen.

Teknologi pengendalian harus dikaji secara seksama agar penggunaan alat tidak berlebihan dan kinerja
yang diajukan oleh pembuat alat dapat dicapai dan memenuhi persyaratan perlindungan lingkungan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan teknologi pengendalian dan rancangan sistemnya adalah :

Watak gas buang atau efluen

Tingkat pengurangan limbah yang dibutuhkan

Teknologi komponen alat pengendalian pencemaran

Kemungkinan perolehan senyawa pencemar yang bernilai ekonomi

Industri-industri di Indonesia terutama industri milik negara telah menerapkan sistem pengendalian
pencemaran udara dan sistem ini terutama dikaitkan dengan proses produksi seta penanggulangan
pencemaran debu. Pengendalian pencemaran akan membawa dampak positif bagi lingkungan karena hal
tersebut akan menyebabkan kesehatan masyarakat yang lebih baik, kenyamanan hidup lingkungan
sekitar yang lebih tinggi, resiko yang lebih rendah, kerusakan materi yang rendah, dan yang paling
penting ialah kerusakan lingkungan yang rendah. Faktor utama yang harus diperhatikan dalam
pengendalian pencemaran ialah karakteristik dari pencemar dan hal tersebut bergantung pada jenis dan
konsentrasi senyawa yang dibebaskan ke lingkungan, kondisi geografik sumber pencemar, dan kondisi
meteorologis lingkungan.

Pengendalian pencemaran udara dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu pengendalian pada sumber
pencemar dan pengenceran limbah gas. Pengendalian pada sumber pencemar merupakan metode yang
lebih efektif karena hal tersebut dapat mengurangi keseluruhan limbah gas yang akan diproses dan yang
pada akhirnya dibuang ke lingkungan. Didalam sebuah pabrik kimia, pengendalian pencemaran udara
terdiri dari dua bagian yaitu penanggulangan emisi debu dan penanggulangan emisi senyawa pencemar.
Alat-alat pemisah debu bertujuan untuk memisahkan debu dari aliran gas buang. Debu dpat ditemui
dalam berbagai ukuran, bentuk, komposisi kimia, densitas, daya kohesi, dan sifat higroskopik yang
berbeda. Maka dari itu, pemilihan alat pemisah debu yang tepat berkaitan dengan tujuan akhir
pengolahan dan juga aspek ekonomis. Secara umum alat pemisah debu dapat diklasifikasikan menurut
prinsip kerjanya :

Pemisah Brown

Alat pemisah debu yang bekerja dengan prinsip ini menerapkan prinsip gerak partikel menurut Brown.
Alat ini dapat memisahkan debu dengan rentang ukuran 0,01 – 0,05 mikron. Alat yang dipatenkan
dibentuk oleh susunan filamen gelas dengan jarak anatar filamen yang lebih kecil dari lintasan bebas
rata-rata pertikel.

Penapisan

Deretan penapis atau filter bag akan dapat menghilangkan debu hingga 0,1 mikron. Susunan penapis ini
dapat digunakan untuk gas buang yang mengandung minyak atau debu higroskopik.

Pengendap elektrostatik

Alat ini mengalirkan tegangan yang tinggi dan dikenakan pada aliran gas yang berkecepatan rendah.
Debu yang telah menempel dapat dihilangkan secara beraturan dengan cara getaran. Keuntungan yang
diperoleh dari penggunaan pengendap elektrostatik ini ialah didapatkannya debu yang kering dengan
ukuran rentang 0,2 – 0,5 mikron. Secara teoritik seharusnya partikel yang terkumpulkan tidak memiliki
batas minimum.

Pengumpul sentrifugal

Pemisahan debu dari aliran gas didasarkan pada gaya sentrifugal yang dibangkitkan oleh bentuk saluran
masuk alat. Gaya ini melemparkan patikel ke dinding dan gas berputar (vortex) sehingga debu akan
menempel di dinding serta terkumpul pada dasar alat. Alat yang menggunakan prinsip ini digunakan
untuk pemisahan partikel dengan rentang ukuran diameter hingga 10 mikron lebih.

Pemisah inersia
Pemisah ini bekerja atas gaya inersia yang dimiliki oleh partikel dalam aliran gas. Pemisah ini
menggunakan susunan penyekat sehingga partikel akan bertumbukan dengan penyekat dan akan
dipisahkan dari aliran fasa gas. Alat yang bekerja berdasarkan prinsip inersia ini bekerja dengan baik
untuk partikel yang berukuran hingga 5 mikron.

Pengendapan dengan gravitasi

Alat yang bekerja dengan prinsip ini memanfaatkan perbedaan gaya gravitasi dan kecepatan yang dialami
oleh partikel. Alat ini akan bekerja dengan baik untuk partikel dengan ukuran yang lebih besar dari 40
mikron dan tidak digunakan sebagai pemisah debu tingkat akhir.

Di industri terdapat juga beberapa alat yang dapat memisahkan debu dan gas secara bersamaan
(simultan). Alat-alat tersebut memanfaatkan sifat-sifat fisik debu sekaligus sifat gas yang dapat terlarut
dalam cairan. Beberapa metoda umum yang dapat digunakan untuk pemisah secara simultan ialah :

Menara percik

Prinsip kerja menara percik ialah mengkontakkan aliran gas yang berkecepatan rendah dengan aliran air
yang bertekanan tinggi dalam bentuk butiran. Alat ini merupakan alat yang relatif sederhana dengan
kemampuan penghilangan sedang (moderate). Menara percik mampu mengurangi kandungan debu
dengan rentang ukuran diameter 10-20 mikron dan gas yang larut dalam air.

Siklon basah

Modifikasi dari siklon ini dapat menangani gas yang berputar lewat percikan air. Butiran air yang
mengandung partikel dan gas yang terlarut akan dipisahkan dengan aliran gas utama atas dasar gaya
sentrifugal. Slurry dikumpulkan dibagian bawah siklon. Siklon jenis ini lebih baik daripada menara percik.
Rentang ukuran debu yang dapat dipisahkan ialah antara 3-5 mikron.

Pemisah venture
Metode pemisahan venturi didasarkan atas kecepatan gas yang tinggi pada bagian yang disempitkan dan
kemudian gas akan bersentuhan dengan butir air yang dimasukkan di daerah sempit tersebut. Alat ini
dapat memisahkan ppartikel hingga ukuran 0,1 mikron dan gas yang larut di dalam air.

Tumbukan orifice plate

Alat ini disusun oleh piringan yang berlubang dan gas yang lewat orifis ini membentur lapisan air hingga
membentuk percikan air. Percikan ini akan bertumbukan dengan penyekat dan air akan menyerap gas
serta mengikat debu. Ukuran partikel paling kecil yang dapat sdiserap ialah 1 mikron.

Menara dengan packing

Prinsip penyerapan gas dilakukan dengan cara mengkontakkan cairan dan gas diantara packing. Aliran
gas dan cairan dapat mengalir secara co-current, counter-current, ataupun cross-current. Ukuran debu
yang dapat diserap ialah debu yang berdiameter lebih dari 10 mikron.

Pencuci dengan pengintian

Prinsip yang diterapkan adalah pertumbuhan inti dengan kondensasi dan partikel yang dapat ditangani
ialah partikel yang berdiameter hingga 0,01 mikron serta dikumpulkan pada permukaan filamen.

Pembentur turbulen

Pembentur turbulen pada dasarnya ialah penyerapan partikel dengan cara mengalirkan aliran gas lewat
cairan yang berisi bola-bola pejal. Partikel dapat dipisahkan dari aliran gas karena bertumbukkan dengan
bola-bola tersebut. Efisiensi penyerapan gas bergantung pada jumlah tahap yang digunakan.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Salah satu limbah yang saat ini sangat diperhatikan adalah limbah gas yang mencemarkan udara. Limbah
gas/asap adalah limbah yang memanfaatkan udara sebagai media.

Zat pencemar melalui udara diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu partikel dan gas. Partikel adalah
butiran halus dan masih mungkin terlihat dengan mata telanjang seperti uap air, debu, asap, kabut dan
fume. Sedangkan pencemaran berbentuk gas hanya dapat dirasakan melalui penciuman (untuk gas
tertentu) ataupun akibat langsung. Gas-gas ini antara lain SO2, NOX, CO, CO2, hidrokarbon dan lain-lain.

Terdapat berbagai macam kejadian merugikan yang diakibatkan oleh limbah gas yaitu pemanasan global,
hujan asam, asap tebal industri dan gangguan alat pernapasan.

Pengendalian pencemaran udara dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu pengendalian pada sumber
pencemar dan pengenceran limbah gas. Pengendalian pada sumber pencemar merupakan metode yang
lebih efektif karena hal tersebut dapat mengurangi keseluruhan limbah gas yang akan diproses dan yang
pada akhirnya dibuang ke lingkungan.

Didalam sebuah pabrik kimia, pengendalian pencemaran udara terdiri dari dua bagian yaitu
penanggulangan emisi debu dan penanggulangan emisi senyawa pencemar. Alat-alat pemisah debu
bertujuan untuk memisahkan debu dari aliran gas buang. Debu dapat ditemui dalam berbagai ukuran,
bentuk, komposisi kimia, densitas, daya kohesi, dan sifat higroskopik yang berbeda. Maka dari itu,
pemilihan alat pemisah debu yang tepat berkaitan dengan tujuan akhir pengolahan dan juga aspek
ekonomis.

B. Saran

Dalam penanganan limbah gas ini, selain mengkaji dari aspek teknologi dan menerapkan teknologi
pengolahan limbah gas, perlu juga kesadaran dari masing-masing akan apa yang diemisikan ke atmosfir
Bumi. Kita ketahui paru-paru dunia saja sedang terancam karena banyaknya penebangan. Akan tetapi
penduduk semakin banyak yang didukung oleh perkembangan teknologi penghasil karbon dioksida,
seperti kendaraan bermotor. Emisi karbondioksida semakin bertambah, tapi penyerap
karbondioksidanya hampir habis. Bila kita mau menyeimbangkan jumlah karbondioksida di atmosfir, kita
bisa memulainya dari diri sendiri seperti bepergian dengan kendaraan umum dan menanam pohon di
lingkungan yang gundul. Begitupun dengan industri yang mengemisikan limbah gasnya ke udara.
Seharusnya industri memproduksi secara terjadwal sehingga produk-produknya dapat dijual secara tidak
cuma-cuma tapi terencana. Bayangkan bila industri memproduksi terus-menerus tanpa memperhatikan
limbah gas yang diemisikannya. Padahal barang yang diproduksi melebihi permintaan pasar sehingga
akhirnya barang tersebut bisa menjadi gundukan sampah.

DAFTAR PUSTAKA

Anatusa, Aldino. 2013. Waspadai Hujan Asam di Sejumlah Kota. Dalam artikel berita Antara News.
[Online]. Tersedia: http://antaranews.com/berita/360390/ waspadai-hujan-asam-di-sejumlah-kota.html
[September 15, 2014].

Anonim. 2013. Udara Segar Kini Dijual di China. Dalam artikel berita Kompas. [Online]. Tersedia:
http://internasional.kompas.com/read/2013/01/29/10531483/Udara.Segar.Kini-Dijual.Di.China.html
[September 15, 2014].

Anonim. Limbah Gas. [Online]. Tersedia : http://mengerjakantugas.blogspot.com/2009/–04/limbah-


gas.html . [September 13, 2014]
Anonim. Limbah Industri. [Online]. Tersedia : http://mengerjakantugas.blogspot.com/2009/04/limbah-
industri.html. [September 13, 2014]

Aziz, Abdul. dkk. 2008. Dan Alam pun Bertasbih. Merasakan Kebesaran Allah via Biologi. Penerbit Balai
Pustaka: Jakarta.

Hutagalung, Michael. 2008. Teknologi Pengolahan Limbah Gas. [Online]. Tersedia :


http://majarimagazine.com/2008/01/teknologi-pengolahan-limbah-gas/ . [September 13, 2014]

Marbun. 2004. Ensiklopedia Geografi Jilid I. Penerbit Yudhistira Ghalia Indonesia: Bogor.

Rahayu, S. Suparni. 2009. Limbah Gas dan Partikel. [Online]. Tersedia: http://www.chem-is-
try.org/materi_kimia/kimia-industri/limbah-industri/limbah-gas-dan-partikel/. [September 13, 2014]

PENANGANAN LIMBAH GAS

Pencemaran udara merupakan salah satu kerusakan lingkungan, berupa penurunan kualitas udara
karena masuknya unsur-unsur berbahaya ke dalam udara atau atmosfer bumi. Unsur-unsur berbahaya
yang masuk ke dalam atmosfer tersebut bisa berupa karbon monoksida (CO), Nitrogen dioksida (No2),
chlorofluorocarbon (CFC), sulfur dioksida (So2), Hidrokarbon (HC), Benda Partikulat, Timah (Pb), dan
Carbon Diaoksida (CO2). Unsur-unsur tersebut bisa disebut juga sebagai polutan atau jenis-jenis bahan
pencemar udara.

Limbah Gas

Unsur-unsur Pencemar Udara

1. Karbon monoksida (CO)


Pencemaran karbon monoksida berasal dari sumber alami seperti: kebakaran hutan, oksidasi dari
terpene yang diemisikan hutan ke atmosfer, produksi CO oleh vegetasi dan kehidupan di laut. Sumber CO
lainnya berasal dari sumber antropogenik yaitu hasil pembakaran bahan bakar fosil yang memberikan
sumbangan 78,5% dari emisi total. Pencemaran dari sumber antropogenik 55,3% berasal dari
pembakaran bensin pada otomotif.

2. Nitrogen oksida (NOx)

Cemaran nitrogen oksida yang penting berasal dari sumber antropogenik yaitu: NO dan NO2.
Sumbangan sumber antropogenik terhadap emisi total ± 10,6%.

3. Sulfur oksida (SOX)

Senyawa sulfur di atmosfer terdiri dari H2S, merkaptan, SO2, SO3, H2SO4 garam-garam sulfit, garam-
garam sulfat, dan aerosol sulfur organik. Dari cemaran tersebut yang paling penting adalah SO2 yang
memberikan sumbangan ± 50% dari emisi total. Cemaran garam sulfat dan sulfit dalam bentuk aerosol
yang berasal dari percikan air laut memberikan sumbangan 15% dari emisi total.

4. Hidrokarbon (HC)

Cemaran hidrokarbon yang paling penting adalah CH4 (metana) + 860/ dari emisi total hidrokarbon,
dimana yang berasal dari sawah 11%, dari rawa 34%, hutan tropis 36%, pertambangan dan lain-lain 5%.
Cemaran hidrokarbon lain yang cukup penting adalah emisi terpene (a-pinene p-pinene, myrcene, d-
Iimonene) dari tumbuhan ± 9,2 % emisi hidrokarbon total. Sumbangan emisi hidrokarbon dari sumber
antrofogenik 5% lebih kecil daripada yang berasal dari pembakaran bensin 1,8%, dari insineratc dan
penguapan solvent 1,9%.

5. Partikulat

Cemaran partikulat meliputi partikel dari ukuran molekul s/d > 10 μm. Partikel dengan ukuran > 10 μm
akan diendapkan secara gravitasi dari atmosfer, dan ukuran yang lebih kecil dari 0,1 μm pada umumnya
tidak menyebabkan masalah lingkungan. Oleh karena itu cemaran partikulat yang penting adalah dengan
kisaran ukuran 0,1 - 10 μm. Sumber utama partikulat adalah pembakaran bahan bakar ± 13% - 59% dan
insinerasi.

6. Karbondioksida (CO2)

Emisi cemaran CO2 berasal dari pembakaran bahan bakar dan sumber alami. Sumber cemaran
antropogenik utama adalah pembakaran batubara 52%, gas alam 8,5%, dan kebakaran hutan 2,8%
7. Metana (CH4)

Metana merupakan cemaran gas yang bersama-sama dengan CO2, CFC, dan N2O menyebabkan efek
rumah kaca sehingga menyebabkan pemanasan global. Sumber cemaran CH4 adalah sawah (11%), rawa
(34%), hutan tropis (36%), pertambangan dll (5%). Efek rumah kaca dapat dipahami dari Gambar 30.
Sinar matahari yang masuk ke atmosfer sekitar 51% diserap oleh permukaan bumi dan sebagian
disebarkan serta dipantulkan dalam bentuk radiasi panjang gelombang pendek (30%) dan sebagian
dalam bentuk radiasi inframerah (70%). Radiasi inframerah yang dipancarkan oleh permukaan bumi
tertahan oleh awan. Gas-gas CH4, CFC, N2O, CO2 yang berada di atmosfer mengakibatkan radiasi
inframerah yang tertahan akan meningkat yang pada gilirannya akan mengakibatkan pemanasan global.

8. Asap kabut fotokimia

Asap kabut merupakan cemaran hasil reaksi fotokimia antara O3, hidrokarbon dan NOX membentuk
senyawa baru aldehida (RHCO) dan Peroxy Acil Nitrat (PAN) (RCNO5).

9. Hujan asam

Bila konsentrasi cemaran NOx dan SOX di atmosfer tinggi, maka akan diubah menjadi HNO3 dan H2SO4.
Adanya hidrokarbon, NO2, oksida logam Mn (II), Fe (II), Ni (II), dan Cu (II) mempercepat reaksi SO2
menjadi H2SO4. HNO3 dan H2SO4 bersama-sama dengan HCI dari emisi HCI menyebabkan derajad
keasaman (pH) hujan menjadi rendah

Pencegahan Pencemaran Udara

1. Mengurangi pemakaian bahan bakar fosil terutama yang mengandung asap serta gas-gas polutan
lainnya agar tidak mencemarkan lingkungan.

2. melakukan penyaringan asap sebelum asap dibuang ke udara dengan cara memasang bahan penyerap
polutan atau saringan;

3. Mengalirkan gas buangan ke dalam air atau dalam lauratan pengikat sebelum dibebaskan ke air. Atau
dengan cara penurunan suhu sebelum gas buang ke udara bebas;
4. membangun cerobong asap yang cuup tinggi sehingga asap dapat menembus lapisan inversi thermal
agar tidak menambah polutan yang tertangkap di atas suatu pemukiman atau kita;

5. mengurangi sistem transportasi yang efisien dengan menghemat bahan bakar dan mengurangi
angkutan pribadi;

6. memperbanyak tanaman hijau di daerah polusi udara tinggi, karena salah satu kegunaan tumbuhan
adalah sebagai indikator pencemaran dini, selain sebagai penahan debu dan bahan partikel lain.

Penanganan Limbah Gas

1. Mengontrol Emisi Gas Buang.Gas

gas buang seperti sulfur oksida, nitrogen oksida, karbon monoksida danhidrokarbon dapat dikontrol
pengeluarannya melalui beberapa metodde. Gas sulfuroksida dapat dihilangkan dari udara hasil
pembakaran bahan bakar dengan caradesulfurisasi menggunakan filter basah (wet scrubber).Gas
Nitrogen oksida dapat dikurangi dari hasil pembakaran kendaraan bermotordengan cara menurunkan
suhu pembakaran. Produksi gas karbon monoksida danhidrokarbon dari hasil pembakaran kendaraan
bermotor dapat dikurangi dengan cara memasang alat pengubahan catalytic converten untuk
menyempurnakan pembakaran

2. Menghilangkan Materi Partikulat dari Udara Pembuangan

a. Filter udara.

Filter udara adalah alat untuk menghilangkan materi partikulat padat, seperti debu,serbuk sari, dan
spora dari udara. Alat ini terbuat dari bahan yang dapatmenangkap materi partikulat sehingga udara
yang melewatinya akan tersaring dankeluar sebagai udara bersih. Jenis dan bahan yang digunakan
sebagai filter udara bermacam macam, tergantung pada kandungan udara yang disaring, misalnyaapakah
berdebu banyak, apakah bersifat asam atau alkalis,dan sebagainya.

b.Pengendap Siklon

Pengendap siklon atau Cyclone Separator adalah alat pengendap materi partikulatyang ikut dalam gas
atau udara buangan.
c. Filter Basah

Filter basah atau Wet Scrubber membersihkan udara ke dalam filter kemudianmenyemprot air ke
dalamnya. Saat udara kontak dengan air, materi partikulat padatdan senyawa lain yang larut air akan ikut
terbawa air turun ke bagian bawah

PENANGANAN LIMBAH GAS

Pengolah limbah gas secara teknis dilakukan dengan menambahkan alat bantu yang dapat
mengurangi pencemaran udara. Pencemaran udara sebenarnya dapat berasal dari limbah berupa gas
atau materi partikulat yang terbawah bersama gas tersebut. Berikut akan dijelaskan beberapa cara
menangani pencemaran udara oleh limbah gas dan materi partikulat yang terbawah bersamanya.

1. Mengontrol Emisi Gas Buang

· Gas-gas buang seperti sulfur oksida, nitrogen oksida, karbon monoksida, dan hidrokarbon dapat
dikontrol pengeluarannya melalui beberapa metode. Gas sulfur oksida dapat dihilangkan dari udara hasil
pembakaran bahan bakar dengan cara desulfurisasi menggunakan filter basah (wet scrubber).

· Mekanisme kerja filter basah ini akan dibahas lebih lanjut pada pembahasan berikutnya, yaitu
mengenai metode menghilangkan materi partikulat, karena filter basah juga digunakan untuk
menghilangkan materi partikulat.

· Gas nitrogen oksida dapat dikurangi dari hasil pembakaran kendaraan bermotor dengan cara
menurunkan suhu pembakaran. Produksi gas karbon monoksida dan hidrokarbon dari hasil pembakaran
kendaraan bermotor dapat dikurangi dengan cara memasang alat pengubah katalitik (catalytic converter)
untuk menyempurnakan pembakaran.

· Selain cara-cara yang disebutkan diatas, emisi gas buang jugadapat dikurangi kegiatan pembakaran
bahan bakar atau mulai menggunakan sumber bahan bakar alternatif yang lebih sedikit menghasilkan
gas buang yang merupakan polutan.

2. Menghilangkan Materi Partikulat Dari Udara Pembuangan

a. Filter Udara

Filter udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada cerobong atau stack, agar tidak ikut terlepas ke
lingkungan sehingga hanya udara bersih yang saja yang keluar dari cerobong. Filter udara yang dipasang
ini harus secara tetap diamati (dikontrol), kalau sudah jenuh (sudah penuh dengan abu/ debu) harus
segera diganti dengan yang baru.
Jenis filter udara yang digunakan tergantung pada sifat gas buangan yang keluar dari proses industri,
apakah berdebu banyak, apakah bersifat asam, atau bersifat alkalis dan lain sebagainya

b. Pengendap Siklon

Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap debu / abu yang ikut dalam gas buangan
atau udara dalam ruang pabrik yang berdebu. Prinsip kerja pengendap siklon adalah pemanfaatan gaya
sentrifugal dari udara / gas buangan yang sengaja dihembuskan melalui tepi dinding tabung siklon
sehingga partikel yang relatif “berat” akan jatuh ke bawah.

Ukuran partikel / debu / abu yang bisa diendapkan oleh siklon adalah antara 5 u – 40 u. Makin besar
ukuran debu makin cepat partikel tersebut diendapkan.

c. Filter Basah

Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau Wet Collectors. Prinsip kerja filter basah adalah
membersihkan udara yang kotor dengan cara menyemprotkan air dari bagian atas alt, sedangkan udara
yang kotor dari bagian bawah alat. Pada saat udara yang berdebu kontak dengan air, maka debu akan
ikut semprotkan air turun ke bawah.

Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat juga prinsip kerja pengendap siklon dan filter basah
digabungkan menjadi satu. Penggabungan kedua macam prinsip kerja tersebut menghasilkan suatu alat
penangkap debu yang dinamakan.

d. Pegendap Sistem Gravitasi

Alat pengendap ini hanya digunakan untuk membersihkan udara kotor yang ukuran partikelnya relatif
cukup besar, sekitar 50 u atau lebih. Cara kerja alat ini sederhana sekali, yaitu dengan mengalirkan udara
yang kotor ke dalam alat yang dibuat sedemikian rupa sehingga pada waktu terjadi perubahan kecepatan
secara tiba-tiba (speed drop), zarah akan jatuh terkumpul di bawah akibat gaya beratnya sendiri
(gravitasi). Kecepatan pengendapan tergantung pada dimensi alatnya.

e. Pengendap Elektrostatik

Alat pengendap elektrostatik digunakan untuk membersihkan udara yang kotor dalam jumlah (volume)
yang relatif besar dan pengotor udaranya adalah aerosol atau uap air. Alat ini dapat membersihkan udara
secara cepat dan udara yang keluar dari alat ini sudah relatif bersih.

Alat pengendap elektrostatik ini menggunakan arus searah (DC) yang mempunyai tegangan antara 25 –
100 kv. Alat pengendap ini berupa tabung silinder di mana dindingnya diberi muatan positif, sedangkan
di tengah ada sebuah kawat yang merupakan pusat silinder, sejajar dinding tabung, diberi muatan
negatif. Adanya perbedaan tegangan yang cukup besar akan menimbulkan corona discharga di daerah
sekitar pusat silinder. Hal ini menyebabkan udara kotor seolah – olah mengalami ionisasi. Kotoran udara
menjadi ion negatif sedangkan udara bersih menjadi ion positif dan masing-masing akan menuju ke
elektroda yang sesuai. Kotoran yang menjadi ion negatif akan ditarik oleh dinding tabung sedangkan
udara bersih akan berada di tengah-tengah silinder dan kemudian terhembus keluar.

sumber : witasharer.blogspot.com

You might also like