Professional Documents
Culture Documents
ANGGOTA KELOMPOK :
0
1. KONSEP DAN PENGERTIAN
Balanced Scorecard adalah suatu konsep pengukuran kinerja yang diperkenalkan oleh
Robert S. Kaplan dan David P Norton. BSC menyediakan suatu instrumen yang dibutuhkan
para manajer untuk mengemudikan perusahaan menuju keberhasilan dalam persaingan masa
depan. BSC menerjemahkan misi dan strategi perusahaan ke dalam seperangkat ukuran yang
menyeluruh yang memberi kerangka kerja bagi pengukuran dan sistem manajemen strategis.
BSC tetap memberi penekanan pada pencapaian tujuan finansial, namun memuat faktor
pendorong kinerja untuk tercapainya tujuan tersebut. BSC memungkinkan perusahaan
mencatat hasil kinerja finansial sekaligus memantau kemajuan perusahaan dalam
membangun kemampuan dan mendapatkan aktiva tak berwujud yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan masa datang.
Balanced Scorecard melengkapi seperangkat ukuran finansial kinerja masa lalu
dengan ukuran pendorong (drivers) kinerja masa depan. Tujuan dan ukuran scorecard
diturunkan dan visi dan strategi. Tujuan dan ukuran memandang kinerja perusahaan dari
empat perspektif: financial, customer, internal business process and learning & growth. BSC
membuat konsep dimana berbagai ukuran finansial dapat menuntun dan mengevaluasi
perusahaan dalam menciptakan nilai masa depan melalui investasi yang ditanamkan pada
pelanggan, pemasok, pekerja, proses, teknologi dan inovasi. BSC menekankan semua ukuran
finansial dan nonfinansial harus menjadi bagian system informasi untuk para pekerja disemua
tingkat perusahaan. Dalam BSC tujuan dan ukuran diturunkan dari top-down process yang
digerakkan oleh misi dan strategi unit bisnis.
Dapat disimpulkan bahwa Balanced Scorecard adalah suatu konsep pengukuran
kinerja yang sebenarnya memberikan kerangka komprehensif untuk menjabarkan visi ke
dalam sasaran-sasaran strategic. Sasaran strategic yang komprehensif dapat dirumuskan
karena Balanced Scorecard menggunakan empat perspektif yang saling berhubungan satu
dengan lainnya dan tidak dapat dipisahkan.
B. Perspektif Customer
Perspektif ini mengidentifikasi bagaimana kondisi customer dan segmen pasar yang
dipilih perusahaan untuk bersaing dengan competitor. Lima aspek utama pengukuran
perspektif customer, sebagai berikut:
1. Pangsa Pasar - mencerminkan proporsi bisnis dalam satu area bisnis tertentu yang
diungkapkan dalam bentuk uang, jumlah customer, atau unit volume yang terjual atas
setiap unit produk terjual.
2. Customer Retention – pengukuran dilakukan dengan mengetahui besarnya prosentase
pertumbuhan bisnis dengan jumlah customer yang dimiliki perusahaan
3. Customer Acquisition – pengukuran dilakukan dengan prosentase jumlah penambahan
customer baru dan perbandingan total penjualan dengan jumlah customer baru.
4. Customer Satisfaction – pengukuran dilakukan dengan berbagai macam teknik,
misalnya: survey, interview by phone or personal.
5. Customer Profitability – pengukuran dilakukan dengan Activity Based Costing (ABC)
2
Menurut Kaplan dan Norton (1996), BSC membantu manajemen melakukan empat
proses manajemen baru yang menghubungkan antara strategi jangka panjang dengan tindakan
jangka pendek. Keempat proses tersebut adalah sebagai berikut:
3
untuk mencapai tujuan strategik mereka. Situasi seperti ini akan mengantarkan
perusahaan pada kekecewaan atas hasil program-program tersebut. Dengan BSC, para
manajer dapat melihat program mana yang dapat menjadi prioritas sumber daya, yaitu
hanya program yang mengarah pada tujuan strategik perusahaan.
4. Meningkatkan Umpan Balik dan Pembelajaran, memberi perusahaan kapasitas untuk
apa yang disebut dengan pembelajaran strategik. Secara tradisional, umpan balik yang
ada dan proses review memusatkan pada apakah perusahaan, departemen, atau
individu karyawannya sudah memenuhi target atu tujuan finansialnya. Namun dengan
BSC, suatu perusahaan dapat memonitor akibat jangka pendek dari ketiga perspektif
lainnya -pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan- dan
mengevaluasi strategi dipandang dari sudut kinerja terakhir. BSC dengan demikian
dapat memungkinkan perusahaan memodifikasi strateginya secara real time
Target
Pengukuran saja tidaklah cukup. Karena itu dibutuhkan target untuk setiap
ukuran dalam Balanced Scorecard. Target-target kinerja didesain dan ditetapkan untuk
menjangkau dan mendorong organisasi agar dapat mencapai sasaran-sasaran strateginya.
Penetapan target dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal seperti realistis,
memperhatikan aspek kemampuan sumber daya manusia, dapat dipahami oleh semua
orang, dapat diukur, dapat dicapai melalui program-program tindakan, serta dapat
diterima sebagai tugas dan tanggung jawab bersama untuk mencapai target tersebut.
Dengan demikian, target harus disepakati bersama antara manajemen dan orang-orang atau
tim yang bertanggung jawab untuk melaksanakan strategi.
4
Ukuran Kinerja
Alat untuk mengukur sasaran strategi terdiri atas dua ukuran, yaitu tolak ukur hasil
(lag indicator) dan tolak ukur pemacu kinerja (lead indicator). Balanced Scorecard
umumnya menggunakan ukuran-ukuran generik tertentu, misalnya ROI dan EVA pada
perspektif keuangan, kemudian kepuasan dan retensi pada perspektif pelanggan, kualitas
dan waktu tanggap yang digunakan pada perspektif proses bisnis internal serta
kepuasan karyawan pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Balanced Scorecard
yang disusun selayaknya memiliki kombinasi pengukuran outcome(lagging indicator) dan
pengendali kinerja (leading indicator) yang telah disesuaikan dengan tujuan strategi unit
bisnis.
a. Kepuasan karyawan
Tujuan kepuasan karyawan menyatakan bahwa moral karyawan dan kepuasan kerja
secara keseluruhan saat ini dipandang sangat penting bagi sebagian besar perusahaan.
5
Karyawan yang merasa puas merupakan prakondisi bagi meningkatnya produktivitas,
daya tangkap, mutu, dan pelayanan kepada para pelanggan. Kepuasan karyawan dapat
diukur dengan melakukan survei, wawancara, dan observasi.
b. Produktivitas karyawan
Produktivitas karyawan adalah suatu ukuran hasil, dampak keseluruhan usaha
meningkatkan moral dan keahlian pekerja, inovasi, proses internal, dan kepuasan
karyawan. Tujuannya adalah membandingkan keluaran yang dihasilkan oleh para
pekerja dengan jumlah pekerja yang dikerahkan untuk menghasilkan keluaran tersebut.
6
b. Banyaknya alat ukur (pengukuran) yang diperlukan, hal ini membuat pertanyaan
apakah alat ukur tersebut mampu mencakup keseluruhan strategi perusahaan (dapat
menjangkau perspektif peningkatan kinerja secara luas dengan pengukuran terbatas)
c. Ukuran nonfinansial yang sering memperlihatkan kekeliruan, misalnya lagging yang
melaporkan seberapa baik strategi perusahaan berjalan diperiode lalu. Ukuran ini
tidak baik untuk mengkomunikasikan kepada pekerja tentang apa yang harus dikuasai
dengan baik agar memenangkan persaingan masa depan.
d. Masih adanya hubungan yang buruk antara ukuran perspektif nonfinansial dengan
hasilnya, karena ada asumsi bahwa keuntungan masa depan tidak mengikuti atau
berkaitan dengan pencapaian tujuan nonfinansial.
e. Ukuran-ukuran tidak diperbaharui dan tidak ada mekanisme perbaikan dalam
Balanced Scorecard