You are on page 1of 5

A.

Judul

Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe NHT (Numbered Head


Together) Dengan Media LKS TTS Untuk Meningkatkan Hasil Kognitif Siswa Kelas VII SMPN
1 Pekanbaru Pada Materi Tata Surya

B. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang menunjang perkembangan pembangunan


suatu negara. Berdasarkan hasil The Learning Curve Pearson 2014 yang menggambarkan
indeks global kemampuan kognitif dan hasil pendidikan, Indonesia berada pada posisi terendah
yaitu peringkat 40 dari keseluruhan negara anggotanya. Hal tersebut menggambarkan bahwa
kualitas pendidikan di Indonesia masih jauh tertinggal bila dibandingkan dengan negara
lain. Rendahnya daya saing sebagai indikator bahwa pendidikan belum mampu menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas. Kualitas sumber daya manusia ini dapat berupa
penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), sifat pantang menyerah, bekerja
keras, selalu ingin maju, terbuka dengan perubahan, namun tetap tidak meninggalkan nilai-nilai
luhur bangsa. Bila ditelusuri lebih jauh, kualitas sumber daya manusia dapat diraih melalui
pendidikan. Tentunya bukan sembarang pendidikan, tetapi merupakan pendidikan yang
berkualitas pula. Melalui pendidikan yang berkualitas maka akan tercetak manusia-manusia
unggul dan berbudi pekerti luhur yang mampu membawa bangsa ke arah perubahan yang lebih
baik.Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan
sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang
memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti
perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi
kepentingan masa depan (Trianto, 2009: 1).

Salah satu upaya guru dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa yakni
dengan membuat siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran didukung
dengan metode, model dan strategi yang yang dirancang oleh guru agar kegiatan pembelajaran
berpusat pada siswa. Dengan mendesain pembelajaran, salah satunya dengan membuat siswa
belajar secara berkelompok dan melakukan suatu percobaan atau eksperimen dapat membuat
siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Selain membuat siswa menjadi lebih aktif,
siswa dapat menggunakan keterampilan yang dimilikinya dari pembelajaran yang dilakukan.
Salah satu model pembelajaran berkelompok yang sering dikenal sebagai pembelajaran
kooperatif adalah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu pembelajaran yang
berorientasi pada siswa, yakni dengan melakukan pembelajaran secara berkelompok dan
berpusat pada siswa. NHT lebih menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa. Pada umumnya NHT digunakan untuk melibatkan siswa
dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran. Pembelajaran kooperatif tipe NHT melatih siswa dalam mengembangkan
keterampilan proses sains yang ada dalam setiap siswa dan memberikan tanggung jawab pada
masing-masing siswa pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Siswa dapat aktif dan
pembelajarannya lebih bermakna karena siswa dapat mengalami langsung pembelajaran yang
dilakukan yakni dengan kegiatan ekperimen.

Menurut Aunurrahman (2009), guru harus dapat mengatasi masalah belajar siswa
karena keberhasilan seorang guru adalah ketika dapat memahami materinya dan memiliki
prestasi belajar yang bagus. Dari hal tersebut dapat dipahami bahwa keberhasilan proses
pembelajaran merupakan muara dari seluruh aktivitas yang dilakukan guru dan siswa. Menurut
Kuo dkk. (2011), guru harus dapat memanfaatkan berbagai tugas dan media untuk memotivasi
siswa sehingga siswa lebih aktif dan tercipta pembelajaran efektif melalui penerapan media
yang sesuai dengan kemampuan siswa. Media pembelajaran yang sesuai terhadap materi ini
adalah media pembelajaran LKS Teka-Teki Silang (TTS). Hal ini dikarenakan media
pembelajaran tersebut dapat meningkatkan motivasi peserta didik serta pemahaman peserta
didik yang lebih baik dibandingkan dengan media pembelajaran lainnya, khususnya hanya
untuk materi yang lebih banyak bersifat konseptual daripada algoritma. Menurut Njorege dkk.
(2013), LKS TTS dapat digunakan sebagai alternative teknik pembelajaran yang berdampak
pada pengembangan teori dan memotivasi para siswa untuk mengganti kebiasaan hanya
menghafalkan materi pada cara belajar mereka. Menurut Ayu dkk. (2013), pada media TTS,
peserta didik dituntut aktif dalam proses pembelajaran agar tidak mudah bosan. Selain itu,
dengan menjawab salah satu soal lalu akan memancing untuk dapat menjawab soal lain
karena terbantu satu atau lebih huruf dari jawaban sebelumnya sehingga akan lebih termotivasi
dalam belajar. Penerapan media TTS dapat mengurangi rasa jenuh yang dialami peserta didik
ketika proses pembelajaran berlangsung. Siswa sangat termotivasi dengan mengggunakan
media TTS yang dapat merangsang daya nalarnya untuk memahami materi, sehingga dapat
mudah diingat (Wijayanti, 2010).

Vygotsky, seorang penganut sosial konstruktivis, menekankan keutamaan dari interaksi


sosial sebagai suatu prasyarat menuju perkembangan kognitif individu melalui internalisasi
ide-ide dalam suatu komunitas (Nyikos & Hashimoto,1997). Sebagaimana paham sosial
konstruktivis, pendidikan fisika realistik juga menekankan pentingnya interaksi sosial pada
suatu proses belajar.

Pietarinen (2003) menyatakan sisi hiburan dari permainan dapat memotivasi siswa
dalam belajar sehingga terjadi peningkatan pemahaman siswa tentang konsep-konsep yang
termuat dalam permainan. Lebih lanjut, Charles & Mc.Alister dan Sheffield (dalam Kebritchi
dan Hirumi, 2008), menyebutkan keunggulan pembelajaran berbasis permainan secara lebih
luas, yaitu: menekankan pada aksi atau tindakan daripada penjelasan verbal, membentuk
motivasi dan kepuasan personal, mampu mengakomodir berbagai macam metode
pembelajaran, dan bersifat interaktif serta meningkatkan kemampuan pengambilan
keputusan.

Karakteristik dari materi tata surya adalah termasuk materi yang sifatnya hafalan dan
diperlukan pemahaman yang mendalam, sehingga siswa mengalami kesulitan padahal ada
banyak konsep yang terkait dengan materi berikutnya. Dalam materi ini terdapat konsep
dasar yang memerlukan pemahaman yang mendalam dari siswa seperti pemahaman tentang
system tata surya, kondisi bumi, kondisi bulan dan gerhana. Oleh karena itu perlu diadakan
usaha-usaha untuk mengoptimalkan prestasi belajar siswa.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat ditarik suatu rumusan masalah yaitu
bagaimana meningkatkan hasil kognitif siswa dengan penerapan model pembelajaran
Cooperative Learning Tipe NHT (Numbered Head Together) Dengan Media LKS TTS
pada materi tata surya?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh hasil kognitif siswa yang optimal
dengan menggunakan media LKS TTS melalui penerapan model pembelajaran Cooperative
Learning tipe NHT (Numbered Head Together).
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui hasil belajar peserta didik dengan penerapan media LKS TTS pada materi
tata surya di kelas VII SMPN 1PEKANBARU
2. Mengetahui aktivitas peserta didik dengan penerapan media LKS TTS pada materi tata
surya di kelas VII SMPN 1PEKANBARU
3. Mengetahui tanggapan peserta didik dengan penerapan media LKS TTS pada materi
tata surya di kelas VII SMPN 1PEKANBARU

F. Definisi Operasional
1. Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together
Metode Numbered Head Together (NHT) adalah suatu pendekatan yang melibatkan
lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan
mengecek pemahaman terhadap isi pelajaran tersebut dimana model pembelajaran ini
memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.

2. Media LKS TTS


Lembar Kerja Siswa (LKS) TTS adalah lembar kerja yang berupa lembaran informasi
maupun soal (pertanyaan-pertanyaan) yang harus dijawab dalam bentuk Teka-Teki Silang
(TTS) yang tersusun dari kotak-kotak yang diberi nomor yang diisi dengan kata-kata,
setiap kotak diisi satu huruf sehingga membentuk suatu kata yang ditempatkan secara
horizontal maupun vertikal. Penggunaan teka teki silang dalam pembelajaran ini akan
mengurangi rasa jenuh yang dialami siswa ketika terlibat dalam proses belajar mengajar
karena siswa akan merasakan suasana yang berbeda ketika belajar.
3. Hasil Kognitif Siswa
Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang relative menetap dalam diri seseorang
sebagai akibat dari interaksi seseorang dengan lingkungannya.
Hasil belajar menurut UNESCO yakni :
- Learning to know
- Learning to do
- Learning to be
- Learning to live together
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan prestasi belajar yang dicapai
siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan membawa suatu perubahan dan
pembentukan tingkah laku seseorang.
Hasil belajar dalam ranah kognitif dapat ditandai dengan adanya,
1) mendapatkan informasi,
2) memahami terhadap suatu informasi,
3) menerapkan atau mengaplikasi terhadap suatu informasi,
4) menganalisa permasalahan,
5) memadukan konsep sehingga menciptakan pemahaman baru, lalu
6) mengevaluasi dari pemahaman tersebut.

4. Materi Tata Surya

Materi tata surya pada pembahasan makalah ini mencakup sistem tata surya, rotasi dan
revolusi bumi, rotasi dan revolusi bulan, serta dampaknya bagi kehidupan di
bumi sesuai dengan kurikulum 13 kd 3.11 kelas VII semester 2.

You might also like