You are on page 1of 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

1. Masalah Utama : Isolasi Sosial (Menarik diri)


a. Pengertian
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena
orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Twondsend, 1998
dikutip Nita Fitria, 2009).

solasi sosial juga merupakan kesepian yang dialami oleh individu dan dirasakan saat
didorong oleh keberadaan orang lain dan sebagai pernyataan negatif atau mengancam
(Nanda-1, 2012).

Jadi menurut penulis dapat di simpulkan bahwa isolasi sosial adalah suatu kondisi
dimana seseorang mengalami gangguan kejiwaan dan menjadikan dirinya merasa
tersisihkan, tidak mampu berkomunikasi dengan orang lain disekitarnya sehingga
sulit untuk diajak bicara dan senang menyendiri.

II. Proses Terjadinya Masalah


a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Perkembangan
Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungan sosial berkembang
sesuai dengan proses tumbuh kembang mulai dari usia bayi sampai dewasa
lanjut untuk dapat mengembangkan hubungan social yang positif, diharapkan
setiap tahap perkembangan dilalui dengan sukses. Sistem keluarga yang
terganggu dapat menunjang perkembangan respon sosial maladaptif.
2) Faktor Biologis
Faktor genetic dapat berperan dalam respon social maladaptif.
3) Faktor Sosiokultural
Isolasi sosial merupakan factor utama dalam gangguan berhubungan. Hal ini
diakibatkan oleh norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain,
tidak mempunyai anggota masyarakat yang kurang produktif seperti lanjut usia,
orang cacat dan penderita penyakit kronis. Isolasi dapat terjadi karena
mengadopsi norma, perilaku dan system nilai yang berbeda dari yang dimiliki
budaya mayoritas.
4) Faktor dalam Keluarga
Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantar seseorang dalam gangguan
berhubungan, bila keluarga hanya menginformasikan hal- hal yang negative dan
mendorong anak mengembangkan harga diri rendah. Adanya dua pesan yang
bertentangan disampaikan pada saat yang bersamaan, mengakibatkan anak
menjadi enggan berkomunikasi dengan orang lain.
b. Faktor Presipitasi
1) Stress sosiokultural
Stres dapat ditimbulkan oleh karena menurunnya stabilitas unit keluarga dan
berpisah dari orang yang berarti, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
2) Stress psikologi
Ansietas berat yang berekepanjangan terjadi bersamaan dengan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang dekat
atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat
menimbulkan ansietas tingkat tinggi.

III. A. Pohon Masalah

Gangguan Isosial ( menarik diri)

Harga Diri Rendah

Resiko Perubahan Sensori

Gangguan Konsep Diri


B. Masalah Keperawatan dan Data yang di kaji

a. Masalah Keperawatan
1. Isolasi sosial
2. Harga diri rendah kronis
3. Perubahan persepsi sensori : halusinasi
4. Koping invidu tidak efektif
5. Koping keluarga tidak efektif
6. Intoleransi aktivitas
7. Defisit perawatan diri
8. Risiko tinggi mencederai diri sendri, orang lain, dan lingkungan.

b. Data yang perlu dikaji


1) Identitas
Sering ditemukan pada usia dini atau muncul pertama kali pada masa
pubertas.
2) Keluhan Utama
Keluhan utama yang menyebabkan pasien dibawa ke rumah sakit biasanya
akibat adanya kumunduran kemauan dan kedangkalan emosi.
3) Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi sangat erat terkait dengan faktor etiologi yakni
keturunan, endokrin, metabolisme, susunan syaraf pusat, kelemahan ego.
4) Psikososial
a. Genogram
Orang tua penderita skizofrenia, salah satu kemungkinan anaknya 7-16 %
skizofrenia, bila keduanya menderita 40-68 %, saudara tiri kemungkinan
0,9-1,8 %, saudara kembar 2-15 %, saudara kandung 7-15 %.
b. Konsep Diri
Kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi yang mengenai pasien
akan mempengaruhi konsep diri pasien.
c. Hubungan Sosial
Klien cenderung menarik diri dari lingkungan pergaulan, suka melamun,
berdiam diri.
d. Spiritual
Aktifitas spiritual menurun seiring dengan kemunduran kemauan.
5) Status Mental
a. Penampilan Diri
Pasien tampak lesu, tak bergairah, rambut acak-acakan, kancing baju
tidak tepat, resliting tak terkunci, baju tak diganti, baju terbalik sebagai
manifestasi kemunduran kemauan pasien.
b. Pembicaraan
Nada suara rendah, lambat, kurang bicara, apatis.
c. Aktifitas Motorik
Kegiatan yang dilakukan tidak bervariatif, kecenderungan
mempertahankan pada satu posisi yang dibuatnya sendiri (katalepsia).
d. Emosi
Emosi dangkal
e. Afek
Dangkal, tak ada ekspresi roman muka.
f. Interaksi Selama Wawancara
Cenderung tidak kooperatif, kontak mata kurang, tidak mau menatap
lawan bicara, diam.
g. Proses Berfikir
Gangguan proses berfikir jarang ditemukan.
h. Kesadaran
Kesadaran berubah, kemampuan mengadakan hubungan dengan dan
pembatasan dengan dunia luar dan dirinya sendiri sudah terganggu pada
taraf tidak sesuai dengan kenyataan (secara kualitatif).
i. Memori
Tidak ditemukan gangguan spesifik, orientasi tempat, waktu, orang baik.
j. Kemampuan penilaian
Tidak dapat mengambil keputusan, tidak dapat bertindak dalam suatu
keadaan, selalu memberikan alasan meskipun alasan tidak jelas atau tidak
tepat.
6) Kebutuhan Sehari-hari
Pada permulaan penderita kurang memperhatikan diri dan keluarganya,
makin mundur dalam pekerjaan akibat kemunduran kemauan. Minat untuk
memenuhi kebutuhannya sendiri sangat menurun dalam hal makan,
BAB/BAK, mandi, berpakaian, intirahat tidur.

IV. Diagnosa Keperawatan


1) Gangguan konsep diri (Harga Diri rendah)
Do: Kurangnya rasa percaya kepada orang lain, Panik, Regresi ke tahap
perkembangan sebelumnya, Sukar berinteraksi dengan orang lain pada masa
lampau, Perkembangan ego yang lemah, Represi rasa takut.
Ds: Menyendiri dalam ruangan, Tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak
melakukan kontak mata, Sedih, afek datar, Perhatian dan tindakan yang tidak
sesuai dengan perkembangan usianya, Berfikir menurut pikirannya sendiri,
tindakan berulang dan tidak bermakna, Mengekspresikan penolakan atau
kesepian pada orang lain.
2) Gangguan Isolasi Sosial (Menarik Diri)
Do: Ketidakmampuan untuk percaya kepada orang lain, Panik, Regresi ke tahap
perkembangan sebelumnya, Menarik diri
Ds: Tidak ada asosiasi antara ide satu dengan lainnya, Menggunakan kata-kata
simbolik (neologisme), Menggunakan kata yang tak berarti, Kontak mata
kurang / tidak mau menatap lawan bicara.
3) Gangguan perubahan sensori (Halusinasi)
Do: pasien mengatakan sering mendengar suara-suara, sering melihat bayangan-
bayangan yang mengajaknya untuk mengikutinya
Ds: pasien terlihat selalu menyendiri, selalu menghindar jika didekati, sering
terlihat ketakutan.

V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


1) Diagnosa 1
Tujuan Umum: Pasien siap masuk dalam terapi aktifitas ditemani oleh seorang
perawat yang dipercayainya dalam 1 minggu.
Tujuan Khusus: Pasien dapat secara sukarela meluangkan waktu bersama pasien
lain dan perawat dalam aktifitas kelompok di unit rawat inap.
Kriteria hasil yang diharapkan :
a. Pasien dapat mendemontrasikan keinginan dan hasrat untuk bersosialisasi
dengan orang lain.
b. Pasien dapat mengikuti aktifitas kelompok tanpa disuruh.
c. Pasien melakukan pendekatan interaksi satu-satu dengan orang lain dengan cara
yang sesuai / dapat diterima.
Intervensi Keperawatan :
a. Perlihatkan sikap menerima dengan cara melakukan kontak yang sering tapi
singkat.
Rasional : Sikap menerima dari orang lain akan meningkatkan harga diri pasien
dan memfasilitasi rasa percaya kepada orang lain.
b. Perlihatkan penguatan positif pada pasien.
Rasional : Pasien merasa menjadi orang yang berguna.
c. Temani pasien untuk memperlihatkan dukungan selama aktifitas kelompok
yang mungkin merupakan hal yang menakutkan atau sukar bagi pasien.
Rasional : Kehadiran seseorang yang dipercaya akan memberikan rasa aman
bagi pasien.
d. Jujur dan menepati semua janji.
Rasional : Kejujuran dan rasa saling membutuhkan menimbulkan suatu
hubungan saling percaya.
e. Diskusikan dengan pasien tanda-tanda peningkatan anxietas dan teknik untuk
memutus respon (latihan relaksasi, berhenti berfikir).
Rasional : Perilaku menarik diri dan curiga dimanifestasikan selama terjadi
peningkatan anxietas.
f. Berikan pengakuan dan penghargaan tanpa disuruh pasien dapat berinteraksi
dengan orang lain.
Rasional : Penguatan akan meningkatkan harga diri pasien dan mendorong
pengulangan perilaku tersebut.
2) Diagnosa 2
Tujuan Umum: Pasien dapat menunjukkan kemampuan untuk bertahan pada 1
topik, menggunakan ketepatan kata, melakukan kontak mata intermiten selama 5
menit dengan perawat selama 1 minggu.
Tujuan Khusus: Pasien dapat menunjukkan kemampuan dalam melakukan
komunikasi verbal dengan perawat dan sesama pasien dalam suatu lingkungan
sosial dengan cara yang sesuai / dapat diterima.
Kriteria hasil yang diharapkan :
a. Pasien dapat berkomunikasi dengan cara yang dapat dimengerti dan diterima
orang lain.
b. Pesan non verbal pasien sesuai dengan verbalnya.
c. Pasien dapat mengakui bahwa disorganisasi pikiran dan kelainan komunikasi
verbal terjadi pada saat adanya peningkatan anxietas.
Intervensi Keperawatan :
a. Gunakan teknik validasi dan klarifikasi untuk mengerti pola komunikasi pasien..
Rasional : Teknik ini menyatakan kepada pasien bagaimana ia dimengerti oleh
orang lain, sedangkan tanggung jawab untuk mengerti ada pada perawat.
b. Pertahankan konsistensi perawat yang bertugas
Rasional : Memudahkan rasa percaya dan kemampuan untuk mengerti tindakan
dan komunikasi pasien.
c. Jelaskan kepada pasien dengan cara yang tidak mengancam bagamana perilaku
dan pembicaraannya diterima dan mungkin juga dihindari oleh orang lain. Jika
pasien tidak mampu atau tidak ingin bicara (autisme), gunakan teknik
mengatakan secara tidak langsung.
Rasional : Hal ini menyampaikan rasa empati, mengembangkan rasa percaya
dan mendorong pasien mendiskusikan hal-hal yang menyakitkan dirinya.
d. Antisipasi dan penuhi kebutuhan pasien sampai pola komunikasi yang
memuaskan kembali.
Rasional : Kenyamanan dan keamanan pasien merupakan prioritas keperawatan.
3) Diagnosa 3
Tujuan Umum: Klien dapat mengenal halusinasi
Tujuan Khusus: Klien dapat menyebutkan waktu, isi dan frequensi timbulnya
halusinasi, Klien dapat mengungkapkan perasaan terhadap halusinasinya.
Kriteria Hasil: Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Intervensi Keperawatan: Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
1. Observasi tingkah laku klien terkait halusinasinya, berbicara dan tertawa tanpa
stimulus memandang ke kiri dan ke kanan seolah ada teman bicara
2. Bantu klien mengenal halusinasi dengan cara :
a. Jika menemukan klien yang sedang halusinasi tanyakan apakah ada suara
yang di dengar
b. Jika klien menjawab “ada“ lanjutkan apa yang dikatakan halusinasinya
c. Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu. Namun perawat
sendiri tidak mendengarnya (dengan nada sahabat tanpa menuduh)
d. Katakan pada klien bahwa ada klien yang seperti diaKatakan bahwa perawat
akan membantu klien.

You might also like