Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
112016338
Pembimbing :
KEPANITERAAN KLINIK
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
Penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik
2.1. Definisi
Penyakit Paru Obstrutif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang
ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif
nonreversibel atau reversibel parsial., bersifat progresif, biasanya disebabkan oleh
proses inflamasi paru yang disebabkan oleh pajanan gas berbahaya yang dapat
memberikan gambaran gangguan sistemik. Gangguan ini dapat dicegah dan dapat
diobati. Penyebab utama PPOK adalah rokok, asap polusi dari pembakaran, dan
partikel gas berbahaya.
Pertambahan penduduk
Industrialisasi
(PDPI,2010)
3
2.2 Faktor Resiko
a) Riwayat merokok
Perokok aktif
Perokok pasif
Bekas perokok
Ringan : 0-200
Sedang : 200-600
Berat : >600
3. Hipereaktiviti bronkus
2.3 Patogenesis
4
silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta
metaplasia.
Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel dan terjadi karena
perubahan struktural pada saluran napas kecil yaitu : inflamasi, fibrosis, metaplasi
sel goblet dan hipertropi otot polos penyebab utama obstruksi jalan napas seperti
pada gambar 1.
5
Ada beberapa karakteristik inflamasi yang terjadi pada pasien PPOK,
yakni : peningkatan jumlah neutrofil (didalam lumen saluran nafas), makrofag
(lumen saluran nafas, dinding saluran nafas, dan parenkim), limfosit CD 8+
(dinding saluran nafas dan parenkim). Yang mana hal ini dapat dibedakan dengan
inflamasi yang terjadi pada penderita asma.(Corwin EJ, 2001)
(Sumber : PDPI,2010)
2.4 Klasifikasi
6
semakin memberat, penurunan kapasitas latihan dan eksaserbasi yang berulang
yang berdampak pada kualitas hidup pasien.
2.5 Diagnosis
Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala, gejala
ringan hingga berat. Pada pemeriksaan fisis tidak ditemukan kelainan jelas dan
tanda inflasi paru
A. Gambaran klinis
a. Anamnesis
7
b. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis
leher dan edema tungkai
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau
pada ekspirasi paksa ekspirasi memanjang bunyi jantung terdengar
jauh
8
Ciri khas yang mungkin ditemui pada penderita PPOK :
Pink puffer
Gambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit kemerahan dan
pernapasan pursed – lips breathing
Blue bloater
Gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk sianosis, terdapat edema
tungkai dan ronki basah di basal paru, sianosis sentral dan perifer
Adalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulut mencucu dan ekspirasi yang
memanjang. Sikap ini terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan
retensi CO2 yang terjadi pada gagal napas kronik.
a. Pemeriksaan rutin
Faal paru
9
Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan,
APE meter walaupun kurang tepat, dapat dipakai sebagai alternatif
dengan memantau variabiliti harian pagi dan sore, tidak lebih dari 20%
Uji bronkodilator
Darah rutin
Radiologi
Hiperinflasi
Hiperlusen
Diafragma mendatar
10
Pada bronkitis kronik :
Normal
b. Pemeriksaan khusus
Faal paru
Sgaw meningkat
Jentera (treadmill)
11
Uji coba kortikosteroid
Radiologi
Elektrokardiografi
Ekokardiografi
Bakteriologi
12
Pemerikasaan bakteriologi sputum pewarnaan Gram dan kultur
resistensi diperlukan untuk mengetahui pola kuman dan untuk memilih
antibiotik yang tepat. Infeksi saluran napas berulang merupakan penyebab
utama eksaserbasi akut pada penderita PPOK di Indonesia.
Asma
Pneumotoraks
13
Tabel 2. Perbedaan Asma, PPOK, dan SOPT
(Sumber : PDPI,2010)
2.8 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan :
- Mengurangi gejala
1. Edukasi
2. Obat – obatan
3. Terapi oksigen
4. Ventilasi mekanik
14
5. Nutrisi
6. Rehabilitasi
2.8.1 Edukasi
Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang pada PPOK
stabil. Edukasi pada PPOK berbeda dengan edukasi pada asma. Karena PPOK
adalah penyakit kronik yang ireversibel dan progresif, inti dari edukasi adalah
menyesuaikan keterbatasan aktiviti dan mencegah kecepatan perburukan fungsi
paru. Berbeda dengan asma yang masih bersifat reversibel, menghindari pencetus
dan memperbaiki derajat adalah inti dari edukasi atau tujuan pengobatan dari
asma.
15
keterbatasan aktivitas. Penyesuaian aktiviti dan pola hidup merupakan salah satu
cara untuk meningkatkan kualitas hidup pasien PPOK.
Bahan dan cara pemberian edukasi harus disesuaikan dengan derajat berat
penyakit, tingkat pendidikan, lingkungan sosial, kultural dan kondisi ekonomi
penderita.
5. Penyesuaian aktiviti
Agar edukasi dapat diterima dengan mudah dan dapat dilaksanakan ditentukan
skala prioriti bahan edukasi sebagai berikut :
1. Berhenti merokok
16
3. Penggunaan oksigen
Berapa dosisnya
5. Tanda eksaserbasi :
Sputum bertambah
Ringan
17
Mencegah penyakit menjadi berat dengan menghindari pencetus, antara
lain berhenti merokok
Sedang
Berat
a. Bronkodilator
Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan
disesuaikan dengan klasifikasi derajat berat penyakit ( lihat tabel 2 ). Pemilihan
bentuk obat diutamakan inhalasi, nebuliser tidak dianjurkan pada penggunaan
jangka panjang. Pada derajat berat diutamakan pemberian obat lepas lambat ( slow
release ) atau obat berefek panjang ( long acting ).
- Golongan antikolinergik
18
- Golongan agonis beta – 2
- Golongan xantin
b. Antiinflamasi
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi
intravena, berfungsi menekan inflamasi yang terjadi, dipilih golongan
metilprednisolon atau prednison. Bentuk inhalasi sebagai terapi jangka
panjang diberikan bila terbukti uji kortikosteroid positif yaitu terdapat
perbaikan VEP1 pascabronkodilator meningkat > 20% dan minimal 250 mg.
19
c. Antibiotika
- Lini I : amoksisilin
makrolid
Sefalosporin
Kuinolon
Makrolid baru
d. Antioksidan
e. Mukolitik
f. Antitusif
20
Tabel 3. Penatalaksanaan PPOK
21
(Sumber : PDPI,2010)
3 Terapi Oksigen
a. Manfaat oksigen :
22
- Mengurangi sesak
- Memperbaiki aktiviti
- Mengurangi vasokonstriksi
- Mengurangi hematokrit
b. Indikasi
- Pao2 diantara 55 - 59 mmHg atau Sat O2 > 89% disertai Kor Pulmonal,
perubahan P pullmonal, Ht >55% dan tanda - tanda gagal jantung kanan,
sleep apnea, penyakit paru lain
23
PPOK eksaserbasi akut di unit gawat daruraat, ruang rawat ataupun ICU.
Pemberian oksigen untuk penderita PPOK yang dirawat di rumah dibedakan :
- Nasal kanul
- Sungkup venturi
- Sungkup rebreathing
- Sungkup nonrebreathing
Pemilihan alat bantu ini disesuaikan dengan tujuan terapi oksigen dan kondisi
analisis gas darah pada waktu tersebut.
4 Ventilasi Mekanik
24
derajat berat dengan napas kronik. Ventilasi mekanik dapat digunakan di rumah
sakit di ruang ICU atau di rumah.
- Volume control
- Pressure control
- Kualiti hidup
25
b. Indikasi penggunaan NIPPV
NPV tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan obstruksi saluran napas atas,
disamping harus menggunakan perlengkapan yang tidak sederhana.
2.8.5 Nutrisi
- Antropometri
26
nutrisi dapat diberikan secara terus menerus (nocturnal feedings) dengan pipa
nasogaster.
- Hipofosfatemi
- Hiperkalemi
- Hipokalsemi
- Hipomagnesemi
27
- Kualiti hidup yang menurun
Program dilaksanakan di dalam maupun diluar rumah sakit oleh suatu tim
multidisiplin yang terdiri dari dokter, ahli gizi, respiratori terapis dan psikolog.
Program rehabilitiasi terdiri dari 3 komponen yaitu : latihan fisis, psikososial dan
latihan pernapasan.
b. Endurance exercise
Bertujuan untuk :
28
- Memperbaiki kualiti hidup
1. Bulektomi
3. Transplantasi paru
29
Tabel 4. Algoritma PPOK
(Sumber : PDPI,2010)
30
2.9 Komplikasi
1. Gagal napas
2. Infeksi berulang
3. Kor pulmonal
- Hasil analisis gas darah Po2 < 60 mmHg dan Pco2 > 60 mmHg, dan pH
normal, penatalaksanaan :
- Bronkodilator adekuat
- Terapi oksigen yang adekuat terutama waktu latihan atau waktu tidur
- Antioksidan
Latihan pernapasan dengan pursed lips breathing Gagal napas akut pada gagal
napas kronik, ditandai oleh :
- Demam
- Kesadaran menurun
- Infeksi berulang
31
Pada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan menyebabkan terbentuk
koloni kuman, hal ini memudahkan terjadi infeksi berulang. Pada kondisi kronik
ini imuniti menjadi lebih rendah, ditandai dengan menurunnya kadar limposit
darah.
Kor pulmonal :
Ditandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit > 50 %, dapat disertai gagal
jantung kanan
2.10 Pencegahan
- Berhenti merokok
32
DAFTAR PUSTAKA
33
11. Riyanto BS, Hisyam B 2006. Obstruksi Saluran Pernafasan Akut.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen IPD FKUI, p. 984-5.
12. Roberto RR et all 2007. Pocket Guide to COPD Diagnosis,
Management and Prevention. USA. Tersedia di
http://www.goldcopd.com/Guidelineitem.asp
13. Sin DD, McAlister FA, Paul SF, et all 2003. Management of chronic
obstructive pulmonary disease (COPD). Journal of American Medical
Association, p 2302-2312.
14. Slamet H 2006. PPOK Pedoman Praktis Diagnosis & Penatalaksanaan
di Indonesia. Jakarta:. p. 1-18.
15. Wedzicha JA, 2011. Beonchodilator therapy for COPD. New England
Journal Medicine. Diakses tgl 23 Agustus 2017.
34