Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
kesehatan. Tanpa memahami proses ini, orang tidak dapat memahami prinsip-
prinsip penyakit manular, pembedahan, penyembuhan luka, dan respon terhadap
berbagai trauma atau prinsip-prinsip bagaimana tubuh menanggulangi bencana
kematian jaringan, sperti stroke, serangan jantung dan sebagainya.
Walaupun ada banyak sekali penyebab peradangan dan ada berbagai
keadaan dimana dapat timbulnya peradangan, kejadiannya secara garis besar
cenderung sama, hanya saja pada pada berbagai jenis peradangan terdapat
perbedaan secara kuanntitatif. Oleh karena itu, reaksi peradangan dapat dipelajari
sebagai gejala umum dan memperlakukan perbedaan kuantitatif secara sekunder.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Rubor (kemerahan)
Rubor biasanya merupakan hal pertama yang terlihat pada daerah yang
mengalami peradangan. Waktu reaksi peradangan mulai timbul, maka arteriol
yang mensuplai daerah daerah tersebut melebar, dengan demikian lebih bannyak
darah mengalir kedalam mikrosirkulasi local. Kapiler-kapiler yang sebelumnya
kosong atau sebagian saja yang meregang dengan cepat akan terisi oleh darah.
Keadaan ini yang dinamakan hyperemia atau kongesti, menyebabkan warna
merah lokal karena peradangan akut. Timbulnya hyperemia pada permulaan
reaksi peradangan diatur oleh tubuh, baik secara neurogenik maupun secara kimia,
melalui pengeluaran zat seperti histamine.
3
2. Kalor (panas)
Kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut.
Sebenarnya panas merupakan sifat reaksi peradangan yang hanya terjadi pada
permukaan tubuh, yang dalam keadaan normal lebih dingin dari 370 C, yaitu suhu
dalam tubuh. Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari
sekelilingnya, sebab darah (pada suhu 370 C) yang disalurkan tubuh ke
permukaan daerah yang terkena lebih lebih banyak dari pada yang disalurkan
kedaerah normal. Fenomena panas lokal ini tidak terlihat pada daerah-daerah yang
terkena radang jauh didalam tubuh, karena jaringan-jaringan tersebut sudah
mempunyai suhu inti 370 C dan hyperemia tidak menimbulkan perubahan.
3. Dolor (nyeri)
Dolor dari reaksi peradangan dapat disebabkan oleh beberapa hal,
misalnya, bahan pH lokal atau kongesti lokal ion-ion tertentu dapat merangsang
ujung-ujung saraf. Pengeluaran zat kimia tertentu seperti histamin atau zat kimia
bioaktif lainnya juga dapat merangsang sel-sel saraf. Selain itu, pembengkakan
jaringan yang meradang juga dapat mengakibatkan penigkatan tekanan lokal yang
tanpa diragukan lagi juga dapat menimbulkan nyeri.
4. Tumor (pembengkakan)
Segi paling mencolok dari peradangan akut mungkin adalah
pembengkakan lokal (tumor). Pembengkakan ditimbulkan oleh pengiriman cairan
dan sel-sel dari sirkulasi darah kejaringan-jaringan interstisial. Campuran dari
cairan dan sel yang tertimbun paada daerah peradangan disebut eksudat, pada
keadaan dini reaksi peradangan , sebagian besar eksudat adalah cair, seperti yang
terjadi pada lepuhan yang disebabkan oleh luka bakar ringan. Kemudian sel-sel
darah putih atau leukosit meninggalkan aliaran darah dan tertimbun sebagai
bagian dari eksudat.
4
Adalah reaksi peradangan yang telah dikenal, sepintas lalu mudah
dimengerti, mengapa bagian yang bengkak, nyeri disertai denagn sirkulasi
abnormal dan lingkungan kimiawi yang abnormal, berfungsi juga secara
abnormal. Namun sebetulnya kita tidak mengetahui secara mendalam dengan cara
apa fungsi jaringan yang meradang itu terganggu.
5
Bila pembuluh limfe terkena radang, disebut dengan limfangitis dan jika kelenjar
limfe yang terkena radang, maka disebut dengan limfadenitis. Limfadenitis
regional sering menyertai peradangan, salah satu contoh yang terkenal adalah
pembesaran kelenjar limfe servikal, yang nyeri terlihat pada tonsillitis.
2. Kemotaksis
Pergerakan leukosit pada interstisial dari jaringan yang meradang, waktu
mereka sudah beremigrasi, merupakan gerakan yang bertujuan. Hal ini disebabkan
adanya sinyal kimia. Fenomena ini disebut dengan kemotaksis.
3. Mediator peradangan
Banyak substansi yang dikeluarkan secara endogen, yang dikenal dengan
substansi dari peradangan.
Mediator dapat digolongkan kedalam beberapa kelompok:
Amina vasoaktif
Substansi yang dihasilkan oleh sistem enzim plasma
Metabolit asam arakhidona
Berbagai macam produk sel
4. Histamine
6
Amina vasoaktif yang terpenting adalah histamin, yang mampu
menghasilkan vasodilatasi dan penigkatan permeabilitas vaskuler. Sebagian besar
histamin disimpan dalam sel mast yang tersebar luas dalam tubuh.
5. Factok-faktor plasma
Plasma darah adalah sumber yang kaya akan sejumlah mediator penting.
Agen utama yang mengatur sistem ini adalah faktor Hageman (faktor XII), yang
berada dalam plasma, dalam bentuk tidak aktif dan dapat diaktifkan oleh berbagai
cidera.
7
b. Monosit
Merupakan bentuk monosit yang berbeda dari granulosit, karena susunan
morfologi intinya dan sift sitoplasmanya yang relatif agranular. Sel yang sama,
yang terdapat dalam pembuluh darah disebut juga dengan monosit, dan jika
terdapat dalam eksudat, disebut dengan makrofag.
Makrofag mempunyai fungsi yang sama denganfugsi netrofil
polimorfonuklear, dimana makrofag adalah sel yang bergerak aktif yang memberi
respon terhadap rangsang kemotaksis, fagosit aktif dan mampu mematikan serta
mencerna berbagai agen.
c. Limfosit
Umumnya terdapat pada eksudat dalam jumlah yang sangat kecil, dalam
waktu yang cukup lama, yaitu sampai reaksi peradangan menjadi kronik.
Leukosit yang telah dimobilisasi tidak hanya menangkap mikroba yang menyerbu,
tetapi juga menghancurkan sisa jaringan hingga proses perbaikan dapat dimulai.
Eksudat fibrinosa
Terbentuk jika protein yang dikeluarkan dari pembuluh dan terkumpul pada
daerah peradangan yang mengandung banyak fibrinogen. Eksudat fibrinosa sering
dijumpai diatas permukaan serosa yang meradang.
Eksudat misinosa
8
Jenis eksudat ini hanya dapat terbentuk diatas membrane mukosa, dimana
terdapat sel-sel yang dapat mensekresi musin. Eksudat ini merupakan sekresi sel,
bukan dari bahan yang keluar dari pembuluh darah. Contoh eksudat ini adalah
pilek yang disertai berbagai infeksi pernapasan bagian atas.
2. Eksudat seluler
Eksudat netrofilik
Disebut juga dengan purulen yang terbentuk akibat infeksi bakteri. Infeksi
bakteri sering menyebabkan konsentrasi netrofil yang luar biasa tingginya
didalam jaringan, banyak dari sel-sel ini mati dan membebaskan enzim-enzim
hidrolisis yang kuat kesekitarnya.
Eksudat campuran
Campuran eksudat seluler dan nonseluler, dinamakan sesuai dengan
campurannya. Misalnya, eksudat fibrinopurulen terdiri dari fibrin dan netrofil
polimorfonuklear.
3. Peradangan granulamatosa
Jenis radang ini ditandai dengan pengumpulan makrofag dalam jumlah
besar dan pengelompokannya menjadi gumpalan nodular yang disebut granuloma.
9
jaringan-jaringan interstitial pada daerah cedera atau nekrosis. Peradangan dapat
juga dimasukkan dalam suatu reaksi non spesifik, dari hospes terhadap infeksi.
Hasil reaksi peradangan adalah netralisasi dan pembuangan agen penyerang,
penghancuran jaringan nekrosis dan pembentukan keadaan yang dibutuhkan untuk
perbaikan dan pemulihan.
10
sempurna.Komplikasi pada penyembuhan luka kadang-kadang terjadi saat proses
penyembuhan luka. Jaringan parut mempunyai sifat alami untuk memendek dan
menjadi lebih padat, dan kompak setelah beberapa lama. Akibatnya adalah
kontraktur yang dapat membuat dareah menjadi cacat dan pembatasan gerak pada
persendian.
Komplikasi penyembuhan yang kadang-kadang dijumpai adalah amputasi
atau neuroma traumatik, yang secara sederhana merupakan poliferasi regeneratif
dari serabut-serabut saraf kedalam daerah penyembuhan dimana mereka terjerat
pada jaringan parut yang padat.
11
rusak akan segera dipulihkan. Pemulihan jaringan yang cedera dilakukan dengan
pemusnahan dan pembuangan jaringan yang rusak, regenarasi sel atau
pembentukan jaringan granulasi.
3. Penyembuhan luka
Akibat suatu radang tergantung pada kuatnya reaksi radang, lamanya dan
luasnya serta organ yang terlibat. Luka akibat pisau operasi yang steril akan
sembuh segera dan disebut penyembuhan per primam, sedangkan luka yang luas
12
akibat trauma memerlukan waktu lebih lama dan tidak akan sembuh secara
sempurna (penyembuhan per sekundam)
A. Penyembuhan primer terjadi melalui beberapa tahap :
1. Timbulnya perdarahan dan pembekuan darah pada daerah luka. Darah akan
keluar dari pembuluh darah yang rusak dan mengisi jaringan interstisial.
Fibrin akan terbentuk mengisi daerah yang rusak.
2. Radang terjadi fagositosis jaringan nekrotik oleh sel radang serta tempat
untuk tumbuhnya pembuluh darah baru.
3. Pembentukan jaringan granulasi. Sel radang terutama sel makrofag akan
mengeluarkan zat yang akan memicu timbulnya angioblas dan fibroblast.
Pada awal penyembuhan, fibroblast mempunyai kemampuan kontraktil dan
disebut myofibroblas yang mengakibatkan tepi luka akan melekat. Jaringan
granulasi kaya akan pembuluh darah, dan akan membawa mikrofag yang
kemudian akan menstimulasi proliferasi fibroblas dan angioblas.
4. Pembentukan jaringan parut. Dengan berlangsungnya penyembuhan maka
fobroblas bertambah. Sel ini menghasilkan kolagen sehingga terjadi
perubahan dari jaringan granulasi menjadi jaringan parut kolagen.
5. Perbaikan jaringan parut. Terjadi melalui proses reorganisasi sehingga
jaringan tersebut mempunyai kekuatan dan daya elastic
6. Regenerasi epitel permukaan.
B. Penyembuhan sekunder terjadi pada luka yang luas, tepi luka berjauhan
sehingga terbentuk rongga yang diisi oleh beku darah dan jaringan nekrotik.
Proses selanjutnya sama dengan penyembuhan per primam tetapi memakan waktu
lebih lama dan pembentukan jaringan granulasi lebih mencolok.
Berbagai faktor yang menghambat pemulihan jaringan :
1. Usia lanjut. Kemampuan untuk terjadinya reaksi radang yang adekuat,
menurun dengan bertambanya usia
2. Gizi. Metabolism sel akan terganggu pada keadaan manultrisi
3. Penurunan imunitas
4. Penyakit tertentu misalnya diabetes yang mengakibatkan gangguan sirkulasi
sehingga memperlambat reaksi vaskuler.
13
5. Tumor ganas. Tumor ganas misalnya leukemia akan menghambat mobilisasi
lekosit
6. Obat. Obat sitostatik akan mengakibatkan penekanan fungsi sumsum tulang.
7. Infeksi. Misalnya infeksi akibat jamur, bakteri.
8. Kerusakan akibat reaksi radang. Radang yang mengakibatkan fistula,
perforasi atau abses akan menghalangi penyembuhan.
C. Akibat radang yang tidak diinginkan :
1. Perforasi
Proses radang yang menjalar ke seluruh organ akan mengakibatkan kerusakan
dinding dan dapat mengakibatkan perforasi atau ruptur.
Jaringan appendiks dapat mengalami perforasi dan seluruh isi feses dapat tersebar
ke rongga abdomen dan mengakibatkan peritonitis.
Radang purulen tuba akan mengakibatkan radang purulen pada berbagai organ
dalam pelvis.
2. Pembentukan fistula
3. Fibrosis luas
a. Keloid ialah jaringan kolagen yang dibentuk berlebihan akan
mengakibatkan jaringan parut luas.
b. Obstruksi usus karena timbulnya jaringan ikat yang mengakibatkan
gerakan usus terganggu
c. Sterilitas terjadi karena penutupan tuba Fallopii oleh jaringan ikat
d. Kontraktur. Jaringan otot lurik yang diganti jaringan ikat akan
mengakibatkan kontraksi daerah yang terkena
4. Abses luas pada otak, hati yang dibatasi oleh jaringan ikat kan sulit
sembuh
5. Jaringan parut pada otak akan mengakibatkan epilepsy fokal
6. Perlekatan pleura, paru dan dinding toraks akibat proses pemulihan
jaringan.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dapat kita simpulkan bahwa radang bukanlah suatu penyakit, melainkan
manifestasi dari suatu penyakit. Dimana radang merupakan respon fisiologis
lokal terhadap cidera jaringan. Radang dapat pula mempunyai pengaruh yang
menguntungkan, selain berfungsi sebagai penghancuran mikroorganisme yang
masuk dan pembuatan dinding pada rongga akses, radang juga dapat mencegah
penyebaran infeksi. Tetapi ada juga pengaruh yang merugikan dari radang, karena
secara seimbang radang juga memproduksi penyakit. Misalnya, abses otak dan
mengakibatkan terjadinya distori jaringan yang permanen dan menyebabkan
gangguan fungsi.
3.2 Saran
Harapan penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Dengan membaca dan mempelajari isi makalah ini, diharapkan pengetahuan
pembaca tentang radang dapat bertambah, serta mengerti tentang akibat dan
pengaruh yang disebabkan oleh radang itu sendiri. Penulis
menyadari bahwapenulisan makalah ini belum sempurna dan masih
banyak terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun
sangat diharapkan demi perbaikan penulisan yang akan datang.
15
DAFTAR PUSTAKA
Kedokteran EGC
EGC
16