You are on page 1of 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses menua adalah keadaan yang tidak dapat dihindarkan. Manusia seperti
halnya semua makhluk hidup didunia ini mempunyai batas keberadaannya dan akan
berakhir dengan kematian. Perubahan-perubahan pada usia lanjut dan kemunduran
kesehatannya kadang-kadang sukar dibedakan dari kelainan patologi yang terjadi
akibat penyakit. Dalam bidang endokrinologi hampir semua produksi dan pengeluaran
hormon dipengaruhi oleh enzim-enzim yang sangat dipengaruhi oleh proses menjadi
tua.
Diabetes mellitus yang terdapat pada usia lanjut gambaran klinisnya bervariasi
luas dari tanpa gejala sampai dengan komplikasi nyata yang kadang-kadang
menyerupai penyakit atau perubahan yang biasa ditemui pada usia lanjut.

B. Tujuan
1. Mengetahui definisi diabetes mellitus
2. Mengetahui etiologi diabetes mellitus
3. Mengetahui gambaran klinis diabetes mellitus
4. Mengetahui komplikasi diabetes mellitus
5. Mengetahui penatalaksanaan diabetes mellitus
6. Mengetahui Epidemiologi diabetes mellitus
7. Mengetahui Klasifikasi diabetes mellitus
8. Mengetahui askep diabetes mellitus pada lansia

BAB II

1
PEMBAHASAN

1. Definisi
Diabetes melitus merupakan kelainan metabolisme yang kronis terjadi
defisiensi insulin atau retensi insulin, di tandai dengan tingginya keadaan glukosa
darah (hiperglikemia) dan glukosa dalam urine (glukosuria) atau merupakan sindroma
klinis yang ditandai dengan hiperglikemia kronik dan gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein sehubungan dengan kurangnya sekresi insulin secara
absolut / relatif dan atau adanya gangguan fungsi insulin.Diabetes mellitus merupakan
sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam
darah atau hiperglikemia (Mansjoer, 2000).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai
oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth,
2002).
Diabetes mellitus merupakan penyakit sistemis, kronis, dan multifaktorial
yang dicirikan dengan hiperglikemia dan hipoglikemia. ( Mary,2009)

2. Epidemiologi
Diabetes terutama prevalen diantara kaum lanjut usia. Diantara individu yang
berusia lebih dari 65 tahun, 8,6% menderita diabetes tipe II. Angka ini mencakup 15%
populasi pada panti lansia.

3. Etiologi
Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat badan, bukan karena
mengkonsumsi kalori berlebih namun karena perubahan rasio lemak-otot dan
penurunan laju metabolisme basal. Hal ini dapat menjadi faktor predisposisi
terjadinya diabetes mellitus. Penyebab diabetes mellitus pada lansia secara umum
dapat digolongkan ke dalam dua besar.
Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas indra pengecap,
penurunan fungsi pankreas, dan penurunan kualitas insulin sehingga insulin tidak
berfungsi dengan baik).

Gaya hidup(life style) yang jelek (banyak makan, jarang olahraga, minum
alkohol, dll.)
Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress juga dapat menjadi
penyebab terjadinya diabetes mellitus.

2
Selain itu perubahan fungsi fisik yang menyebabkan keletihan dapat menutupi
tanda dan gejala diabetes dan menghalangi lansia untuk mencari bantuan medis.
Keletihan, perlu bangun pada malam hari untuk buang air kecil, dan infeksi yang
sering merupakan indikator diabetes yang mungkin tidak diperhatikan oleh lansia dan
anggota keluarganya karena mereka percaya bahwa hal tersebut adalah bagian dari
proses penuaan itu sendiri.

4. Klasifikasi
Diabetes melitus tipee 1 .umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut baik
melalui proses imunologik maupun idiopatik. Karakteristik Diabetes Melitus tipe I:
1) Mudah terjadi ketoasidosis
2) Pengobatan harus dengan insulin
3) Onset akut
4) Biasanya kurus
5) Biasanya terjadi pada umur yang masih muda
6) Berhubungan dengan HLA-DR3 dan DR4
7) Didapatkan antibodi sel islet
8) 10%nya ada riwayat diabetes pada keluarga

· Diabetes melitus tipe II:

Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin


relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin.
Karakteristik DM tipe II:

a. Sukar terjadi ketoasidosis


b. Pengobatan tidak harus dengan insulin
c. Onset lambat
d. Gemuk atau tidak gemuk
e. Biasanya terjadi pada umur > 45 tahun
f. Tidak berhubungan dengan HLA
g. Tidak ada antibodi sel islet
h. 30%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
i. ± 100% kembar identik terkena

5. Manifestasi Klinis
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada lansia
umumnya tidak ada. Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang
ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau
bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan,
akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi
polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut. Sebaliknya yang sering mengganggu

3
pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan
saraf.
Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua,
sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan
komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan
penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot
(neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan
lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering
ditemukan adalah :

a. Katarak

b. Glaukoma

c. Retinopati

d. Gatal seluruh badan

e. Pruritus Vulvae

f. Infeksi bakteri kulit

g. Infeksi jamur di kulit

h. Dermatopati

i. Neuropati perifer

j. Neuropati viseral

k. Amiotropi

l. Ulkus Neurotropik

m. Penyakit ginjal

n. Penyakit pembuluh darah perifer

o. Penyakit koroner

p. Penyakit pembuluh darah otak

q. Hipertensi

4
6. Patofisiologi
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu
memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin
adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas. Bila insulin
tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan tetap
berada di pembuluh darah yang artinya kadar glukosa di dalam darah meningkat.
Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan
predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas. Respon autoimun dipacu
oleh aktivitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau langerhans dan terhadap insulin itu
sendiri.
Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah insulin
normal tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang
sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa dalam darah menjadi
meningkat.

7. Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas
insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler
serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar
glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1) Diet
Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% Protein, 75%
Karbohidrat kompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes. Kandungan
rendah lemak dalam diet ini tidak hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga
meningkatkan aktivitas reseptor insulin.
2) Latihan
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Pemeriksaan
sebelum latihan sebaiknya dilakukan untuk memastikan bahwa klien lansia secara
fisik mampu mengikuti program latihan kebugaran. Pengkajian pada tingkat
aktivitas klien yang terbaru dan pilihan gaya hidup dapat membantu menentukan

5
jenis latihan yang mungkin paling berhasil. Berjalan atau berenang, dua aktivitas
dengan dampak rendah, merupakan permulaan yang sangat baik untuk para
pemula. Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung
meningkatkan fungsi fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa darah,
meningkatkan stamina dan kesejahteraan emosional, dan meningkatkan sirkulasi,
serta membantu menurunkan berat badan.
3) Pemantauan
Pada pasien dengan diabetes, kadar glukosa darah harus selalu diperiksa
secara rutin. Selain itu, perubahan berat badan lansia juga harus dipantau untuk
mengetahui terjadinya obesitas yang dapat meningkatkan resiko DM pada lansia.
4) Terapi (jika diperlukan)
Sulfoniluria adalah kelompok obat yang paling sering diresepkan dan efektif
hanya untuk penanganan NIDDM. Pemberian insulin juga dapat dilakukan untuk
mepertahankan kadar glukosa darah dalam parameter yang telah ditentukan
untuk membatasi komplikasi penyakit yang membahayakan.
5) Pendidikan
a. Diet yang harus dikomsumsi
b. Latihan
c. Penggunaan insulin

8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Glukosa darah sewaktu
b. Kadar glukosa darah puasa
c. Tes toleransi glukosa

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali


pemeriksaan:

a. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)


b. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl.

9. Komplikasi Diabetes Melitus


Komplikasi diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi akut dan kronis. Yang
termasuk dalam komplikasi akut adalah hipoglikemia, diabetes ketoasidosis (DKA),
dan hyperglycemic hyperosmolar nonketocic coma (HHNC). Yang termasuk dalam
komplikasi kronis adalah retinopati diabetic, nefropati diabetic, neuropati,
dislipidemia, dan hipertensi.
1) Komplikasi akut
a. Diabetes ketoasidosi

6
Diabetes ketoasidosis adalah akibat yang berat dari deficit insulin
yang berat pada jaringan adipose, otot skeletal, dan hepar. Jaringan
tersebut termasuk sangat sensitive terhadap kekurangan insulin. DKA
dapat dicetuskan oleh infeksi ( penyakit)
2) Komplikasi kronis:
a) Retinopati diabetic
Lesi paling awal yang timbul adalah mikroaneurism pada pembuluh
retina. Terdapat pula bagian iskemik, yaitu retina akibat berkurangnya
aliran darah retina. Respon terhadap iskemik retina ini adalah
pembentukan pembuluh darah baru, tetapi pembuluh darah tersebut sangat
rapuh sehingga mudah pecah dan dapat mengakibatkan perdarahan
vitreous. Perdarahan ini bisa mengakibatkan ablasio retina atau berulang
yang mengakibatkan kebutaan permanen.
b) Nefropati diabetic
Lesi renal yang khas dari nefropati diabetic adalah glomerulosklerosis
yang nodular yang tersebar dikedua ginjal yang disebut sindrom
Kommelstiel-Wilson. Glomeruloskleriosis nodular dikaitkan dengan
proteinuria, edema dan hipertensi. Lesi sindrom Kommelstiel-Wilson
ditemukan hanya pada DM.
c) Neuropati
Neuropati diabetic terjadi pada 60 – 70% individu DM. neuropati
diabetic yang paling sering ditemukan adalah neuropati perifer dan
autonomic.
d) Displidemia
Lima puluh persen individu dengan DM mengalami dislipidemia.
e) Hipertensi
Hipertensi pada pasien dengan DM tipe 1 menunjukkan penyakit
ginjal, mikroalbuminuria, atau proteinuria. Pada pasien dengan DM tipe 2,
hipertensi bisa menjadi hipertensi esensial. Hipertensi harus secepat
mungkin diketahuin dan ditangani karena bisa memperberat retinopati,
nepropati, dan penyakit makrovaskular.
f) Kaki diabetic
Ada tiga factor yang berperan dalam kaki diabetic yaitu neuropati,
iskemia, dan sepsis. Biasanya amputasi harus dilakukan. Hilanggnya
sensori pada kaki mengakibatkan trauma dan potensial untuk ulkus.
Perubahan mikrovaskuler dan makrovaskuler dapat mengakibatkan
iskemia jaringan dan sepsis. Neuropati, iskemia, dan sepsis bisa
menyebabkan gangrene dan amputasi.

7
g) Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah keadaan dengan kadar glukosa darah di bawah 60
mg/dl, yang merupakan komplikasi potensial terapi insulin atau obat
hipoglikemik oral. Penyebab hipoglikemia pada pasien sedang menerima
pengobatan insulin eksogen atau hipoglikemik oral.

10. Asuhan keperawatan gangguan endokrin (diabetes mellitus) pada lansia

Nama panti :
Alamat panti :
Tgl masuk :
No.register :
A. IDENTITAS DIRI
Nama : tn. S
Umur : 70 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Status : menikah
Agama : islam
Suku : jawa
Pendidikan : sd
Alamat : rt 03 rw 02 candirejo
Pekerjaan/riwayat pekerjaan : pedagang
Diagnosa medis/masalah kdm : diabetes mellitus
B. ALASAN MASUK KE PANTI
Keluarga klien khususnya anak-anaknya merantau jauh darinya. Istrinya sudah
lama meninggal sehingga tidak ada yang mengurusnya. Ia hanya memiliki dua orang
anak laki-laki. Anaknya tidak bisa membawa ayahnya ketempat rantauannya sehingga
ayahnya meminta untuk menempatkan dirinya di panti jompo ini.
C. ALASAN DIKUNJUNGI
Kami mengunjungi panti jompo ini untuk melakukan kegiatan

8
D. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat keadaan sekarang
Klien mengatakan sudah lama mengalami keluhan seperti yang dirasakan saat
ini yaitu sejak 3 bulan yang lalu. Klien mengatakan sudah minum obat untuk dm dan
kolesterol namun tidak rutin. Klien rutin datang ke posbindu setiap satu bulan sekali.
Kontrol terakhir hasil gds = 251 mg/dl, kolesterol = 386 mg/dl. Obat yang diminum
metformin 500 mg 3x1, simvastatin 10 mg 1x1. Klien mengatakan masih suka
makan gorengan dan makanan bersantan dan minum yang manis. Klien mengatakan
sejak 3 bulan yang lalu mempunyai keluhan cepat merasa lelah saat beraktivitas.

2. Keluhan kesehatan dahulu


Klien mengatakan mengetahui menderita penyakit dm dan kolesterol tinggi
sejak 5 tahun yang lalu. Selama 5 tahun klien tidak rutin minum obat untuk DM dan
kolesterol, klien juga tidak mengatur pola makannya, klien masih mengkonsumsi
banyak gula dan makanan berminyak. Klien pernah menjalani operasi hernia pada
tahun 2018.

3. Riwayat kesehatan keluarga


Anak klien mengatakan tidak mengetahui riwayat kesehatan anggota keluarga
terdahulu, namun anak-anak klien belum ada yang menderita penyakit dm maupun
kolesterol tinggi.

E. KEBIASAAN SEHARI-HARI
1. Biologis
a. Pola makan
 Frekuensi 3 x sehari
 Jumlah 1 piring/sekali makan
 Jenis nasi, sayur, lauk
Tn.s terkadang dibantu dalam hal memenuhi makannya seperti petugas kesehatan
di panti jompo membantunya untuk mengambilkan makanan.

b. Pola minum
 Frekuensi 5 x sehari
 Jumlah ± 1000 cc
 Jenis air putih
Tn.s terkadang dibantu dalam hal memenuhi makannya seperti petugas kesehatan
di panti jompo membantunya untuk mengambilkan minuman.

c. Pola tidur
Tn.s lebih banyak tidur dibandingkan melakukan aktivitas fisik. Ia mudah merasa
lelah dan mengantuk pada siang hari. Pada malam hari ia sering kesulitan
untuk tidur dengan nyenyak.

9
d. Pola eliminasi
BAK
 Frekuensi 5-7 x/hari, pada malam hari sering mengalami toileting
 Warna kuning
BAB
 Frekuensi 2 hari sekali
 Konsistensi lunak
Tn.s terkadang dibantu dalam hal memenuhi makannya seperti petugas
kesehatan di panti jompo membantunya dalam urusan toileting.

e. Aktivitas sehari-hari
Tn.s terkadang mau mengikuti kegiatan rutin aktivitas fisik seperti
senam di pagi hari, namun ialebih sering hanya duduk saja melihat teman-
temannya beraktivitas. Dengan alasan ia merasa lelah.
f. Rekreasi
Frekuensi setiap hari dengan membaca majalah/buku bacaan lainnya.
Kegiaan pemanfaatan waktu ini diberikan untuk menambah kegiatan tn.s
karena ia lebih banyak menghabiskan waktunya duduk.

2. Psikologis
Tn.s tidak merasa depresi meski ia berjauhan dari anak-anaknya. Ia merasa
senang karena keramaian dan anak-anaknya juga sering menghubunginya.

3. Sosial
a. Hubungan antar keluarga
Berjalan baik, anak-anaknya sering menghubunginya walau kunjungan tidak
terlalu sering yang diakibatkan jauhnya empa rantauan.

b. Hubungan dengan orang lain


Berjalan denga baik, karena tn.s merupakan orang yang humble dan ia sabar.

4. Spiritual
a. Pelaksanaan ibadah
Tn.s rajin melakukan ibadah. Karena mushola yang dekat sehingga ia bisa
dengan mudah melaksanakan ibadahnya.
b. Keyakinan tentang kesehatan
Tn.s kurang mengetahui dengan baik menngenai kesehatan, terutama
diagnosisnya yaitu diabetes mellitus.
F. PEMERIKSAAN
1. Tanda vital
Td : 160/100 mmhg
n : 82 x/meni

10
Rr : 23 x/menit
S : 36,5 c
2. Pemeriksaan head to toe
 Integumen
Kulit dan Kuku
Inspeksi
A Warna kulit Coklat
Warna kuku Tampak kecoklatan, tampak
menebal dan mengeras
B Lesi Tidak ada lesi
C Pigmentasi Tidak ada pigmentasi berlebih
berlebih
D Jaringan parut Tidak ada jaringan parut
E Distribusi rambut Rambut tipis, beruban
F Kebersihan kuku Kuku terpotong pendek, rapi dan
bersih
G Kelainan pada Tidak ada kelainan pada kuku
kuku
H Bulla (lepuh) Tidak terdapat bulla (lepuh)
I Ulkus Tidak terdapat ulkus
Palpasi
A Tekstur Tekstur kulit keriput
B Turgor Turgor kulit kering, akral dingin
C Pitting edema Tidak terdapat pitting edema
D Capilarry refill 4 detik
time

Kepala
Inspeksi
a Bentuk kepala Bentuk kepala mesocepal
b Kebersihan Bersih, tidak ada ketombe dan kotoran
c Warna rambut Putih beruban
d Kulit kepala Bersih, tidak terdapat ketombe, tidak
terdapat lesi.
e Distribusi rambut Merata
f Kerontokan Tidak ada
rambut
g Benjolan di Tidak ada benjolan di kepala
kepala
h Temuan/keluhan Tidak ada

11
lain
Palpasi
a Nyeri kepala Tidak ada nyeri kepala
b Temuan/keluhan Tidak ada
lain

Mata
Inspeksi
a Ptosis Ya, ada penurunan kelopak mata
bagian atas.
b Iris Warna kecoklatan
c Konjungtiva Konjungtiva tidak anemis
d Sklera Sklera tidak ikterik
e Kornea Kornea jernih
f Pupil Isokor
g Peradangan Tidak ada peradangan
h Katarak Tidak ada katarak
j Gerak bola mata Gerakan bola mata simetris
k Alat bantu Klien menggunakan kaca mata baca
penglihatan
Palpasi
a Kelopak mata Tidak terdapat nyeri tekan pada
kelopak mata, tidak terdapat kantung
mata

Telinga
Inspeksi
a Bentuk telinga Bentuk telinga simetris
b Lesi Tidak terdapat lesi
c Peradangan Tidak tampak adanya peradangan pada
telinga
d Kebersihan Telinga luar tampak bersih
telinga luar
e Kebersihan Tampak adanya sedikit serumen pada
lubang telinga kedua telinga
f Membran timpani Membran timpani utuh
g Fungsi Fungsi pendengaran mulai menurun,
pendengaran klien sudah tidak mampu mendengar

12
suara yang pelan
Palpasi
a Daun telinga Tidak terdapat benjolan dan tidak ada
nyeri tekan pada daun telinga

Hidung dan sinus


Inspeksi
a Bentuk Bentuk hidung simetris
b Peradangan Tidak tampak adanya peradangan pada
hidung
c Penciuman Fungsi penciuman baik, klien dapat
membedakan bau
Palpasi
a Sinusitis Tidak tampak adanya sinusitis
b Temuan / keluhan Tidak terdapat nyeri tekan pada hidung
lainnya

Mulut dan tenggorokan


Inspeksi
b Mukosa Mukosa bibir lembab
c Bibir pecah-pecah Tidak ada
d Kebersihan gigi Gigi tampak bersih
e Gigi berlubang Tidak ada
f Gusi berdarah Tidak ada perdarahan pada gusi
g Kebersihan lidah Lidah tampak kotor
h Pembesaran tonsil Tidak tampak adanya pembesaran
tonsil
i Temuan yang lain Tidak ada stomatitis, tidak ada
kesulitan menelan makanan, namun
klien mempunyai kesulitan untuk
mengunyah makanan karena sudah
banyak gigi yang tanggal

Leher
Inspeksi Leher tampak simetris
kesimetrisan leher
Palpasi
a Kelenjar limfe Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
b Pembesaran kelenjar Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
tyroid

13
Dada dan tulang belakang
Inspeksi
a Bentuk dada Bentuk dada simetris
b Kelainan bentuk Tidak ada kelainan bentuk dada
dada
c Kelainan tulang Tidak terdapat kelainan tulang
belakang belakang

Pernafasan
Inspeksi
a Pengembangan dada Pengembangan dada simetris
b Pernafasan Irama nafas teratur
c Retraksi interkosta Tidak ada retraksi interkosta
d Nafas cuping hidung Tidak ada pernafasan cuping hidung
Palpasi
a Taktil fremitus Taktil fremitus kanan = taktil fremitus
kiri
b Pengembangan dada Pengembangan dada simetris
Perkusi Perkusi sonor
Auskultasi Bunyi nafas vesikuler
a Suara tambahan Tidak ada suara nafas tambahan
seperti wheezing, ronchi dan
krekles
b Temuan / keluhan lainnya Tidak teraba massa dan nyeri tekan
pada area dada

Kardiovaskuler
Inspeksi Ictus cordis tampak
Palpasi Ictus cordis teraba pada IC V midclavicula
sinistra
a Iktus kordis Tidak tampak
b Nadi radialis 82 x/menit teraba teratur
Perkusi Redup
Auskultasi
a Bunyi jantung Bunyi jantung I, dan II murni. Tidak terdengar
suara tambahan

14
Gastrointestinal
Inspeksi Bentuk abdomen datar
Auskultasi Peristaltik usus 10 x/menit
Perkusi Timpani
Palpasi Tidak teraba massa, tidak terdapat nyeri tekan
pada abdomen.

Perkemihan
a Warna urin Warna urin kuning
b Jumlah urin ± 1500 cc/hari
c Nyeri saat BAK Tidak nyeri saat BAK
d Hematuria Tidak ada hematuria
e Rasa terbakar Tidak ada rasa terbakar saat BAK
saat BAK
f Perasaan tidak Tidak ada
lampias
(anyang-
anyangan)
g Mengompol Tidak ada
h Tidak bisa BAK Tidak ada

Muskuloskeletal
Inspeksi
a Lesi kulit Tidak ada
b Tremor Ada
Klien jarang memakai alas kaki
Palpasi
a Tonus otot Baik
ekstremitas atas
b Tonus otot Baik
ekstremitas
bawah
c Kekuatan Kuat (skor 5)
ekstremitas atas
d Kekuatan Kuat (skor 5)
ekstremitas
bawah
e Rentang gerak Klien mampu bergerak dengan bebas
f Edema kaki Tidak terdapat edema
g Refleks Bisep Kanan (+) Kiri (+)
h Refleks Trisep Kanan (+) Kiri (+)

15
j Refleks patella Kanan (+) Kiri (+)
j Refleks Achilles Kanan (+) Kiri (+)
k Deformitas sendi Tidak ada
l Nyeri ekstremitas Kesemutan pada kedua kaki

SSP (N I – XII)
a Olfaktori Fungsi penciuman baik. Klien masih dapat
membedakan bau
b Optikus Fungsi penglihatan sudah berkurang. Klien tidak
mampu lagi melihat jarak jauh dengan jelas,
klien menggunakan alat bantu kaca mata untuk
membaca
c Okulomotorius Gerakan bola mata simetris
d Throklear Klien mampu menggerakan bola mata ke atas
dan ke bawah
e Trigeminus Klien mampu mengunyah
f Abdusen Baik
g Facialis Bentuk bibir simetris
h Auditori Fungsi pendengaran sudah mulai menurun
i Glosofaringeal Klien mampu merasakan sensasi rasa pada lidah
j Vagus Klien mampu menelan makanan
k Aksesorius Klien mampu menoleh ke kiri dan ke kanan,
klien mampu mengangkat kedua bahu dengan
simetris
l Hipoglosus Pengucapan kata masih jelas, tidak ada pelo

Sistem Endokrin
a Pembesaran tiroid Tidak ada pembesaran tiroid
b Riwayat penyakit Terdapat riwayat penyakit metabolik seperti DM
metabolic

Genetalia dan anal


a Kebersihan Bersih
b Haemoroid Tidak ada haemoroid
c Kesan (bau) Tidak ada bau pesing atau bau tidak enak

16
G. INFORMASI PENUNJANG
-
H. WOC
(terlampir)

I. DATA FOKUS
No DO DS
1. Kekuatan otot menurun Klien mengeluh
Pergerakan sendi tampak terbatas sendinya terasa kaku
2.
- Klien mengeluh
Ketika sedang pengkajian klien tampak
sering terbangun
sering ke kamar kecil
pada malam hari
untuk BAK
- Klien mengatakan
tidak bisa tidur
3.
setelah BAK

Klien mengatakan
badannya lemas.
BB menurun, sebelumnya
BB : 95 kg saat menderita DM
BB : 86 kg.

J. ANALISA DATA DAN MASALAH KEPERAWATAN

No Data Etiologi MK
1. DO: Kekakuan sendi Gangguan
Kekuatan otot menurun
mobilisasi fisik
Pergerakan sendi tampak
terbatas
DS:
Klien mengeluh sendinya
terasa kaku.
2. DO: Penurunan Gangguan pola

17
Ketika sedang pengkajian fungsi ginjal tidur
klien tampak sering ke kamar
kecil.

DS:
- Klien mengeluh sering
terbangun pada malam
hari untuk BAK
- Klien mengatakan tidak
bisa tidur setelah BAK

3. DO: Penurunan Gangguan

BB menurun, sebelumnya insulin tubuh Nutrisi


BB : 95 kg saat menderita
DM
BB : 86 kg.

DS:
Klien mengatakan badannya
lemas.

K. DIAGNOSIS KEPERAWATAN DAN BERDASARKAN PRIORITAS


1. Gangguan Mobilias Fisik b.d kekakuan sendi.
2. Gangguan pola tidur b.d penurunan fungsi ginjal.
3. Gangguan nutrisi b.d penurunan insulin tubuh.

L. RENCANA KEPERAWATAN SAMPAI EVALUASI


NCP :
No Diagnosis NOC NIC
1 Gangguan Setelah diberikan - Kaji tingkat mobilitas fisik.
- Anjurkan untuk ganti posisi
Mobilias Fisik intervensi diharapkan
setiap 2 jam.
b.d kekakuan kekakuan sendi padan
- Lakukan latihan aktif.
sendi. tn.S dapat menurun Ex: pada waktu

18
dengan kriteria hasil : istirahat/pada waktu-waktu
- Klien dapat
tertentu
beraktifitas
- kekakuan
sendi
menurun.
2. Gangguan Setelah diberikan - Kaji penyebab gangguan
pola tidur b.d intervensi diharapkan pola tidur
- Anjurkan untuk membatasi
penurunan kekakuan sendi padan
pemasukan cairan ketika
fungsi ginjal. tn.S dapat menurun
akan tidur
dengan kriteria hasil :
- Anjurkan kepada klien
- klien dapat untuk bak sebelum tidur
mencukupi waktu
istirahat dan
tidurnya

3. Gangguan Setelah diberikan - Kaji penyebab BB


nutrisi b.d intervensi diharapkan menurun.
- Berikan nutrisi yang cukup
penurunan kekakuan sendi padan
- Berikan therapy vitamin B
insulin tubuh. tn.S dapat menurun
complek
dengan kriteria hasil : - Pantau BB di puskesmas
- BB tetap
terdekat

IMPLEMENTASI
Diagnosa
No Tanggal Implementasi
Keperawatan
1 17/04/2018 Gangguan mobilitas 14.30 WIB
fisik b.d kekakuan T1: mengkaji tingkat mobilitas fisik
sendi R1: klien tampak berjalan dan duduk
dengan hati-hati
14.45 WIB
T2: menganjurkan untuk ganti posisi
setiap 2 jam sekali
R2: klien tampak berpindah dari tempat
duduknya
14.50 WIB
T3: melakukan latihan aktif pada waktu

19
istirahat
R3: klien tampak sedang menyapu lantai
rumahnya
15.10 WIB
T4: menganjurkan keluarga klien untuk
memandirikan klien
R4: keluarga mengatakan sangat
memperhatikan hubungan klien

2 17/04/2018 Gangguan pola tidur 15.20 WIB


b.d penurunan T1: mengkaji penyebab gangguan pola
fungsi ginjal tidur
R1: gangguan disebabkan karena klien
sering terbangun pada malam hari untuk
BAK
15.25 WIB
T2: menganjurkan klien untuk batasi
pemasukan cairan ketika akan tidur
R2: klien mengatakan akan mengikuti
anjuran perawat
15.30 WIB
T3: menganjurkan klien untuk BAK
sebelum tidur
R3: klien mengatakan akan mengikuti
anjuran perawat

3 17/04/2018 Gangguan nutrisi 15.35 WIB


b.d penurunan T1 : Mengkaji penyebab BB menurun.
R1 : Klien menceritakan penyebab BB
insulin tubuh. nya menurun.

T2 : Memberikan nutrisi yang cukup.


R2 : Klien makan dengan porsi habis.
15.45 WIB
T3 : Berikan therapy vitamin B complek
R3 : Nafsu makan klien meningkat.
T4 : Pantau BB di puskesmas terdekat.
R4 : Klien mau menimbang BB rutin di
puskesmas terdekat.

EVALUASI
Diagnosa
No Tanggal Evaluasi
Keperawatan
1 17/04/2018 Gangguan mobilitas 14.30 WIB
fisik b.d kekakuan S: klien mengatakan kekakuan sendinya

20
sendi masih terasa
O: tampak pergerakan sendi terbatas
A: masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
2 17/04/2018 Gangguan pola tidur 14.45 WIB
b.d penurunan S: Klien mengatakan BAK pada malam
fungsi ginjal hari mulai berkurang. Klien mengatakan
bisa tidur pada malam hari
O: wajah klien masih tampak sedikit
pucat
A: masalah teratasi sebagian
P : intervensi dipertahankan
3 17/04/2018 Gangguan nutrisi 15.00 WIB
b.d penurunan S: Klien mengatakan nafsu makannya
insulin tubuh. bertambah.
O: Klien terlihat menghabiskan 1 porsi
makan.
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Intervensi dipertahankan

BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Diabetes mellitus merupakan suatu gangguan kronis yang ditandai dengan
metabolisme karbohidrat dan lemak yang diakibatkan oleh kekurangan insulin atau
secara relatif kekurangan insulin.
Klasifikasi diabetes mellitus yang utama adalah tipe I : Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (IDDM) dan tipe II : Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM)
Faktor yang berkaitan dengan penyebab diabetes mellitus pada lansia adalah
Umur yang berkaitan dengan penurunan fungsi sel pankreas dan sekresi insulin, Umur
yang berkaitan dengan resistensi insulin akibat kurangnya massa otot dan perubahan
vaskuler, Obesitas, banyak makan, Aktivitas fisik yang kurang, Penggunaan obat yang
bermacam-macam, Keturunan, Keberadaan penyakit lain, sering menderita stress.
Pada DM lansia tidak terjadi poliuria, polidipsia, akan tetapi keluhan yang
sering muncul adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh

21
darah dan saraf. Prinsip penatalaksanaan DM lansia adalah Menilai penyakitnya
secara menyeluruh dan memberikan pendidikan kepada pasien dan keluarganya,
Menghilangkan gejala-gejala akibat hiperglikemia,Lebih bersifat konservatif,
Mengendalikan glukosa darah dan berat badan.
B. Saran

Sebaiknya mahasiswa(i) harus lebih memahami mengenai penyakit diabetes


mellitus Pada lansia, beserta dengan gejala dan pengobatannya.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made
Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.

Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I
Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.

Kushariyadi.2010.Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia.Jakarta : Salemba Medika

Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani,


Jakarta:EGC, 1997.

Mary Baradero, Mary Wilfrid dan Yakobus Siswandi. 2009. Klien Gangguan Endokrin: Seri
Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

22
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin
asih, Jakarta : EGC, 2002.

23

You might also like