You are on page 1of 15

LAPORAN TUTORIAL ILMU KESEHATAN MATA

“Trakoma”

KELOMPOK 3 :
ANGGOTA PENYUSUN

1. Rosyiidah Husnaa Haniifah (6130014021)


2. Anydhia Fitriana Afiuddin (6130014022)
3. Anang Maulana Yusuf (6130014023)
4. Nur Amiroh Aulia Sari (6130014024)
5. Aisyah Imas Setiawati (6130014025)
6. Niken Ayu Kusumawardani (6130014026)
7. Rahmaniah Ulfah (6130014027)
8. Athiyatul Ulya (6130014028)
9. Nurma Islamiyah (6130014029)
10. Dana Madya Puspita (6130014030)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan tutorial berjudul “Trakoma” telah melalui konsultasi dan disetujui


oleh Tutor Pembimbing

Surabaya, 10 April 2018

Pembimbing

Winawati Eka Putri, dr. Sp.KK


ANGGOTA PENYUSUN

Rosyiidah Husnaa Haniifah (6130014021)


Anydhia Fitriana Afiuddin (6130014022)
Anang Maulana Yusuf (6130014023)
Nur Amiroh Aulia Sari (6130014024)
Aisyah Imas Setiawati (6130014025)
Niken Ayu Kusumawardani (6130014026)
Rahmaniah Ulfah (6130014027)
Athiyatul Ulya (6130014028)
Nurma Islamiyah (6130014029)
Dana Madya Puspita (6130014030)
Skenario
Anak wanita 15 tahun datang ke poli mata dengan keluhan mata merah, ngganjal,
berair.

Data tambahan

Anamnesis:

 Keluhan sejak lama


 Tidak keluar kotoran mata,
 Gatal (-) ; alergi (-)
 Nyeri sedikit
 Benjolan (-)
 Pernah sembuh (tidak tau diobati apa) lalu kambuh lagi
 Lingkungan : tinggal pondok
 Di sekitar ada teman yang mengalami sakit yang sama
 Fotofobia (-)
 Tidak ada keluhan lain

Pemeriksaan tambahan
 VODS 6/6
 Palpebra sup: Konjunctiva palpebra didapatkan hipertrofi papil (+), folikel (+)

Kata kunci:
 Perempuan 15 tahun
 Mata merah, berair, mengganjal sejak lama
 Keluhan pernah diobati, kemudian kambuh lagi
 Lingkungan : tinggal pondok
 Di sekitar ada teman yang mengalami sakit yang sama
 Pada pemeriksaan mata luar didapatkan hipertrofi papil (+), folikel (+)
STEP 1
Identifikasi Kata Sulit :
-

STEP 2
Identifikasi Masalah/Pertanyaan :
1. Bagaimana hubungan lingkungan dengan keluhan yang diderita?
2. Apa kemungkinan penyakit yang diderita pasien?
3. Apa saja penyebab terjadinya penyakit tersebut, dan bagaimana cara
penularannya?
4. Bagaimana penanganan awal pada kasus ini?

Jawaban Pertanyaan STEP 2 :


1. Lingkungan sebagai media penyebaran penyakit, diperberat karena mata
rantainya belum putus
2. Konjungtivitis Viral
Konjungtivitis trakomatis
3. Sanitasi buruk
Lingkungan padat penduduk
Higiene personal buruk
4. Menjaga higiene personal
Antibiotik topikal (Doxiciclin, Azitromicin)
Pengobatan massal
STEP 4
MIND MAPPING

Mata merah
Ngganjal Tinggal di pondok
Berair
Teman ada yang
mengalami hal yang sama

Diagnosis Banding

 VOD/VOS = 6/6
 Palpebra sup: Konjunctiva
palpebra didapatkan
hipertrofi papil (+), folikel
(+)
 Nyeri sedikit
 Benjolan (-)
 Fotofobia (-)
 Kotoran Mata (-)

Diagnosis : Konjungtivitis
Klamydia (Trakoma)

Etiologi & Patofisologi Manifestasi Pemeriksaan

faktor risiko Klinis

Penatalaksanaan

Prognosis
Hipotesis: Anak tersebut mengalami Konjungtivitis Klamydia (Trakoma) akibat
tertular temannya.

STEP 5
Learning Objectives :
1. Menjelaskan tentang diagnosis dan diagnosis banding.
2. Menjelaskan tentang etiologi dan faktor resiko dari diagnosis.
3. Menjelaskan tentang patofisiologi dari diagnosis.
4. Menjelaskan tentang manifestasi klinis Trakoma.
5. Menjelaskan tentang pemeriksaan untuk Trakoma.
6. Menjelaskan tentang penatalaksanaan yang diberikan.
7. Menjelaskan tentang komplikasi dan prognosis dari Trakoma.
8. Menjelaskan tentang pandangan Islam dari kasus pada skenario.

STEP 7
Jawaban Learning Objectives :
1. Diagnosa banding:
Konjungtivitis Konjungtivitis Konjungtivitis
Tanda & Konjungtivitis
Klamidia Folikular Folikular
Gejala Vernal
(Trakoma) Viral Kronik
Mata berair + + + -
Hiperemi ++ ++ + +
Hipertrofi
+ - - -
Bulbar
Fotofobia + + - -
Nyeri + + + -
Eksudat + - + -
Edema
+ + - -
Palpebra
Kemosis + + +/- ++
Pannus + +/- +/- +
Keratitis + + + -
Demam - ++ ++ -

Sumber: Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum, 2009.


Diagnosa: Trakoma

2. Etiologi dan Faktor Risiko

Trakoma disebabkan oleh virus golongan PLT (Psitacosis Lymphogranuloma


Trachoma) yang disebut Chlamydia trachomatis yang mempunyai serotipe A, B, Ba
dan C. Masing- masing serotipe ditemukan di tempat dan komunitas yang berbeda beda
(Solomon et al, 2004).

Chlamydia adalah gram negatif, yang berbiak intraseluler. Spesies C trachomatis


menyebabkan trakoma dan infeksi kelamin (serotipe D-K) dan limfogranuloma
venerum (serotipe L1-L3). Serotipe D-K biasanya menyebabkan konjungtivitis
folikular kronis yang secara klinis sulit dibedakan dengan trakoma, termasuk
konjungtivitis folikular dengan pannus, dan konjungtiva scar. Namun, serotipe genital
ini tidak memiliki siklus transmisi yang stabil dalam komunitas. Karena itu, tidak
terlibat dalam penyebab kebutaan karena trakoma (Solomon et al, 2004).

Cara penularan penyakit ini adalah melalui kontak langsung dengan sekret
penderita trakoma atau melalui alat- alat kebutuhan sehari-hari seperti handuk, alat-alat
kecantikan dan lain-lain. Penularan terjadi terutama antara anak-anak dan wanita yang
merawatnya (Solomon et al, 2004).

3. Patofisiologi Trakoma
Adanya kontak langsung dengan Chlamydia Trachomatis pada keadaan tertentu
akan menyebabkan suatu keradangan konjungtiva yang disebut Trakhoma (Frick,
2006). Infeksi pada stadium dini memberikan manifestasi yang sangat bervariasi yang
biasanya mirip dengan konjungtivitis kronis pada umum-nya, yaitu mata merah, gatal,
terjadi eksudasi dan sembab pada kelopak mata. Pada tarsus bagian atas didapatkan
folikel dan hipertrofi papiler. Pada perjalanan penyakit selanjutnya, folikel akan pecah
(folikel pada Trakhoma mempunyai sifat mudah pecah) dan menimbulkan jaringan
parut. Hal ini akan mengakibatkan deformitas pada kelopak mata yang berupa
enteropion, trichiasis dan dapat juga terjadi simblepharon. Keada-an ini dapat
mengakibatkan terjadinya penyulitpenyulit dari yang ringan sampai berat. Penyulit
ringan konjungtiva menyebabkan degenerasi kis-tik dan atrofi, dan penyulit berat
menyebabkan tear defisiensi syndrome, entropion dan trichiasis. entropion ini
disebabkan oleh pengerutan sika-trik konjungtiva, sedangkan trichfiasis disebabkan
oleh sikatrik lokal pada margo palpebra (Mecaskey JW, 2003).

Penyulit pada kornea sekunder karena keratitis sikka, trichiasis serta entropion.
Adanya erosi kornea yang berulang menyebabkan terjadinya ulkus dan akhirnya
terjadilah sikatrik kornea yang luas hingga menutup visual axis dan akhirnya terjadi
kebutaan (Emerson PM, 2004).

Faktor lingkungan yang mempengaruhi penyebaran penyakit Trachoma, kita


kelompokkan menjadi tiga kelompok (3D) yaitu (Vaughan D, 2002):

a. Lingkungan umum. Yaitu keadaan lingkungan yang kering (dry). Misalnya


kurangnya sarana air bersih, termasuk air untuk berwudhu.
b. Lingkungan rumah (tempat tinggal). Yaitu lingkungan rumah atau tempat tinggal
yang kotor (dirty). Keadaan ini akan mengundang banyak lalat yang merupakan
salah satu vektor penyebaran Chlamydia Trachomatis.
c. Lingkungan perorangan (kebersihan perorangan). Kebersihan perorangan yang
jelek, misalnya wajah yang jarang dibersihkan dengan air bersih akan
menyebabkan wajah menjadi kotor dan terda-pat sekret (kotoran) yang infeksius
pada mata dan hidung (discharge).

Secara garis besar penyebaran penyakit Trachoma dari individu yang terinfeksi ke
individu yang lain dapat melaui faktor faktor (3 F) antara lain (Vaughan D, 2002) :

a. Lalat (Flies)
akan tertarik pada kotoran mata dan hidung sehingga akan hinggap di wajah
penederita Trachoma kemudian lalat akan hinggap di wajah individu lain dan
terjadilah penyebaran Chlamydia Trachomatis. Disini faktor kepadatan
penduduk ikut mempermudah penyebaran.

b. Fomites

Yaitu baju, handuk, sapu tangan, dan sebagainya yang sering dipergunakan
secara bersama sama untuk membersihkan wajah, sehingga kotoran mata dan
hidung akan berpindah dari satu induvidu ke individu yang lain.

c. Jari tangan (finger).


Jari tangan yang dipergunakan untuk menggosok mata yang ter-infeksi
kemudian memegang mata individu yang lain.

4. Manifestasi Klinis Trakoma


Pada pemeriksaan klinis didapatkan folikel dan hipertrofi papiler pada tarsus
bagian atas, pannus, Herbert’s pits, entropion, trichiasis ataupun sikatrik pada tarsus
bagian atas. Mac Callan, mengklasifikasikan trakhoma berdasar gambaran klinisnya,
menjadi 4 stadium yaitu: (Terry, 2004)

 Stadium I
Disebut sebagai stadium insipien atau stadium permulaaan. Pada tarsus superior
terlihat hipertrofi papil dan folikel folikel yang belum masak.
 Stadium II.
Stadium ini disebut stadium established atau stadium nyata. Didapat-kan folikel
folikel dan papil pada tarsus superior. Stadium ini dibagi lagi menjadi dua yaitu
IIA dan IIB.
Stadium IIA. Pada tarsus superior terdapat hipertrofi papil dan folikel folikel
yang sudah mature.
Stadium IIB Pada tarsus superior terlihat lebih banyak hipertrofi papil dan
menu-tupi folikel folikel.
 Stadium III
Disini mulai terbentuk jaringan parut atau sikatrik pada konjungtiva tarsal
superior yang berupa garis putih halus. Pada stadium ini masih dijum-pai
adanya folikel pada konjungtiva tarsal superior dan tampak pannus yang masih
aktif.
 Stadium IV
Disebut juga trakhoma sembuh. Pada stadium ini pada konjungtiva tarsal
superior tidak ditemukan lagi folikel, yang ada hanya sikatrik dan pannus yang
tidak aktif lagi. Pada stadium ini mungkin juga ditemukan penyulit penyulit
dari trakhoma.

5. Pemeriksaan Trakoma
Pemeriksaan Fisik

Minimal terdapat 2 dari tanda berikut ini

a. Folikel dan papil konjungtiva membesar


b. Terdapat pannus progresif atau regresif
c. Terdapat keratitis dari sel epitel di dekat limbus superior
d. Terdapat sikatriks atau sekuele
Pemeriksaan penunjang

a. Sitologi konjungtiva pada pewarnaan Giemsa terdapat reaksi


polymorfonuklear yang dominan dengan adanya plasma sel dan sel Leber
b. Deteksi badan inklusi pada hapusan konjungtiva pengecatan Giemsa
menunjukkan tanda-tanda aktif trachoma (Churana, 2007).

6. Penatalaksaan Trakoma
Perbaikan klinis yang mencolok umumnya dapat dicapai dengan tetracycline 1-1,5
g/hari per oral dalam empat dosis terbagi selama 3-4 minggu ; doxycycline 100mg per
oral dua kali sehaei selama 3 minggu; atau erythromycin 1g/hari per oral dibagi dalam
empat dosis selama 3-4 minggu.
Tetracycline sistemik jangan diberikan pada anak di bawah umur 7 tahun atau
wanita hamil karena dapat mengikat kalsium pada gigi yang sedang berkembang dan
tulang yang tumbuh. Hal ini akan mengakibatkan perubahan warna gigi permanen
menjadi kekuningan dan kelainan kerangka (mis. Klavikula).
Berbagai studi terakhir di negara – negara berkembang menunjukkan bahwa
azithromycin 1g per oral merupakan terapi yang efektif bagi trakoma anak. Karena efek
sampingnya minimal dan mudah diberikan, antibiotik makrolida ini menjadi obat
pilihan pada kampanye pengobatan massal.
Salep atau tetes topikal, termasuk preparat sulfonamide, tetracycline, erythromycin,
dan rifampin, empat kali sehari selama 6 minggu, sama efektifnya.
Sejak dimulainya terapi, efek maksimum biasanya belum dicapai dalam 10-12
minggu. Karena itu, tetap adanya folikel pada tarsus superior selama beberapa minggu
setelah terapi berjalan sehingga jangan dipakai sebagai bukti kegagalan terapi.
Koreksi bedah harus dilakukan pada bulu mata yang membalik ke dalam unuk
mencegah parut trakoma lanjut di negara berkembang. Tindakan bedah ini kadang -
kadang dilakukan oleh dokter bukan ahli mata atau oleh orang yang dilatih khusus (Eva
& Whitcher, 2009).
7. Komplikasi dan Prognosis Trakoma
Komplikasi (Vaughan, 1996)

 Parut konjungtiva
 Kerusakan duktus kelenjar lakrimal
 Trikiasis
 Entropion
 Ulserasi kornea

Prognosis

 Bila ditangani dengan cepat dan dapat menghindarkan komplikasi, maka


prognosisnya akan baik.
 Hati-hati penularan

8. Pandangan Islam dari skenario


Menjaga mata dalam islam dengan cara memakai celak istmid

Jabir bin Abdillah berkata, Rasulullah bersabda:

ّ ‫ ويُنبت ال‬، ‫ فإنه يجلو البصر‬، ‫عليكم باإلثمد عند النوم‬


9. ‫شعر‬

“Pakailah celak itsmid ketika akan tidur,sebab ia menerangkan pandangan dan


menumbuhkan bulu mata”.H.R.Ibnu Majah,ath Thabraniy

Bahwasanya Nabi Muhammad SWA memiliki celak. Dia bercelak setiap malam 3 kali pada
mata kanan dan dua kali pada mata sebelahnya." (HR. At Tirmidzi).
DAFTAR PUSTAKA

Churana, A. K. 2007. Ophtalmology Fourth Edition. New Delhi. New Age


International Publishers

Emerson PM, Lindsay SW, Alexander N, Bah M, Dibba SM, et al. 2004. Role Of Lies
and Provision Of Latrines in Trachoma A Control: Cluster – Randomised Controlled
Trial.

Eva, P.R., Whitcher, J.P. 2009. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum Edisi 17.
Jakarta : EGC.
Frick KD, Hanson CL, Jacobson GA. 2006. Global Burden Of Trachoma And
Economic Of The Disease. Am J Trop Med Hyg.

Mecaskey JW, Knirsch CA, Kumaresan JA, Cook JA. 2003. The Possibility Of
Eliminating Blinding Trachoma. Lancet Infect Dis.

Salomon et al. 2004. Diagnosis and Assesment of Trachoma. Clinical Microbiology


Review.
Terry JE. 2004. Ocular Disease Detection, Diagnosis and treatment. Butterworths,
Boston London 2004, p. 411 - 413 and 673 - 677.

Vaughan D, Asbury T. 2002. General Ophthalmology 13 th Edition. Lange Medical


Publi-cation, California.

Vaughan, Daniel G dkk. 1996. Oftalmologi Umum. Jakarta : Penerbit Widya Medika.

You might also like