You are on page 1of 41

LAPORAN PRAKTIKUM KEDOKTERAN KOMUNITAS

“Ergonomi Di Tempat Kerja”

KELOMPOK 2

Dosen Pembimbing :
dr. Nanda Fadhilah Witris Salamy, M.Si

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NAHDATUL ULAMA SURABAYA
2018
ANGGOTA PENYUSUN

Maimunah Faizin (6130014014)


Elsa Kusumawati (6130014015)
Nuris Umi Rizqi (6130014016)
Hessty Rochendah Onjiah (6130014017)
Sri Safariawati MAA (6130014018)
Luthfi Kalindra Parahita (6130014019)
Aanisah Ikbaar Sayyidah (6130014020)
Rosyiidah Husnaa Haniifah (6130014021)
Anydhia Fitriana Afiuddin (6130014022)
Anang Maulana Yusuf (6130014023)
Nur Amiroh Aulia Sari (6130014024)
Aisyah Imas Setiawati (6130014025)
Niken Ayu Kusumawardani (6130014026)

ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM KEDOKTERAN KOMUNITAS

1. Judul Laporan : Ergonomi di Tempat Kerja


2. Bidang : Kedokteran
3. Pembimbing :
Nama Lengkap : Nanda Fadhilah Witris Salamy, dr.
NIK : 1304855
Nomor HP :
Alamat Email :
4. Anggota Penyusun :
Jumlah Tim : 5 (lima) orang mahasiswa
Nama Anggota Tim : Terlampir
5. Lokasi Kegiatan : Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
6. Waktu Pelaksanaan : 07.00-11.00, 02 Mei 2018
7. Biaya : Rp.45.000

Surabaya, 24 Mei 2018


Pembimbing,

Nanda Fadhilah Witris Salamy, dr.


NIK: 1304855

iii
RINGKASAN

Ergonomi adalah suatu ilmu untuk menyesuaikan antara manusia dengan


fasilitas yang digunakan baik saat beraktivitas ataupun isitrahat untuk mengoptilkan
sistem agar sesuai dengan kebutuhan, kelemahan, dan keterampilan manusia.
Ergonomi yang diterapkan di tempat kerja berguna untuk membuat para pekerjanya
merasa nyaman di tempat tersebut sehingga produktivitas kerja dapat meningkat.
Terjadinya kecekalakaan kerja di tempat bekerja salah satunya diakibatkan
karena belum adanya penerapan ergonomi di tempat tersebut., sehingga untuk
mengatasi masalah tersebut perlu dilakukanpenerapan ergonomi di berbagai tempat
kerja.

KATA PENGANTAR

iv
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum
yang berjudul “Ergonomi Di Tempat Kerja” tepat pada waktunya. Kami juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing kami dr. Nanda Fadhilah
Witris Salamy, M.Si., serta Warda El Maida R., DR., M.Kep.Trop selaku dosen
pelajaran kedokteran komunitas, serta pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan laporan praktikum ini.
Kami menyadari bahwa penulisan laporan ini masihjauhdarisempurna,
makapenulismengharapkankritikdan saran yang bersifatmembangun guna
menyempurnakan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk kita
semua.

Surabaya, 23 Mei 2018

Kelompok 2

DAFTAR ISI

v
Anggota Penyusun ………………………………………………………… ii

Lembar Pengesahan ………………………………………………………… iii

Ringkasan ………………………………………………………… iv

Kata Pengantar ………………………………………………………… v

Daftar Isi ………………………………………………………… vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Analisis Situasi ………………………………………………… 1


B. Permasalahan Mitra ………………………………………………… 2
C. Solusi yang Ditawarkan ………………………………………………… 2
D. Tujuan Kegiatan ………………………………………………… 2
E. Manfaat Kegiatan ………………………………………………… 3
F. Target Luaran ………………………………………………… 3
G. Kegiatan Penunjang ………………………………………………… 3
H. Jadwal Kegiatan ………………………………………………… 3
I. Rincian Pengeluaran ………………………………………………… 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka ………………………………………………… 5

BAB III METODE DAN MATERI


A. Alat dan Bahan ………………………………………………… 23
B. Prosedur Kegiatan ………………………………………………… 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisa Hasil ………………………………………………………… 24


B. Pembahasan ………………………………………………………… 26

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ………………………………………………………… 33
B. Saran ………………………………………………………… 34

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 35

vi
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Analisis Situasi
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat, sehingga peralatan sudah
menjadi kebutuhan pokok pada lapangan pekerjaan. Dimana peralatan dan
teknologi merupakan salah satu penunjang yang penting dalam upaya
meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu,
akan terjadi dampak negatif bila kurang waspada untuk menghadapi bahaya
potensial yang mungkin akan timbul (Pusat Kesehatan Kerja Departemen
Kesehatan RI, 2010).
Hal diatas tersebut tentunya dapat dicegah dengan adanya antisipasi
berbagai risiko, antara lain kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja,
penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan kecelakaan akibat kerja
yang dapat menyebabkan kecacatan dan kematian. Antisipasi ini harus
dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses
kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan
ergonomi (Pusat Kesehatan Kerja Departmen Kesehatan RI, 2010).
Ergonomi merupakan ilmu tentang kemampuan dan keterbatasan tubuh
manusia, serta kriteria lainnya yang berkaitan dengan perancangan (Manuaba,
2007). Bekerja dalam kondisi performa tidak ergonomis pasti tidak nyaman
dan cepat lelah, yang pada akhirnya produktivitas menurun. Dewasa ini masih
banyak orang bekerja dengan tidak memperhatikan performa kerja atau sikap
kerja atau posisi kerja, sehingga cepat lelah. Performa kerja yang tidak
ergonomis dapat menimbulkan kelelahan, nyeri, dan gangguan kesehatan
lainnya.Pada umumnya ergonomi belum diterapkan secara merata. Gagasan
yang telah disebarluaskan yaitu unsur hygiene dan kesehatan kerja (hiperkes),
tetapi sampai saat ini kegiatan-kegiatan baru hanya sampai pada taraf
pengenalan, khususnya pada pihak yang bersangkutan, sedangkan
penerapannya baru pada tingkat perintisan. Berkaitan dengan hal tersebut,
dalam undang-undang No. 1 tahun 1970 mengenai Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3), perusahaan mempunyai kewajiban untuk menyediakan tempat
2

kerja yang memenuhi syarat keselamatan dan kesehatan yang ditetapkan bagi
pekerja atau karyawan perusahaan. Peraturan ini dimaksudkan untuk
mengurangi biaya perawatan dan rehabilitas akibat kecelakaan kerja,
meningkatkan produktivitas kerja, dan hubungan relasi perusahaan yang lebih
baik (Tarwaka, 2008).

B. Permasalahan Mitra
Pengetahuan tentang ergonomi kerja pada cleaning service dan satpam di
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya dikategorikan belum baik, dikarenakan
pada saat survei awal dan wawancara didapatkan hasil pada cleaning service
mengeluhkan lelah setelah bekerja, sedangkan pada satpam mengeluhkan lelah
di pundak, dan kaki, pusing dan mata Lelah setelah bekerja pada shift malam.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa ergonomic kerja belum sepenuhnya
diketahui oleh cleaning service dan satpam di Universitas Nahdlatul Ulama
Surabaya.

C. Solusi yang ditawarkan


Pada umumnya ergonomi belum diterapkan secara merata. Pengetahuan
tentang ergonomi kerja juga belum baik dan merata, khususnya pada cleaning
service dan satpam di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya. Salah satu upaya
yang dilakukan penyusun yaitu melakukan penyuluhan kepada cleaning
service berupa mengangkat dan menurunkan barang yang benar, naik dan turun
tangga yang benar, serta merelaksasikan tubuh. Pada satpam, penyusun juga
melakukan penyuluhan berupa mengangkat dan menurunkan barang yang
benar, naik dan turun tangga yang benar, posisi berdiri dan duduk yang benar,
serta relaksasi tubuh.

D. Tujuan Kegiatan
Tujuan kegiatan ini adalah:
1. Memberikan penyuluhan tentang ergonomi kerja kepada cleaning service
dan satpam Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.
3

2. Memberikan contoh ergonomi kerja berupa mengangkat dan menurunkan


barang yang benar, naik dan turun tangga yang benar, posisi duduk dan
berdiri yang benar, serta merelaksasikan tubuh.

E. Manfaat Kegiatan
Menambah wawasan tentang ergonomi kerja pada cleaning service dan
satpam Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya berupa mengangkat dan
menurunkan barang yang benar, naik dan turun tangga yang benar, posisi
duduk dan berdiri yang benar, serta merelaksasikan tubuh.

F. Target Luaran
Target luaran dari diadakannnya penyuluhan ergonomi yaitu agar pekerja
petugas kebersihan dan satpam fakultas kedokteran UNUSA mampu
memahami cara pencegahan cedera dan penyakit akibat kerja sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan dan menurunkan beban kerja fisik juga mental.

G. Kegiatan Penunjang
Kegiatan Penunjang dilaksanakan dengan mengajarkan dan
mendemostrasikan cara naik dan turun tangga yang benar, berdiri dan duduk
yang benar, dan mengangkat barang yang benar.

H. Jadwal Kegiatan

No. Nama Kegiatan Hari Tanggal Jam

Konsultasi perancangan konsep penyuluhan 23 April 13.00-sampai


1 Senin
ergonomi 2018 selesai

Konsultasi pembuatan materi penyuluhan 25 April


2 Rabu 09.40-12.20
ergonomi 2018

Konsultasi dan gladi bersih persiapan 27 April


3 Jum’at 09.40-10.30
penyuluhan ergonomi 2018
4

28 April
4 penyuluhan ergonomi Sabtu 07.00-10.30
2018

I.Rincian Pengeluaran

No. Nama Barang Jumlah Harga Satuan Jumlah

1 Kertas HVS 1rim Rp35.000 Rp35.000

2 Print poster 5 buah Rp3000 Rp15.000

Total Rp45.000
5

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Standar Manual Handling


Cara Pengangkatan Beban Yang Benar (HSE, 2012):
1. Merencanakan proses pengangkatan.

Pertimbangan alat bantu, lokasi tujuan, kondisi jalan menuju lokasi tujuan,
waktu istirahat untuk pengangkatan dalam waktu lama.
2. Adopt stable position
Posisi kaki, penggunaan celana dan sepatu perlu dipertimbangkan
untuk mendapat posisi yang stabil dan kemudahan bergerak.
6

1. Get a good hold

Jika dimungkinkan posisi beban harus sedekat mungkin dengan badan


2. Start in a good posture
Posisi awal pengangkatan, punggung sedikit membungkuk serta pinggul
dan lutut diregangkan
3. Don’t flex the back any further while lifting
Selama proses pengangkatan posisi punggung harus diperhatikan untuk
menghindari risiko cedera.
4. Keep the load close to the waist

Beban berada sedekat mungkin dengan tubuh dan menjauhkan sisi terberat
dari tubuh
7

5. Avoid twisting the back or learning sideways


Mengubah arah kaki lebih baik daripada memutar pinggul ketika
pengangkatan.

6. Keep the hand up when handling


Pandangan kedepan selama pengangkatan dan tidak menurunkan (atau
menaikkan) posisi beban.
7. Move smothly
Beban tidak disentakkan selama pengankatan.
8. Don’t lift or handle more than can be easily managed
Terdapat batas beban yang dapat diangkat oleh manusia yang harus
dipertimbangkan.
8

9. Put down, then adjust

Apabila posisi beban spesifik, beban diturunkan terlebih dahulu dan


kemudian disesuaikan dengan posisi yang dikehendaki.

B. Cara Pemindahan Pada Aktivitas Mendorong (Pushing) Dan Menarik


(Pulling) Beban
Cara melakukan pemindahan pada saat mendorong dan menarik menurut
HSE(2012) adalah:
1. Handling devices
Tinggi pegangan alat bantu, seperti trolly atau gerobak, ditempatkan
diantara bahu dan pinggang. Alat bantu perlu diberikan perawatan,
khususnya roda, untuk memudahkan selam proses penggunaan.
2. Force
Gaya yang diperlukan untuk memindahkan beban menggunakan alat bantu
adalah 2% dari beban total (misal bila beban 100 kg, maka gaya yang
diperlukan setara beban 2 kg).Pemindahan beban dengan mendorong lebih
diutamakan (baik) daripada menarik, karena dapat melihat kondisi di depan.
3. Slopes
Meminta bantuan pekerja lain, apabila dalam kondisi kemiringan atau beban
sangat tinggi.
4. Uneven survaces
9

Kondisi jalan yang tidak rata memerlukan gaya pengangkatan yang lebih
tinggi, yaitu 10% dari beban total (misal bila beban 100 kg, maka gaya yang
diperlukan setara beban 10 kg).
5. Stance and pace
Posisi kaki terhadap beban (dan alat bantu pengangkatan) dijaga untuk
memudahkan pemindahan/bergerak.

C. Beban Pengangkatan
Beban angkat yang direkomendasikan oleh standar Healh Safety
Executive, bergantung pada jenis kelamin dan posis beban selama proses
pengangkatan. Posisi pengangkatan yang baik (ditunjukkan dengan batas
beban yang paling tinggi) adalah peletakan beban di dekat tubuh antara bahu
dan pinggang (NIOSH, 2007).

Aturan Tambahan Yang Perlu Diperhatikan Terkait Batas Beban Angkat


(NIOSH, 2007):
1. Kondisi memutar
Pada operasi pengangkatan yang membutuhkan gerakan memutar, batas
beban dikurangi 10% jika memutar 45% dan 20% jika memutar 90%.
10

2. Frekuensi pengangkatan dan penurunan


Batas beban dikurangi 30% apabila operasi pengangkatan diulangi sekali
atau dua kali selama 1 menit, dikurangi 50% apabila frekuensi pengangkatan
5-8 kali per menit, dan dikurangi 80% apabila frekuensi pengangkatan lebih
dari 12 kali per menit.
3. Aktivitas menarik dan mendorong beban
Pria Wanita
Gaya untuk menghentikan dan
20 kg 15 kg
memulai aktivitas
Gaya selama proses
10 kg 7 kg
pemindahan

Batas Pengangkatan untuk Orang Indonesia


Nilai batas pengangkatan beban juga dipengaruhi oleh faktor yang
berhubungan dengan pekerja, yaitu: antropometri, kekuatan otot, usia, jenis kelamin
dan status pekerjaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan peninjauan terhadap batas
pengangkatan yang ditujukan untuk orang Indonesia, yang memiliki karakteristik
fisik yang berbeda. Santoso (2006), dalam penelitiannya memberikan rekomendasi
batas pengangkatan maksimal (MAXL- Maximum acceptable weight of lift)
sebagai berikut: (NIOSH, 2007)
Tabel 1. Batas Penangkatan Penduduk Indonesia
11

Untuk mendapatkan beban angkat maksimal secara spesifik, Santoso (2006)


mengembangkan model matematis sebagai berikut:
Beban (MAWL) = -6.013 + (0.029 X Berat badan) + (0.0766 X Tinggi badan) –
(0.435 X Frekuensi) + (0.023 X Tinggi angkatan) + (0.076 X Jarak angkatan)
+ (0.264 X Jenis kelamin) + (0.218 X Pekerjaan)
Beban angkat dalam persamaan di atas, disusun berdasarkan variabel
karakteristk khusus manusia, yaitu: berat badan, tinggi badan, frekuensi, tinggi
angkatan, jarak angkatan, jenis kelamin dan pekerjaan.

D. Kelelahan atau Fatique


Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya terjadi
kelelahan, dalam hal ini kita harus waspada dan harus kita bedakan jenis
kelelahannya, beberapa ahli membedakan/membaginya sebagai berikut :
1. Kelelahan fisik
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat
dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau tidak terlalu
berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup (Bridger,
R. S, 2005).
a. Kelelahan yang sumber utamanya adalah mata (kelelahan visual), Mata
merupakan indera yang mempunyai peranan penting dalam penyelesaian
pekerjaan.
b. Kebisingan.Pengaruh kebisingan secara keseluruhan adalah Kerusakan
pada indera pendengaran. Gangguan komunikasi dan timbulnya salah
pengertian·
2. Kelelahan yang patologis
Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul
tiba-tiba dan berat gejalanya (Bridger, R. S, 2005).
3. Psikologis dan emotional fatique
Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis
“mekanisme melarikan diri dari kenyataan” pada penderita psikosomatik.
Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya di
tempat kerja (Bridger, R. S, 2005).
12

4. Upaya kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahan, meskipun seseorang


Mempunyai batas ketahanan, akan tetapi beberapa hal dibawah ini akan
mengurangi kelelahan yang tidak seharusnya terjadi (Nurmianto, 2006).
a. Lingkungan harus bersih dari zat-zat kimia. Pencahayaan dan ventilasi
harus memadai dan tidak ada gangguan bising.
b. Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat yang cukup
saat makan siang.
c. Kesehatan pekerja harus tetap dimonitor.
d. Tempo kegiatan tidak harus terus menerus.
e. Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja harus sesingkat mungkin, kalau
memungkinkan.
f. Secara aktif mengidentifikasi sejumlah pekerja dalampeningkatan
semangat kerja.
g. Fasilitas rekreasi dan istirahat harus disediakan di tempat kerja.
h. Waktu untuk liburan harus diberikan pada semua pekerja.
i. Kelompok pekerja yang rentan harus lebih diawasi misalnya : pekerja
remaja, anita hamil dan menyusui, pekerja yang telah berumur dan pekerja
shift.
5. Para pekerja yang mempunyai kebiasaan pada alkohol dan zat stimulan atau
zat addiktif lainnya perlu diawasi (Nurmianto, 2006).

E. Cara Merelaksasikan Tubuh


Berdasarkan DHHS (NIOSH) Publication (2007)cara merelaksasikan
tubuh, antara lain:
1. Gerakan pertama ditujukan untuk melatih otot tangan yang dilakukan
dengan cara menggenggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.
Semakin lama kepalan ini semakin kuat, sambil merasakan sensasi
ketegangan yang terjadi. Pada saat kepalan dilepaskan,rasakan rileks
mengepalkan tanganselama 10 detik. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan
dua kali sehingga dapat membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan
keadaan relaks yang dialami. Prosedur serupa juga dilatihkah pada tangan
kanan.
13

2. Gerakan kedua adalah gerakan untuk melatih otot tangan bagian belakang.
Gerakan ini dilakukan dengan cara menekuk kedua lengan ke belakang pada
pergelangan tangan sehingga otot-otot di tangan bagian belakang dan lengan
bawah menegang, jari-jari menghadap ke langit-langit.

Gambar 1. Gerakan untuk otot tangan

3. Gerakan ketiga adalah untuk melatih otot-otot Biceps. Otot biceps adalah
otot besar yang terdapat di bagian atas pangkal lengan. Gerakan ini diawali
dengan menggenggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan kemudian
membawa kedua kepalan ke pundak sehingga otot-otot biceps akan menjadi
tegang (DHHS (NIOSH) Publication, 2007).
14

Gambar 2. Gerakan otot biceps


4. Gerakan keempat ditujukan untuk melatih otot-otot bahu. Relaksasi untuk
mengendurkan bagian otot-otot bahu dapat dilakukan dengan cara
mengangkatkedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan bahu akan dibawa
hingga menyentuh kedua telinga. Fokus perhatian gerakan ini adalah
kontras keteganganyang terjadi di bahu, punggung atas dan leher (DHHS
(NIOSH) Publication, 2007).

Gambar 3. Gerakan melatih otot bahu

5. Gerakan kelima sampai ke delapan adalahgerakan-gerakan yang ditujukan


untuk melemaskan otot-otot di wajah. Otot-otot wajah yang dilatih adalah
otot-otot dahi, mata, rahang dan mulut. Gerakan untuk dahi dapat dilakukan
dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot-ototnya terasa dan
kulitnya keriput. Gerakan yang ditujukan untuk mengendurkan otot-otot
mata diawali dengan menutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan
ketegangan di sekitar mata dan otot-otot yang mengendalikan gerakan mata
(DHHS (NIOSH) Publication, 2007).
6. Gerakan ketujuh bertujuan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami
oleh otot-otot rahang dengan cara mengatupkan rahang, diikuti dengan
menggigit gigi-gigi sehingga ketegangan di sekitar otot-otot rahang
(DHHS (NIOSH) Publication, 2007).
15

7. Gerakan kedelapan ini dilakukan untuk mengendurkan otot-otot sekitar


mulut. Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan
ketegangan di sekitar mulut (DHHS (NIOSH) Publication, 2007).

Gambar 4. Gerakan otot-otot wajah


8. Gerakan kesembilan dan kesepuluh ditujukan untuk merilekskan otot-otot
leher bagian depan maupun belakang. Gerakan diawali dengan otot leher
bagian belakang baru kemudian otot leher bagian depan. Meletakkan kepala
sehingga dapat beristirahat, kemudian menekankan kepala pada permukaan
bantalan kursi sedemikian rupa sehingga dapat merasakan ketegangan di
bagian belakang leher dan punggung atas.
9. Sedangkan gerakan kesepuluh bertujuan untuk melatih otot leher bagian
depan. Gerakan inidilakukan dengan cara membawa kepala ke muka,
kemudian membenamkan dagu ke dadanya. Sehingga dapat merasakan
ketegangan didaerah leher bagian muka.
10. Gerakan kesebelas bertujuan untuk melatih otot-otot punggung. Gerakan
ini dapat dilakukan dengan cara mengangkat tubuh dari sandaran kursi,
kemudian punggung dilengkungkan, lalu dada dibusungkan. Kondisi
tegang dipertahankan selama 10 detik, kemudian rileks. Pada saat rileks,
letakkan tubuh kembali ke kursi, sambil membiarkan otot-otot menjadi
lemas.
16

11. Gerakan berikutnya adalah gerakan kedua belas, dilakukan untuk


melemaskan otot-otot dada. Pada gerakan ini, diawali dengan menarik
nafas panjang terlebih dahulu untuk mengisi paru-paru dengan udara
sebanyak-banyaknya. Posisi ini ditahan selama beberapa saat, sambil
merasakan ketegangan di bagian dada kemudian turun ke perut. Pada saat
ketegangan dilepas, dapat bernafas normal dengan lega. Sebagaimana
dengan gerakan yang lain, gerakan ini diulangi sekali lagi sehingga dapat
dirasakan perbedaan antara kondisi tegang dan rileks.
12. Setelah latihan otot-otot dada, gerakan ketiga belas bertujuan untuk melatih
otot-otot perut. Gerakan ini dilakukan dengan cara menarik kuat-kuat
perut ke dalam, kemudian menahannya sampai perut menjadi kencang dan
keras. Setelah 10 detik dilepaskan bebas, kemudian diulang kembali
seperti gerakan awal untuk perut ini.
13. Gerakan keempat belas dan kelima belas adalah gerakan untuk otot-otot
kaki. Gerakan ini dilakukan secara berurutan. Gerakan keempat belas
bertujuan untuk melatih otot-otot paha, dilakukan dengan cara meluruskan
kedua belah telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang. Gerakan ini
dilanjutkan dengan mengunci lutut, sedemikian sehingga ketegangan
pindah ke otot-otot betis. Sebagaimana prosedur relaksasi otot, harus
menahan posisi tegang selama 10 detik baru setelah itu melepaskannya.
Setiap gerakan dilakukan masing-masing dua kali.
17

Gambar 5. Gerakan otot-otot bagian depan tubuh

F. PolaTidur
Tidur yang sehat adalah 6-7 jam sehari. Tidur terlalu lama ataupun terlalu
singkat akan membawa dampak buruk bagi kesehatan. Selain itu tidur yang
baik harus didukung dengan lingkungan yang nyaman, serta tidur dengan posisi
yang baik. Para ahli menyarankan untuk tidur telentang karena memungkinkan
organ-organ istirahat dengan benar. Tetapi banyak pakar menyarankan tidur
menyamping kearah kanan. Tidur menyamping kearah kiri dikhawatirkan akan
menekan paru-paru, lambung, hati, dan jantung, sehingga bisa menyebabkan
ketegangan pada organ-organ tersebut (Sutalaksana, 2006).
Tidak tidur telungkup, karena dapat menekan semua organ, termasuk paru-
paru, yang menyebabkan napas menjadi dangkal dan susah. Tidur seperti ini juga
dapat menyebabkan leher menjadi kaku dan masalah pada punggung atas. Dalam
soal periode waktu kerja siang atau malam, sangat menarik adalah sistem kerja
bergilir, terutama masalah kerja malam. Sehubungan dengan kerja malam dapat
dikemukakan hal – hal sebagai berikut (Sutalaksana, 2006):
1. Irama faal manusia sedikit atau banyak terganggu oleh sistem kerja malam –
tidur siang. Fungsi – fungsi fisiologis tenaga kerja tidak dapat disesuaikan
sepenuhnya dengan irama kerja demikian. Hal ini mudah dibuktikan dari
pengukuran suhu badan, nadi, tekanan darah, dan lain – lain dari orang yang
bekerja malam dibandingkan dengan keadaan waktu bekerja siang hari. Semua
ini sekarang banyak dipelajari dalam ilmu kronobiologi dengan aspek irama
hayati.
2. Demikian pula metabolisme tubuh tidak sepenuhnya dapat, bahkan banyak
yang sama sekali tidak dapat diadaptasikan dengan kerja malam – tidur siang.
18

Keseimbangan elektrolit, kadar albumin, dan klorida darah dapat


menyesuaikan diri dengan keperluan kerja malam – tidur siang, tetapi
pertukaran zat seperti kalium, sulfur, fosfor, mangan, dan lain – lain sangat
kukuh terikat kepada sel jaringan tubuh, sehingga dengan pergantian waktu
kerja siang oleh malam tidak dapat dipengaruhi untuk melakukan penyesuaian.
Dengan kata lain, metabolisme zat terakhir tidak dapat diserasikan dengan
keperluan kerja malam.
3. Kelelahan pada kerja malam relatif sangat besar. Sebabnya antara lain ialah
faktor faal dan metabolisme yang tidak dapat diserasikan. Sebab penting
lainnya adalah sangat kuatnya kerja saraf parasimpatis dibanding dengan
persyaratan simpatis pada malam hari. Padahal seharusnya untuk bekerja,
bekerjanya saraf simpatis harus melebihi kekuatan parasimpatis.
4. Jumlah jam kerja yang dipakai untuk tidur bagi pekerja malam pada siang
harinya relatif jauh lebih dari seharusnya, dikarenakan gangguan suasana siang
hari seperti kebisingan, suhu, keadaan terang, dan lain – lain oleh karena
kebutuhan badan yang tidak dapat diubah seluruhnya menurut kebutuhan yaitu
terbangun oleh dorongan lapar atau buang air kecil yang relatif banyak pada
siang hari. Juga aktivitas dalam keluarga atau masyarakat menjadi penyebab
kurangnya tidur pada siang hari padahal sangat penting artinya bagi tenaga
kerja yang bekerja malam hari.
5. Alat pencernaan biasanya tidak berfungsi normal pada kerja malam – tidur
siang. Dengan demikian jumlah makanan yang dikonsumsi dan penyediaan
kalori relatif lebih sedikit pada tenaga kerja yang bekerja malam hari,
sedangkan pencernaan pada tenaga kerja dimaksud kurang bekerja dari
semestinya.
6. Kurangnya tidur dan kurang berfungsinya alat pencernaan berakibat antara lain
penurunan berat badan.
7. Selain soal biologis dan faal, kerja malam seringkali disertai reaksi psikologis
sebagai suatu mekanisme defensif bagi perlindungan diri terhadap gangguan
tubuh akibat ketidakserasian badan kepada pekerjaan malam. Akibat dari itu,
keluhan atau ketidakpuasan akan ditemukan relatif banyak pada kerja malam.
19

8. Pengaruh bekerja malam tersebut biasanya kumulatif. Makin panjang giliran


kerja malam, makin besar efek kerja malam dimaksud kepada tenaga kerja atau
kelompok tenaga kerja yang bersangkutan.
Jika diteliti suatu pekerjaan yang bebannya biasa – biasa saja, yaitu tidak
terlalu ringan atau pun berat, produktivitas mulai menurun sesudah 4 jam bekerja.
Keadaan ini terutama sejalan dengan menurunnya kadar gula di dalam darah. Untuk
mengatasi hal ini, perlu dilakukan istirahat dan diberikan kesempatan untuk makan
yang meningkatkan kembali kadar gula darah sebagai bahan bakar untuk
menghasilkan energi tubuh bagi keperluan melaksanakan pekerjaan. Maka dari itu,
istirahat setengah jam setelah 4 jam bekerja terus – menerus sangat penting artinya
baik untuk pemulihan kemampuan fisik dan mental maupun pengisian energi yang
sumbernya berasal dari makanan.

G. Duduk bergantian dengan Berdiri dan Berjalan


Meskipun duduk biasanya lebih menguntungkan daripada berdiri, duduk
dalam waktu yang relatif lama harus dihindari karena dapat berpengaruh
terhadap kesehatan tubuh. Banyak kegiatan yang dilakukan saat duduk
(misalnya menulis, mengetik, penjahit atau pekerjaan perakitan). Oleh karena
itu, tempat duduk harus sesuai dengan kebutuhan tersebut (Sutalaksana, 2006).
Saat duduk leher dan punggung mengalami tekanan berkepanjangan yang
dapat menyebabkan keluhan leher dan punggung. Pekerjaan manual sering
membutuhkan bekerja dengan didukung lengan terangkat yang dapat
menyebabkan keluhan bahu (Sutalaksana, 2006).
Tugas yang membutuhkan duduk berkepanjangan (misalnya pada layar
komputer), seyogianya harus diselingi dengan tugas – tugas yang dapat
dilakukan dalam posisi berdiri, atau berjalan. Sebuah tempat kerja duduk –
berdiri, atau kursi yang membutuhkan duduk aktif memungkinkan pengguna
untuk bergantian antara duduk dan posisi lain selama tugas (Sutalaksana,
2006).

H. Biarkan ruang untuk Kaki yang Memadai


20

Ruang untuk kaki yang cukup harus disediakan dibawah permukaan


tempat kerja. Lebar harus minimal 60 cm, yang diperlukan kedalaman minimal
40 cm pada bagian lutut dan 100cm di kaki sesuai dengan standar yang
seharusnya memungkinkan pengguna untuk duduk dekat dengan pekerjaan
tanpa menekuk batang leher ke depan tersebut (Sutalaksana, 2006).

I. Hindari Melaksanakan Tugas di Atas Bahu


Tangan dan siku harus berada jauh di bawah bahu ketika melaksanakan
tugas. Jika pekerjaan diatas permukaan bahu tidak dapat dihindari, durasi kerja
harus terbatas dan istirahat teratur harus diambil (Sutalaksana, 2006).

J. Hindari Bekerja dengan Tangan di Belakang Tubuh


Bekerja dengan tangan di belakang tubuh harus dihindari. Postur terjadi
ketika meluncur meninggalkan objek, misalnya untuk keluar dari supermarket
(Sutalaksana, 2006).

K. Gerakan
Berbagai tugas memerlukan pergerakan seluruh tubuh, sering dengan
menggunakan paksanaan. Gerakan tersebut dapat menyebabkan tinggi,
tekanan mekanis lokal yang dalam beberapa waktu dapat menyebabkan nyeri
tubuh. Mutasi dapat juga menjadi stres dalam arti energik untuk otot, jantung,
21

dan paru – paru. Pada bagian ini kita akan mengkaji strest dari mengangkat,
membawa, menarik, dan mendorong (Sutalaksana, 2006).

L. Kerja Berdiri
Pekerjaan teknik yang dilayani dengan posisi berdiri dan waktunya relatif
rutin, seperti pelayanan permesinan, pemintalan benang, dan perakitan
komponen elektronik pada meja konveyor. Postur tubuh dalam melakukan
pelayanan dengan posisi berdiri, merupakan suatu totalitas perilaku kesiagaan
dalam menjaga keseimbangan fisik dan mental. Kecenderungan lainnya,
adalah memerlukan tenaga lebih besar dibandingkan dengan posisi duduk,
mengingat kaki sebagai tumpuan tubuh (Sutalaksana, 2006).

M. Berdiri Bergantian dengan Duduk dan Berjalan


Hal ini tidak dianjurkan untuk hari kerja keseluruhan dihabiskan pada
posisi berdiri. Berdiri terlalu lama, terdapat suatu tekanan tambahan yang dapat
muncul ketika kepala dan batang leher yang bengkok, mengarah ke leher dan
punggung. Selanjutnya, bekerja sama dengan lengan tidak didukung
(Sutalaksana, 2006).

N. Cara Naik Dan TurunTangga


1. Berpegangan pada handrail, fungsi utama handrail adalah sebagai alat
pencegah jatuh (fall resist). Artinya handrail dimaksudkan untuk melindungi
setiap pemakai tangga dari cidera karena jatuh dari ketinggian. Ingatkan setiap
orang yang berada di lingkungan perusahaan Anda agar selalu memegang
handrail setiap menaiki atau menuruni tangga.
2. Pastikan melihat kaki ketika menyentuh tangga
3. Tidak boleh sambil bermain handphone atau membaca
4. Naik dan/ atau turun tangga dengan mengayunkan kaki secara bergantian kaki
kanan dan kiri, bukan mengayunkan tubuh.
22

BAB III
METODE DAN MATERI

A. Alat dan Bahan


1. Kamera 2 buah
2. Tripot kamera 1 buah
3. Laptop
4. Poster
5. Kardus
6. Kertas Hvs
7. Kursi
23

8. Pijakan tangga
9. Spidol
10. Gunting
11. Bollpoint
12. Penggaris

B. Prosedur Pelaksanaan Kegiatan

Menyusun konsep Wawancara target Menganalisis &


mitra/ survey menentukan
permasalahan rumusan masalah

Merancang Penyusunan materi Menentukan tujuan


kegiatan penyuluhan dan solusi rumusan
penyuluhan masalah

Penyuluhan Observasi dan


mengevaluasi target

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. ANALISA HASIL
1. Hasil Survey Awal Pada Petugas Cleaning Service di UNUSA
Responden :
 Wanita 3 (umur 19,47, dan 50 tahun)
 Laki – laki 2 (umur 24 dan 29 tahun)
Pekerjaan yang dilakukan :
 Mengepel
 Menyapu
24

 Bersih – bersih kaca


 Membersihkan kamar mandi
 Angkat – angkat barang, dll
Keluhan pekerjaan :
 Capek setelah bekerja, sakit tulang tangan dan kaki setelah bekerja,
merasa lemas saat bekerja
Penyuluhan yang akan dilakukan :
(a) Cara mengangkat barang yang benar
(b) Cara bersih – bersih yang benar (mengepel, menyapu, bersih-bersih
kaca, membersihkan kamar mandi)
(c) Cara naik turun tangga yang benar
(d) Cara berdiri dan duduk yang benar
(e) Cara merelakskan tubuh yang benar

Hasil Penyuluhan Pada Petugas Cleaning Service di UNUSA


Dari hasil penyuluhan, peserta yang terdiri dari enam petugas cleaning
service menjadi paham dengan cara yang salah dalam melakukan aktivitas
mereka sehari-hari yang berdampak pada sering merasa capek. Dan
beberapa setelah penyuluhan kami lakukan evaluasi, mereka merasa lebih
mudah dan ringan dalam melakukan aktivitas sehari, walupun belum
berdampak secara signifikan, namun mereka mengaku terbantu akan
penyuluhan yang diberikan.

2. Hasil Survey Awal Pada Security di UNUSA


Responden :
 Laki – laki (umur 24 dan 26 tahun)
Pekerjaan yang dilakukan :
 Berjaga di pos satpam di UNUSA
 Patroli pada malam hari selama 2 jam sekali dari lantai 1 – 6
 Membantu tukang parkir merapikan parkir sepeda motor
Keluhan pekerjaan :
25

 Capek di pundak, kaki, pusing saat shift malam, mata lelah, terkadang
bergantian (yang 1) tidur, yang satunya lagi jaga)
 Tidurnya dengan posisi duduk bersandar di kursi sehingga mudah
terbangun.Untuk membuat tubuh tetap terjaga hanya dengan kopi
hitam.
 Apabila ada teman yang waktunya shift malam berhalangan hadir,
maka diteruskan noleh satpam yang berjaga siang dan bisa berjaga
hingga 17 – 24 jam non stop.
 Terasa lebih capek jika ada acara – acara besar
Penyuluhan yang dilakukan :
(a) Cara naik turun tangga yang benar
(b) Cara berdiri dan duduk yang benar
(c) Pola tidur yang benar
(d) Cara mengangkat barang yang benar

Hasil Penyuluhan Pada Security di UNUSA


Dari hasil penyuluhan, peserta yang terdiri dari tiga orang satpam menjadi
mengerti cara yang benar dalam melakukakan beberapa aktivitas merka
sehari-hari yaitu naik turun tangga yang benar, berdiri dan duduk, cara
mengangkat barang dan pola tidur yang benar. Beberapa hari setelah
penyuluhan dan kami adakan evaluasi, mereka mengaku merasa terbantu
dan menjadi lebih ringan dan tidak capek dalam menjalani pekerjaan tiap
harinya.

B. PEMBAHASAN
1. Mengangkat barang yang benar
Bermacam cara dalam mengangkat beban yakni dengan kepala, bahu,
tangan, punggung , dll. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera
tulang punggung, jaringan otot, dan persendian akibat gerakan yang
berlebihan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan mengangkat
dan mengangkut adalah sebagai berikut :
26

a. Beban yang diperkenakan, jarak angkut dan intensitas pembebanan.


b. Kondisi lingkungan kerja yaitu keadaan medan yang licin, kasar, naik
turun, dll.
c. Keterampilan bekerja
d. Peralatan kerja beserta keamanannya
Cara-cara mengangkut dan mengangkat yang baik harus memenuhi 2
prinsip kinetis, yaitu :
a. Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang keluar dan sebanyak
mungkin otot tulang belakang yang lebih lemah dibebaskan dari
pembebanan
b. Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan.
Penerapan :
(1) Pegangan harus tepat
(2) Lengan harus berada sedekatnya pada badan dan dalam posisi lurus
(3) Punggung harus diluruskan
(4) Dagu ditarik segera setelah kepala bisa di tegakkan lagi seperti pada
permulaan gerakan
(5) Posisi kaki di buat sedemikian rupa sehingga mampu untuk
mengimbangi momentum yang terjadi dalam posisi mengangkat
(6) Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garis vertical
yang melalui pusat grafitas tubuh.
2. Cara bersih – bersih yang benar (mengepel, menyapu, bersih-bersih kaca,
membersihkan kamar mandi)
Posisi tubuh lurus sehingga tidak membuat mudah lelah dan nyeri
tulang belakang.
3. Naik turun tangga yang benar
Fungsi utama handrail adalah sebagai alat pencegah jatuh (fall resist).
Artinya handrail dimaksudkan untuk melindungi setiap pemakai tangga dari
cidera karena jatuh dari ketinggian.
4. Berdiri dan duduk yang benar
a. Berdiri
27

Selain sikap kerja duduk, sikap kerja berdiri juga banyak


ditemukan di perusahaan. Sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja yang
posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara
seimbang pada dua kaki. Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus
sangat mungkin akan terjadi penumpukan darah dan berbagai cairan
tubuh pada kaki dan hal ini akan bertambah bila berbagai bentuk dan
ukuran sepatu yang tidak sesuai. Sikap kerja berdiri dapat menimbulkan
keluhan subjektif dan juga kelelahan bila sikap kerja ini tidak dilakukan
bergantian dengan sikap kerja duduk (Rizki, 2007).
Keuntungan dan kerugian sikap kerja berdiri :
(1) Keuntungan: Otot perut tidak kendor, sehingga vertebra (ruas tulang
belakang) tidak rusak bila mengalami pembebanan.
(2) Kerugian: Otot kaki cepat lelah.
b. Duduk
Pembuatan bangku dan meja kerja yang buruk atau mesin sering-
sering adalah penyebab kerja otot statis dan posisi tubuh yang tidak
alamiah. Maka syarat-syarat bangku kerja yang benar adalah sebagai
berikut :
(1) Tinggi area kerja harus sesuai sehingga pekerjaan dapat dilihat
dengan mudah dengan jarak optimal dan sikap duduk yang enak.
Makin kecil ukuran benda, makin dekat jarak lihat optimal dan
makin tinggi area kerja.
(2) Pegangan, handel, peralatan dan alat-alat pembantu kerja lainnya
harus ditempatkan sedemikian pada meja atau bangku kerja, agar
gerakan-gerakan yang paling sering dilakukan dalam keadaan fleksi.
(3) Kerja otot statis dapat dihilangkan atau sangat berkurang dengan
pemberian penunjang siku, lengan bagian bawah, atau tangan.
Topangan-topangan tersebut harus diberi bahan lembut dan dapat di
stel, sehingga sesuai bagi pemakainya.

Sikap kerja
(1) Tempat duduk
28

Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga orang


yang bekerja dengan sikap duduk mendapatkan kenyamanan dan
tidak mengalami penekanan-penekanan pada bagian tubuh yang
dapat mengganggu sirkulasi darah.
(2) Meja kerja
Tinggi permukaan atas meja dibuat setinggi siku dan
disesuaikan dengan sikap tubuh pada saat bekerja.
(3) Luas pandangan
Daerah pandangan yang jelas bila pekerja berdiri tegak dan
diukur dari tinggi mata adalah 0-30° vertical kebawah, dan 0-50°
horizontal ke kanan dan ke kiri
5. Merelakskan tubuh yang benar

Mengingat pentingnya kesegaran jasmani untuk kesehatan dan


produktivitas maka pembinaan kesegaran jasmani perlu mendapat perhatian
yang lebih, sungguh-sungguh baik berupa pelaksanaan, pembinaan
kesegaran jasmani yang khusus maupun melalui berbagai kegiatan olahraga.
Pembinaan kesegaran jasmani perlu dilaksanakan sejak seleksi karyawan
yang berupa tes kesegaran jasmani. Misalnya seperti pada contoh di atas ini.
6. Waktu bekerja dan istirahat yang baik
a. Lama bekerja
Lamanya pekerja dalam sehari yang baik pada umumnya 6 – 8 jam
sisanya untuk istirahat atau kehidupan dalam keluarga dan masyarakat.
Dalam hal lamanya kerja melebihi ketentuan-ketentuan yang ada, perlu
diatur istirahat khusus dengan mengadakan organisasi kerja secara
khusus pula.pengaturan kerja demikian bertujuan agar kemampuan
kerja dan kesegaran jasmani serta rohani dapat dipertahankan.
29

b. Istirahat
Terdapat 4 jenis istirahat yaitu :
(1) Istirahat secara spontan adalah istirahat pendek setelah
pembebanan
(2) Istirahat curian terjadi jika beban kerja tidak di imbangi oleh
kemampuan kerja.
(3) Istirahat yang ditetapkan adalah istirahat atas dasar ketentuan
perundang – undangan.
(4) Istirahat oleh karena proses kerja tergantung dari bekerjanya
mesin peralatan atau prosedur – prosedur kerja.

Dampak Sikap Kerja Yang Tidak Sesuai Ergonomis Dan Rekomendasi Yang
Sesuai Agar Dapat Meminimalisir Dampak Yang Ditimbulkan
1. Keluhan Muskuloskeletal :
Keluhan Muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian otot skeletal
yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat
sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang
lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen
dan tendon. Keluhan hingga kerusakan ini biasanya diistilahkan dengan
keluhan musculoskeletal disorders atau cedera pada sistem muskuloskeletal.
Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua (Tarwaka,
2004), yaitu :
(a) Keluhan sementara (reversible)
Keluhan sementara yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot
menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang
apabila pembebanan dihentikan.
(b) Keluhan menetap (persistent)
Keluhan menetap yaitu keluhan otot yang bersifat menetap.
Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot
masih terus berlanjut. Hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang
sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher,
bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot – otot bagian
30

bawah. Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot
yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan
durasi pembebanan yang panjang.

Penyebab Keluhan Muskuloskeletal


Menurut Peter Vi (2000) yang dikutip oleh Rizki (2007) menjelaskan
bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan
otot skeletal, yaitu :
(a) Peregangan Otot yang Berlebihan
Peregangan otot yang berlebihan pada umumnya sering dikeluhkan
oleh pekerja dimana aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang
besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik dan menahan
beban yang berat. Peregangan otot yang berlebihan ini terjadi karena
pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot.
Apabila hal serupa sering dilakukan, maka dapat mempertinggi resiko
terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cedera otot
skeleletal.

(b) Aktivitas Berulang


Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus -
menerus seperti pekerjaan mencangkul, membelah kayu besar, angkat –
angkut dan lain – lain. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan
akibat beban kerja secara terus –menerus tanpa memperoleh kesempatan
untuk relaksasi.
Keluhan lainnya antara lain :
(a) Keluhan kepala, leher, bahu, pinggang, bokong, lengan, tangan, lutut, kaki,
dan paha akibat posisi atau sikap kerja yang tidak sesuai ergonomi.
(b) Kelelahann fisik akibat kerja terlalu berat(misalnya mengangkat beban
secara berlebihan).
31

Pada suatu kondisi kerja tertentu menggambarkan kecenderungan


untuk mengalami beberapa keluhan antara lain :
(a) Algias: penyakit pada juru ketik, sekretaris, pekerja yang postur tubuhnya
membungkuk ke depan, vertebral syndrome pada pembawa barang,
pengantar barang & penerjun payung.
(b) Osteo articulardeiatins: scoliosis pada pemain violin & operator pekerja
bangku, bungkuk (kifosis) pada buuh pelabuhan dan pembawa/pemikul
keranjang, datarnya telapak kaki pada para penunggu, pembuat roti dan
pemangkas rambut.
(c) Rasa nyeri pada otot dan tendon: rusaknya tendon achiles bagi para penari,
tendon para ekstensor panjang bagi para drummer, tenosynovitis pada
pemoles kaca, pemain piano dan tukang kayu.
(d) Iritasi pada cabang saraf tepi: saraf ulnar bagi para pengemudi kendaraan,
tukang kunci, tukang pande besi, reparasi arloji, enjilidan buku, pemotong
kaca, dan pengendara sepeda.
Dari berbagai keluhan diatas, maka akan muncul CTD (Cummulative
Trauma Disorder), yaitu trauma dari keadaan yang tidak teratur. Gejala ini
muncul karena terkumpulnya kerusakan kecil akibat trauma berulang yang
membentuk kerusakan cukup besar untuk menimbulkan rasa sakit. Trauma pada
jaringan timbul karena:
 Overexertion: Proses penggunaan yang berlebihan.
 Overstretching: Proses peregangan yang berlebihan.
 Overcompression: Proses penekanan yang berlebihan.
Contoh – contoh dari CTD:
 Tendinitis (tendon yang meradang & nyeri)
 Rotator Cuff Tendinitis (satu atau lebih RCT pd bahu meradang)
 Tenosynovitis (pembengkakan pada tendon & sarung tendon)
 Carpal Tunnel Syndrome
 Epicondylitis (peradangan pada tendon di siku).
32

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan survey awal dan penyuluhan ergonomi yang kami lakukan


dengan sasaran cleaning service dan security di lingkungan Universitas
Nahdlatul Ulama Surabaya dapat disimpulkan:
1. Responden petugas cleaning service yang pekerjaan sehari-harinya
mengepel, menyapu, bersih-bersih kaca , naik turun tangga dan angkat
barang-barang, keseluruhannya mereka mengeluh lelah setelah berkerja dan
tidak mengerti cara ergonomi angkat barang dengan benar.
33

2. Responden security yang pekerjaan sehari-hari berjaga di pos satpam di


UNUSA dengan duduk maupun berdiri , patroli pada malam hari selama 2
jam sekali dari lantai 1 sampai 6, membantu tukang parkir merapikan parkir
sepeda motor, membantu mengangkat barang, dan keseluruhannya mereka
mengeluh capek di pundak, kaki, pusing saat shift malam, mata lelah,
terkadang bergantian (yang satu tidur, yang satunya lagi jaga), tidurnya
dengan posisi duduk bersandar di kursi sehingga mudah terbangun.

Dari hal tersebut maka kami melakukan penyuluhan ergonomi tentang :


1. Mengangkat barang yang benar : Beban yang terlalu berat dapat
menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot, dan persendian akibat
gerakan yang berlebihan sehingga diharapkan para responden tidak mudah
lelah dan cedera karena sudah diberikan penyuluhan.
2. Berdiri dan duduk yang benar : Sikap kerja dengan berdiri tidak benar dapat
menimbulkan keluhan subjektif dan juga kelelahan bila sikap kerja ,
sehingga diharapkan pada responden menerapkan dalam pekerjaannya
karena sudah diberikan penyuluhan.
3. Naik turun tangga yang benar : karena pekerjaan para responden rata-rata
memakai tangga maka dari itu dilakukan penyuluhan naik turun tangga
sehingga diharapkan agar lebih berhati-hati dan meminimalisir trauma dan
cedera.
4. Merelakskan otot : hal ini diberikan penyuluhan karena diharapkan bisa
membantu meredahkan keluhan lelah.

B. SARAN
1. Perlu dilakukan penyuluhan berkelanjutan kepada para responden agar
responden lebih memahami dan selalu menerapkannya.
2. Agar lebih efektif maka penyuluhan ini perlu di lakukan evaluasi setiap
bulannya bukan hanya perminggu.
34

DAFTAR PUSTAKA

HSE. 2012. Manual material handling at work: a brief guide, Health Safety
Executive [http://www.hse.gov.uk/pubns/indg143.pdf].
Manuaba, A. 2007. Ergonomi Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
National Institute for Occupational Savety and Health. 2007. Ergonomic Guideline
for Manual Material Handling. Columbia: Columbia Parkway.
Nurmianto, Eko. 2005. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Guna
Widya.
Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI
Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI. 2010. Ergonomi.
http://www.searo.who.int, diakses 22 Mei 2018.
35

Rizki, A. 2007. Gambaran Sikap Kerja Terhadap Keluhan Kesehatan Pekerja


Tukang Sepatu di Pusat Industri Kecil (PIK) Menteng Medan Tahun 2007.
Medan : Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.
Suma’mur. 1989. Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja. Jakarta: PT Temprint.
Sutalaksana, I. 2006. Teknik Perancangan Sistem Kerja. Bandung: ITB.
Tarwaka, Sholichul, Lilik Sudiajeng. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan,
Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta : UNIBA PRESS.
Tarwaka. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3): Implementasi K3 di
Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.

You might also like