You are on page 1of 29

MAKALAH ERGONOMI

DI RUMAH SAKIT TIPE D


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari
Mata Kuliah MUK-II (Ergonomi)

Disusun oleh:

Kelompok 4
Dila Susanti E71161030
Jihan Nur Rachman E71161036
M. Nopriansyah Rizki E71161039
Nurlana Aisyah Fitri E71161042
Yulia Oktasya E71161052

Dosen Pengajar : Yeti Suryati, M.M.Kes.

D-III REKAM MEDIK DAN INFORMASI


KESEHATAN
POLITEKNIK TEDC BANDUNG 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

rahmat dan karunia-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah

tentang Ergonomi di Rumah Sakit Tipe D ini tepat pada waktunya.

Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi tenaga pengajar maupun

peserta didik di pendidikan Politeknik TEDC Bandung dalam usaha meningkatkan

mutu pelayanan kesehatan umumnya.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik

dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca yang

bersifat membangun menuju perbaikan sangat kami harapkan. Akhir kata semoga

laporan makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Cimahi, April 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata pengantar ................................................................................................... i

Daftar isi ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1

A. Latar Belakang ...................................................................................1

B. Rumusan masalah ..............................................................................2

C. Tujuan ................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................3

A. Pengertian Ergonomi .........................................................................3

B. Ruang Lingkup Ergonomi .................................................................4

C. Metode Ergonomi ..............................................................................6

D. Aplikasi/Penerapan Ergonomi ...........................................................6

E. Prinsip Dasar Ergonomi dalam Aktifitas Kerja ................................10

F. Perilaku Kerja ...................................................................................16

G. Ergonomi pada Rumah Sakit Tipe D ................................................19

BAB III PENUTUP .........................................................................................24

Kesimpulan .............................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada era globalisasi ini masih banyak perusahaan/industri baik sektor formal
maupun informal yang belum menempatkan ergonomi sebagai prioritas dalam
merancang lingkungan kerja. Hal ini karena ergonomi dianggap tidak penting
bahkan disangka sebagai pemborosan keuangan. Padahal sebagai sumber daya
terpenting dalam organisasi, pekerja sudah seharusnya dijamin aksesnya untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan guna mencapai derajat kesehatan semaksimal
mungkin sekaligus dilindungi dari pengaruh buruk yang merugikan karena
pemajanan yang bahaya potensial terhadap kesehatan di tempat kerja.

Di Indonesia, tingkat kecelakaan kerja relatif tinggi dan mengalami kenaikan


setiap tahun. Hal ini disebabkan bertambahnya jumlah tenaga kerja dengan tidak
diikuti pengawasan yang baik, sehingga muncul persoalanpersoalan yang memicu
terjadinya kecelakaan kerja (Purnomo, 2013:1).

Berdasarkan hal tersebut, perlu dikembangkan dan ditingkatkan upaya


promosi dan preventif dalam rangka menekan serendah mungkin risiko penyakit
yang timbul akibat pekerjaan atau lingkungan kerja misalnya salah satunya yakni
membenahi dari sektor ergonomi karena tingkat keamanan, kenyamanan,
kesehatan, dan keselamatan pekerja harus diperhatikan untuk meningkatkan
produktivitas kerja.

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan upaya yang harus


diselenggarakan disemua tempat kerja. Khususnya tempat kerja yang berbahaya
bagi kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling
sedikit 10 orang (Menkes RI, 2007). Kesehatan kerja merupakan ilmu dan
penerapannya berkaitan dengan mesin, alat, bahan dan proses kerja guna
menjamin keselamatan tenaga kerja atau kerugian lainnya (Budiono, 2003).

Semua pekerja mengharapkan kesehatan yang optimal supaya bisa bekerja


sebagaimana mestinya untuk memberikan pelayanan yang baik dan hasil

1
maksimal di tempat kerjanya. Hal ini dapat diwujudkan apabila suatu tempat kerja
telah menerapkan peraturan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dengan baik
dan benar. Tempat kerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko
diantaranya: faktor fisik, kimia, biologi dan ergonomi. Faktor ergonomik tersebut
meliputi sikap tubuh, pergerakan, pencahayaan, serta penerapan dan pembagian
waktu. Penerapan dan pembagian waktu kerja yang baik dapat menentukan
effisiensi dan produktivitas dalam bekerja (Wijaya, 2005).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Ergonomi?
2. Apa sajakah ruang lingkup Ergonomi?
3. Apa sajakah metode Ergonomi?
4. Bagaimana aplikasi atau penerapan Ergonomi?
5. Bagaimana Prinsip dasar Ergonomi dalam Aktifitas kerja?
6. Bagaimana yang dimaksud dengan perilaku kerja?
7. Bagaimana ergonomi pada Rumah Sakit Tipe D?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian ergonomi.
2. Untuk mengetahui apa saja ruang lingkup ergonomi.
3. Untuk mengetahui metode-metode ergonomi.
4. Untuk mengetahui bagaimana aplikasi atau penerapan ergonomi.
5. Untuk mengetahui Prinsip dasar Ergonomi dalam Aktifitas kerja
6. Untuk mengetahui perilaku kerja.
7. Untuk mengetahui bagaimana ergonomi oada Rumah Sakit Tipe D.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ergonomi
Ergonomi berasal dari kata-kata dalam bahasa yunani yaitu ergos yang berarti
kerja dan nomos yaitu berarti ilmu, sehingga secara harfiah dapat dikatakan
sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan pekerjaannya.
Sedangkan beberapa ahli mendefinisikan ergonomi sebagai berikut (Solichin,
2014:153-156):
1. Menurut Sri Tomo W.S ergonomi merupakan disiplin ilmu yang
mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya.
2. Menurut Mc Coinick ergonomi dapat dilakukan dengan cara
menjabarkannya dalam fokus,tujuan dan pendekatan mengenai ergonomi.
3. Capains mengatakan bahwa ergonomi adalah ilmu untuk menggali dan
mengaplikasikan informasi-informasi mengenai perilaku manusia,
kemampuan, keterbatasan dan karakteristik manusia lainnya untuk
merancang peralatan, sistem, pekerjaan dan lingkungan untuk
meningkatkan produktivitas, keselamatan, kenyamanan dan efektifitas
pekerjaan manusia.
4. Menurut Mc Cormicks dan Sanders membagi ergonomi ke dalam tiga
pendekatan yaitu:
a. Fokus utama yaitu mempertimbangkan manusia dalam perancangan
benda kerja, prosedur kerja, dan lingkungan kerja.
b. Tujuan yaitu ergonomi mempunyai dua tujuan yaitu meningkatkan
efektifitas dan efisiensi pekerjaan dan aktifitas-aktifitas lainnya serta
meningkatkan nilai-nilai tertentu yang diinginkan dari pekerjaan
tersebut.
c. Pendekatan utama yaitu mencakup aplikasi sistematik dari informasi
yang relevan tentang kemampuan, keterbatasan, karakteristik, perilaku
dan motivasi manusia terhadap desain produk dan prosedur yang
digunakan serta lingkungan tempat menggunakannya.

3
Ditinjau dari fakta historis, ergonomi telah menyatu dengan manusia sejak
zaman megalitik, dalam proses perancangan dan pembuatan benda-benda seperti
alat kerja dan barang buatan sesuai dengan kebutuhan manusia pada zamannya
(Kuswana, 2014:1-2).
Jadi ergonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam
kaitannya dengan pekerjaan mereka. Atau bisa diartikan dengan penyesuaian
tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia yang berkaitan tentang aspek-
aspek manusia dalam lingkungan kerja yang ditinjau secara anatomi, psikologi,
enginerring, dan manajemen.

B. Ruang Lingkup Ergonomi


Aktifitas kerja dalam jabatan, dituntut sesuai kemampuan dan keterbatasan
yang dimiliki para pegawai. Oleh karena itu, para perancang sistem pelayanan
melakukan berbagai analisis terkait dengan jenis tugas, gerakan tubuh yang
diperlukan dan batas kemampuan menerima beban.
Ditinjau dari kepentingan praksis, manajemen sumber daya manusia di
industri adalah sebagai berikut (Kuswana, 2014):
1. Menentukan prasyarat terkait dengan kebutuhan calon tenaga kerja.
2. Upaya peningkatan kapasitas kebutuhan pekerja selaras dengan tuntutan
kompetensi kerja, melalui pendidikan dan pelatihan tertentu.
3. Upaya perbaikan kinerja sesuai dengan hasil identifikasi dan penilaian
pekerja.
4. Upaya peningkatan kesigapan dan kewaspadaan dalam melaksanakan
keselamatan dan kesehatan kerja.
5. Memelihara fisik dan mental sebagai sumber dan tujuan kesejahteraan
pekerja dalam upaya pencapaian produktivitas.

Ditinjau dari kepentingan ilmiah yang dapat memberikan kontribusi pada


praksis industri melalui penelitian adalah sebagai berikut (Kuswana, 2014):
1. Penelitian Interface
Interface (perangkat antara), yang mengidentifikasi, menganalisis, dan
mengkaji mengenai informasi tentang suatu lingkungan serta

4
mendeskripsikannya dengan simbol-simbol, tanda-tanda, lambang, dan
angka-angka, peta dan variabel (waktu dan jarak) serta konstanta lainnya
2. Kekuatan Fisik Pekerja
Penelitian tentang aktifitas pelayanan sistem kerja, melalui pengukuran
dan menganalisis gerakan fisik, beban yang diterima, dan peralatan yang
diperoleh dalam objek pekerjaan. Data yang diperoleh dijadikan bahan
perancangan peralatan kerja sesuai dengan rata-rata kemampuan fisik para
pekerja.
3. Dimensi dan Bentuk Tempat Kerja
Penelitian mengenai dimensi dan bentuk ruang tempat kerja, dimensi
ukuran kebutuhan para pekerja, jenis pekerjaan, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi karakteristik aktifitas kerja.
4. Lingkungan Kerja
Penelitian mengenai kondisi lingkungan tempat kerja, seperti
pengaturan pencahayaan, ventilasi udara, dan faktor yang mempengaruhi
fisik pekerja seperti kebisingan, getaran, temperatur, dan limbah cairan
kimia.

Menurut Napitupulu (2009), ruang lingkup ergonomi tebagi menjadi 4, yakni


sebagai berikut:
1. Ergonomi fisik
Berkaitan dengan anatomi tubuh manusia, anthropometri, karakteristik
fisiologi dan biomekanikan yang berhubungan dengan aktifitas fisik.
2. Ergonomi kognitif
Berkaitan dengan proses mental manusia, termasuk di dalamnya yakni
persepsi, ingatan, dan reaksi sebagai akibat dari interaksi manusia terhadap
pemakaian elemen sistem.
3. Ergonomi organisasi
Berkaitan dengan optimalisasi struktur organisasi, kebijakan dan
proses.
4. Ergonomi lingkungan
Berkaitan dengan pencahayaan, temperatur, kebisingan, dan getaran.

5
C. Metode Ergonomi
Menurut Solichin dkk. (2014:158), metode ergonomi terbagi menjadi 3 yakni
sebagai berikut:
1. Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi
tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomic checklist
dan pengukuran lingkungan kerja lainnya.
2. Treatment, pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada
saat diagnosis. Terkadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel,
letak pencahayaan atau jendela yang sesuai, serta membeli furniture sesuai
dengan dimensi fisik pekerja.
3. Follow-up, dengan evaluasi yang subjektif atau objektif, subjektif
misalnya dnegan menanyakan keamanan, bagian badan yang sakit, nyeri
bahu dan siku, keletihan, sakit kepala, dan lain-lain. Secara objektif
misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka
kecelakaan, dan lain-lain.

D. Aplikasi/Penerapan Ergonomi
1. Kerja Duduk
Ditinjau dari aspek kesehatan, bekerja ada posisi duduk yang
memerlukan waktu lama dapat menimbulkan otot perut semakin elastis,
tulang belakang melengkung, otot bagian mata terkonsentrasi sehingga
cepat merasa lelah. Kejadian tersebut jika tidak diimbangi dengan tempat
duduk yang tidak memberikan keleluasaan gerak atau alih pandang yang
memadai tidak menutup kemungkinan terjadi gangguan bagian punggung
belakang, ginjal, dan mata. Berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan
dalam melaksanakan pekerjaan dengan duduk (Kuswana, 2014):
a. Duduk bergantian dengan berdiri dan berjalan, duduk dalam waktu
yang relatif lama harus dihindari karena akan berpengaruh pada
kesehatan. Saat duduk, leher dan punggung mengalami tekanan
berkepanjangan yang dapat menyebabkan keluhan leher dan punggung.

6
Tugas yang membutuhkan duduk berkepanjangan harus diselingi
dengan tugas-tugas yang dilakukan dengan postur berdiri atau berjalan.

b. Ketinggian kursi dan sandaran kursi harus disesuaikan, ketinggian


kursi harus dipilih sedemikian rupa sehingga ketika duduk, bagian
belakang lutut tidak sempit. Sandaran harus memberikan kenyamanan
terutama untuk punggung bagian bawah (untuk orang dewasa di
Inggris, rentang pengaturan minimal harus 10 cm antara ketinggian 20
dan 30 cm). bagian bawah sandaran harus diberi bentuk cembung
untuk menjaga lekukan punggung bawah. Selain itu, kursi juga harus
dapat berputar untuk mengurangi kebutuhan memutar tubuh.

c. Karakteristik kursi secara spesifik ditentukan oleh jenis tugas, sebuah


kursi dengan sandaran lengan dapat dipilih jika dipandang tidak
mengahambat kegiatan. Sandaran lengan pada kursi berfungsi untuk
mendukung berat lengan dan berguna ketika bangkit dari kursi.
Sandaran lengan harus endek untuk memungkinkan dekat ke meja.
Untuk tugas dimana tubuh tehindarkan membungkuk ke depan, miring
ke depan terbatas (maksimum 20o) dianggap menguntungkan karena
mencegah punggung bawah melengkung.

d. Ketinggian bekerja bergantung pada tugas

Tipe Tugas Ketinggian Kerja

Penggunaan mata: sering; 10-30 cm di bawah ketinggian


penggunaan tangan/lengan: jarang mata

Penggunaan mata: sering;


0-15 cm di atas tinggi siku
penggunaan tangan/lengan: sering
Pernggunaan mata: jarang;
0-30 cm di bawah tinggi siku
penggunaan tangan/lengan: sering

e. Gunakan sandaran kaki jika tinggi pekerjaan tetap, jika ketinggian


kerja tidak dapat disesuaikan oleh pengguna, seperti pada mesin,

7
permukaan kerja yang relative tinggi harus dipilih sesuai dengan
tinggi pengguna. Ketinggian kursi kemudian harus disesuaikan dengan
permukaan kerja.. ketinggian kaki juga harus disesuaikan dengan
menggunakan pijakan kaki yang cocok.

f. Hindari jangkauan berlebihan, benda kerja, alat, dan kontrol yang


digunakan secara teratur harus ditempatkan di depan atau di dekat
tubuh. Jangkauan yang ditoleransi dalam pekerjaan duduk maupun
berdiri maksimal 50 cm.

g. Pilih permukaan kerja miring untuk membaca, sebuah permukaan


kerja miring membawa pekerjaan ke mata bukan sebaliknya. Dalam
tugas yang tidak memerlukan pekerjaan manual, seperti membaca,
membungkukkan kepala dan batang leher ke depan dapat dikurangi
dengan menggunakan kemiringan permukaan kerja minimal 45o untuk
melihat. Untuk tugas yang menggunakan mata dan tangan, kemiringan
permukaan kerja sekitar 15o.

h. Berikan ruang kaki yang memadai, ruang kaki yang cukup harus
disediakan di bawah permukaan tempat kerja. Lebar sekitar 60 cm,
kedalaman minimal 40 cm dan bagian lutut sekitar 100 cm. hal ini
digunakan untuk meregangkan kaki sesekali duduk untuk waktu yang
lama. Untuk memiliki ruang yang cukup antara bawah permukaan
kerja dan bagian atas kaki, ketebalan permukaan kerja tidak boleh
lebih dari 3 cm.

2. Kerja Berdiri
Postur tubuh dalam pekerjaan berdiri merupakan suatu totalitas
perilaku kesiagaan dalam menjaga keseimbangan fisik dan mental.
Kecenderungan lainnya adalah memerlukan tenaga yang lebih besar
dibandingkan dengan posisi duduk mengingat kaki sebagai tumpuan tubuh.
berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan dalam posisi kerja berdiri
(Kuswana, 2014):

8
a. Berdiri bergantian dengan duduk dan berjalan. Tugas yang harus
dilakukan dalam waktu lama dengan posisi berdiri harus diselingi
dengan tugas yang dapat dilakukan dengan duduk dan berjalan.

b. Ketinggian meja kerja harus disesuaikan. Ketinggian meja kerja harus


disesuaikan dengan jenis pekerjaan. Ketinggian meja maksimal untuk
pria adalah 110 cm dan wanita adalah 105 cm, sedangkan ketinggian
meja minimal untuk pria adalah 90 cm dan untuk wanita adalah 85 cm.

c. Menyediakan cukup ruang untuk kaki. Antara bagian tengah meja


harus lebih lebar 5 cm dengan tumpuan meja. Antara sandaran meja
dan jarak lantai minimal 75 cm.

d. Hindari jangkauan berlebihan. benda kerja, alat, dan kontrol yang


digunakan secara teratur harus ditempatkan di depan atau di dekat
tubuh. Jangkauan yang ditoleransi dalam pekerjaan duduk maupun
berdiri maksimal 50 cm. pilih permukaan kerja yang miring untuk
membaca tugas.

e. Postur tangan dan lengan. Bekerja untuk jangka waktu yang lama
dengan tangan dan lengan dalam sikap tubuh yang buruk dapat
menyebabkan keluhan spesifik dari pergelangan tangan, siku, dan
bahu. Masalah ini timbul terutama dari handling alat.

f. Pilih model alat yang tepat. Sebuah alat tertentu sering tersedia dalam
berbagai model. Pilih model yang palin cocok untuk tugas dan postur
tubuh agar tidak terjadi permasalahan di persendian. Bila
menggunakan alat genggam, pergelangan tangan harus dijaga selurus
mungkin.

g. Alat genggam tidak boleh terlalu berat. Alat genggam yang masih bisa
ditoleransi beratnya adalah sekitar 2 kg.

h. Penjagaan alat. Alat kerja harus dijaga kualitasnya agar tidak


membutuhkan kekuatan yang besar dalam penggunaannya.

9
i. Bentuk genggaman. Bentuk dan lokasi genggaman di troli, mesin, dan
sebagainya harus mempertimbangkan posisi tangan dan lengan. Jika
seluruh tangan digunakan untuk mengerahkan kekuatan, handgrip
harus memiliki diameter sekitar 3 cm dan panjang sekitar 10 cm.
pegangannya harus agak cembung untuk meningkatkan kontak
permukaan dengan tangan.

j. Hindari melaksanakan tugas di atas bahu. Tangan dan siku harus


berada jauh di bawah bahu ketika melaksanakan tugas. Jika pekerjaan
di atas permukaan bahu tidak dapat dihindari, durasi kerja harus
terbatas dengan diselingi oleh istirahat teratur.

k. Hindari bekerja dengan tangan di belakang tubuh. Posisi tangan dan


lengan di belakang tubuh menimbulkan gangguan, misalnya nyeri
pada bagian lengan atas dan dikhawatirkan terjadi disposisi sendi
(terkilir).

E. Prinsip Dasar Ergonomi dalam Aktifitas Kerja


1. Bekerja di postur netral

Memposisikan “S-kurva” tulang

belakang.

Ketika berdiri, meletakkan satu kaki


di atas sandaran kaki membantu
untuk menjaga tulang belakang
dalam keselarasan.
Lumbar support yang baik sering
membantu untuk menjaga kurva
yang tepat di punggung anda.

10
Membungkuk menciptakan banyak
tekanan pada tulang belakang.

Menggunakan kondisi miring untuk


membaca

Menjaga leher tetap selaras. Lama


postur memutar dan
membungkukkan leher dapat
menyebabkan stress.

Menjaga siku tetap dalam kondisi


netral untuk membuat siku dan bahu
santai.

Seharusnya melakukan pekerjaan


dengan tidak membungkukkan bahu
dan tidak megeluarkan siku.

Pada saat memainkan mouse,


pergelangan tangan harus sejajar
dengan mouse, bila perlu
menggunakan bantalan yang empuk.
Memegang kemudi mobil yang baik.

Prinsip pemakaian alat yang


disesuaikan dengan postur tubuh.

11
2. Mengurangi angkatan beban berlebihan
Kekuatan yang berlebihan pada sendi dapat membuat potensi kelelahan
dan cedera. Metode mengangkat beban menurut Solichin dkk. (2014) adalah
sebagai berikut:
a. Otot lengan lebih banyak digunakan daripada otot punggung.
b. Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum
berat badan.
3. Jangkauan

Konsep semilingkaran yang


membuat lengan mudah menjangkau
benda/objek.

Posisi siku yang tidak sesuai.

Seharusnya permukaan meja sesuai


standard.

Mengusahakan cara untuk tidak


bekerja dengan mengangkat bahu.

4. Bekerja pada ketinggian siku


Sebagian besar pekerjaan seharusnya
dilakukan pada sekitar tinggi siku,
baik duduk maupun berdiri.

12
Pekerjaan yang lebih berat sering
lebih baik dilakukan dengan lebih
rendah dari siku.

Menyesuaikan kondisi dengan


menggunakan pijakan kaki.

5. Mengurangi gerakan berlebihan

Mengganti alat manual dengan alat


listrik.

Mengubah layout peralatan untuk


menghilangkan gerakan.

Menghilangkan atau mengubah


permukaan yang tidak rata.

6. Meminimalkan kelelahan dan beban statis

Tidak perlu memegang pensil atau


bullpoin terlalu erat dalam jangka
waktu yang lama.

Menggunakan fixture menghilangkan


kebutuhan untuk memegang bagian.

13
Dapat menambahkan extender untuk
alat sehingga tidak menambah beban
statis pada otot bahu.

Sebaiknya menggunakan sandaran


kaki agar tidak mengalami kelelahan
saat berdiri.

7. Meminimalkan tekanan pada satu titik

Menambahkan pegangan empuk pada


alat.

Menyandarkan lengan pada tepian


meja yang tidak runcing.

Seharusnya duduk antara paha dan


bagian bawah meja. Kursi yang baik
adalah kursi yang memiliki bantalan.

Menggunakan sol yang tepat apabila


bekerja di lantai yang keras.

14
8. Memiliki cukup clearance

Wilayah kerja perlu diatur sehingga


memiliki ruang yang cukup untuk
kepala, lutut, dan kaki.

Tidak ada sesuatu yang menghalangi


pandangan saat melakukan pekerjaan.

9. Pindah gerak dan peregangan

Otot harus dilatih dan detak jantung


membutuhkan elevasi periodik.

Perlu menggeser postur ketika duduk


dalam jangka waktu yang lama.

Bergantian antara duduk dan berdiri


pada saat melakukan pekerjaan.

10. Menjaga kenyamanan lingkungan

Pencahayaan yang baik.

Menggunakan task lighting

15
Alat getar, misalnya bor

11. Meningkatkan organisasi kerja pekerjaan harus diatur dengan berbagai


cara, misalnya:
a. Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun;
b. Frekuensi pergerakan diminimalisasi;
c. Jarak mengangkat beban dikurangi;
d. Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan
mengangkatnya tidak terlalu tinggi;
e. Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.

F. Perilaku Kerja
Perilaku kerja adalah perilaku diterjemahkan dari kata bahasa inggris
behavior dan kata tersebut sering dipergunakan dalam bahasa sehari-hari, namun
seringkali pengertian perilaku ditafsirkan secara berbeda-beda antara satu orang
dengan yang lainnya. Perilaku juga sering diartikan sebagai tindakan atau kegiatan
yang ditampilkan seseorang dalam hubungannya dengan orang lain dan
lingkungan di sekitarnya, atau bagaimana manusia beradaptasi terhadap
lingkungannya.
Perilaku pada hakekatnya adalah aktifitas atau kegiatan nyata yang
ditampilkan seseorang yang dapat teramati secara langsung maupun tidak
langsung . perilaku kerja adalah tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan
faktor-faktor kerja. Perilaku kerja ada dua yaitu: perilaku kerja yang baik dan
perilaku kerja yang buruk.
1. Perilaku kerja yang baik
Jenis dan perilaku kerja yang harus diperhatikan oleh para pekerja
untuk mencapai keberhasilan di dalam kerja atau bisnisnya antara lain
meliputi hal-hal berikut ini:

16
a. Kerja Ikhlas
Kerja ikhlas adalah bekerja dengan bersungguh-sungguh, dapat
menghasilkakn sesuau yang baik dan dilandasi dengan hati yang
tulus. Contoh: seorang buruh pabrik yang bekerja dengan upah yang
pas-pasan, namuun tetap bekerja dengan baik melaksanakan
pekerjaan dengan tulus dan semata-mata merupakan pengabdian
kepada pekerjaannya yang menghasilkan uang untuk keperluan
hidup keluarga.

b. Kerja Mawas Terhadap Emosiaonal


Kerja mawas terhadap emosional adalah bekerja dengan tidak
terpengaruh oleh perasaan/kemarahan yang sedang melanda jiwanya.
Seorang pekerja, di rumah mempunyai masalah dengan keluarganya.
Di perusahaannya, ada pegawainya yang melakukan kesalahn. Maka
sebagai pemimpin atau pemilik usaha maka dapat membedakan
maslah pribadi dengan maslah pekerjan. Cara pemecahannya harus
tetap rasional dan tidak emosional.

c. Kerja Cerdas
Kerja cerdas adalah bahwa di dalam bekerja kita harus pandai
memperhitungkan resiko, mampu melihat peluang dan dapat mencari
solusi sehingga dapat mencapai keuntungan yang diharapkan.
Perilaku/sikap cerdas dalam melakukan pekerjaannya menggunakan
teknologi yang tepat, menggunakan konsep hitung menghitung,
memakai atau menggunakan bahasa global, pandai berkomunikasi
dan pandai pula mengelola informasi.

d. Kerja Keras
Kerja keras adalah dalam bekerja kita harus mempunyai sifat
mampu bekerja keras atau gila kerja untuk mencapai sasaran yang
ingin dicapai. Mereka dapat memanfaatkan waktu yang optimal
sehingga kadang-kadang tidak mengenal waktu, jarak serta kesulitan

17
yang dihadapi. Dalam bekerja mereka penuh semangat dan berusaha
keras untuk meraih hasil yang baik dan maksimal.

e. Kerja Tuntas
Kerja tuntas adalah di dalam berkerja mmapu mengorgaisasikan
kerjanya secara terpadu dari awal sampai akhir untuk dapat
menghasilkan hasil kerja yang maksimal.

2. Perilaku kerja yang buruk


Perilaku kerja yang buruk adalah perilaku kerja yang tidak baik
ditujukan oleh perkerja. Berikut adalah 5 perilaku buruk yang dikemukaan
dalam buku karangannya Sylvia La Fair yaitu:

a. Penganiaya (Persecutor)
Orang jenis ini tak segan mengatur hal-hal kecil dan
memperhatikan pelanggaran-pelanggaran orang lain. Beberapa
cirinya adalah email pasif-agresif yang cenderung menyalahkan
orang lain. Mengapa terjadi? Orang seperti ini tumbuh dengan
pelecehan atau pengabaian dari orang tua.

b. Pura-pura (denier)
Karyawan tioe ini tidak realistis dan berpura-pura tidak ada
masalah dalam pekerjaan kantor maupun kondisi kantor. Saat
keuangan kantor mengalami kerugian dan krisis berat, pendapat

sebagian besar orang adalh “Perusahaan akan bangkrut”. Mereka

akan keukeuh dengan ucapan, “Akan ada bonus untuk semua orang!”

Kemungkinan terbesar dari tipe orang ini adalh mreka berasal dari
eluarga yang takut membicarakan hal-hal tidak menyenangkan.

c. Penghindar (Avoider)
Dia adalh orang pertama yang menghindar atau keluar kantor

setiap kali akan berlangsung rapat yang akan menyampaikan‘berita

18
buruk’ atau menjelang deadline. Sebabnya, di masa kanak-kanak,

orang tua mereka terlau menghakimi atau tidak memliki hubungan


kuat dengan orang tua.

d. Si Berprestasi (Super Achiever)


Orang seperti ini mendorong diri agar terus unggul dalam
segala hal. Mereka memimpikan untuk selalu meraih keuntungan
bagi dirinya. Orang sepeeti ini akan merasa gagal jika ada hal yang
menyiratkan bahwa mereka telah melakukan kesalahan. Jadi, sekuat
tenaga, tipe seperti ini akan beurusaha membuat orang lain terlihat
buruk. Di masa kecil, biasanya orang seperti ini memiliki
pengalaman rasa malu atau tragedi dalam keluarga. Maka mereka
berusaha menebusnya dengan sgala cara.

e. Martir
Orang ini melakukan pekerjaan semua orang. Mereka datang
lebih awal setiap har dan bekerja lembur setiap malam. Mereka juaga
bangga dan selalu menceritakannya kepada semua orang. Alasan
utama dari perilaku pekerja jenis ini adalah di masa kecil mereka
mencoba untuk menyenangkan orang tua yang tidak menyukai
impian mereka.

G. Ergonomi pada Rumah Sakit Tipe D


1. Pengertian
Rumah sakit kelas D adalah rumah sakit yang bersifat transisi
karena pada satu saat akan ditingkatkan menjadi rumah sakit kelas C.
Kemampuan rumah sakit kelas D hanya memberikan pelayanan
kedokteran umum dan kedokteran gigi. Rumah sakit kelas D juga
menampung pelayanan rujukan yang berasal dari puskemas.
Struktur rumah sakit tipe D, yaitu :
a. RSU Kelas D dipimpin oleh seorang Kepala disebut Direktur.
b. Direktur membawahi 2 (dua) Seksi dan 3 (tiga) Subbagian.

19
c. Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi
d. Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Kelas D

2. Pelayanan
Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum Kelas /Tipe
D paling sedikit meliputi:

a. Pelayanan Medik
1) Pelayanan gawat darurat; harus diselenggarakan 24 (dua
puluh empat) jam sehari secara terus menerus.
2) Pelayanan medik umum; meliputi pelayanan medik dasar,
medik gigi mulut, kesehatan ibu dan anak, dan keluarga
berencana
3) Pelayanan medik spesialis dasar paling sedikit 2 (dua) dari 4
(empat) pelayanan medik spesialis dasar yang meliputi
pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, dan/atau
obstetri dan ginekologi.

20
4) Pelayanan medik spesialis penunjang. meliputi pelayanan
radiologi dan laboratorium

b. Pelayanan farmasi
Pelayanan Kefarmasian meliputi pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, dan
pelayanan farmasi klinik

c. Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan


Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan meliputi asuhan
keperawatan dan asuhan kebidanan

d. Pelayanan Penunjang Klinik


Pelayanan Penunjang Klinik meliputi pelayanan darah,
perawatan high care unit untuk semua golongan umur dan jenis
penyakit, gizi, sterilisasi instrumen dan rekam medik

e. Pelayanan Penunjang Nonklinik


Pelayanan Penunjang Nonklinik meliputi pelayanan
laundry/linen, jasa boga/dapur, teknik dan pemeliharaan
fasilitas, pengelolaan limbah, gudang, ambulans, sistem
informasi dan komunikasi, pemulasaraan jenazah, sistem
penanggulangan kebakaran, pengelolaan gas medik, dan
pengelolaan air bersih
f. Pelayanan Rawat Inap
1) Jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 30%
(tiga puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah
Sakit milik Pemerintah
2) Jumlah tempat tidur perawatan kelas III paling sedikit 20%
(dua puluh persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah
Sakit milik swasta
3) Jumlah tempat tidur perawatan intensif sebanyak 5% (lima
persen) dari seluruh tempat tidur untuk Rumah Sakit milik
Pemerintah dan Rumah Sakit milik swasta

21
3. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia (SDM) rumah sakit umum kelas /Tipe D
terdiri atas:

a. Tenaga Medis
1) 4 (empat) dokter umum untuk pelayanan medik dasar
2) 1 (satu) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi
mulut
3) 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis dasar

b. Tenaga Kefarmasian
1) 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala instalasi farmasi
Rumah Sakit
2) 1 (satu) apoteker yang bertugas di rawat inap dan rawat
jalan yang dibantu oleh paling sedikit 2 (dua) orang tenaga
teknis kefarmasian
3) 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator penerimaan,
distribusi dan produksi yang dapat merangkap melakukan
pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan
dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya
disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian
Rumah Sakit

c. Tenaga Keperawatan
Tenaga Keperawatan dihitung dengan perbandingan 2
(dua) perawat untuk 3 (tiga) tempat tidur, Kualifikasi dan
kompetensi tenaga keperawatan disesuaikan dengan kebutuhan
pelayanan rumah sakit.

d. Tenaga Kesehatan lain

22
Tenaga Kesehatan lain disesuaikan dengan kebutuhan
pelayanan Rumah Sakit.

e. Tenaga Nonkesehatan
Tenaga Nonkesehatan disesuaikan dengan kebutuhan
pelayanan Rumah Sakit.

4. Peralatan
Peralatan Rumah Sakit Umum kelas /Tipe D harus memenuhi
standar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yaitu
paling sedikit terdiri dari peralatan medis untuk instalasi gawat darurat,
rawat jalan, rawat inap, rawat intensif, rawat operasi, persalinan,
radiologi, laboratorium klinik, pelayanan

23
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Ergonomi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah manusia
dengan pekerjaannya. Di rumah sakit beban kerja sudah disesuaikan dengan shift
work dan kondisi pegawai saat bekerja. Dari kajian literatur dan berdasarkan
fakta-fakta lapangan diperoleh kesimpulan bahwa penerapan ergonomi memiliki
pengaruh yang signifikan pada efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja
karyawan di rumah sakit.

24
DAFTAR PUSTAKA

Kuswana, Wowo Sunaryo. 2014. Ergonomi dan Kesehatan Keselamatan Kerja.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Napitupulu, Natassia. 2009. Gambaran Penerapan Ergonomi, (Online),
(http://www.digilib.ui.ac.id/file?file=digital/126790-S-5669-
Gambaran%20penerapan-Literatur.pdf), diakses 28 Maret 2015.
Purnomo, Hari. 2013. Pemahaman Industri Terhadap Ergonomi Relatif
Rendah, (Online), (http://www.industrial.uii.ac.id/id/kegiatan-
akademik/learning-islamic-values/16-id/berita/188-pemahaman-industri-
terhadap-ergonomi-relatif-rendah.html), diakses 24 Maret 2015.
Solichin dkk. 2014. Dasar-Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Malang:
Universitas Negeri Malang.
http://ergonomi-fit.blogspot.com/2011/08/sejarah-ergonomi.html (01/03/2018 –
21:27)
http://www.ergonomics.org.uk/careers-advice/ (01/03/2018 – 21:27)
Dul, Jan and Bernard Weerdmeester. 2003. Ergonomics for Beginners : A
Quick Reference Guide. New York : Taylor and Francis Group
(01/03/2018 – 21:27)
https://labapkuinsuska.wordpress.com/2013/09/11/apa-itu-ergonomi/
(01/03/2018 – 21:28)
http://jackolitan.blogspot.co.id/p/pengertian-ergonomic-dan-penerapannya.html
(01/03/2018 – 21:28)
http://arief-nyak.blogspot.co.id/2011/03/apa-itu-ergonomi.html (01/03/2018 –
21:28)
https://www.slideshare.net/ferailma/pengaruh-ergonomi-terhadap-
produktivitas-kerja-karyawan-di-rumah-sakit(01/03/2018 – 21:28)

25
http://www.fkunissula.ac.id/index.php?option=com_docman&task=doc_downl
oad&gid=569&Itemid=67&lang=idhttp://www.pdpersi.co.id/kegiatan/trai
ning_k3rs.pdf http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_protect/---
protrav/---safework/documents/normativeinstrument/wcms_218602.pdf

26

You might also like