Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Kelompok 4
Dila Susanti E71161030
Jihan Nur Rachman E71161036
M. Nopriansyah Rizki E71161039
Nurlana Aisyah Fitri E71161042
Yulia Oktasya E71161052
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun menuju perbaikan sangat kami harapkan. Akhir kata semoga
Penulis
i
DAFTAR ISI
C. Tujuan ................................................................................................2
Kesimpulan .............................................................................................24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi ini masih banyak perusahaan/industri baik sektor formal
maupun informal yang belum menempatkan ergonomi sebagai prioritas dalam
merancang lingkungan kerja. Hal ini karena ergonomi dianggap tidak penting
bahkan disangka sebagai pemborosan keuangan. Padahal sebagai sumber daya
terpenting dalam organisasi, pekerja sudah seharusnya dijamin aksesnya untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan guna mencapai derajat kesehatan semaksimal
mungkin sekaligus dilindungi dari pengaruh buruk yang merugikan karena
pemajanan yang bahaya potensial terhadap kesehatan di tempat kerja.
1
maksimal di tempat kerjanya. Hal ini dapat diwujudkan apabila suatu tempat kerja
telah menerapkan peraturan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) dengan baik
dan benar. Tempat kerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko
diantaranya: faktor fisik, kimia, biologi dan ergonomi. Faktor ergonomik tersebut
meliputi sikap tubuh, pergerakan, pencahayaan, serta penerapan dan pembagian
waktu. Penerapan dan pembagian waktu kerja yang baik dapat menentukan
effisiensi dan produktivitas dalam bekerja (Wijaya, 2005).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Ergonomi?
2. Apa sajakah ruang lingkup Ergonomi?
3. Apa sajakah metode Ergonomi?
4. Bagaimana aplikasi atau penerapan Ergonomi?
5. Bagaimana Prinsip dasar Ergonomi dalam Aktifitas kerja?
6. Bagaimana yang dimaksud dengan perilaku kerja?
7. Bagaimana ergonomi pada Rumah Sakit Tipe D?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian ergonomi.
2. Untuk mengetahui apa saja ruang lingkup ergonomi.
3. Untuk mengetahui metode-metode ergonomi.
4. Untuk mengetahui bagaimana aplikasi atau penerapan ergonomi.
5. Untuk mengetahui Prinsip dasar Ergonomi dalam Aktifitas kerja
6. Untuk mengetahui perilaku kerja.
7. Untuk mengetahui bagaimana ergonomi oada Rumah Sakit Tipe D.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ergonomi
Ergonomi berasal dari kata-kata dalam bahasa yunani yaitu ergos yang berarti
kerja dan nomos yaitu berarti ilmu, sehingga secara harfiah dapat dikatakan
sebagai ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan pekerjaannya.
Sedangkan beberapa ahli mendefinisikan ergonomi sebagai berikut (Solichin,
2014:153-156):
1. Menurut Sri Tomo W.S ergonomi merupakan disiplin ilmu yang
mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya.
2. Menurut Mc Coinick ergonomi dapat dilakukan dengan cara
menjabarkannya dalam fokus,tujuan dan pendekatan mengenai ergonomi.
3. Capains mengatakan bahwa ergonomi adalah ilmu untuk menggali dan
mengaplikasikan informasi-informasi mengenai perilaku manusia,
kemampuan, keterbatasan dan karakteristik manusia lainnya untuk
merancang peralatan, sistem, pekerjaan dan lingkungan untuk
meningkatkan produktivitas, keselamatan, kenyamanan dan efektifitas
pekerjaan manusia.
4. Menurut Mc Cormicks dan Sanders membagi ergonomi ke dalam tiga
pendekatan yaitu:
a. Fokus utama yaitu mempertimbangkan manusia dalam perancangan
benda kerja, prosedur kerja, dan lingkungan kerja.
b. Tujuan yaitu ergonomi mempunyai dua tujuan yaitu meningkatkan
efektifitas dan efisiensi pekerjaan dan aktifitas-aktifitas lainnya serta
meningkatkan nilai-nilai tertentu yang diinginkan dari pekerjaan
tersebut.
c. Pendekatan utama yaitu mencakup aplikasi sistematik dari informasi
yang relevan tentang kemampuan, keterbatasan, karakteristik, perilaku
dan motivasi manusia terhadap desain produk dan prosedur yang
digunakan serta lingkungan tempat menggunakannya.
3
Ditinjau dari fakta historis, ergonomi telah menyatu dengan manusia sejak
zaman megalitik, dalam proses perancangan dan pembuatan benda-benda seperti
alat kerja dan barang buatan sesuai dengan kebutuhan manusia pada zamannya
(Kuswana, 2014:1-2).
Jadi ergonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam
kaitannya dengan pekerjaan mereka. Atau bisa diartikan dengan penyesuaian
tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia yang berkaitan tentang aspek-
aspek manusia dalam lingkungan kerja yang ditinjau secara anatomi, psikologi,
enginerring, dan manajemen.
4
mendeskripsikannya dengan simbol-simbol, tanda-tanda, lambang, dan
angka-angka, peta dan variabel (waktu dan jarak) serta konstanta lainnya
2. Kekuatan Fisik Pekerja
Penelitian tentang aktifitas pelayanan sistem kerja, melalui pengukuran
dan menganalisis gerakan fisik, beban yang diterima, dan peralatan yang
diperoleh dalam objek pekerjaan. Data yang diperoleh dijadikan bahan
perancangan peralatan kerja sesuai dengan rata-rata kemampuan fisik para
pekerja.
3. Dimensi dan Bentuk Tempat Kerja
Penelitian mengenai dimensi dan bentuk ruang tempat kerja, dimensi
ukuran kebutuhan para pekerja, jenis pekerjaan, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi karakteristik aktifitas kerja.
4. Lingkungan Kerja
Penelitian mengenai kondisi lingkungan tempat kerja, seperti
pengaturan pencahayaan, ventilasi udara, dan faktor yang mempengaruhi
fisik pekerja seperti kebisingan, getaran, temperatur, dan limbah cairan
kimia.
5
C. Metode Ergonomi
Menurut Solichin dkk. (2014:158), metode ergonomi terbagi menjadi 3 yakni
sebagai berikut:
1. Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi
tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomic checklist
dan pengukuran lingkungan kerja lainnya.
2. Treatment, pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada
saat diagnosis. Terkadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel,
letak pencahayaan atau jendela yang sesuai, serta membeli furniture sesuai
dengan dimensi fisik pekerja.
3. Follow-up, dengan evaluasi yang subjektif atau objektif, subjektif
misalnya dnegan menanyakan keamanan, bagian badan yang sakit, nyeri
bahu dan siku, keletihan, sakit kepala, dan lain-lain. Secara objektif
misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka
kecelakaan, dan lain-lain.
D. Aplikasi/Penerapan Ergonomi
1. Kerja Duduk
Ditinjau dari aspek kesehatan, bekerja ada posisi duduk yang
memerlukan waktu lama dapat menimbulkan otot perut semakin elastis,
tulang belakang melengkung, otot bagian mata terkonsentrasi sehingga
cepat merasa lelah. Kejadian tersebut jika tidak diimbangi dengan tempat
duduk yang tidak memberikan keleluasaan gerak atau alih pandang yang
memadai tidak menutup kemungkinan terjadi gangguan bagian punggung
belakang, ginjal, dan mata. Berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan
dalam melaksanakan pekerjaan dengan duduk (Kuswana, 2014):
a. Duduk bergantian dengan berdiri dan berjalan, duduk dalam waktu
yang relatif lama harus dihindari karena akan berpengaruh pada
kesehatan. Saat duduk, leher dan punggung mengalami tekanan
berkepanjangan yang dapat menyebabkan keluhan leher dan punggung.
6
Tugas yang membutuhkan duduk berkepanjangan harus diselingi
dengan tugas-tugas yang dilakukan dengan postur berdiri atau berjalan.
7
permukaan kerja yang relative tinggi harus dipilih sesuai dengan
tinggi pengguna. Ketinggian kursi kemudian harus disesuaikan dengan
permukaan kerja.. ketinggian kaki juga harus disesuaikan dengan
menggunakan pijakan kaki yang cocok.
h. Berikan ruang kaki yang memadai, ruang kaki yang cukup harus
disediakan di bawah permukaan tempat kerja. Lebar sekitar 60 cm,
kedalaman minimal 40 cm dan bagian lutut sekitar 100 cm. hal ini
digunakan untuk meregangkan kaki sesekali duduk untuk waktu yang
lama. Untuk memiliki ruang yang cukup antara bawah permukaan
kerja dan bagian atas kaki, ketebalan permukaan kerja tidak boleh
lebih dari 3 cm.
2. Kerja Berdiri
Postur tubuh dalam pekerjaan berdiri merupakan suatu totalitas
perilaku kesiagaan dalam menjaga keseimbangan fisik dan mental.
Kecenderungan lainnya adalah memerlukan tenaga yang lebih besar
dibandingkan dengan posisi duduk mengingat kaki sebagai tumpuan tubuh.
berikut ini hal-hal yang harus diperhatikan dalam posisi kerja berdiri
(Kuswana, 2014):
8
a. Berdiri bergantian dengan duduk dan berjalan. Tugas yang harus
dilakukan dalam waktu lama dengan posisi berdiri harus diselingi
dengan tugas yang dapat dilakukan dengan duduk dan berjalan.
e. Postur tangan dan lengan. Bekerja untuk jangka waktu yang lama
dengan tangan dan lengan dalam sikap tubuh yang buruk dapat
menyebabkan keluhan spesifik dari pergelangan tangan, siku, dan
bahu. Masalah ini timbul terutama dari handling alat.
f. Pilih model alat yang tepat. Sebuah alat tertentu sering tersedia dalam
berbagai model. Pilih model yang palin cocok untuk tugas dan postur
tubuh agar tidak terjadi permasalahan di persendian. Bila
menggunakan alat genggam, pergelangan tangan harus dijaga selurus
mungkin.
g. Alat genggam tidak boleh terlalu berat. Alat genggam yang masih bisa
ditoleransi beratnya adalah sekitar 2 kg.
9
i. Bentuk genggaman. Bentuk dan lokasi genggaman di troli, mesin, dan
sebagainya harus mempertimbangkan posisi tangan dan lengan. Jika
seluruh tangan digunakan untuk mengerahkan kekuatan, handgrip
harus memiliki diameter sekitar 3 cm dan panjang sekitar 10 cm.
pegangannya harus agak cembung untuk meningkatkan kontak
permukaan dengan tangan.
belakang.
10
Membungkuk menciptakan banyak
tekanan pada tulang belakang.
11
2. Mengurangi angkatan beban berlebihan
Kekuatan yang berlebihan pada sendi dapat membuat potensi kelelahan
dan cedera. Metode mengangkat beban menurut Solichin dkk. (2014) adalah
sebagai berikut:
a. Otot lengan lebih banyak digunakan daripada otot punggung.
b. Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum
berat badan.
3. Jangkauan
12
Pekerjaan yang lebih berat sering
lebih baik dilakukan dengan lebih
rendah dari siku.
13
Dapat menambahkan extender untuk
alat sehingga tidak menambah beban
statis pada otot bahu.
14
8. Memiliki cukup clearance
15
Alat getar, misalnya bor
F. Perilaku Kerja
Perilaku kerja adalah perilaku diterjemahkan dari kata bahasa inggris
behavior dan kata tersebut sering dipergunakan dalam bahasa sehari-hari, namun
seringkali pengertian perilaku ditafsirkan secara berbeda-beda antara satu orang
dengan yang lainnya. Perilaku juga sering diartikan sebagai tindakan atau kegiatan
yang ditampilkan seseorang dalam hubungannya dengan orang lain dan
lingkungan di sekitarnya, atau bagaimana manusia beradaptasi terhadap
lingkungannya.
Perilaku pada hakekatnya adalah aktifitas atau kegiatan nyata yang
ditampilkan seseorang yang dapat teramati secara langsung maupun tidak
langsung . perilaku kerja adalah tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan
faktor-faktor kerja. Perilaku kerja ada dua yaitu: perilaku kerja yang baik dan
perilaku kerja yang buruk.
1. Perilaku kerja yang baik
Jenis dan perilaku kerja yang harus diperhatikan oleh para pekerja
untuk mencapai keberhasilan di dalam kerja atau bisnisnya antara lain
meliputi hal-hal berikut ini:
16
a. Kerja Ikhlas
Kerja ikhlas adalah bekerja dengan bersungguh-sungguh, dapat
menghasilkakn sesuau yang baik dan dilandasi dengan hati yang
tulus. Contoh: seorang buruh pabrik yang bekerja dengan upah yang
pas-pasan, namuun tetap bekerja dengan baik melaksanakan
pekerjaan dengan tulus dan semata-mata merupakan pengabdian
kepada pekerjaannya yang menghasilkan uang untuk keperluan
hidup keluarga.
c. Kerja Cerdas
Kerja cerdas adalah bahwa di dalam bekerja kita harus pandai
memperhitungkan resiko, mampu melihat peluang dan dapat mencari
solusi sehingga dapat mencapai keuntungan yang diharapkan.
Perilaku/sikap cerdas dalam melakukan pekerjaannya menggunakan
teknologi yang tepat, menggunakan konsep hitung menghitung,
memakai atau menggunakan bahasa global, pandai berkomunikasi
dan pandai pula mengelola informasi.
d. Kerja Keras
Kerja keras adalah dalam bekerja kita harus mempunyai sifat
mampu bekerja keras atau gila kerja untuk mencapai sasaran yang
ingin dicapai. Mereka dapat memanfaatkan waktu yang optimal
sehingga kadang-kadang tidak mengenal waktu, jarak serta kesulitan
17
yang dihadapi. Dalam bekerja mereka penuh semangat dan berusaha
keras untuk meraih hasil yang baik dan maksimal.
e. Kerja Tuntas
Kerja tuntas adalah di dalam berkerja mmapu mengorgaisasikan
kerjanya secara terpadu dari awal sampai akhir untuk dapat
menghasilkan hasil kerja yang maksimal.
a. Penganiaya (Persecutor)
Orang jenis ini tak segan mengatur hal-hal kecil dan
memperhatikan pelanggaran-pelanggaran orang lain. Beberapa
cirinya adalah email pasif-agresif yang cenderung menyalahkan
orang lain. Mengapa terjadi? Orang seperti ini tumbuh dengan
pelecehan atau pengabaian dari orang tua.
b. Pura-pura (denier)
Karyawan tioe ini tidak realistis dan berpura-pura tidak ada
masalah dalam pekerjaan kantor maupun kondisi kantor. Saat
keuangan kantor mengalami kerugian dan krisis berat, pendapat
akan keukeuh dengan ucapan, “Akan ada bonus untuk semua orang!”
Kemungkinan terbesar dari tipe orang ini adalh mreka berasal dari
eluarga yang takut membicarakan hal-hal tidak menyenangkan.
c. Penghindar (Avoider)
Dia adalh orang pertama yang menghindar atau keluar kantor
18
buruk’ atau menjelang deadline. Sebabnya, di masa kanak-kanak,
e. Martir
Orang ini melakukan pekerjaan semua orang. Mereka datang
lebih awal setiap har dan bekerja lembur setiap malam. Mereka juaga
bangga dan selalu menceritakannya kepada semua orang. Alasan
utama dari perilaku pekerja jenis ini adalah di masa kecil mereka
mencoba untuk menyenangkan orang tua yang tidak menyukai
impian mereka.
19
c. Masing-masing Bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Seksi
d. Bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) Subbagian.
2. Pelayanan
Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum Kelas /Tipe
D paling sedikit meliputi:
a. Pelayanan Medik
1) Pelayanan gawat darurat; harus diselenggarakan 24 (dua
puluh empat) jam sehari secara terus menerus.
2) Pelayanan medik umum; meliputi pelayanan medik dasar,
medik gigi mulut, kesehatan ibu dan anak, dan keluarga
berencana
3) Pelayanan medik spesialis dasar paling sedikit 2 (dua) dari 4
(empat) pelayanan medik spesialis dasar yang meliputi
pelayanan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, dan/atau
obstetri dan ginekologi.
20
4) Pelayanan medik spesialis penunjang. meliputi pelayanan
radiologi dan laboratorium
b. Pelayanan farmasi
Pelayanan Kefarmasian meliputi pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai, dan
pelayanan farmasi klinik
21
3. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia (SDM) rumah sakit umum kelas /Tipe D
terdiri atas:
a. Tenaga Medis
1) 4 (empat) dokter umum untuk pelayanan medik dasar
2) 1 (satu) dokter gigi umum untuk pelayanan medik gigi
mulut
3) 1 (satu) dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medik
spesialis dasar
b. Tenaga Kefarmasian
1) 1 (satu) orang apoteker sebagai kepala instalasi farmasi
Rumah Sakit
2) 1 (satu) apoteker yang bertugas di rawat inap dan rawat
jalan yang dibantu oleh paling sedikit 2 (dua) orang tenaga
teknis kefarmasian
3) 1 (satu) orang apoteker sebagai koordinator penerimaan,
distribusi dan produksi yang dapat merangkap melakukan
pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan
dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya
disesuaikan dengan beban kerja pelayanan kefarmasian
Rumah Sakit
c. Tenaga Keperawatan
Tenaga Keperawatan dihitung dengan perbandingan 2
(dua) perawat untuk 3 (tiga) tempat tidur, Kualifikasi dan
kompetensi tenaga keperawatan disesuaikan dengan kebutuhan
pelayanan rumah sakit.
22
Tenaga Kesehatan lain disesuaikan dengan kebutuhan
pelayanan Rumah Sakit.
e. Tenaga Nonkesehatan
Tenaga Nonkesehatan disesuaikan dengan kebutuhan
pelayanan Rumah Sakit.
4. Peralatan
Peralatan Rumah Sakit Umum kelas /Tipe D harus memenuhi
standar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yaitu
paling sedikit terdiri dari peralatan medis untuk instalasi gawat darurat,
rawat jalan, rawat inap, rawat intensif, rawat operasi, persalinan,
radiologi, laboratorium klinik, pelayanan
23
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ergonomi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah manusia
dengan pekerjaannya. Di rumah sakit beban kerja sudah disesuaikan dengan shift
work dan kondisi pegawai saat bekerja. Dari kajian literatur dan berdasarkan
fakta-fakta lapangan diperoleh kesimpulan bahwa penerapan ergonomi memiliki
pengaruh yang signifikan pada efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerja
karyawan di rumah sakit.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
http://www.fkunissula.ac.id/index.php?option=com_docman&task=doc_downl
oad&gid=569&Itemid=67&lang=idhttp://www.pdpersi.co.id/kegiatan/trai
ning_k3rs.pdf http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---ed_protect/---
protrav/---safework/documents/normativeinstrument/wcms_218602.pdf
26