Professional Documents
Culture Documents
KERJA)
MAKALAH
Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
September 2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat
dan Kuasa-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dari Mata Kuliah Kesehatan dan
Keselamatan Kerja.
Di dalam makalah ini akan dibahas tentang "Administrasi dan Pencatatan K3". Isi
materi yaitu Mengenai dasar peraturan yang menunjukkan pentingnya K3 dalam suatu
perusahaan.
Penulis berusaha menyusun makalah ini secara urut dan rinci sehingga
memudahkan Dalam pemahaman dan menciptakan suasana yang nyaman bagi pembaca,
tidak terasa asing, Dan dapat menambah ketertarikan untuk mendalami materi.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Tetapi penulis
Berusaha untuk membuat makalah ini sebaik mungkin. Oleh karena itulah, penulis siap
untuk Menerima segala saran dan kritikan yang bisa membangun ke arah yang lebih baik.
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................................................3
1. Latar Belakang.............................................................................................................................3
2. Rumusan Masalah........................................................................................................................4
3. Tujuan..........................................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................................................5
A. Sistem Dokumentasi K3..............................................................................................................5
B. Statistika K3................................................................................................................................6
C. Pelaporan Kecelakaan Kerja........................................................................................................8
D. Prosedur Ijin Kerja.......................................................................................................................8
E. Sistem Informasi K3 Terpadu....................................................................................................10
BAB III......................................................................................................................................................14
PENUTUP.............................................................................................................................................14
1. Kesimpulan................................................................................................................................14
2. Saran..........................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................15
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau yang lebih dikenal sebagai K3 adalah
salah satu aspek yang tidak bisa dilepas dari sistem ketenagakerjaan. Keselamatan dan
kesehatan kerja tidak hanya sangat penting bagi pekerja namun keselamatan dan
kesehatan kerja menentukan produktivitas suatu pekerjaan. Kegagalan (risk off ailures)
pada setiap proses atau aktifitas pekerjaan, dan saat kecelakaan kerja seberapapun
kecilnya, akan mengakibatkan efek kerugian (loss). Secara umum penyebab kecelakaan
di tempat kerja adalah sebagai berikut:
a. Kelelahan (fatigue)
b. Kondisi kerja dan pekerjaan yang tidak aman (unsafe working condition)
c. Kurangnya penguasaan pekerja terhadap pekerjaan, ditengarai penyebab awalnya
(pre-cause) adalah kurangnya training
d. Karakteristik pekerjaan itu sendiri.
Di dunia industri, penggunaan tenaga kerja mencapai puncaknya dan
terkonsentrasi di tempat atau lokasi proyek yang relatif sempit. Ditambah sifat pekerjaan
yang mudah menjadi penyebab kecelakaan (elevasi, temperatur, arus listrik, mengangkut
benda-benda berat dan lain-lain), sudah sewajarnya bila pengelola proyek atau industri
mencantumkan masalah keselamatan kerja pada prioritas pertama. Dengan menyadari
pentingnya aspek keselamatan dan kesehatan kerja dalam penyelenggaraan proyek,
terutama pada implementasi fisik, maka perusahan/industri/proyek umumnya memiliki
organisasi atau bidang dengan tugas khusus menangani maslah keselamatan kerja.
Lingkup kerjanya mulai dari menyusun program, membuat prosedur dan mengawasi,
serta membuat laporan penerapan di lapangan. Dalam rangka Pengembangan Program
Kesehatan Kerja yang efektif dan efisien, diperlukan informasi yang akurat, dan tepat
waktu untuk mendukung proses perencanaan serta menentukan langkah kebijakan
selanjutnya.
Penyusunan program, membuat prosedur, pencatatan dan mengawasi serta
membuat laporan penerapan di lapangan yang berkaitan dengan keselamatan kerja bagi
3
para pekerja kesemuanya merupakan kegiatan dari manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja. Dalam rangka menghadapi era industrialisasi dan era globalisasi serta
pasar bebas (AFTA) kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat
yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh
negara anggota termasuk Indonesia. Standart acuan terhadap berbagai hal terhadap
industri seperti kualitas, manajemen kualitas, manajemen lingkungan, serta keselamatan
dan kesehatan kerja. Apabila saat ini industri pengekspor telah dituntut untuk
menerapkan Manajemen Kualitas (ISO-9000, QS-9000) serta Manajemen Lingkungan
(ISO-14000) maka bukan tidak mungkin tuntutan terhadap penerapan Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan kerja juga menjadi tuntutan pasar internasional. Untuk
menjawab tantangan tersebut Pemerintah yang diwakili oleh Departemen Tenaga Kerja
dan Transmigrasi telah menetapkan sebuah peraturan perundangan mengenai Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang tertuang dalam Peraturan
Menteri Tenaga Kerja Nomuor : PER.05/MEN/1996.
Tujuan dan sasaran sistem Manajemen K3 adalah terciptanya sistem K3 di tempat
kerja yang melibatkan segala pihak sehingga dapat mencegah dan mengurangi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan terciptanya tempat kerja
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana pengertian sistem dokumentasi K3?
b. Bagaimana perhitungan statistika K3?
c. Bagaimana alur pelaporan kecelakaan kerja?
d. Bagaimana prosedur ijin kerja?
e. Bagaimana sistem informasi K3 terpadu?
3. Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem Dokumentasi K3
5
Sistem manajemen K3 dalam pelaksanaannya juga memiliki pola tahapan dalam
kosep dasarnya. Pola tahapan pada konsep dasar tersebut disebut “Plan-DoCheck-
Action”, yang meliputi:
Dengan demikian sektor industri dapat memiliki dua dimensi yang sesuai dengan
kemampuan dan Policy Managementnya dalam penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yaitu :
B. Statistika K3
6
keparahan yang ditimbulkan. Form ini kemudian digunakan untuk
menentukan/merencanakan langkah-langkah perbaikan untuk mengurangi angka
kecelakaan/insiden kerja dan tingkat keparahannya.
Perhitungan statistik kecelakaan kerja meliputi:
1. Frequency Rate (Tingkat Keseringan)
Digunakan untuk menentukan tingkat keseringan kecelakaan kerja/insiden kerja
per 1.000.000 (satu juta) jam kerja orang. Dirumuskan sebagai berikut:
Jumlah Kasus Kecelakaan Kerja
FR= ×1.000 .000
Jumlah JamOrang Kerja
2. Severity Rate (Tingkat Keparahan)
Digunakan untuk menentukan tingkat hari kerja yang hilang karena kecelakaan
kerja/insiden kerja per 1.000.000 (satu juta) jam kerja orang. Dirumuskan sebagai
berikut:
Jumlah Hari Kerja Hilang
SR= ×1.000 .000
Jumlah JamOrang Kerja
3. Incident Rate (Tingkat Kejadian)
Digunakan untuk menentukan persentase tingkat terjadinya kecelakaan kerja
untuk tiap tenaga kerja. Dirumuskan sebagai berikut:
Jumlah Kasus Kecelakaan Kerja
IR= × 100 %
Total Tenaga Kerja
4. Average Time Lost Rate (Rata-rata Hilang Hari Kerja karena Kecelakaan Kerja)
Digunakan untuk menentukan rata-rata hilangnya hari kerja karena kecelakaan
kerja untuk tiap kasus kecelakaan kerja. Dirumuskan sebagai berikut:
Total Hari Hilang
ATLR=
Total Kasus Kecelakaan Kerja
5. Safe-T Score (Nilai Keselamatan Kerja)
Digunakan untuk menunjukkan tingkat perubahan (peningkatan/perubahan)
kinerja K3 yang berkaitan dengan kecelakaan kerja/insiden kerja.
( FR ( n )−FR ( n−1 ) )
Safe−T Score=
FR ( n−1 )
Keterangan:
1) FR(n) = Nilai FR saat ini.
7
2) FR(n-1) = Nilai FR waktu yang lalu.
3) STS antara +2,00 dan -2,00 tidak menunjukkan perubahan berarti.
4) STS diatas +2,00 menunjukkan keadaan memburuk.
5) STS dibawah -2,00 menunjukkan keadaan yang membaik.
Laporan kecelakaan kerja berguna sebagai data dan upaya pencegahan kecelakaan
kerja. Mengingat pentingnya dokumentasi laporan kecelakaan kerja tersebut maka
Instalasi Sanitasi, K3, dan pemulasaraan jenazah RSJD Dr. RM Soedjarwadi dilengkapi
dengan SOP Pelaporan Kecelakaan Kerja dengan urutan prosedur sebagai berikut:
1. Panitia K3 menyusun formulir pelaporan kecelakaan kerja.
2. Apabila terjadi kecelakaan kerja Ka. Instalasi / ruamg melaporkan ke panitia
K3.
3. Ka. Instalasi / Ka. Ruangan mengisi formulir pelaporan kecelakaan kerja.
4. Formulir pelaporan diserahkan ke panitia K3 untuk dilaporkan ke Direktur.
5. Formulir pelaporan disimpan sebagai arsip dan bahan evaluasi panitia K3
untuk mencegah kecelakaan kerja.
8
D. Prosedur Ijin Kerja
1. Order kerja
Order kerja yang diterima dan telah disetujui oleh pimpinan pelaksana
pekerjaan, selanjutnya di evaluasi oleh Manager HSE untuk memastikan
semua pengendalian telah terpenuhi. Lokasi yang memerlukan ijin kerja
adalah setiap lokasi pekerjaan yang dari hasil identifikasi bahaya dan
penilaian risiko memiliki risiko tinggi seperti: letaknya pada ketinggian,
pekerjaan di daerah tegangan tinggi, di ruang terbatas, pekerjaan di daerah
mudah terbakar dan daerah dengan potensi bahaya tercebur dan tenggelam
2. Pengajuan surat ijin kerja
Pimpinan pelaksana pekerjaan mengisi formulir ijin kerja yang sesuai
dengan jenis pekerjaan yang berisiko tinggi tersebut yang selanjutnya
disampaikan kepada pimpinan area dimana pekerjaan akan dilakukan.
Kemudian dalam pekerjaan khusus tertentu yang melibatkan pihak security/
9
pemadam kebakaran, maka harus dilampirkan bukti surat persetujuannya.
Petugas yang ditunjuk sebagai pelaksana K3 memastikan area kerja dimana
pekerjaan akan dilakukan dalam kondisi aman terkendali.
3. Persetujuan dan penertiban surat ijin pekerjaan
Surat ijin kerja hanya dapat diterbitkan bila sudah dipastikan semua lokasi
aman dari potensi bahaya. Bila masih meragukan maka pimpinan menunda
untuk menerbitkan surat ijin kerja dan dapat mengkonsultasikannya dengan
Ahli K3 untuk menentukan tindakan pencegahan yang sesuai. Bila lokasi
sudah dinyatakan aman maka surat ijin kerja ditanda tangani oleh pimpinan
area terkait dan pelaksana K3. Kemudian pihak pelaksana menandatangani
pernyatan untuk mematuhi semua ketentuan yang telah di sepakati.
4. Pelaksanaan pekerjaan
Pelaksana dapat melakukan pekerjaannya setelah ijin kerja disetujui dan
berkewajiban melaksanakan pekerjaan tersebut sesuai dengan instruksi kerja
yang ada. Pelaksana pekerjaan selama melakukan pekerjaannya memasang
salinan surat ijin kerja dekat tempat dimana ia bekerja. Sebelum pelaksanaan
pekerjaan dimulai semua pekerja yang terlibat harus dilakukan FIT TO
WORK untuk memastikan selama pekerjaan berlangsung dalam keadaan
sehat. Dimana FIT TO WORK dilakukan oleh Petugas Paramaedis
Perusahaan dan harus dilakukan setiap hari sebelum melaksanaan pekerjaan.
5. Penyelesaian pekerjaan
Bila pekerjaan telah selasai maka pelaksana pekerjaan bersama pelaksana
K3/petugas yang ditunjuk oleh pimpinan area melakukan inspeksi untuk
memastikan bahwa daerah bekas kerja telah bersih dari peralatan yang ada
dan bebas dari material pencemaran lingkungan. Pimpinan area/petugas yang
ditunjuk dan pelaksana/pekerja menandatangani surat ijin sebagai bukti bahwa
pekerjaan telah selesai.
Perkembangan industri yang semakin pesat saat ini membuat persaingan semakin
ketat antar perusahaan yang ada di dunia. Manajemen yang baik menjadi kunci
10
kesuksesan dunia industri saat ini baik itu manajemen produksi, pemasaran, sumber daya
manusia dan keuangan.
Dalam rangka adanya perubahan stuktur organisasi serta dalam rangka peningkatan
kinerja perusahaan diperlukan langkah cepat dan tepat dalam menindaklanjuti perubahan
dan perkembangan untuk mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis yang semakin
dinamis, dan sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka efektifitas dan efisien kerja
perlu diatur tata kelola pengiriman surat atau dokumen yang memerlukan proses cepat
dalam pengamanan dan distribusinya, sehingga VP Corporate Document Management
memilih menggunakan standar ISO 9001:2008 berdasarkan perintah dari EVP Corporate
Secretary. Dengan menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 ini diharapkan
terjadi pengembangan berkelanjutan terhadap kinerja Badan Usaha Milik Negara ini.
Standar kinerja sangatlah penting dalam program kualitas dan sangatlah bergantung
pada karyawan yang terlatih baik dan berkomitmen sehingga sulit untuk memisahkan
keduanya. Terutama bagi suatu perusahaan, agar karyawannya memiliki kinerja yang
baik supaya dapat mendukung pencapaian sasaran perusahaan, serta untuk membangun
suatu budaya perusahaan yang mendorong individu dan kelompok untuk bertanggung
jawab memperbaiki secara terus-menerus kegiatan operasional perusahaan serta
kemampuan dan kontribusi mereka. Standar kualitas Internasional secara mengglobal
sangat penting sehingga dunia bersatu menciptakan satu standar kualitas, ISO 9000. ISO
9000 merupakan satu-satunya standar kualitas yang diakui secara internasional. Pada
tahun 1987, 91 negara anggota (termasuk Amerika Serikat) menerbitkan beberapa standar
jaminan kualitas yang dikenal sebagi ISO 9000. Fokus standar ini adalah menetapkan
prosedur manajemen kualitas melalui kepemimpinan, dokumentasi terperinci, perintah
kerja, dan penyimpanan catatan. Perlu diketahui prosedurprosedur ini tidaklah
menyatakan apapun mengenai kualitas yang sesungguhnya dari produk-mereka
seluruhnya membahas standar-standar yang harus diikuti.
Berikut Sistem Informasi K3 Terpadu :
1. ISO 9001
ISO 9001 merupakan sistem manajemen mutu dan merupakan persyaratan sistem
manajemen yang paling populer di dunia. ISO 9001 telah mengalami beberapa kali
revisi dan revisi yang paling akhir adalah ISO 9001: 2008. Salah satu ciri penerapan
11
ISO 9001 adalah diterapkannya pendekatan proses yang bertujuan untuk
meningkatkan efektivitas sistem manajemen mutu. Pendekatan ini mensyaratkan
organisasi untuk melakukan identifikasi, penerapan, pengelolaan dan melakukan
peningkatan berkesinambungan (continual improvement).
2. ISO 14001
ISO 14001 adalah suatu standar internasional untuk Sistem Manajemen
Lingkungan (SML) yang pada saat ini secara luas telah digunakan di dunia yang
mengkhususkan pada persyaratan bagi formulasi dan pemeliharaan dari SML. Tiga
komitmen fundamental mendukung kebijakan lingkungan untuk pemenuhan
persyaratan ISO 14001, termasuk : pencegahan polusi, kesesuaian dengan undang-
undang yang ada dan perbaikan berkesinambungan. ISO 14001 merupakan standar
yang berisi persyaratan-persyaratan sistem manajemen lingkungan. Perusahaan yang
menerapkan ISO 14001 harus dapat melakukan identifikasi terhadap aspek dan
dampak lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan atau operasi perusahaannya
terhadap aspek lingkungan. Dalam hal ini bukan hanya pengelolaan terhadap limbah
atau polusi, namun juga termasuk upaya-upaya kreatif untuk menghemat pemakaian
energi, air dan bahan bakar.
12
Integrasi sistem manajemen tidak hanya terbatas pada keempat sistem
manajemen tersebut namun dapat ditambahkan sesuai dengan bisnis perusahaan
misalnya ISO 2200, ISO TS 16949, ISO 27000, dan sebagainya. Penerapan standar
tersebut secara terintegrasi akan memberikan keuntungan pada perusahaan yang
menerapkannya. Integrasi akan memicu sistem manajemen yang lebih kuat dan
komprehensif. Sistem manajemen terintegrasi akan menciptakan beban kerja yang
lebih ringan, mengurangi waktu sertifikasi, biaya, maupun kebutuhan dokumentasi
sistem.
13
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
Besar harapan kami bahwa dari penulisan makalah ini dapat memberikan
pemahaman serta kesadaran semua pihak yang berkaitan dengan administrasi dan
pencatatan K3 (kesehatan dan keselamatan kerja).
14
DAFTAR PUSTAKA
15