You are on page 1of 16

ADMINISTRASI DAN PENCATATAN K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN

KERJA)

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan Etika Profesi

Yang dibina oleh Bapak Djoko Kustono

Oleh :

Vicky Oktavian Dwicahya (220512711303)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNOLOGI REKAYASA MANUFAKTUR

September 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat
dan Kuasa-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dari Mata Kuliah Kesehatan dan
Keselamatan Kerja.

Di dalam makalah ini akan dibahas tentang "Administrasi dan Pencatatan K3". Isi
materi yaitu Mengenai dasar peraturan yang menunjukkan pentingnya K3 dalam suatu
perusahaan.

Penulis berusaha menyusun makalah ini secara urut dan rinci sehingga
memudahkan Dalam pemahaman dan menciptakan suasana yang nyaman bagi pembaca,
tidak terasa asing, Dan dapat menambah ketertarikan untuk mendalami materi.

Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Tetapi penulis
Berusaha untuk membuat makalah ini sebaik mungkin. Oleh karena itulah, penulis siap
untuk Menerima segala saran dan kritikan yang bisa membangun ke arah yang lebih baik.

Penulis berharap dalam pembacaanya, berbagai materi tidak dilewatkan begitu


saja, Karena hal itu merupakan bagian dari pemahaman konsep. Penulis berharap bahwa
makalah Ini bisa bermanfaat, khususnya bagi kami selaku penyusun, dan umumnya bagi
kalangan luas.

Malang, 13 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................................................3
1. Latar Belakang.............................................................................................................................3
2. Rumusan Masalah........................................................................................................................4
3. Tujuan..........................................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................................................5
A. Sistem Dokumentasi K3..............................................................................................................5
B. Statistika K3................................................................................................................................6
C. Pelaporan Kecelakaan Kerja........................................................................................................8
D. Prosedur Ijin Kerja.......................................................................................................................8
E. Sistem Informasi K3 Terpadu....................................................................................................10
BAB III......................................................................................................................................................14
PENUTUP.............................................................................................................................................14
1. Kesimpulan................................................................................................................................14
2. Saran..........................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................15

2
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau yang lebih dikenal sebagai K3 adalah
salah satu aspek yang tidak bisa dilepas dari sistem ketenagakerjaan. Keselamatan dan
kesehatan kerja tidak hanya sangat penting bagi pekerja namun keselamatan dan
kesehatan kerja menentukan produktivitas suatu pekerjaan. Kegagalan (risk off ailures)
pada setiap proses atau aktifitas pekerjaan, dan saat kecelakaan kerja seberapapun
kecilnya, akan mengakibatkan efek kerugian (loss). Secara umum penyebab kecelakaan
di tempat kerja adalah sebagai berikut:
a. Kelelahan (fatigue)
b. Kondisi kerja dan pekerjaan yang tidak aman (unsafe working condition)
c. Kurangnya penguasaan pekerja terhadap pekerjaan, ditengarai penyebab awalnya
(pre-cause) adalah kurangnya training
d. Karakteristik pekerjaan itu sendiri.
Di dunia industri, penggunaan tenaga kerja mencapai puncaknya dan
terkonsentrasi di tempat atau lokasi proyek yang relatif sempit. Ditambah sifat pekerjaan
yang mudah menjadi penyebab kecelakaan (elevasi, temperatur, arus listrik, mengangkut
benda-benda berat dan lain-lain), sudah sewajarnya bila pengelola proyek atau industri
mencantumkan masalah keselamatan kerja pada prioritas pertama. Dengan menyadari
pentingnya aspek keselamatan dan kesehatan kerja dalam penyelenggaraan proyek,
terutama pada implementasi fisik, maka perusahan/industri/proyek umumnya memiliki
organisasi atau bidang dengan tugas khusus menangani maslah keselamatan kerja.
Lingkup kerjanya mulai dari menyusun program, membuat prosedur dan mengawasi,
serta membuat laporan penerapan di lapangan. Dalam rangka Pengembangan Program
Kesehatan Kerja yang efektif dan efisien, diperlukan informasi yang akurat, dan tepat
waktu untuk mendukung proses perencanaan serta menentukan langkah kebijakan
selanjutnya.
Penyusunan program, membuat prosedur, pencatatan dan mengawasi serta
membuat laporan penerapan di lapangan yang berkaitan dengan keselamatan kerja bagi

3
para pekerja kesemuanya merupakan kegiatan dari manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja. Dalam rangka menghadapi era industrialisasi dan era globalisasi serta
pasar bebas (AFTA) kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu prasyarat
yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh
negara anggota termasuk Indonesia. Standart acuan terhadap berbagai hal terhadap
industri seperti kualitas, manajemen kualitas, manajemen lingkungan, serta keselamatan
dan kesehatan kerja. Apabila saat ini industri pengekspor telah dituntut untuk
menerapkan Manajemen Kualitas (ISO-9000, QS-9000) serta Manajemen Lingkungan
(ISO-14000) maka bukan tidak mungkin tuntutan terhadap penerapan Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan kerja juga menjadi tuntutan pasar internasional. Untuk
menjawab tantangan tersebut Pemerintah yang diwakili oleh Departemen Tenaga Kerja
dan Transmigrasi telah menetapkan sebuah peraturan perundangan mengenai Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang tertuang dalam Peraturan
Menteri Tenaga Kerja Nomuor : PER.05/MEN/1996.
Tujuan dan sasaran sistem Manajemen K3 adalah terciptanya sistem K3 di tempat
kerja yang melibatkan segala pihak sehingga dapat mencegah dan mengurangi
kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan terciptanya tempat kerja

2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana pengertian sistem dokumentasi K3?
b. Bagaimana perhitungan statistika K3?
c. Bagaimana alur pelaporan kecelakaan kerja?
d. Bagaimana prosedur ijin kerja?
e. Bagaimana sistem informasi K3 terpadu?

3. Tujuan

a. Untuk mengetahui pengertian sistem dokumentasi K3


b. Untuk membahas bagaimana statistika K3
c. Untuk mengetahui alur pelaporan kecelakaan Kerja
d. Untuk mengetahui bagaimana prosedur ijin kerja
e. Untuk mengetahui sistem informasi K3 terpadu

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sistem Dokumentasi K3

Sistem Dokumentasi K3 adalah rangkaian kegiatan yang teratur dan saling


berhubungan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan dengan
menggunakan manusia dan sumber daya yang ada ( Sucofindo, 1999). Sistem
Dokumentasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah bagian dari sistem manajemen
secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi perencanaan, tanggung jawab,
pelaksanaan, prosedur proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan
pencapaian , pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja
dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya
tempat kerja yang aman (Permenaker No : PER. 05/MEN/1996). Jadi, sistem
dokumentasi K3 merupakan rangkaian kegiatan yang teratur dan saling berhubungan
secara keseluruhan yang berguna dalam pengendalian resiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja agar dapat menciptakan suasana tempat kerja yang aman.

Pendokumentasian Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


(SMK3) seperti kebijakan, prosedur, instruksi kerja perlu dikomunikasikan untuk
menjamin bahwa seluruh unsur terkait menerima informasi yang sama tentang apa yang
diperlukan untuk manajemen K3. Tindakan seperti penilaian resiko, rencana
pengendalian, pertemuan, inspeksi, investigasi kecelakaan dan insiden, pemantauan
kesehatan, pemeliharaan perusahaan, tinjauan ulang dan evaluasi kegiatan perlu dicatat
dan didokumentasikan karena hal tersebut merupakan sumber informasi penting untuk
efektivitas Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dan
memberikan bukti bahwa pengurus telah melaksanakan K3 sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Selain itu, pendokumentasian tersebut digunakan unuk monitoring dan evaluasi
dari pelaksanaan SMK3 di perusahaan.

5
Sistem manajemen K3 dalam pelaksanaannya juga memiliki pola tahapan dalam
kosep dasarnya. Pola tahapan pada konsep dasar tersebut disebut “Plan-DoCheck-
Action”, yang meliputi:

1. Penetapan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan menjami komitmen


terhadap penerapan SMK3.
2. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan SMK3.
3. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif dengan
mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan
untuk mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran.
4. Mengukur dan memantau dan mengevaluasi kinerja keselamatan dan
kesehatan kerja serta melakukan tindakan pencegahan dan perbaikan.
5. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan SMK3 secara
berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan
kesehatan kerja.

Dengan demikian sektor industri dapat memiliki dua dimensi yang sesuai dengan
kemampuan dan Policy Managementnya dalam penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yaitu :

1. Innovative Management dengan melakukan inovasi manajemen melalui


“Unsafe Condition Minimalizers” yang artinya adalah bagaimana kita dituntut
untuk memperkecil atau mengurangi insiden yang diakibatkan oleh kondisi
tempat kerja seperti, organisasi, peralatan kerja (mesin-mesin), lingkungan
kerja dan sistem kerja.
2. Raditional Sistem dalam penyelamatan pekerjaan melalui “Unsafe Act
Minimalizers” yang artinya adalah bagaimana kita dituntut untuk
memperkecil atau mengurangi tingkah laku orang yang tidak nyaman.

B. Statistika K3

Form Statistik Kecelakaan Kerja digunakan untuk mengukur tingkat kinerja K3 di


tempat kerja yang berkaitan dengan kejadian kecelakaan/insiden kerja serta tingkat

6
keparahan yang ditimbulkan. Form ini kemudian digunakan untuk
menentukan/merencanakan langkah-langkah perbaikan untuk mengurangi angka
kecelakaan/insiden kerja dan tingkat keparahannya.
Perhitungan statistik kecelakaan kerja meliputi:
1. Frequency Rate (Tingkat Keseringan)
Digunakan untuk menentukan tingkat keseringan kecelakaan kerja/insiden kerja
per 1.000.000 (satu juta) jam kerja orang. Dirumuskan sebagai berikut:
Jumlah Kasus Kecelakaan Kerja
FR= ×1.000 .000
Jumlah JamOrang Kerja
2. Severity Rate (Tingkat Keparahan)
Digunakan untuk menentukan tingkat hari kerja yang hilang karena kecelakaan
kerja/insiden kerja per 1.000.000 (satu juta) jam kerja orang. Dirumuskan sebagai
berikut:
Jumlah Hari Kerja Hilang
SR= ×1.000 .000
Jumlah JamOrang Kerja
3. Incident Rate (Tingkat Kejadian)
Digunakan untuk menentukan persentase tingkat terjadinya kecelakaan kerja
untuk tiap tenaga kerja. Dirumuskan sebagai berikut:
Jumlah Kasus Kecelakaan Kerja
IR= × 100 %
Total Tenaga Kerja
4. Average Time Lost Rate (Rata-rata Hilang Hari Kerja karena Kecelakaan Kerja)
Digunakan untuk menentukan rata-rata hilangnya hari kerja karena kecelakaan
kerja untuk tiap kasus kecelakaan kerja. Dirumuskan sebagai berikut:
Total Hari Hilang
ATLR=
Total Kasus Kecelakaan Kerja
5. Safe-T Score (Nilai Keselamatan Kerja)
Digunakan untuk menunjukkan tingkat perubahan (peningkatan/perubahan)
kinerja K3 yang berkaitan dengan kecelakaan kerja/insiden kerja.
( FR ( n )−FR ( n−1 ) )
Safe−T Score=
FR ( n−1 )
Keterangan:
1) FR(n) = Nilai FR saat ini.

7
2) FR(n-1) = Nilai FR waktu yang lalu.
3) STS antara +2,00 dan -2,00 tidak menunjukkan perubahan berarti.
4) STS diatas +2,00 menunjukkan keadaan memburuk.
5) STS dibawah -2,00 menunjukkan keadaan yang membaik.

C. Pelaporan Kecelakaan Kerja

Laporan kecelakaan kerja berguna sebagai data dan upaya pencegahan kecelakaan
kerja. Mengingat pentingnya dokumentasi laporan kecelakaan kerja tersebut maka
Instalasi Sanitasi, K3, dan pemulasaraan jenazah RSJD Dr. RM Soedjarwadi dilengkapi
dengan SOP Pelaporan Kecelakaan Kerja dengan urutan prosedur sebagai berikut:
1. Panitia K3 menyusun formulir pelaporan kecelakaan kerja.
2. Apabila terjadi kecelakaan kerja Ka. Instalasi / ruamg melaporkan ke panitia
K3.
3. Ka. Instalasi / Ka. Ruangan mengisi formulir pelaporan kecelakaan kerja.
4. Formulir pelaporan diserahkan ke panitia K3 untuk dilaporkan ke Direktur.
5. Formulir pelaporan disimpan sebagai arsip dan bahan evaluasi panitia K3
untuk mencegah kecelakaan kerja.

Pelaporan bahaya di tempat kerja penting dilakukan dengan tujuan; mencegah


terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, meninjau kembali atau
mengevaluasi pengendalian bahaya yang sudah diterapkan di tempat kerja, mengetahui
tren bahaya dan risiko yang terjadi di tempat kerja.

Form dan laporan kecelakaan kerja meliputi:


1. Formulir Laporan Statistik Kecelakaan Kerja
2. Formulir Pemantauan dan Pengendalian Bahaya K3 Di Tempat Kerja
3. Formulir Identifikasi Bahaya, Penilaian Resiko dan Pengendalian Resiko K3
4. Formulir Identifikasi Peraturan Perundang-undangan dan Persyaratan
Lainnya
5. Job Safety Analysis (JSA)
6. Formulir Daftar Dokumen Induk K3

8
D. Prosedur Ijin Kerja

Prosedur Ijin Kerja disusun dan ditetapkan sebagai panduan untuk


mengeliminasi bahaya dan mengurangi risiko K3 dari pekerjaan/kegiatan/proses kerja
yang berpotensi bahaya tinggi. Dan juga sebagai bagian dari upaya mencari peluang-
peluang K3 untuk meningkatkan kinerja K3.
Ijin kerja adalah ijin tertulis secara formal yang merupakan langkah-langkah
yang harus diikuti oleh pengawas kontraktor, pekerja atau pegawai perusahaan lainnya
dalam melaksanakan suatu pekerjaan yang dikategorikan memiliki resiko tinggi.
Pekerjaan berisiko tinggi yaitu proses kerja yang berdasarkan hasil penilaian
identifikasi bahaya, penilaian resiko dan penilaian peluang K3 mempunyai tingkat resiko
tinggi. Jenis pekerjaannya diantaranya adalah:
1. Bekerja pada ketinggian;
2. Bekerja pada daerah tegangan tinggi;
3. Bekerja di ruang terbatas (confined space);
4. Bekerja di daerah mudah terbakar;
5. Bekerja di daerah dengan potensi bahaya tercebur dan tenggelam.

Alur prosedur ijin kerja meliputi:

1. Order kerja
Order kerja yang diterima dan telah disetujui oleh pimpinan pelaksana
pekerjaan, selanjutnya di evaluasi oleh Manager HSE untuk memastikan
semua pengendalian telah terpenuhi. Lokasi yang memerlukan ijin kerja
adalah setiap lokasi pekerjaan yang dari hasil identifikasi bahaya dan
penilaian risiko memiliki risiko tinggi seperti: letaknya pada ketinggian,
pekerjaan di daerah tegangan tinggi, di ruang terbatas, pekerjaan di daerah
mudah terbakar dan daerah dengan potensi bahaya tercebur dan tenggelam
2. Pengajuan surat ijin kerja
Pimpinan pelaksana pekerjaan mengisi formulir ijin kerja yang sesuai
dengan jenis pekerjaan yang berisiko tinggi tersebut yang selanjutnya
disampaikan kepada pimpinan area dimana pekerjaan akan dilakukan.
Kemudian dalam pekerjaan khusus tertentu yang melibatkan pihak security/

9
pemadam kebakaran, maka harus dilampirkan bukti surat persetujuannya.
Petugas yang ditunjuk sebagai pelaksana K3 memastikan area kerja dimana
pekerjaan akan dilakukan dalam kondisi aman terkendali.
3. Persetujuan dan penertiban surat ijin pekerjaan
Surat ijin kerja hanya dapat diterbitkan bila sudah dipastikan semua lokasi
aman dari potensi bahaya. Bila masih meragukan maka pimpinan menunda
untuk menerbitkan surat ijin kerja dan dapat mengkonsultasikannya dengan
Ahli K3 untuk menentukan tindakan pencegahan yang sesuai. Bila lokasi
sudah dinyatakan aman maka surat ijin kerja ditanda tangani oleh pimpinan
area terkait dan pelaksana K3. Kemudian pihak pelaksana menandatangani
pernyatan untuk mematuhi semua ketentuan yang telah di sepakati.
4. Pelaksanaan pekerjaan
Pelaksana dapat melakukan pekerjaannya setelah ijin kerja disetujui dan
berkewajiban melaksanakan pekerjaan tersebut sesuai dengan instruksi kerja
yang ada. Pelaksana pekerjaan selama melakukan pekerjaannya memasang
salinan surat ijin kerja dekat tempat dimana ia bekerja. Sebelum pelaksanaan
pekerjaan dimulai semua pekerja yang terlibat harus dilakukan FIT TO
WORK untuk memastikan selama pekerjaan berlangsung dalam keadaan
sehat. Dimana FIT TO WORK dilakukan oleh Petugas Paramaedis
Perusahaan dan harus dilakukan setiap hari sebelum melaksanaan pekerjaan.
5. Penyelesaian pekerjaan
Bila pekerjaan telah selasai maka pelaksana pekerjaan bersama pelaksana
K3/petugas yang ditunjuk oleh pimpinan area melakukan inspeksi untuk
memastikan bahwa daerah bekas kerja telah bersih dari peralatan yang ada
dan bebas dari material pencemaran lingkungan. Pimpinan area/petugas yang
ditunjuk dan pelaksana/pekerja menandatangani surat ijin sebagai bukti bahwa
pekerjaan telah selesai.

E. Sistem Informasi K3 Terpadu

Perkembangan industri yang semakin pesat saat ini membuat persaingan semakin
ketat antar perusahaan yang ada di dunia. Manajemen yang baik menjadi kunci

10
kesuksesan dunia industri saat ini baik itu manajemen produksi, pemasaran, sumber daya
manusia dan keuangan.
Dalam rangka adanya perubahan stuktur organisasi serta dalam rangka peningkatan
kinerja perusahaan diperlukan langkah cepat dan tepat dalam menindaklanjuti perubahan
dan perkembangan untuk mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis yang semakin
dinamis, dan sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka efektifitas dan efisien kerja
perlu diatur tata kelola pengiriman surat atau dokumen yang memerlukan proses cepat
dalam pengamanan dan distribusinya, sehingga VP Corporate Document Management
memilih menggunakan standar ISO 9001:2008 berdasarkan perintah dari EVP Corporate
Secretary. Dengan menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2008 ini diharapkan
terjadi pengembangan berkelanjutan terhadap kinerja Badan Usaha Milik Negara ini.
Standar kinerja sangatlah penting dalam program kualitas dan sangatlah bergantung
pada karyawan yang terlatih baik dan berkomitmen sehingga sulit untuk memisahkan
keduanya. Terutama bagi suatu perusahaan, agar karyawannya memiliki kinerja yang
baik supaya dapat mendukung pencapaian sasaran perusahaan, serta untuk membangun
suatu budaya perusahaan yang mendorong individu dan kelompok untuk bertanggung
jawab memperbaiki secara terus-menerus kegiatan operasional perusahaan serta
kemampuan dan kontribusi mereka. Standar kualitas Internasional secara mengglobal
sangat penting sehingga dunia bersatu menciptakan satu standar kualitas, ISO 9000. ISO
9000 merupakan satu-satunya standar kualitas yang diakui secara internasional. Pada
tahun 1987, 91 negara anggota (termasuk Amerika Serikat) menerbitkan beberapa standar
jaminan kualitas yang dikenal sebagi ISO 9000. Fokus standar ini adalah menetapkan
prosedur manajemen kualitas melalui kepemimpinan, dokumentasi terperinci, perintah
kerja, dan penyimpanan catatan. Perlu diketahui prosedurprosedur ini tidaklah
menyatakan apapun mengenai kualitas yang sesungguhnya dari produk-mereka
seluruhnya membahas standar-standar yang harus diikuti.
Berikut Sistem Informasi K3 Terpadu :
1. ISO 9001
ISO 9001 merupakan sistem manajemen mutu dan merupakan persyaratan sistem
manajemen yang paling populer di dunia. ISO 9001 telah mengalami beberapa kali
revisi dan revisi yang paling akhir adalah ISO 9001: 2008. Salah satu ciri penerapan

11
ISO 9001 adalah diterapkannya pendekatan proses yang bertujuan untuk
meningkatkan efektivitas sistem manajemen mutu. Pendekatan ini mensyaratkan
organisasi untuk melakukan identifikasi, penerapan, pengelolaan dan melakukan
peningkatan berkesinambungan (continual improvement).
2. ISO 14001
ISO 14001 adalah suatu standar internasional untuk Sistem Manajemen
Lingkungan (SML) yang pada saat ini secara luas telah digunakan di dunia yang
mengkhususkan pada persyaratan bagi formulasi dan pemeliharaan dari SML. Tiga
komitmen fundamental mendukung kebijakan lingkungan untuk pemenuhan
persyaratan ISO 14001, termasuk : pencegahan polusi, kesesuaian dengan undang-
undang yang ada dan perbaikan berkesinambungan. ISO 14001 merupakan standar
yang berisi persyaratan-persyaratan sistem manajemen lingkungan. Perusahaan yang
menerapkan ISO 14001 harus dapat melakukan identifikasi terhadap aspek dan
dampak lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan atau operasi perusahaannya
terhadap aspek lingkungan. Dalam hal ini bukan hanya pengelolaan terhadap limbah
atau polusi, namun juga termasuk upaya-upaya kreatif untuk menghemat pemakaian
energi, air dan bahan bakar.

3. SMK3/OHSAS 18001:2007 SMK3/OHSAS 18001:2007 OHSAS 18001:2007


OHSAS 18001: 2007 menyediakan kerangka bagi efektifitas manajemen K3
termasuk kesesuaian dengan peraturan perundang-undangan yang diterapkan pada
aktivitas-aktivitas anda.
Sistem Manajemen Terpadu (IMS) :
Sistem Manajemen Terpadu memungkinkan manajemen menggabungkan dua
atau lebih standar ISO dengan cara yang sinergis. Sistem Manajemen Terpadu
dikembangkan menggunakan konsep (Plan-Do-Check-Act) siklus PDCA dalam
rangka menentukan langkah-langkah yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan
ISO. Untuk memenuhi tuntutan pelanggan sekaligus menghindari pencemaran
lingkungan, dan cedera pada tenaga kerja, maka perusahaan dapat mengadopsi
standar ISO 9001, ISO 14001, OHSAS 18001/SMK3 secara terintegrasi.

12
Integrasi sistem manajemen tidak hanya terbatas pada keempat sistem
manajemen tersebut namun dapat ditambahkan sesuai dengan bisnis perusahaan
misalnya ISO 2200, ISO TS 16949, ISO 27000, dan sebagainya. Penerapan standar
tersebut secara terintegrasi akan memberikan keuntungan pada perusahaan yang
menerapkannya. Integrasi akan memicu sistem manajemen yang lebih kuat dan
komprehensif. Sistem manajemen terintegrasi akan menciptakan beban kerja yang
lebih ringan, mengurangi waktu sertifikasi, biaya, maupun kebutuhan dokumentasi
sistem.

13
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Keselamatan kerja adalah menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan, baik


jasmaniah maupun rohaniah manusia serta hasil karya dan budayanya tertuju pada
kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan manusia pada khususnya. Demi
menjadikan keselamatan kerja tersebut, pemerintah membuat beberapa ketetapan melalui
Undang-Undang Dasar 1945, pasal 5, 20 dan 27, Undang Undang RI No.13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau biasa
disebut SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi
struktur organisasi perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur proses dan
sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan pencapaian , pengkajian dan
pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian
resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman.
Perencanaan Sistem Manajemen K3 yang baik, dimulai dengan melakukan identifikasi
bahaya, penilaian risiko dan penentuan pengendaliannya. Dalam melakukan hal tersebut,
harus diperimbangkan berbagai persyaratan perundangan K3 yang berlaku bagi
organisasi serta persyartan lainnya seperti standar, kode, atau pedoman industri yang
terkait atau berlaku bagi organisasi. Pelaksanaan dan Penilaian (Audit )Sistem
Manajemen K3 di Indonesia sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun
2012 Tentang Pedoman Penerapan Sistem Manajemen Keselamatana dan Kesehatan
Kerja (SMK3).

2. Saran

Besar harapan kami bahwa dari penulisan makalah ini dapat memberikan
pemahaman serta kesadaran semua pihak yang berkaitan dengan administrasi dan
pencatatan K3 (kesehatan dan keselamatan kerja).

14
DAFTAR PUSTAKA

K3, S. 2012. Tujuan SMK3 (Sistem Manajemen K3), (Online),


(http://psangiklangratis.blogspot.com/2012/12/tujuan-smk3.html ), diakses 17 September
2014.

Harinaldi, S. 2013. Hand Out Industrial Safety SMK3. (Online).


(http://psangiklangratis.blogspot.com/2012/12/perencanaan-smk3.html ), diakses 17
September 2014.

Peraturan Pemerintah, 1996, Undang-undang dan Peraturan Keselamatan dan Kesehatan


Kerja. Jakarta: Menteri Tenaga Kerja.

Peraturan Pemerintah, 2012, Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja. Jakarta: Menteri Tenaga Kerja.

15

You might also like