Professional Documents
Culture Documents
Tutor 3 Mata-Trakoma
Tutor 3 Mata-Trakoma
“Trakoma”
KELOMPOK 3 :
ANGGOTA PENYUSUN
Pembimbing
Data tambahan
Anamnesis:
Pemeriksaan tambahan
VODS 6/6
Palpebra sup: Konjunctiva palpebra didapatkan hipertrofi papil (+), folikel (+)
Kata kunci:
Perempuan 15 tahun
Mata merah, berair, mengganjal sejak lama
Keluhan pernah diobati, kemudian kambuh lagi
Lingkungan : tinggal pondok
Di sekitar ada teman yang mengalami sakit yang sama
Pada pemeriksaan mata luar didapatkan hipertrofi papil (+), folikel (+)
STEP 1
Identifikasi Kata Sulit :
-
STEP 2
Identifikasi Masalah/Pertanyaan :
1. Bagaimana hubungan lingkungan dengan keluhan yang diderita?
2. Apa kemungkinan penyakit yang diderita pasien?
3. Apa saja penyebab terjadinya penyakit tersebut, dan bagaimana cara
penularannya?
4. Bagaimana penanganan awal pada kasus ini?
Mata merah
Ngganjal Tinggal di pondok
Berair
Teman ada yang
mengalami hal yang sama
Diagnosis Banding
VOD/VOS = 6/6
Palpebra sup: Konjunctiva
palpebra didapatkan
hipertrofi papil (+), folikel
(+)
Nyeri sedikit
Benjolan (-)
Fotofobia (-)
Kotoran Mata (-)
Diagnosis : Konjungtivitis
Klamydia (Trakoma)
Penatalaksanaan
Prognosis
Hipotesis: Anak tersebut mengalami Konjungtivitis Klamydia (Trakoma) akibat
tertular temannya.
STEP 5
Learning Objectives :
1. Menjelaskan tentang diagnosis dan diagnosis banding.
2. Menjelaskan tentang etiologi dan faktor resiko dari diagnosis.
3. Menjelaskan tentang patofisiologi dari diagnosis.
4. Menjelaskan tentang manifestasi klinis Trakoma.
5. Menjelaskan tentang pemeriksaan untuk Trakoma.
6. Menjelaskan tentang penatalaksanaan yang diberikan.
7. Menjelaskan tentang komplikasi dan prognosis dari Trakoma.
8. Menjelaskan tentang pandangan Islam dari kasus pada skenario.
STEP 7
Jawaban Learning Objectives :
1. Diagnosa banding:
Konjungtivitis Konjungtivitis Konjungtivitis
Tanda & Konjungtivitis
Klamidia Folikular Folikular
Gejala Vernal
(Trakoma) Viral Kronik
Mata berair + + + -
Hiperemi ++ ++ + +
Hipertrofi
+ - - -
Bulbar
Fotofobia + + - -
Nyeri + + + -
Eksudat + - + -
Edema
+ + - -
Palpebra
Kemosis + + +/- ++
Pannus + +/- +/- +
Keratitis + + + -
Demam - ++ ++ -
Cara penularan penyakit ini adalah melalui kontak langsung dengan sekret
penderita trakoma atau melalui alat- alat kebutuhan sehari-hari seperti handuk, alat-alat
kecantikan dan lain-lain. Penularan terjadi terutama antara anak-anak dan wanita yang
merawatnya (Solomon et al, 2004).
3. Patofisiologi Trakoma
Adanya kontak langsung dengan Chlamydia Trachomatis pada keadaan tertentu
akan menyebabkan suatu keradangan konjungtiva yang disebut Trakhoma (Frick,
2006). Infeksi pada stadium dini memberikan manifestasi yang sangat bervariasi yang
biasanya mirip dengan konjungtivitis kronis pada umum-nya, yaitu mata merah, gatal,
terjadi eksudasi dan sembab pada kelopak mata. Pada tarsus bagian atas didapatkan
folikel dan hipertrofi papiler. Pada perjalanan penyakit selanjutnya, folikel akan pecah
(folikel pada Trakhoma mempunyai sifat mudah pecah) dan menimbulkan jaringan
parut. Hal ini akan mengakibatkan deformitas pada kelopak mata yang berupa
enteropion, trichiasis dan dapat juga terjadi simblepharon. Keada-an ini dapat
mengakibatkan terjadinya penyulitpenyulit dari yang ringan sampai berat. Penyulit
ringan konjungtiva menyebabkan degenerasi kis-tik dan atrofi, dan penyulit berat
menyebabkan tear defisiensi syndrome, entropion dan trichiasis. entropion ini
disebabkan oleh pengerutan sika-trik konjungtiva, sedangkan trichfiasis disebabkan
oleh sikatrik lokal pada margo palpebra (Mecaskey JW, 2003).
Penyulit pada kornea sekunder karena keratitis sikka, trichiasis serta entropion.
Adanya erosi kornea yang berulang menyebabkan terjadinya ulkus dan akhirnya
terjadilah sikatrik kornea yang luas hingga menutup visual axis dan akhirnya terjadi
kebutaan (Emerson PM, 2004).
Secara garis besar penyebaran penyakit Trachoma dari individu yang terinfeksi ke
individu yang lain dapat melaui faktor faktor (3 F) antara lain (Vaughan D, 2002) :
a. Lalat (Flies)
akan tertarik pada kotoran mata dan hidung sehingga akan hinggap di wajah
penederita Trachoma kemudian lalat akan hinggap di wajah individu lain dan
terjadilah penyebaran Chlamydia Trachomatis. Disini faktor kepadatan
penduduk ikut mempermudah penyebaran.
b. Fomites
Yaitu baju, handuk, sapu tangan, dan sebagainya yang sering dipergunakan
secara bersama sama untuk membersihkan wajah, sehingga kotoran mata dan
hidung akan berpindah dari satu induvidu ke individu yang lain.
Stadium I
Disebut sebagai stadium insipien atau stadium permulaaan. Pada tarsus superior
terlihat hipertrofi papil dan folikel folikel yang belum masak.
Stadium II.
Stadium ini disebut stadium established atau stadium nyata. Didapat-kan folikel
folikel dan papil pada tarsus superior. Stadium ini dibagi lagi menjadi dua yaitu
IIA dan IIB.
Stadium IIA. Pada tarsus superior terdapat hipertrofi papil dan folikel folikel
yang sudah mature.
Stadium IIB Pada tarsus superior terlihat lebih banyak hipertrofi papil dan
menu-tupi folikel folikel.
Stadium III
Disini mulai terbentuk jaringan parut atau sikatrik pada konjungtiva tarsal
superior yang berupa garis putih halus. Pada stadium ini masih dijum-pai
adanya folikel pada konjungtiva tarsal superior dan tampak pannus yang masih
aktif.
Stadium IV
Disebut juga trakhoma sembuh. Pada stadium ini pada konjungtiva tarsal
superior tidak ditemukan lagi folikel, yang ada hanya sikatrik dan pannus yang
tidak aktif lagi. Pada stadium ini mungkin juga ditemukan penyulit penyulit
dari trakhoma.
5. Pemeriksaan Trakoma
Pemeriksaan Fisik
6. Penatalaksaan Trakoma
Perbaikan klinis yang mencolok umumnya dapat dicapai dengan tetracycline 1-1,5
g/hari per oral dalam empat dosis terbagi selama 3-4 minggu ; doxycycline 100mg per
oral dua kali sehaei selama 3 minggu; atau erythromycin 1g/hari per oral dibagi dalam
empat dosis selama 3-4 minggu.
Tetracycline sistemik jangan diberikan pada anak di bawah umur 7 tahun atau
wanita hamil karena dapat mengikat kalsium pada gigi yang sedang berkembang dan
tulang yang tumbuh. Hal ini akan mengakibatkan perubahan warna gigi permanen
menjadi kekuningan dan kelainan kerangka (mis. Klavikula).
Berbagai studi terakhir di negara – negara berkembang menunjukkan bahwa
azithromycin 1g per oral merupakan terapi yang efektif bagi trakoma anak. Karena efek
sampingnya minimal dan mudah diberikan, antibiotik makrolida ini menjadi obat
pilihan pada kampanye pengobatan massal.
Salep atau tetes topikal, termasuk preparat sulfonamide, tetracycline, erythromycin,
dan rifampin, empat kali sehari selama 6 minggu, sama efektifnya.
Sejak dimulainya terapi, efek maksimum biasanya belum dicapai dalam 10-12
minggu. Karena itu, tetap adanya folikel pada tarsus superior selama beberapa minggu
setelah terapi berjalan sehingga jangan dipakai sebagai bukti kegagalan terapi.
Koreksi bedah harus dilakukan pada bulu mata yang membalik ke dalam unuk
mencegah parut trakoma lanjut di negara berkembang. Tindakan bedah ini kadang -
kadang dilakukan oleh dokter bukan ahli mata atau oleh orang yang dilatih khusus (Eva
& Whitcher, 2009).
7. Komplikasi dan Prognosis Trakoma
Komplikasi (Vaughan, 1996)
Parut konjungtiva
Kerusakan duktus kelenjar lakrimal
Trikiasis
Entropion
Ulserasi kornea
Prognosis
Bahwasanya Nabi Muhammad SWA memiliki celak. Dia bercelak setiap malam 3 kali pada
mata kanan dan dua kali pada mata sebelahnya." (HR. At Tirmidzi).
DAFTAR PUSTAKA
Emerson PM, Lindsay SW, Alexander N, Bah M, Dibba SM, et al. 2004. Role Of Lies
and Provision Of Latrines in Trachoma A Control: Cluster – Randomised Controlled
Trial.
Eva, P.R., Whitcher, J.P. 2009. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum Edisi 17.
Jakarta : EGC.
Frick KD, Hanson CL, Jacobson GA. 2006. Global Burden Of Trachoma And
Economic Of The Disease. Am J Trop Med Hyg.
Mecaskey JW, Knirsch CA, Kumaresan JA, Cook JA. 2003. The Possibility Of
Eliminating Blinding Trachoma. Lancet Infect Dis.
Vaughan, Daniel G dkk. 1996. Oftalmologi Umum. Jakarta : Penerbit Widya Medika.