Professional Documents
Culture Documents
Case F200 Mishel Fix BGT BGT
Case F200 Mishel Fix BGT BGT
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Usia : 36 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Anak ke : 1 dari 3 bersaudara
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Suku : Jawa
Status : Menikah
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Desa Air Batang Kab. Kaur
No RM : 053857
Masuk Poli : 11 Mei 2018 pukul 09.30 WIB
Tanggal Pemeriksaan : 11 Mei 2018 pukul 10.30 WIB
B. RIWAYAT PSIKIATRI
(Heteroanamnesis)
1. Keluhan Utama
Pasien sering marah marah tak beralasan dan susah tidur sejak ± 1
bulan yang lalu
5. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak kesatu dari tiga bersaudara, situasi dalam
keluarga cukup baik, dukungan dari keluarga selama pasien sakit cukup
baik. Bapak pasien meninggal 2 tahun yang lalu. Pasien paling dekat dengan
adik. Tidak ada riwayat sakit seperti ini dalam keluarga
Genogram
2. Keadaan Afektif
a. Mood : Labil
b. Afek : Tumpul
c. Keserasian : Serasi
3. Gangguan Persepsi
- Halusinasi visual ada : pasien mengaku berulang kali didatangi arwah
nenek moyang sehingga pasien mengaku tidak bisa tidur.
- Halusinasi auditorik ada : pasien sering mendengar suara bisikan yang
pasien tidak tahu dari mana arah suaranya untuk bicara kotor. Pasien
mulai mendengar suara bisikan di telinga tersebut sejak ± 2 bulan terakhir
- Ilusi tidak ada
4. Proses Pikir
1. Bentuk pikir : Non Realistik
2. Arus pikir
a. Produktivitas :pasien dapat menjawab spontan saat diajukan pertanyaan,
namun terkadang pasien saat ditanya tiba-tiba terdiam (blocking)
kemudian setelah itu bertanya kembali mengenai pertanyaannya.
b. Kontinuitas : Koheren, mampu memberikan jawaban sesuai
pertanyaan
c. Hendaya berbahasa : Tidak terdapat hendaya berbahasa
3. Isi pikiran : Waham curiga (+) pasien kerap kali mencurigai
suaminya jika pergi kemana-mana. Pasien juga sering mencurigai
suaminya berselingkuh.
5. Fungsi Intelektual / Kognitif
a. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan
Taraf pendidikan
Pasien lulusan SMA
Pengetahuan Umum
Baik, pasien dapat menjawab dengan tepat siapa gubernur saat ini
dan presiden Indonesia
b. Daya konsentrasi dan perhatian
Konsentrasi pasien baik, pasien dapat mengurangkan angka 100
dikurang 7, dan 100 dikali 61.
Perhatian pasien baik, pasien bisa menjawab semua pertanyaan yang
diajukan dengan sistematis dan jelas.
c. Orientasi
Waktu :Baik, pasien mengetahui saat wawancara saat pagi hari
Tempat : Baik, pasien mengetahui dia sedang berada di RSKJ.
Orang : Baik, pasien mengetahui nama ayahnya, dan mengetahui
sedang diwawancara oleh siapa.
d. Daya Ingat
Daya ingat jangka panjang
Baik, pasien mengingat cerita masa kecilnya dan menceritakan
dengan lengkap.
Daya ingat jangka menengah
Baik, pasien dapat mengingat aktifitas yang dilakukan pada bulan
lalu.
Daya ingat jangka pendek
Baik, pasien dapat mengingat makan kemaren dengan lauk apa.
Daya ingat segera
Baik, pasien dapat mengingat nama pemeriksa.
Akibat hendaya daya ingat pasien
Tidak terdapat hendaya daya ingat pada pasien saat ini.
e. Kemampuan baca tulis: baik
f. Kemampuan visuospatial: baik
g. Berpikir abstrak: baik, pasien dapat menjelaskan persamaan mangga dan
jeruk
h. Kemampuan menolong diri sendiri : baik, pasien mau melakukan
perawatan diri sehari- hari seperti mandi, makan dan minum,
membersihkan tempat tidur
6. Pengendalian Impuls
Pengendalian impuls pasien baik, selama wawancara pasien dapat
mengendalikan emosi dengan baik dan tampak selama pemeriksaan
dilakukan pasien tenang.
7. Tilikan
Tilikan derajat 2, karena pasien menyadari bahwa dirinya mengalami stres,
tetapi pasien juga merasa bahwa dirinya tidak memiliki sakit dalam
kejiwaannya
8. Taraf Dapat Dipercaya
Kemampuan pasien untuk dapat dipercaya cukup baik, pasien dengan jujur
bercerita mengenai peristiwa yang terjadi, dan di cross check juga dengan
keterangan dari suami pasien yang menceritakan kejadian yang serupa,
tetapi pasien tidak mau berkata jujur tentang kejadian perubahan sikapnya
setelah ayahnya menikah lagi.
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
a. KU : Tampak tenang
b. Sensorium : CM (GCS: E4 V5 M6), kualitas berubah
a. Vital Sign
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 76 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,7oC
2. Status Internus
Kepala rambut tidak mudah dicabut, dan warna rambut hitam
Mata sklera ikterik -/-, conjungtiva palpbera anemis -/-
3. Status Neurologis
a. Saraf kranial : dalam batas normal
b. Saraf motorik : dalam batas normal
c. Sensibilitas : dalam batas normal
d. Susunan saraf vegetatif : dalam batas normal
e. Fungsi luhur : dalam batas normal
F. FORMULASI DIAGNOSIS
Aksis 1
Tidak ada riwayat trauma kepala dan penyakit fisik yang menyebabkan
disfungsi otak, sehingga bukan bagian dari F0. Pasien mengaku tidak merokok
dan tidak pernah mengonsumsi alcohol, riwayat penggunaan zat psikoaktif
disangkal oleh pasien, bukan bagian diagnosis F1. Pada pasien ditemukan
adanya gangguan dalam menilai realitas yang ditandai dengan adanya
halusinasi visual & auditorik, waham curiga, ± 2 bulan terakhir sehingga
termasuk diagnosis skizofrenia (F20). Pasien pasien mencurigai suaminya jika
pergi kemana-mana dan mencurigai suaminya berselingkuh, sehingga
diagnosis pada aksis I adalah skizofrenia paranoid (F20.0).
Aksis II
Ciri kepribadian paranoid
Aksis III
Pada anamnesis, pemeriksaan fisik, didapati IMT 25,90 sehingga
diklasifikasikan obesitas.
Aksis IV
Masalah pengetahuan keluarga yang kurang tentang penyakit pasien
Aksis V
GAF Scale 50-41
G. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
1. Aksis I
F.20.0 Skizofrenia Paranoid
2. Aksis II
Ciri kepribadian paranoid
3. Aksis III
E66.0 Obesitas
4. Aksis IV
Masalah pengetahuan keluarga yang kurang tentang penyakit pasien
5. Aksis V
GAF scale 50-41
H. PROGNOSIS
Kesimpulan prognosis pada
pasien berdasarkan wawancara
di atas sebagai berikut :
I. Terapi
Psikofarmaka
o Clozapin tablet 1 x 12,5 mg
o Risperidone tablet 2 x 2 mg
o Trihexylphenidil talet 2 x 2 mg (jika EPS muncul)
Psikoterapi & Edukasi
Psikoterapi yang diberikan pasien adalah psikoterapi suportif,
psikoterapi reedukatif, dan terapi kognitif-perilaku.
- Psikoterapi suportif bertujuan untuk memperkuat mekanisme defens
(pertahanan) pasien terhadap stres. Hal ini dilakukan mengingat
toleransi (kemampuan) pasien mengahadapi stres (tekanan, kecewa,
frustasi) rendah. Selain itu pasien mudah stres, mengurung diri
dikamar, tidak mau berbicara dengan keluarga bila ada masalah. Perlu
diadakannya terapi untuk meningkatkan kemampuan pengendalian diri
dan menghadapi masalah.
- Psikoterapi reedukatif bertujuan untuk meningkatkan insight
(pengetahuan pasien) terhadap penyakitnya serta mengembangkan
kemampuannya untuk menunjang penyembuhan dirinya. Selain itu
juga meningkatkan pengetahuan keluarga untuk mendukung
kesembuhan pasien. Peningkatan pengetahuan dilakukan dengan
edukasi baik terhadap pasien maupun keluarga.
- Psikoterapi rekonstruktif bertujuan untuk dicapainya tilikan akan
konflik-konflik nirsadar dengan usaha untuk mencapai perubahan
struktur luas kepribadian. Membangun kembali kepercayaan diri
pasien, menjelaskan kepada pasien bahwa pasien memiliki bakat
karena pasien memiliki otak yang cerdas. Menolak semua pikiran
negatif mengenai dirinya, dan menyarankan untuk tidak menghiraukan
suara halusinasi atau halusinasi visual yang menggganggu dirinta
tersebut.
- Edukasi
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, “schizein”yang berarti
“terpisah”atau “pecah”, dan “phren” yang artinya “jiwa”. Pada skizofrenia
terjadi pecahnya atau ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku.
Secara umum, simptom skizofrenia dapat dibagi menjadi tiga golongan: yaitu
simptom positif, simptom negative, dan gangguan dalam hubungan
interpersonal1.
Jenis skizofrenia ini agak berbeda dari jenis-jenis yang lain dalam
jalannya jenis penyakit. Jenis ini mulai sesudah umur 30 tahun, penderita
mudah tersinggung, cemas, suka menyendiri, agak congkak dan kurang
percaya pada orang lain. Hal ini dilakukan penderita karena adanya waham
kebesaran dan atau waham kejar ataupun tema lainnya disertai juga dengan
halusinasi yang berkaitan3.
penyakitnya. Juga, kekuatan ego paranoid cenderung lebih besar dari pasien
katatonik dan terdisorganisasi. Pasien skizofrenik paranoid menunjukkan
regresi yang lambat dari kemampuanmentalnya, respon emosional, dan
perilakunya dibandingkan tipe lain pasien skizofrenik2.
2.2 ETIOLOGI
Skizofrenia didiskusikan seolah-olah sebagai suatu penyakit tunggal
namun kategori diagnostiknya mencakup sekumpulan gangguan, mungkin
dengan kausa heterogen tapi dengan perilaku yang sedikit banyak
berupa.Pasien skizofrenia menunjukan presentasi klinis, respons terhadap
terapu dan perjalan penyakit yang berbeda-beda. 1
Biokimia
Etiologi biokimia skizofrenia belum diketahui.Hipotesis yang paling
banyak yaitu adanya gangguan neurotransmitter sentral yaitu terjadinya
peningkatan aktivitas dopamine sentral (hipotesis dopamine). Hipotesis ini
dibuat berdasarkan tiga penemuan utama : 2
1. Efektivitas obat-obat neuroleptic (misalya fenotiazin) pada skizofrenia, ia
bekerja memblok reseptor dopamine pasca sinaps (tipe D2).
2. Terjadinya psikosis akibat penggunaan amfetamin. Psikosis yang terjadi
sukar dibedakan, secara klinik, dengan psikosis skizofrenia paranoid akut.
Amfetamin melepaskan dopamine sentral. Selain itu, amfetamin juga
memperburuk skizofrenia.
3. Adanya peningkatan jumlah reseptor D2 di nucleus kaudatus, nucleus
akumben, dan putamen pada skizofrenia.
17
Penelitian reseptor D1, D5, dan D4, saat ini tidak memberika banyak
hasil. Teori lain yaitu peningkatan serotonin disusunan saraf pusat (terutama
5HT2A) dan kelebihan NE di forebrain limbic (terjadi pada beberapa penderita
skizofrenia). Setelah pemberian obat yang bersifat antagonis terhadap
neurotransmitter tersebut terjadi perbaikan klinik skizofrenia. 2
Genetika
Skizofrenia mempunyai komponen yang diturunkan secara signifikan,
kompleks dan poligen.Sesuai dengan penelitian hubungan darah, skizofrenia
adalah gangguan bersifat keluarga (misalnya terdapat dalam
keluarga).Semakin dekat hubungan kekerabatan semakin tinggi resiko.Pada
penelitian anak kembar, kembar monozigot mempunyai resiko 4-6 kali lebih
sering menjadi sakit bila dibandingkan dengan kembar dizigot. Pada
penelitian adopsi, waktu lahir, oleh keluarga normal, peningkatan angka
sakitnya sama dengan bila anak-anak tersebut diasuh sendiri oleh orang
tuanya yang skizofrenia. Frekuensi kejadian gangguan non-psikotik
meningkat pada keluarga skizofrenia dan secara genetic dikaitkan dengan
gangguan kepribadian ambang dan skizotipal, gangguan obsesif-kompulsi,
dan kemungkinan dihubungkan dengan gangguan kepribadian paranoid dan
anti sosial. 2
Faktor Keluarga
Kekacauan dan dinamika keluarga memegang peranan penting dalam
menimbulkan kekambuhan dan mempertahankan remisi. Pasien yang sering
pulang kerumah sering relaps pada tahun berikutnya bila dibandingkan
dengan pasien yang ditempatkan residensial. Pasien yang berisiko adalah
pasien yang tinggal bersama keluarga yang hostilitas, memperlihatkan
kecemasan yang berlebihan, sangat protektif terhadap pasien, terlalu ikut
campur, sangat pengeritik.Pasien skizofrenia sering tidak dibebaskan oleh
keluarganya. Beberapa peniliti mengidentifikasikan suatu cara komunikasi
yang patologi dan aneh pada keluarga-keluarga skizofrenia. Kemunikasi
sering samar-samar atau tidak jelas dan sedikit tidak logis.Pada tahun 1956,
18
2.3 EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, prevalensi seumur hidup skizofrenia sekitar 1 %,
yang berarti bahwa kurang lebih 1 dari 100 orang akan mengalami skizofrenia
selama masa hidupnya. Studi epidemiologi Catchman Area (ECA) yang
disponsori National Institute of Mental Health (NIMH) melaporkan
prevalensi seumur hidup sebesar 0,6-1,9 %. Menurut DSM-IV-TR, insidensi
tahunan skizofrenia berkisar antara 0,5-5,0 per 10 000 dengan beberapa
variasi geografik (contoh, insidens lebih tinggi pada orang yang lahir di
daerah perkotaan di negara maju). Skizofrenia ditemukan pada semua
masyarakat dan area geografis dan angka insidens serta prevalensinya secara
kasar merata di seluruh dunia. Di A.S kurang lebih 0,05 % populasi total
menjalani pengobatan untuk skizofrenia setiap tahun dan hanya sekitar
setengah dari semua pasien skizofrenia mendapatkan pengobatan, meskipun
penyakit ini termasuk penyakit berat.2
beragam untuk tampail secara memadai pada situasi social atau gejala
gangguan mood yang signifikan datang datang dan pergi selama perjalanan
penyakit skizofrenia.Ketiga klinisi harus mempertimbangkan pnedidikan
pasien, kemampuan intelektual, serta keanggotaan kultural dan
subcultural.Kemampuan yang terganggu untuk memahami konsep abstrak,
contohnya, dapat mencermikan tingkat pendidikan pasien maupun
intelegensinya.Organisasi religious dan sekte memiliki adat istiadat yang
tampak aneh bagi orang luar namun normal bagi mereka yang berada dalam
situasi kultural tersebut.3
Perasaan Prekoks
Sejumlah klinis berpengalaman melaporkan adanya perasaan prekoks,
yaitu suatu pengalaman intuitif akan ketidak mampuan mereka untuk
membangun rapport emosional dengan seorang pasien. Meski pengalaman ini
lazim dijumpai, tidak ada data yang mengidentifikasikan bahwa hal tersbeut
merupakan kriteria yang sahih atau dapat diandalkan dalam diagnosis
skizorenia.3
Gangguan Peresptual
Panca indera yang manapun dapat dipengaruhi pengalaman
halusinatorik pada pasien skizofrenia. Meski demikian halusinasi yang paling
umum adalah halusinasi auditorik , dengan suara yang sering kali
mengancam, bersifat cabul, menuduh atau menghina. Dua atau lebih suara
dapat saling bercakap-cakap, atau satu suara dapat mengkomentari kehidupan
atau perilaku pasien.Halusinasi visual juga lazim, namun halusinasi taktil,
olfatorik dan gustatorik tidak biasa dijumpai, adanya halusinasi semacam itu
seyogyanya mendorong klinisi untuk mempertimbangkan kemungkinan
gangguan neurologis atau medis yang mendasari yang menyebabkan
keseluruhan sindrom.3
Ilusi
Sebagaimana dibedakan dari halusinasi, ilusi merupakan distorsi citra
atau sensasi yang nyata, sementara halusinasi tidak didasarkan pada citra atau
sensasi yang nyata.Ilusi dapat terjadi pada pasien skizofrenik selama fase
aktif, namun dapat pula terjadi selama fase prodromal dan selama periode
remisi.Bila ilusi atau halusinasi terjadi, klinisi sebaiknya mempertimbangkan
kemungkinan adanya kausa terkait zat untuk gejala tersebut, bahkan jika
pasien telah didiagnosis skizofrenia.3
Pikiran
Gangguan pikiran merupakan gejala yang paling sulit dipahami banyak
klinisi dan mahasiswa namun mungkin menjadi gejala inti skizofrenia.
Pembagian gangguan pikir menjadi gangguan isi pikir, bentuk pikir, dan
proses pikir adalah salah satu cara menjernihkannya.3
Isi Pikir
Gangguan isi pikir mencerminkan ide, kepercayaan, dan interpretasi
pasien terhadap rangsang.Waham, contoh gangguan isi pikir yang paling
jelas, bervariasi pada skizofrenia dan dapat berbentuk kejar, kebesaran,
religious atau somatic.
22
Bentuk Pikir
Gangguan bentuk pikir secara objektif dapat diamati pada bahasa tutur
atau tertulis seorang pasien.Gangguan ini mencakup asosiasi longgar,
melantur, inkoherensi, tangensial, sirkumstansialitas, neologisme, ekolalia,
verbigerasi, world salad, dan mutisme.Meski asosiasi longgar dahulu disebut
patognomonik untuk skizofrenia, gejala ini juga sering terdapat pada
mania.Membedakan antara asosiasi longgar dan tangensialitas dapat menjadi
sulit bahkan untuk klinisi yang paling berpengalaman sekalipun.3
Proses Pikir
Gangguan proses pikir menyangkut bagaimana suatu ide dan bahasa
dirumuskan. Pemeriksa menyimpulkan suatu gangguan dari apa dan
23
Impulsivitas
Pasien skizofrenia menjadi agitasi dan memiliki pengendalian impuls
yang minim saat sedang sakit. Mereka juga mungkin mengalami sensitivitas
social yang berkurang dan tampak impulsive saat, contohnya merebut rokok
dari orang lain, tiba-tiba mengganti saluran televise atau melempar makanan
ke lantai. Beberapa perilaku yang tampak impulsive, termasuk percobaan
bunuh diri dan pembunuhan, mungkin respon terhadap halusinasi yang
memerintahkan pasien untuk bertindak.3
Kekerasan
Perilaku kekerasan ( tidak termasuk pembunuhan ) lazim djumpai
diantara pasien skizofrenik yang tak diobati. Waham yang bersifat kejar,
episode kekerasan sebelumnya, dan defisit neurologis merupakan risiko
perilaku kekerasan atau impulsif.3
Memori
24
Reliabilitas
Seorang pasien skizofrenia tidak kurang dapat dipercaya dibanding
pasien pskiatrik lain. Namun, sifat gangguan tersebut mengaruskan pemeriksa
untuk memeriksa kembali informasi yang penting dari sumber tambahan.3
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada
secara jelas:
(a) halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun setengah berbentuk
tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ide-ide berlebihan
(over- valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari
selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus berulang.4
(b)Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidak relevan, atau neologisme;4
26
Catatan : Hanya diperlukan satu simtom dari kriteria a, jika delusi yang
muncul bersifat kacau (bizare) atau halusinasi terdiri dari beberapa
suara yang terus menerus mengkomentari perilaku atau pikiran pasien,
atau dua atau lebih suara yang saling berbincang antara satu dengan
yang lainnya.
2.6 PENATALAKSANAAN
A. Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)
29
B. Farmakoterapi
Pengobatan antipsikotik, yang diperkenalkan awal tahun 1950-an
telah merevolusi penanganan skizofrenia. Kurang lebih dia sampai empat
kali lipat pasien mengalami relaps bila diobati dengan placebo
dibandingkan mereka yang menerima antipsikotik. Namun, obat-obat ini
hanya menangani gejala gangguan, tidak menyembuhkan skizofrenia. Obat
antipsikotik mencakup dua kelas utama: antagonis resptor dopamine.3
C. Terapi Psikososial
Terapi Perilaku
Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan
keterampilan social untuk meningkatkan kemampuan social, kemampuan
memenuhi diri sendiri, latihan praktis dan komunikasi
intrapersonal.Perilaku adaptif adala didorong dengan pujian atau hadiah
31
yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak istimewa
dan hak jalan dirumah sakit. Dengan demikian perilaku maladaptive dan
menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara sendirian di masyarakat
dan postur tubuh aneh dapat diturunkan.3
Terapi berorintasi-keluarga
Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali
dipulangkan dalam keadaan remisi parsial,dimana pasien skizofrenia
kembali seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat
namun intensif (setiap hari). Setelah periode pemulangan segera, topik
penting yang dibahas didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan,
khususnya lama dan kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam
cara yang jelas mendorong sanak saudaranya yang terkena skizofrenia
untuk melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu
optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang sifat skizofrenia dan
dari penyangkalan tentang keparahan penyakitnya.-Ahli terapi harus
membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa menjadi
terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa
terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps. Didalam
penelitian terkontrol, penurunan angka relaps adalah dramatik. Angka
relaps tahunan tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 %
dengan terapi keluarga.3
Terapi kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada
rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata.Kelompok
mungkin terorientasi secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika
atau tilikan, atau suportif.Terapi kelompok efektif dalam menurunkan
isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas
bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan cara suportif,
bukannya dalam cara interpretatif, tampaknya paling membantu bagi
pasien skizofrenia.3
32
Psikoterapi individual
Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual
dalam pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi
akan membantu dan menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep
penting di dalam psikoterapi bagi pasien skizofrenia adalah perkembangan
suatu hubungan terapetik yang dialami pasien.Pengalaman tersebut
dipengaruhi olehdapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli
terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan
oleh pasien.Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang
ditemukan di dalam pengobatan pasien non-psikotik.Menegakkan
hubungan seringkali sulit dilakukan, pasien skizofrenia seringkali kesepian
dan menolak terhadap keakraban dan kepercayaan dan kemungkinan
sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika seseorang mendekati.
Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia, perintah sederhana,
kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah
lebih disukai daripada informalitas yang prematur dan penggunaan
nama pertama yang merendahkan diri. Kehangatan atau profesi
persahabatan yang berlebihan adalah tidak tepat dan kemungkinan
dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau eksploitasi.3
2.7 PROGNOSIS
Sejumlah studi telah menunjukkan bahwa selama periode 5 sampai 10
tahun rawat inpa psikiatrik yang pertama untuk skizofrenia, hanya sekitar 10
% sampai 20% pasien yang dapat dideskripsikan memiliki hasil akhir yang
baik. Lebih dari 50% pasien dapat digambarkan memiliki hasil akhir yang
buruk, dengan rawat inap berulang, eksaserbasi gejala, episode gangguan
mood mayor, dan percobaan bunuh diri. Meski terdapat gambaran yang
kelam ini, skizofrenia tidak selalu memiliki perjalanan penyakit yang
memburuk, dan sejumlah faktor dikaitkan dengan prognosis yang baik3.
33
BAB III
PEMBAHASAN
hipotensi tidak dapat diberikan obat ini. Dosis anjuran 2 – 6 mg/hari pada
pasien diberikan 2 x 2 mg dosis sudah tepat sebagai terapi untuk pasien.
Pasien diberikan juga Clozapin 1 x 12,5 mg yang merupakan APG II yang
pertama dikenal, kurang menyebabkan timbulnya EPS, tidak menyebabkan
terjadinya tardice dyskinesia dan tidak terjadi peningkatan dari prolaktin.
Clozapine merupakan gold standard pada pasien yang telah resisten
dengan obat antipsikotik lainnya. Profil farmakologiknya atipikal bila
dibandingkan dengan antipsikotik lain. Dibandingkan terhadap psikotropik
yang lain, clozapine menunjukkan efek dopaminergik rendah, tetapi dapat
mempengaruhi fungsi saraf dopamin pada sistem mesolimbik-
mesokortikal otak, yang berhubungan dengan fungsi emosional dan mental
yang lebih tinggi, yang berbeda dari dopamin neuron di daerah
nigrostriatal (darah gerak) dan tuberoinfundibular (daerah neruendokrin).
Clozapine efektif untuk menggontrol gejala-gejala psikosis dan skizofrenia
baik yang positif (iritabilitias) maupun yang negatif (social disinterest dan
incompetence, personal neatness). Efek yang bermanfaat terlihat dalam
waktu 2 minggu, diikuti perbaikan secara bertahap pada minggu-minggu
berikutnya. Dosis 1 – 2 x 12,5 mg, berikutnya ditingkatkan 25 – 50 mg /
hari sp 300 – 450 mg / hari dengan pemberian terbagi.
Obat ini berguna untuk pasien yang refrakter dan terganggu berat
selama pengobatan. Selain itu, karena resiko efek samping EPS yang
sangat rendah, obat ini cocok untuk pasien yang menunjukkan gejala EPS
yang berat bila diberikan antipsikosis yang lain
Trihexylphenidyl tablet 2 x 2 mg, merupakan antikolinergik digunakan
apabila ada gejala ekstrapiramidal akibat penggunaan antipsikotik atipikal,
gejala tersebut seperti distonia akut, akatisia dan sindrom parkinsonisme
(tremor,bradikinesia,rigiditas). Obat ini tergolong obat antikolinergik
sehingga efek terhadap gejala ektrapiramidal. Tablet trihexyphenidyl
diberikan jika efek ekstrapiramidal muncul1
36
DAFTAR PUSTAKA