You are on page 1of 36

BAB I

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Usia : 36 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Anak ke : 1 dari 3 bersaudara
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Suku : Jawa
Status : Menikah
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Desa Air Batang Kab. Kaur
No RM : 053857
Masuk Poli : 11 Mei 2018 pukul 09.30 WIB
Tanggal Pemeriksaan : 11 Mei 2018 pukul 10.30 WIB

B. RIWAYAT PSIKIATRI
(Heteroanamnesis)
1. Keluhan Utama
Pasien sering marah marah tak beralasan dan susah tidur sejak ± 1
bulan yang lalu

2. Riwayat Gangguan Sekarang


Pasien baru pertama kali datang, diantar oleh keluarga dengan keluhan
sering marah marah tak beralasan dan susah tidur sejak ± 1 bulan yang lalu.
. Sejak 2 bulan terakhir ini pasien terlihat lebih sering melamun,
pendiam dan mengurung diri. Terkadang pasien sering bicara dan tertawa
sendirian di rumah. Pasien sering mendengar suara bisikan yang pasien tidak
tahu dari mana arah suaranya untuk bicara kotor. Pasien mulai mendengar
suara bisikan di telinga tersebut sejak ± 2 bulan terakhir. Pasien juga lebih
gampang tersinggung dan mudah marah. Pasien juga sering marah-marah
dirumah jika ditegur sesuatu, apabila marah, pasien merusak dan
membanting barang-barang yang ada dirumah. Selama kehidupan berumah
tangga dengan suaminya, pasien kerap kali mencurigai suaminya jika pergi
kemana-mana. Pasien juga sering mencurigai suaminya berselingkuh. Di
samping itu, pasien mengaku berulang kali didatangi arwah nenek moyang
sehingga pasien mengaku tidak bisa tidur karena hal tersebut.

3. Riwayat Gangguan Sebelumnya


a. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya, pernah ke RSKJ
di Jawa sebanyak 7 kali sejak tahun 2013, 6 kali berobat ke Nganjuk, 1
kali di Solo.
b. Riwayat Gangguan Medik
 Riwayat kejang demam disangkal
 Riwayat epilepsi disangkal
 Riwayat trauma kepala disangkal
 Riwayat pingsan / kehilangan kesadaran sebelumnya disangkal
 Riwayat alergi disangkal
 Riwayat asma disangkal
 Riwayat stroke disangkal
 Riwayat hipertensi disangkal
 Riwayat diabetes mellitus disangkal
c. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif / Alkohol
Pasien mengaku tidak pernah mengonsumsi alkohol & tidak merokok.
Pasien menyangkal penggunaan obat-obatan tertentu.
4. Riwayat Kehidupan Pribadi
a. Riwayat pranatal
Pasien mengaku lupa riwayat pranatal pasien.
b. Riwayat perinatal
Pasien mengaku lahir spontan, pasien mengaku tidak tahu yang
menolong lahir pasien. Pasien tidak tahu berapa berat badan lahir
.Pasien tidak tahu apakah pasien diimunisasi lengkap dan pasien tidak
tahu langsung menangis pada saat dilahirkan.
c. Riwayat masa kanak-kanak awal (0-3 tahun).
Pasien mengaku lupa riwayat masa kanak-kanak awal pasien
d. Riwayat masa kanak pertengahan (3-11 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pada masa kanak-kanak normal dan
sama seperti anak-anak lainnya.Pasien tergolong anak yang dianggap
kalem. Pasien menempuh pendidikan SD, dan selama sekolah pasien
masuk di peringkat bawah dikelasnya, pasien memiliki sedikit teman.
e. Riwayat Masa Remaja
Pasien melanjutkan pendidikan ke jenjang SMP sembari membantu
membantu orang tuanya di kebun. Pasien memiliki sedikit teman.
f. Riwayat Masa Dewasa
Setelah tamat SMA, pasien tidak bekerja,. Terkadang membantu
pekerjaan oran tuanya, kemudian pergi keluyuran keluar rumah ke
tempat temannya.
g. Riwayat pendidikan
Pasien merupakan tamatan SMA. selama sekolah, prestasi pasien biasa
biasa saja.
h. Riwayat pernikahan
Pasien sudah menikah dan sudah mempunyai 2 orang anak dari hasil
perkawinannya dari suaminya saat ini.
i. Riwayat kehidupan beragama
Pasien beragama Islam dan tidak rajin beribadah .
j. Riwayat psikoseksual
Pasien tidak memiliki kelainan dalam riwayat psikoseksual. Pasien
menyukai lawan jenis, tidak pernah mendapatkan pelecehan seksual atau
melakukan pelecehan seksual..
k. Riwayat pelanggaran hukum
Pasien tidak pernah melakukan pelanggaran hukum dan terlibat dalam
masalah hukum.
l. Aktivitas sosial
Pasien saat ini jarang berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Pasien
sekarang jadi lebih mudah marah, gampang tersinggung dan lebih suka
berada di dalam rumah.

5. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak kesatu dari tiga bersaudara, situasi dalam
keluarga cukup baik, dukungan dari keluarga selama pasien sakit cukup
baik. Bapak pasien meninggal 2 tahun yang lalu. Pasien paling dekat dengan
adik. Tidak ada riwayat sakit seperti ini dalam keluarga
Genogram

6. Situasi Kehidupan Sekarang


Pasien tinggal berempat dengan suami, kedua anaknya di sebuah
rumah yang dibangun sendiri yang memiliki dua kamar tidur satu ruang
tamu, satu kamar mandi dan pekarangan rumah.
Pasien jarang bergaul dengan tetangganya.

7. Persepsi Pasien Terhadap Dirinya dan Lingkungannya


Pasien menuruti keinginan suami dan keluarganya untuk berobat dan
mendapat perawatan di RS Khusus Jiwa, meski kadang kadang pasien
menyangkal mengalami gangguan jiwa.

C. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


1. Deskripsi Umum
a. Penampilan
Perempuan berusia 36 tahun,paras sesuai umur dengan postur tubuh
yang piknikus, kesan gizi pasien berlebih. Pasien memakai Pasien
menggunakan baju kaos berwarna oranye dan rok hitam. Penampilan
tidak rapi dan tubuh kurang terawat. Pasien tampak tenang dan cukup
bisa mau diajak berkomunikasi.
b. Kesadaran
Kompos mentis, kualitas berubah
c. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Keadaan pasien tenang. Pasien sesekali memperlihatkan gerak-gerik
yang tidak bertujuan, gerak berulang seperti menyeringai diakhir bicara
d. Pembicaraan
 Kuantitas: Pasien dapat menjawab pertanyaan, namun kurang dapat
mengungkapkan isi hatinya dengan jelas.
 Kualitas: pasien dapat menjawab pertanyaan jika ditanya. Pasien
kurang dapat bercerita spontan, pasien hanya menjawab pertanyaan
terkait yang ditanyakan. Intonasi berbicara pasien cukup jelas.
Pembicaraan dapat dimengerti.
e. Tidak ada hendaya berbahasa
f. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien kooperatif, kontak mata tidak adekuat. Pasien selalu menjawab
pertanyaan dengan melihat kebawah namun dapat menjawab pertanyaan
dengan baik.

2. Keadaan Afektif
a. Mood : Labil
b. Afek : Tumpul
c. Keserasian : Serasi

3. Gangguan Persepsi
- Halusinasi visual ada : pasien mengaku berulang kali didatangi arwah
nenek moyang sehingga pasien mengaku tidak bisa tidur.
- Halusinasi auditorik ada : pasien sering mendengar suara bisikan yang
pasien tidak tahu dari mana arah suaranya untuk bicara kotor. Pasien
mulai mendengar suara bisikan di telinga tersebut sejak ± 2 bulan terakhir
- Ilusi tidak ada

4. Proses Pikir
1. Bentuk pikir : Non Realistik
2. Arus pikir
a. Produktivitas :pasien dapat menjawab spontan saat diajukan pertanyaan,
namun terkadang pasien saat ditanya tiba-tiba terdiam (blocking)
kemudian setelah itu bertanya kembali mengenai pertanyaannya.
b. Kontinuitas : Koheren, mampu memberikan jawaban sesuai
pertanyaan
c. Hendaya berbahasa : Tidak terdapat hendaya berbahasa
3. Isi pikiran : Waham curiga (+) pasien kerap kali mencurigai
suaminya jika pergi kemana-mana. Pasien juga sering mencurigai
suaminya berselingkuh.
5. Fungsi Intelektual / Kognitif
a. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan
 Taraf pendidikan
Pasien lulusan SMA
 Pengetahuan Umum
Baik, pasien dapat menjawab dengan tepat siapa gubernur saat ini
dan presiden Indonesia
b. Daya konsentrasi dan perhatian
Konsentrasi pasien baik, pasien dapat mengurangkan angka 100
dikurang 7, dan 100 dikali 61.
Perhatian pasien baik, pasien bisa menjawab semua pertanyaan yang
diajukan dengan sistematis dan jelas.
c. Orientasi
 Waktu :Baik, pasien mengetahui saat wawancara saat pagi hari
 Tempat : Baik, pasien mengetahui dia sedang berada di RSKJ.
 Orang : Baik, pasien mengetahui nama ayahnya, dan mengetahui
sedang diwawancara oleh siapa.
d. Daya Ingat
 Daya ingat jangka panjang
Baik, pasien mengingat cerita masa kecilnya dan menceritakan
dengan lengkap.
 Daya ingat jangka menengah
Baik, pasien dapat mengingat aktifitas yang dilakukan pada bulan
lalu.
 Daya ingat jangka pendek
Baik, pasien dapat mengingat makan kemaren dengan lauk apa.
 Daya ingat segera
Baik, pasien dapat mengingat nama pemeriksa.
 Akibat hendaya daya ingat pasien
Tidak terdapat hendaya daya ingat pada pasien saat ini.
e. Kemampuan baca tulis: baik
f. Kemampuan visuospatial: baik
g. Berpikir abstrak: baik, pasien dapat menjelaskan persamaan mangga dan
jeruk
h. Kemampuan menolong diri sendiri : baik, pasien mau melakukan
perawatan diri sehari- hari seperti mandi, makan dan minum,
membersihkan tempat tidur
6. Pengendalian Impuls
Pengendalian impuls pasien baik, selama wawancara pasien dapat
mengendalikan emosi dengan baik dan tampak selama pemeriksaan
dilakukan pasien tenang.
7. Tilikan
Tilikan derajat 2, karena pasien menyadari bahwa dirinya mengalami stres,
tetapi pasien juga merasa bahwa dirinya tidak memiliki sakit dalam
kejiwaannya
8. Taraf Dapat Dipercaya
Kemampuan pasien untuk dapat dipercaya cukup baik, pasien dengan jujur
bercerita mengenai peristiwa yang terjadi, dan di cross check juga dengan
keterangan dari suami pasien yang menceritakan kejadian yang serupa,
tetapi pasien tidak mau berkata jujur tentang kejadian perubahan sikapnya
setelah ayahnya menikah lagi.

D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
a. KU : Tampak tenang
b. Sensorium : CM (GCS: E4 V5 M6), kualitas berubah
a. Vital Sign
 TD : 120/80 mmHg
 Nadi : 76 x/menit
 RR : 20 x/menit
 Suhu : 36,7oC

2. Status Internus
Kepala rambut tidak mudah dicabut, dan warna rambut hitam
Mata sklera ikterik -/-, conjungtiva palpbera anemis -/-

Hidung deformitas (-), tidak ada sekret.

Telinga deformitas (-) pengeluaran sekret (-).

Mulut bibir tidak sianosis, mukosa lidah merah

Leher dalam batas normal

Thorax tidak terdapat scar, simetris kiri dan kanan

Paru vesikuler., rhonki -/-, wheezing -/-

Jantung BJ I-II reguler, mumur -, gallop -

Abdomen cembung, lemas, BU + normal, nyeri tekan (-)

Ektremitas akral teraba hangat, CRT <2”

3. Status Neurologis
a. Saraf kranial : dalam batas normal
b. Saraf motorik : dalam batas normal
c. Sensibilitas : dalam batas normal
d. Susunan saraf vegetatif : dalam batas normal
e. Fungsi luhur : dalam batas normal

E. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


 Perempuan sudah menikah 36 tahun, tidak bekerja, tinggal dirumah dengan
suami dan anaknya.
 Penampilan tidak rapi, perawatan diri pasien buruk
 Pasien cukup kooperatif, kontak mata kurang adekuat, pembicaraan pasien
koheren dan terdapat blocking.
 Mood pasien labil, afek tumpul dan serasi
 Keluhan muncul + 2 bulan yang lalu
 Pernah berobat ke RSKJ dengan gangguan jiwa di Nganjuk dan Solo
 Gangguan pada aktivitas social
 Terdapat gangguan persepsi : halusinasi visual dan halusinasi auditorik
 Terdapat gangguan isi pikir : waham curiga

F. FORMULASI DIAGNOSIS
 Aksis 1
Tidak ada riwayat trauma kepala dan penyakit fisik yang menyebabkan
disfungsi otak, sehingga bukan bagian dari F0. Pasien mengaku tidak merokok
dan tidak pernah mengonsumsi alcohol, riwayat penggunaan zat psikoaktif
disangkal oleh pasien, bukan bagian diagnosis F1. Pada pasien ditemukan
adanya gangguan dalam menilai realitas yang ditandai dengan adanya
halusinasi visual & auditorik, waham curiga, ± 2 bulan terakhir sehingga
termasuk diagnosis skizofrenia (F20). Pasien pasien mencurigai suaminya jika
pergi kemana-mana dan mencurigai suaminya berselingkuh, sehingga
diagnosis pada aksis I adalah skizofrenia paranoid (F20.0).
 Aksis II
Ciri kepribadian paranoid
 Aksis III
Pada anamnesis, pemeriksaan fisik, didapati IMT 25,90 sehingga
diklasifikasikan obesitas.
 Aksis IV
Masalah pengetahuan keluarga yang kurang tentang penyakit pasien
 Aksis V
GAF Scale 50-41

G. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
1. Aksis I
F.20.0 Skizofrenia Paranoid
2. Aksis II
Ciri kepribadian paranoid
3. Aksis III
E66.0 Obesitas
4. Aksis IV
Masalah pengetahuan keluarga yang kurang tentang penyakit pasien
5. Aksis V
GAF scale 50-41

H. PROGNOSIS
Kesimpulan prognosis pada
pasien berdasarkan wawancara
di atas sebagai berikut :

 Quo Ad Vitam : dubia ad


bonam
 Quo Ad Functionam : dubia
ad bonam
 Quo Ad Sanationam : dubia
ad bonam
13

I. Terapi
 Psikofarmaka
o Clozapin tablet 1 x 12,5 mg
o Risperidone tablet 2 x 2 mg
o Trihexylphenidil talet 2 x 2 mg (jika EPS muncul)
 Psikoterapi & Edukasi
Psikoterapi yang diberikan pasien adalah psikoterapi suportif,
psikoterapi reedukatif, dan terapi kognitif-perilaku.
- Psikoterapi suportif bertujuan untuk memperkuat mekanisme defens
(pertahanan) pasien terhadap stres. Hal ini dilakukan mengingat
toleransi (kemampuan) pasien mengahadapi stres (tekanan, kecewa,
frustasi) rendah. Selain itu pasien mudah stres, mengurung diri
dikamar, tidak mau berbicara dengan keluarga bila ada masalah. Perlu
diadakannya terapi untuk meningkatkan kemampuan pengendalian diri
dan menghadapi masalah.
- Psikoterapi reedukatif bertujuan untuk meningkatkan insight
(pengetahuan pasien) terhadap penyakitnya serta mengembangkan
kemampuannya untuk menunjang penyembuhan dirinya. Selain itu
juga meningkatkan pengetahuan keluarga untuk mendukung
kesembuhan pasien. Peningkatan pengetahuan dilakukan dengan
edukasi baik terhadap pasien maupun keluarga.
- Psikoterapi rekonstruktif bertujuan untuk dicapainya tilikan akan
konflik-konflik nirsadar dengan usaha untuk mencapai perubahan
struktur luas kepribadian. Membangun kembali kepercayaan diri
pasien, menjelaskan kepada pasien bahwa pasien memiliki bakat
karena pasien memiliki otak yang cerdas. Menolak semua pikiran
negatif mengenai dirinya, dan menyarankan untuk tidak menghiraukan
suara halusinasi atau halusinasi visual yang menggganggu dirinta
tersebut.
- Edukasi
14

o Menyarankan kepada keluarga untuk selalu memberikan dukungan


kepada pasien, jangan membatasi aktivitas positif yang disukai
pasien, ajak pasien bergembira, kurangi hal-hal yang dapat
meningkatkan stresor.
o Berdiskusi terhadap pentingnya pasien untuk minum obatteratur
dan control, selain itu kembali menyibukan diri seperti aktivitas
dulu, kembali melakukan hal-hal yang menyenangkan, jangan
menyimpan emosi dan berbicara kepada keluarga jika ada masalah
di diri pasien bila mungkin bisa kontrol ke psikiater.
15

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, “schizein”yang berarti
“terpisah”atau “pecah”, dan “phren” yang artinya “jiwa”. Pada skizofrenia
terjadi pecahnya atau ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku.
Secara umum, simptom skizofrenia dapat dibagi menjadi tiga golongan: yaitu
simptom positif, simptom negative, dan gangguan dalam hubungan
interpersonal1.

Skizofrenia merupakan suatu deskripsi dengan variasi penyebab


(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis
atau “deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada
perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya4.

Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan


karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar
(inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear
consciousness) dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara,
walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian4.

Jenis skizofrenia ini agak berbeda dari jenis-jenis yang lain dalam
jalannya jenis penyakit. Jenis ini mulai sesudah umur 30 tahun, penderita
mudah tersinggung, cemas, suka menyendiri, agak congkak dan kurang
percaya pada orang lain. Hal ini dilakukan penderita karena adanya waham
kebesaran dan atau waham kejar ataupun tema lainnya disertai juga dengan
halusinasi yang berkaitan3.

Pasien skizofrenik paranoid biasanya berumur lebih tua daripada pasien


skizofrenik terdisorganisasi atau katatonik jika mereka mengalami episode
pertama penyakitnya. Pasien yang sehat sampai akhir usia 20 atau 30 tahunan
biasanya mencapai kehidupan sosial yang dapat membantu mereka melewati
16

penyakitnya. Juga, kekuatan ego paranoid cenderung lebih besar dari pasien
katatonik dan terdisorganisasi. Pasien skizofrenik paranoid menunjukkan
regresi yang lambat dari kemampuanmentalnya, respon emosional, dan
perilakunya dibandingkan tipe lain pasien skizofrenik2.

Pasien skizofrenik paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga, berhati-


hati, dan tak ramah.Mereka juga dapat bersifat bermusuhan atau
agresif.Pasien skizofrenik paranoid kadang-kadang dapat menempatkan diri
mereka secara adekuat didalam situasi social.Kecerdasan mereka tidak
terpengaruhi oleh kecenderungan psikosis mereka dan tetap intak2.

2.2 ETIOLOGI
Skizofrenia didiskusikan seolah-olah sebagai suatu penyakit tunggal
namun kategori diagnostiknya mencakup sekumpulan gangguan, mungkin
dengan kausa heterogen tapi dengan perilaku yang sedikit banyak
berupa.Pasien skizofrenia menunjukan presentasi klinis, respons terhadap
terapu dan perjalan penyakit yang berbeda-beda. 1

Biokimia
Etiologi biokimia skizofrenia belum diketahui.Hipotesis yang paling
banyak yaitu adanya gangguan neurotransmitter sentral yaitu terjadinya
peningkatan aktivitas dopamine sentral (hipotesis dopamine). Hipotesis ini
dibuat berdasarkan tiga penemuan utama : 2
1. Efektivitas obat-obat neuroleptic (misalya fenotiazin) pada skizofrenia, ia
bekerja memblok reseptor dopamine pasca sinaps (tipe D2).
2. Terjadinya psikosis akibat penggunaan amfetamin. Psikosis yang terjadi
sukar dibedakan, secara klinik, dengan psikosis skizofrenia paranoid akut.
Amfetamin melepaskan dopamine sentral. Selain itu, amfetamin juga
memperburuk skizofrenia.
3. Adanya peningkatan jumlah reseptor D2 di nucleus kaudatus, nucleus
akumben, dan putamen pada skizofrenia.
17

Penelitian reseptor D1, D5, dan D4, saat ini tidak memberika banyak
hasil. Teori lain yaitu peningkatan serotonin disusunan saraf pusat (terutama
5HT2A) dan kelebihan NE di forebrain limbic (terjadi pada beberapa penderita
skizofrenia). Setelah pemberian obat yang bersifat antagonis terhadap
neurotransmitter tersebut terjadi perbaikan klinik skizofrenia. 2

Genetika
Skizofrenia mempunyai komponen yang diturunkan secara signifikan,
kompleks dan poligen.Sesuai dengan penelitian hubungan darah, skizofrenia
adalah gangguan bersifat keluarga (misalnya terdapat dalam
keluarga).Semakin dekat hubungan kekerabatan semakin tinggi resiko.Pada
penelitian anak kembar, kembar monozigot mempunyai resiko 4-6 kali lebih
sering menjadi sakit bila dibandingkan dengan kembar dizigot. Pada
penelitian adopsi, waktu lahir, oleh keluarga normal, peningkatan angka
sakitnya sama dengan bila anak-anak tersebut diasuh sendiri oleh orang
tuanya yang skizofrenia. Frekuensi kejadian gangguan non-psikotik
meningkat pada keluarga skizofrenia dan secara genetic dikaitkan dengan
gangguan kepribadian ambang dan skizotipal, gangguan obsesif-kompulsi,
dan kemungkinan dihubungkan dengan gangguan kepribadian paranoid dan
anti sosial. 2

Faktor Keluarga
Kekacauan dan dinamika keluarga memegang peranan penting dalam
menimbulkan kekambuhan dan mempertahankan remisi. Pasien yang sering
pulang kerumah sering relaps pada tahun berikutnya bila dibandingkan
dengan pasien yang ditempatkan residensial. Pasien yang berisiko adalah
pasien yang tinggal bersama keluarga yang hostilitas, memperlihatkan
kecemasan yang berlebihan, sangat protektif terhadap pasien, terlalu ikut
campur, sangat pengeritik.Pasien skizofrenia sering tidak dibebaskan oleh
keluarganya. Beberapa peniliti mengidentifikasikan suatu cara komunikasi
yang patologi dan aneh pada keluarga-keluarga skizofrenia. Kemunikasi
sering samar-samar atau tidak jelas dan sedikit tidak logis.Pada tahun 1956,
18

betson menggambarkan suatu karateristik “ikatan ganda” yaitu pasien sering


diminta oleh anggota keluarga untuk merespon pesan yang bentuknya
kontradiksi sehingga membingungkan.Penelitian terbaru menyatakan bahwa
pola komunikasi keluarga tersebut meungkin disebabkan oleh dampak
memiliki anak skizofrenia. 2

2.3 EPIDEMIOLOGI
Di Amerika Serikat, prevalensi seumur hidup skizofrenia sekitar 1 %,
yang berarti bahwa kurang lebih 1 dari 100 orang akan mengalami skizofrenia
selama masa hidupnya. Studi epidemiologi Catchman Area (ECA) yang
disponsori National Institute of Mental Health (NIMH) melaporkan
prevalensi seumur hidup sebesar 0,6-1,9 %. Menurut DSM-IV-TR, insidensi
tahunan skizofrenia berkisar antara 0,5-5,0 per 10 000 dengan beberapa
variasi geografik (contoh, insidens lebih tinggi pada orang yang lahir di
daerah perkotaan di negara maju). Skizofrenia ditemukan pada semua
masyarakat dan area geografis dan angka insidens serta prevalensinya secara
kasar merata di seluruh dunia. Di A.S kurang lebih 0,05 % populasi total
menjalani pengobatan untuk skizofrenia setiap tahun dan hanya sekitar
setengah dari semua pasien skizofrenia mendapatkan pengobatan, meskipun
penyakit ini termasuk penyakit berat.2

2.4 GAMBARAN KLINIS


Pembahasan tanda dan gejala klinis skizofrenia mencuatkan tiga isu
utama.Pertama , tidak ada tanda atau gejala yang patognomonik untuk
skizofrenia; tiap tanda atau gejala yang tampak pada skizofrenia dapat terjadi
pada gangguan pskiatrik dan neurologis lain. Pengamatan ini bertentangan
dengan opini klinis yang sering terdengar bahwa tanda dan gejala tertentu
bersifat diagnostic untuk skizofrenia. Oleh sebab itu, riwayat esensial untuk
diagnosis pasien skizofrenia ; klinisi tidak dapat mendiagnosis skizofrenia
dengan pemeriksaan status mental saja, yang hasilnya dapat bervariasi.
Kedua, gejala pasien seringberubah dengan sering berjalannya waktu.Sebagai
contoh, pasien sering mengalami halusinasi intermitten dan kemampuan yang
19

beragam untuk tampail secara memadai pada situasi social atau gejala
gangguan mood yang signifikan datang datang dan pergi selama perjalanan
penyakit skizofrenia.Ketiga klinisi harus mempertimbangkan pnedidikan
pasien, kemampuan intelektual, serta keanggotaan kultural dan
subcultural.Kemampuan yang terganggu untuk memahami konsep abstrak,
contohnya, dapat mencermikan tingkat pendidikan pasien maupun
intelegensinya.Organisasi religious dan sekte memiliki adat istiadat yang
tampak aneh bagi orang luar namun normal bagi mereka yang berada dalam
situasi kultural tersebut.3

Tanda dan gejala premorbid


Dalam rumusan teoritis mengenai perjalanan skizofrenia, tanda dan
gejala premorbid muncul sebelum fase prodromal penyakit. Pembedaan
menyiratkan bahwa tanda dan gejala premorbid telah ada sebelum proses
penyakit munculdan bahwa tanda dari gejala prodoromal merupakan bagian
gangguan yang sedang berkembang. Pada riwayat premorbid skizofrenia

Yang tipikal namun bukan tanpa pengecualian, paisentelah memiiki


kepribadian skizoid atau skizotipal yang ditandai dengan sifat pendiam, pasif
dan introvert; sebagai anak hanya memiliki beberapa teman.3

Gejala Positif dan Negatif


Pada tahun 1980, T.J Crow mengajukan klasifikasi pasien skizofrenik
ke dalam tipe I dan II, berdasarkan ada atau tidaknya gejala positif (atau
produktif) dan negatif (atau defisit). Walaupun sistem ini tidak di terima
sebagai bagian klasifikasi DSM-IV-TR, pembedaan klinis kedua tipe tersebut
secara signifikan memengaruhi penelitian psikiatrik.Gejala positif mencakup
waham dan halusinasi. Gejala negatif meliputi afek mendatar atau menumpul,
miskin bicara(alogia) atau isi bicara, bloking,kurang merawat diri, kurang
motifasi, anhedonia,dan penarikan diri secara sosial. Pasien tipe I cenderung
memiliki sebagian besar gejala positif, struktur otak normal pada CT scan,
dan respons relatif baik terhadap pengobatan.Pasien tipe II cenderung
mengalami sebagian besar gejala negatif, abnormalitas struktural otak pada
20

CT scan, dan respons buruk terhadap terapi. Kategori ketiga disorganized,


mencakup pembicaraan kacau( gangguan isi pikir), perilaku kacau defek
kognitif, dan defisit atensi. Nancy Anderson telah mempelajari gejala positif
dan negatif secara mendalam.3

Pemeriksaan Status Mental


Deskripsi Umum
Penampilan pasien skizofrenia dapat berkisar dari orang yang sangat
berantakan, menjerit-jerit dan teragitasi hingga orang yang terobsesi tampil
rapi, sangat pendiam dan imobil.Diantara kedua kutub ini, pasien dapat
bersifat cerewet serta mungkin mempertontonkan postur bizar.Perilaku
mereka dapat menjadi teragitasi atau kasar, yang tampaknya tanpa provokasi
namun biasanya merupakan respons terhadap halusinasi. Sebaliknya, pada
stupor katatonik ,yang sering disebut katatonia, pasien tampak tak bernyawa
dan mungkin menunjukan tanda seperi membisu, negativism dan kepatuhan
otomatis3.

Perasaan Prekoks
Sejumlah klinis berpengalaman melaporkan adanya perasaan prekoks,
yaitu suatu pengalaman intuitif akan ketidak mampuan mereka untuk
membangun rapport emosional dengan seorang pasien. Meski pengalaman ini
lazim dijumpai, tidak ada data yang mengidentifikasikan bahwa hal tersbeut
merupakan kriteria yang sahih atau dapat diandalkan dalam diagnosis
skizorenia.3

Mood Perasaan dan Afek


Dua gejala afektif yang umum pada skizofrenia adalah menurunnya
responsivitas emosional, terkadang cukup parah hingga dapat disebut sebagau
anhedonia, serta emosi yang tidak tepat dan sangat aktif seperti kemarahan ,
kebahagian dan ansietas yang ekstrim, afek yang datar atau menumpul dapat
menjadi gejala penyakit itu sendiri, efek samping parkinsonism pengobatan
anti psikotik atau depresi dan pembedaan gejala ini dapat menjadi suatu
tantangan klinis. 3
21

Gangguan Peresptual
Panca indera yang manapun dapat dipengaruhi pengalaman
halusinatorik pada pasien skizofrenia. Meski demikian halusinasi yang paling
umum adalah halusinasi auditorik , dengan suara yang sering kali
mengancam, bersifat cabul, menuduh atau menghina. Dua atau lebih suara
dapat saling bercakap-cakap, atau satu suara dapat mengkomentari kehidupan
atau perilaku pasien.Halusinasi visual juga lazim, namun halusinasi taktil,
olfatorik dan gustatorik tidak biasa dijumpai, adanya halusinasi semacam itu
seyogyanya mendorong klinisi untuk mempertimbangkan kemungkinan
gangguan neurologis atau medis yang mendasari yang menyebabkan
keseluruhan sindrom.3

Ilusi
Sebagaimana dibedakan dari halusinasi, ilusi merupakan distorsi citra
atau sensasi yang nyata, sementara halusinasi tidak didasarkan pada citra atau
sensasi yang nyata.Ilusi dapat terjadi pada pasien skizofrenik selama fase
aktif, namun dapat pula terjadi selama fase prodromal dan selama periode
remisi.Bila ilusi atau halusinasi terjadi, klinisi sebaiknya mempertimbangkan
kemungkinan adanya kausa terkait zat untuk gejala tersebut, bahkan jika
pasien telah didiagnosis skizofrenia.3

Pikiran
Gangguan pikiran merupakan gejala yang paling sulit dipahami banyak
klinisi dan mahasiswa namun mungkin menjadi gejala inti skizofrenia.
Pembagian gangguan pikir menjadi gangguan isi pikir, bentuk pikir, dan
proses pikir adalah salah satu cara menjernihkannya.3

Isi Pikir
Gangguan isi pikir mencerminkan ide, kepercayaan, dan interpretasi
pasien terhadap rangsang.Waham, contoh gangguan isi pikir yang paling
jelas, bervariasi pada skizofrenia dan dapat berbentuk kejar, kebesaran,
religious atau somatic.
22

Pasien mungkin percaya bahwa entitas luar mengendalikan pikiran atau


perilaku atau sebaliknya, bahwa diri mereka mengendalikan peristiwa di luar
dalam suatu cara yang luar biasa .pasien mungkin mengalami preokupasi
dengan ide-ide esoteric, abstrak, simbolik, psikologis dan fisiologis yang
intens dan menyita perhatian. Pasien juga mungkin mengkhawatirkan kondisi
somatic yang dikatakan dapat mengancamnyawa namun bizar dan tidak
masuk akal, seperti adanya makhluk luar angkasa di dalam testis pasien, yang
mempengaruhi kemampuan mempunyai anak. Frasa hilangnya batasan ego
menggambarkan kurangnya kesadaran yang jernih akan di mana badan ,
pikiran, pengaruh diri pasien berakhir, serta dimana badan, pikiran dan
pengaruh objek bernyawa dan tidak bernyaa lain dimulai. Sebagai contoh,
pasien mungkin berpikir bahwa orang lain, televise, surat kabar membuat
rujukan akan dirinya. Gejala lain hilangnya batasan ego meliputi perasaan
bahwa pasien telah berfusi secara fisik dengan suatu objek luar atau pasien
telah mengalami disintegrasi dan berfusi dengan semesta alam. Dengan
keadaan pikiran seperti ini, sejumpal pasien skizofrenia meragukan jenis
kelamin atau orientasi seksualnya.Gejala ini sebaiknya jangan dikelirukan
dengan tranvestisme, transeksualitas atau homoseksualitas.3

Bentuk Pikir
Gangguan bentuk pikir secara objektif dapat diamati pada bahasa tutur
atau tertulis seorang pasien.Gangguan ini mencakup asosiasi longgar,
melantur, inkoherensi, tangensial, sirkumstansialitas, neologisme, ekolalia,
verbigerasi, world salad, dan mutisme.Meski asosiasi longgar dahulu disebut
patognomonik untuk skizofrenia, gejala ini juga sering terdapat pada
mania.Membedakan antara asosiasi longgar dan tangensialitas dapat menjadi
sulit bahkan untuk klinisi yang paling berpengalaman sekalipun.3

Proses Pikir
Gangguan proses pikir menyangkut bagaimana suatu ide dan bahasa
dirumuskan. Pemeriksa menyimpulkan suatu gangguan dari apa dan
23

bagaimana pasien berbicara, menulis dan menggambar. Pemeriksa juga


mengkaji proses pikir pasien dengan mengamati perilakunya, terutama dalam
mengerjakan tugas yang diskret, contohnya pada terapi okupasional.
Gangguan proses pikir berupa flight of ideas, bloking pikiran, atensi
terganggu, miskin isi pikir, kemampuan abstraksi buruk, perseberasi, asosiasi
idiosinkratik, overinklusi dan sirkumstansialitas.3

Impulsivitas
Pasien skizofrenia menjadi agitasi dan memiliki pengendalian impuls
yang minim saat sedang sakit. Mereka juga mungkin mengalami sensitivitas
social yang berkurang dan tampak impulsive saat, contohnya merebut rokok
dari orang lain, tiba-tiba mengganti saluran televise atau melempar makanan
ke lantai. Beberapa perilaku yang tampak impulsive, termasuk percobaan
bunuh diri dan pembunuhan, mungkin respon terhadap halusinasi yang
memerintahkan pasien untuk bertindak.3

Kekerasan
Perilaku kekerasan ( tidak termasuk pembunuhan ) lazim djumpai
diantara pasien skizofrenik yang tak diobati. Waham yang bersifat kejar,
episode kekerasan sebelumnya, dan defisit neurologis merupakan risiko
perilaku kekerasan atau impulsif.3

Sensorium dan Kognisi


Orientasi
Pasien skizofrenia biasanya berorientasi terhadap, orang, waktu dan
tempat.Tidak adanya orientasi semacam itu seyogyanya mengharuskan klinisi
untuk menyelidiki kemungkinan adanya gangguan neurologis atau
medis.Beberapa pasien skizofrenia mungkin memberikan jawaban yang salah
terhadap pertanyaan tentang orientasi, sebagai contoh “saya adalah Kristus;
ini surge dan sekarang tahun 35 M.”3

Memori
24

Memori, seperti yang diujikan pada pemeriksaan status mental,


biasanya intak.Namun, terkadang mustahil meminta pasien mengerjakan uji
memori dengan baik agar kemampuannya dapat dikasi adekuat.3

Daya nilai dan tilikan


Secara klasik , pasien skizofrenia digambarkan memiliki tilikan buruk
terhadap sifat dan keparahan gangguannya. Hal yang disebut tilikan kurang
dikaitkan dengan buruknya kepatuhan terhadap pengobatan.Saat memeriksa
pasien skizofrenik, klinisi sebaiknya mengidentifikasi secara tepat berbagai
aspek tilikan.3

Reliabilitas
Seorang pasien skizofrenia tidak kurang dapat dipercaya dibanding
pasien pskiatrik lain. Namun, sifat gangguan tersebut mengaruskan pemeriksa
untuk memeriksa kembali informasi yang penting dari sumber tambahan.3

2.5 KRITERIA DIAGNOSIS


1) menurut PPDGJ III:
Menurut PPDGJ III yang merupakan pedoman diagnostik untuk
Skizofrenia :
 Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau
kurang jelas)5:
(a) - Thought echo : isi pikiran diri sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun
isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau
- Thought insertion or withdrawal : isi pikiran yang asing dari luar
masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
- Thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umum mengetahuinya.
(b) - Delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
25

- Delusion of influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh


suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
- Delusion of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap sesuatu kekuatan dari luar.
- Delusional perception : pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat.5
(c) Halusinasi auditorik:
- suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap
perilaku pasien, atau
- mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara).
- jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagi tubuh4
(d) Waham - waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya
setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya
perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dam
kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan
cuaca, atau komunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).5

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada
secara jelas:
(a) halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun setengah berbentuk
tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ide-ide berlebihan
(over- valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari
selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus berulang.4
(b)Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang
tidak relevan, atau neologisme;4
26

(c) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi


tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme,
mutisme, dan stupor;4
(d)Gejala-gejala "negatif", seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;5
 Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih.5
 Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek kehidupan perilaku
pribadi (personal behaviour),bermanifestasi sebagai hilangnya minat,
hidup tak bertujuan,tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendir
(self absorbed atitude), dan penarikan diri secara sosial.5

Kriteria diagnostik skzofrenia paranoid (F20.0)


Halusinasi dan / atau waham harus menonjol

a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memerintah atau


halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi
peluit,mendengung, atau bunyi tawa.
b. Halusinasi pembauan dan pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain
lain perasaan tubuh,halusinasi visual mungkin ada tapi jarang menonjol
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (
delusion of control ) dipengaruhi ( delusion of influence ) atau passivity
dan keyakinan dikejar yang beraneka ragam adalah yang paling khas.
-Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol.4
27

2) Pembagian menurut DSM-IV:


Ada beberapa kriteria diagnostik Skizofrenia di dalam DSM IV TR antara
lain3 :

A. Gejala Karakteristik : Terdapat dua (atau lebih) dari kriteria di bawah


ini, masing-masing ditemukan secara signifikan selama periode satu
bulan (atau kurang, bila berhasil ditangani) :
1. Delusi (waham)
2. Halusinasi
3. Pembicaraan yang tidak terorganisasi (misalnya, topiknya sering
menyimpang atau tidak berhubungan)
4. Perilaku yang tidak terorganisasi secara luas atau munculnya
perilaku katatonik yang jelas
5. Simtom negatif; yaitu adanyaafek yang datar, alogia atau avolisi
(tidak adanya kemauan).

Catatan : Hanya diperlukan satu simtom dari kriteria a, jika delusi yang
muncul bersifat kacau (bizare) atau halusinasi terdiri dari beberapa
suara yang terus menerus mengkomentari perilaku atau pikiran pasien,
atau dua atau lebih suara yang saling berbincang antara satu dengan
yang lainnya.

B. Ketidakberfungsian sosial atau pekerjaan : Untuk kurun waktu yang


signifikan sejak munculnya onset gangguan, ketidakberfungsian
meliputi satu atau lebih fungsi utama; seperti pekerjaan, hubungan
interpersonal, atau perwatan diri, yang jelas di bawah tingkat yang
dicapai sebelum onset (atau jika onset pada masa anak-anak atau
remaja, adanya kegagalan untuk mencapai beberapa tingkatan
hubungan interpersonal, prestasi akademik, atau pekerjaan yang
diharapkan).
C. Durasi : Adanya tanda-tanda gangguan yang terus menerus menetap
selama sekurangnya enam bulan. Pada periode enam bulan ini, harus
termasuk sekurangnya satu bulan gejala (atau kurang, bila berhasil
28

ditangani) yang memenuhi kriteria a (yaitu fase aktif simtom) dan


mungkin termasuk pula periode gejala prodromal atau residual. Selama
periode prodromal atau residual ini, tanda-tanda dari gangguan
mungkin hanya dimanifestasikan oleh simtom negatif atau dua atau
lebih simtom yang dituliskan dalam kriteria a dalam bentuk yang lemah
(misalnya, keyakinan yang aneh, pengalaman persepsi yang tidak
lazim).
D. Di luar gangguan Skizoafektif dan gangguan Mood : Gangguan-
gangguan lain dengan ciri psikotik tidak dimasukkan, karena :a)Selama
fase aktif simtom, tidak ada episode depresif mayor, manik atau episode
campuran yang terjadi secara bersamaan. b)Jika episode mood terjadi
selama simtom fase aktif, maka durasi totalnya akan relatif lebih
singkat bila dibandingkan dengan durasi periode aktif atau residualnya.
E. Di luar kondisi di bawah pengaruh zat atau kondisi medis umum :
Gangguan tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat
(penyalahgunaan obat, pengaruh medikasi) atau kondisi medis umum.
F. Hubungan dengan perkembangan pervasive : Jika ada riwayat gangguan
autistik atau gangguan perkembangan pervasive lainnya, diagnosis
tambahan Skizofrenia dibuat hanya jika muncul delusi atau halusinasi
secara menonjol untuk sekurang-kurangnya selama satu bulan (atau
kurang jika berhasil diobati)
Kriteria diagnostik DSM-IV-TR tipe paranoid
Tipe Skizofrenia yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
A. Preokupasi dengan satu atau lebih delusi atau halusinasi dengar yang
menonjol secara berulang-ulang.
B. Tidak ada yang menonjoldari berbagai keadaan berikut ini :
pembicaraan yang tidak terorganisasi, perilaku yang tidak terorganisasi
atau katatonik, atau afek yang datar atau tidak sesuai3.

2.6 PENATALAKSANAAN
A. Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)
29

Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk


tujuan diagnostik,menstabilkan medikasi,keamanan pasien karena gagasan
bunuh diri atau membunuh, perilaku yang sangat kacau termasuk
ketidakmampuan kebutuhan dasar. Tujuan utama perawatan di rumah sakit
yang harus ditegakkan adalah ikatan efektif antara pasien dan system
pendukung masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian yang dilakukan pada
perawatan rumah sakit harus direncanakan. Dokter harus juga
mengajarkan pasien dan pengasuh serta keluarga pasien tentang
skizofrenia. Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan
membantu mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan
rumah sakit tergantung dari keparahan penyakit pasien dan tersedianya
fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana pengobatan di rumah sakit harus
memiliki orientasi praktis ke arah masalah kehidupan, perawatan
diri,kualitas hidup,pekerjaan,dan hubungan sosial. Perawatan di rumah
sakit harus diarahkan untuk mengikat pasien dengan fasilitas perawatan
termasuk keluarga pasien. Pusat perawatan dan kunjungan keluarga pasien
kadang membantu pasien dalam memperbaiki kualitas hidup.3

B. Farmakoterapi
Pengobatan antipsikotik, yang diperkenalkan awal tahun 1950-an
telah merevolusi penanganan skizofrenia. Kurang lebih dia sampai empat
kali lipat pasien mengalami relaps bila diobati dengan placebo
dibandingkan mereka yang menerima antipsikotik. Namun, obat-obat ini
hanya menangani gejala gangguan, tidak menyembuhkan skizofrenia. Obat
antipsikotik mencakup dua kelas utama: antagonis resptor dopamine.3

Antagonis Reseptor Dopamin

Antagonis reseptor dopamine efektif dalam penganganan


skizofrenia, terutama terhadap gejala posoitif.Obat-obat ini memiliki dua
kekurangan utama.Pertama, hanya presentase kecil pasien yang cukup
membantu untuk dapat memulihkan fungsi mental normal secara
30

bermakna.Sebagaimana tercatat sebelumnya, bahkan dengan pengobatan,


sekitar 50 persen pasien pasien skizofrenia tetap menjalani kehidupan
dengan sangat terganggu.Kedua, antagonis reseptor dopamin dikaitkan
dengan efek simpang yang mengganggu dan serius.Efek yang paling
sering mengganggu atalah akatisia dan gejala lir-parkinsonian berupa
rigiditas dan tremor.Efek potensia serius mencakup dyskinesia tardive dan
sindrom neuroleptic maligna.3

Antagonis Serotonin-Dopamin (SDA)

SDA menimbulkan gejala ekstrapiramidal yang minimal atau tidak


ada, berinteraksi dengan subtype reseptor dopamine yang berbeda
dibanding anti-psikotik standard an memengaruhi baik reseptor serotonin
maupun glutamate. Obat ini juga menghasilkan efek simpang neurologis
dan endokrinologis yang lebih sedikit serta lebih efektif dalam
mengangani gejala negative skizofrenia, contohnya penarikan diri.Obat
yang juga disebut sebagai obat anti psikotik atipikal ini tampaknya efektif
untuk pasien skizofrenia dalam kisaran yang lebih luas dibanding agen
antipsokotik antagonis reseptor dopamine yang tipikal. Golongan ini
setidaknya sama efektifnya dengan haloperidol untuk gejala posotof
skizofrenia, secara unik efektif untuk gejala negative, dan lebih sedikit,bila
ada, menyebabkan gejala ekstrapiramidal. Beberapa SDA yang telah
disetujui di antaranya adalah klozapin, risperidon, olanzapine, kuetapin
dan ziprasidon. Obat-obat ini tampaknya akan menggantikan antagonis
reseptor dopamine sebagai obat lini pertama untuk penanganan
skizofrenia.3

C. Terapi Psikososial
Terapi Perilaku
Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan
keterampilan social untuk meningkatkan kemampuan social, kemampuan
memenuhi diri sendiri, latihan praktis dan komunikasi
intrapersonal.Perilaku adaptif adala didorong dengan pujian atau hadiah
31

yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan, seperti hak istimewa
dan hak jalan dirumah sakit. Dengan demikian perilaku maladaptive dan
menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara sendirian di masyarakat
dan postur tubuh aneh dapat diturunkan.3

Terapi berorintasi-keluarga
Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali
dipulangkan dalam keadaan remisi parsial,dimana pasien skizofrenia
kembali seringkali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat
namun intensif (setiap hari). Setelah periode pemulangan segera, topik
penting yang dibahas didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan,
khususnya lama dan kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam
cara yang jelas mendorong sanak saudaranya yang terkena skizofrenia
untuk melakukan aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu
optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang sifat skizofrenia dan
dari penyangkalan tentang keparahan penyakitnya.-Ahli terapi harus
membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia tanpa menjadi
terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa
terapi keluarga adalah efektif dalam menurunkan relaps. Didalam
penelitian terkontrol, penurunan angka relaps adalah dramatik. Angka
relaps tahunan tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 %
dengan terapi keluarga.3

Terapi kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada
rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata.Kelompok
mungkin terorientasi secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika
atau tilikan, atau suportif.Terapi kelompok efektif dalam menurunkan
isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas
bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan cara suportif,
bukannya dalam cara interpretatif, tampaknya paling membantu bagi
pasien skizofrenia.3
32

Psikoterapi individual
Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual
dalam pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi
akan membantu dan menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep
penting di dalam psikoterapi bagi pasien skizofrenia adalah perkembangan
suatu hubungan terapetik yang dialami pasien.Pengalaman tersebut
dipengaruhi olehdapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli
terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan
oleh pasien.Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang
ditemukan di dalam pengobatan pasien non-psikotik.Menegakkan
hubungan seringkali sulit dilakukan, pasien skizofrenia seringkali kesepian
dan menolak terhadap keakraban dan kepercayaan dan kemungkinan
sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika seseorang mendekati.
Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia, perintah sederhana,
kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah
lebih disukai daripada informalitas yang prematur dan penggunaan
nama pertama yang merendahkan diri. Kehangatan atau profesi
persahabatan yang berlebihan adalah tidak tepat dan kemungkinan
dirasakan sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau eksploitasi.3

2.7 PROGNOSIS
Sejumlah studi telah menunjukkan bahwa selama periode 5 sampai 10
tahun rawat inpa psikiatrik yang pertama untuk skizofrenia, hanya sekitar 10
% sampai 20% pasien yang dapat dideskripsikan memiliki hasil akhir yang
baik. Lebih dari 50% pasien dapat digambarkan memiliki hasil akhir yang
buruk, dengan rawat inap berulang, eksaserbasi gejala, episode gangguan
mood mayor, dan percobaan bunuh diri. Meski terdapat gambaran yang
kelam ini, skizofrenia tidak selalu memiliki perjalanan penyakit yang
memburuk, dan sejumlah faktor dikaitkan dengan prognosis yang baik3.
33

Prognosis Baik Prognosis buruk

1. Awitan lambat 1. Awitan muda


2. Ada faktor presipitasi yang jelas 2. Tidak ada faktor presipitasi
3. Awitan akut 3. Awitan insidius
4. Riwayat sosial, seksual, dan 4. Riwayat sosial, seksual, dan
pekerjaan prsmorbid baik pekerjaan pramorbid buruk
5. Gejala gangguan mood ( terutama 5. Perilaku akustik, menarik diri
gangguan depresif) 6. Lajang,cerai, atau menjanda/duda
6. Menikah 7. Riwayat keluarga dengan
7. Riwayat keluarga dengan gangguan skizofrenia
mood 8. Sistem pendukung buruk
8. Sistem pendukung baik 9. Gejala negatif
9. Gejala positif 10. Tand dan gejala neurologis
11. Riwayat trauma perinatal
12. Tanpa remisi dalam 3 tahun
13. Berulangkali relaps
14. Riwayat melakukan tindakan
penyerangan
34

BAB III
PEMBAHASAN

 Pada pasien Ny. S didapatkan adanya gejala-gejala seperti halusinasi


auditorik dan visual (+) kurang lebih dua bulan. Halusinasi auditorik
berupa pasien sering mendengar suara bisikan yang pasien tidak tahu dari
mana arah suaranya untuk bicara kotor. Pasien mulai mendengar suara
bisikan di telinga tersebut sejak ± 2 bulan terakhir. Halusinasi visual
berupa pasien mengaku berulang kali didatangi arwah nenek moyang
sehingga pasien mengaku tidak bisa tidur. Waham curiga (+) pasien kerap
kali mencurigai suaminya jika pergi kemana-mana. Pasien juga sering
mencurigai suaminya berselingkuh. Pasien pernah berobat ke RSKJ
dengan gangguan jiwa di Nganjuk dan Solo.
 Formulasi diagnostik didasarkan pada Pedoman Penggolongan Diagnosis
Gangguan Jiwa III. Awitan penyakit muncul lebih 1 bulan, gejala psikotik
menjadi nyata dan mengganggu aspek kehidupan sehari-hari. Adanya
gejala skizofrenik yang khas berupa halusinasi auditorik yang berupa
perintah. Tidak ada gangguan yang memenuhi kriteria episode manik atau
episode depresif. Tidak ada penyebab organik dan bukan merupakan
intoksikasi akibat penggunaan alkohol atau obat-obatan. Maka diagnosis
pasien ini adalah Skizofrenia Paranoid.
 Pada pasien ini diberikan terapi antipsikosis yaitu risperidon merupakan
obat antipsikosis atipikal yang efektif menurunkan gejala positif dan
negatif merupakan monoaminergik selektif mengikat reseptor D2 dopamin
selama 20 menit, afinitasnya lebih rendah dibandingkan reseptor 5-HT2
(serotonin). Juga mengikat reseptor alfa1-adrenergik dengan afinitas lebih
rendah dari H1-histaminergik dan reseptor alpha2-adrenergik. dan
menurunkan kejadian pada efek ekstrpiramidal. Efek samping
ekstrapiramidal lebih rendah dibandingkan dengan Haloperidol. Obat ini
berpotensi menyebabkan keadaan hipotensi, sehingga pada pasien dengan
35

hipotensi tidak dapat diberikan obat ini. Dosis anjuran 2 – 6 mg/hari pada
pasien diberikan 2 x 2 mg dosis sudah tepat sebagai terapi untuk pasien.
 Pasien diberikan juga Clozapin 1 x 12,5 mg yang merupakan APG II yang
pertama dikenal, kurang menyebabkan timbulnya EPS, tidak menyebabkan
terjadinya tardice dyskinesia dan tidak terjadi peningkatan dari prolaktin.
Clozapine merupakan gold standard pada pasien yang telah resisten
dengan obat antipsikotik lainnya. Profil farmakologiknya atipikal bila
dibandingkan dengan antipsikotik lain. Dibandingkan terhadap psikotropik
yang lain, clozapine menunjukkan efek dopaminergik rendah, tetapi dapat
mempengaruhi fungsi saraf dopamin pada sistem mesolimbik-
mesokortikal otak, yang berhubungan dengan fungsi emosional dan mental
yang lebih tinggi, yang berbeda dari dopamin neuron di daerah
nigrostriatal (darah gerak) dan tuberoinfundibular (daerah neruendokrin).
Clozapine efektif untuk menggontrol gejala-gejala psikosis dan skizofrenia
baik yang positif (iritabilitias) maupun yang negatif (social disinterest dan
incompetence, personal neatness). Efek yang bermanfaat terlihat dalam
waktu 2 minggu, diikuti perbaikan secara bertahap pada minggu-minggu
berikutnya. Dosis 1 – 2 x 12,5 mg, berikutnya ditingkatkan 25 – 50 mg /
hari sp 300 – 450 mg / hari dengan pemberian terbagi.
Obat ini berguna untuk pasien yang refrakter dan terganggu berat
selama pengobatan. Selain itu, karena resiko efek samping EPS yang
sangat rendah, obat ini cocok untuk pasien yang menunjukkan gejala EPS
yang berat bila diberikan antipsikosis yang lain
 Trihexylphenidyl tablet 2 x 2 mg, merupakan antikolinergik digunakan
apabila ada gejala ekstrapiramidal akibat penggunaan antipsikotik atipikal,
gejala tersebut seperti distonia akut, akatisia dan sindrom parkinsonisme
(tremor,bradikinesia,rigiditas). Obat ini tergolong obat antikolinergik
sehingga efek terhadap gejala ektrapiramidal. Tablet trihexyphenidyl
diberikan jika efek ekstrapiramidal muncul1
36

DAFTAR PUSTAKA

1. Tomb ,DA. Buku Saku Psikiatri.Jakarta : EGC 2003; hal.1-2.


2. Elvira S, Hadisukanto G, 2013. Buku Ajar PsikiatriEdisiKedua.
FakultasKedokteranUniversitas Indonesia. Jakarta.
3. Kaplan, I. H. and Sadock, J. B. Sinopsis Psikiatri Ilmu Perilaku Psikiatri
Klinis, Edisi Ketujuh. Binarupa Aksara Publisher: Jakarta. 2010.
4. American Psychiatric Association. Diagnosis dan Statistical Manual of
Mental disorders (DSM IV TM). American Psychological Association (APA):
Washington DC. 2011.
5. Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa (PPDGJ III) Cetakan
kedua, Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan Republik Indonesia:
Jakarta; 2013.
6. Maslim R, editor. Diagnosis gangguan jiwa. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran
Jiwa Unika Atma Jaya, 2003

You might also like