You are on page 1of 27

BAB I

LAPORAN KASUS

1.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : Ny. He
Usia : 36 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Anak ke : 1 dari 3 bersaudara
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Suku : Bengkulu
Status : Menikah
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Pepabri lok C2 No.11
No RM : 053842
Masuk Poli : 07 Mei 2018 pukul 09.45 WIB
Tanggal Pemeriksaan : 07 Mei 2018 pukul 09.55 WIB

1.2 STATUS PSIKIATRI


A. Keluhan Utama
Pasien sering merasa cemas yang diikuti dengan nyeri di ulu hati yang
menjalar ke belakang sejak 2 bulan terakhir

B. Riwayat Perjalan Penyakit


AUTOANAMNESIS
Sejak 2 bulan terakhir, pasien mengeluh sering merasa cemas
secara mendadak, yang diikuti dengan nyeri di ulu hati yang menjalar
sampai ke bagian belakang tubuh, jantung berdebar-debar, dan terkadang
disertai dengan mual, muntah. Pasien juga mengaku jika serangan cemas
itu muncul, maka akan menggangu kemampuannya untuk berkonsentrasi
dalam mengerjakan sesuatu. Perasaan cemas muncul bisa sampai 3x dalam
sehari dan dalam sekali muncul bisa selama 30 menit. Pasien sering

1
berjalan berkeliling rumah untuk menghilangkan rasa cemasnya, tetapi
keluhan dirasakan tidak berkurang. Pasien juga mengaku sering
mengalami ketakutan akan kematian tanpa sebab. Hanya membaca berita
mengenai kematian di sosial media, pasien tiba-tiba akan merasa cemas
dan disertai dengan nyeri di ulu hati. Selain itu, pasien juga sering
mencemaskan sikap dan prilaku anak pertamanya yang dianggap suka
melawan dirinya.
Pasien mengaku apabila perasaan ini muncul ia tidak dapat bekerja,
ia cenderung memilih diam di rumah dan meninggalkan pekerjaannya,
sehingga pasien bisa tidak berjualan makanan. Pasien mengaku kesulitan
dalam melakukan beberapa kegiatan sehari-harinya ketika terjadinya
peningkatan kecemasan, keadaan ini cukup mengganggu kontak sosialnya
dengan orang-orang sekitarnya tetapi menurutnya dia tetap berfungsi
penuh secara sosial dan dapat melakukan pekerjaan dengan baik ketika
kecemasan itu tidak ada.
Menurut pasien, sekitar 2 bulan yang lalu pasien mengaku sempat
sedikit merasa cemas karena pristiwa kebakaran di rumahnya, ia sempat
sedikit takut tetapi seiring dengan berjalannya waktu ia mengakui tidak
pernah memikirkannya lagi. Selain itu pasien juga mengaku mulai
merasakan cemas yang berlebihan sejak 2 bulan yang lalu dikarenakan
meminum obat multivitamin. Setelah meminum obat multivitamin
tersebut, pasien merasakan jantungnya berdebar-debar hebat dan
setelahnya pasien muntah hebat.
Karena gejalanya ini, pasien sudah pergi berobat ke banyak dokter.
Pasien juga sudah melakukan pemeriksaan ke dr. Spesialis jantung dan dr.
Penyakit Dalam dan dari hasil pemeriksaan dinyatakan bahwa keadaan
pasien baik, hasil pemeriksaan juga dalam batas normal. Dokter juga
menyarankan untuk berobat ke dr. Spesialis Kedokteran Jiwa, karena
diduga kelainan pasien akibat masalah psikis. Pasien juga mengaku pernah
berobat ke dokter umum dan dikatakan bahwa pasien memiliki gangguan
psikis, pasien lalu diberikan obat kejiwaan dan pasien mengaku menjadi
lebih tenang, tetapi pasien mengaku sekarang sudah tidak cocok meminum

2
obat tersebut karena jantung menjadi berdebar-debar. Pasien akhirnya
memutuskan untuk pergi memeriksakan dirinya di RSJKO Bengkulu.

HOME VISITE
Pasien tinggal di perumahan Pepabri Blok C2 No.11 Kota
Bengkulu sejak + 7 tahun yang lalu. Pasien tinggal dirumah milik sendiri
dengan ukuran kira-kira 12x10 m2, terdiri dari 3 kamar, satu kamar mandi
didalam rumah, sumur terletak di luar rumah, satu ruang tamu, satu ruang
tengah, satu dapur, satu teras. Dinding tembok dengan lantai keramik.
Rumah pasien terletak didalam gang. Jarak antara rumah pasien dengan
RSJKO sekitar 2 km. Keadaan rumah pasien cukup rapi, dengan perabotan
rumah tangga yang memadai. Pasien tinggal bersama suaminya yang
bekerja sebagai PNS sekaligus Ketua RT dan ketiga anaknya.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien belum pernah ada gangguan psikiatri sebelumnya, pasien
belum pernah berobat ke rumah sakit jiwa maupun ke psikiater.
2. Riwayat Gangguan Medik
 Riwayat sakit magh (+)
 Riwayat kejang demam disangkal
 Riwayat epilepsi disangkal
 Riwayat trauma kepala disangkal
 Riwayat pingsan / kehilangan kesadaran sebelumnya disangkal
 Riwayat alergi disangkal
 Riwayat asma disangkal
 Riwayat stroke disangkal
 Riwayat hipertensi disangkal
 Riwayat diabetes mellitus disangkal
3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif / Alkohol
Pasien mengaku tidak pernah mengonsumsi alkohol & tidak
merokok. Pasien menyangkal penggunaan obat-obatan tertentu.

3
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat pranatal
Pasien lahir cukup bulan dengan persalinan normal ditolong bidan
dirumah. Selama kehamilan dan kelahiran tidak ada masalah, ibu
pasien sering mengontrol kehamilannnya dengan bidan di posyandu.
2. Riwayat masa kanak-kanak awal (0-3 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi dan balita normal.
Pasien minum ASI sejak 0 bulan sampai usia 2 tahun.
3. Riwayat masa kanak pertengahan (3-11 tahun)
Pertumbuhan dan perkembangan padan masa ini normal. Pasien
berkembang menjadi seperti anak lain biasanya, pasien tidak
memiliki prestasi di bidang akademik maupun nonakademik. Pasien
baik dan memiliki banyak teman.
4. Riwayat masa remaja dan dewasa
Pasien memiliki cukup banyak teman. Pasien juga membantu ibunya
dalam mengurus adiknya yang kecil yang menderita cacat fisik.
5. Riwayat pendidikan
Pasien sekolah SD, SMP, SMA di Manna, Bengkulu Selatan. Pasien
melanjutkan kuliah S1 di Bengkulu jurusan Perpustakaan.
6. Riwayat pekerjaan
Pasien bekerja sebagai wiraswasta. Pasien sekarang bekerja berjualan
makanan (pempek, dan kue) di tokonya. Dulu, pasien pernah bekerja
sebagai pegawai kontrak, lalu pasien memilih untuk mengurus rumah
sambil berjualan.
7. Riwayat pernikahan
Pasien sudah menikah satu kali, memiliki 1 orang suami dan 3 orang
anak. Hubungan pasien dengan suami dan anak-anak baik.
8. Riwayat kehidupan beragama
Pasien beragama Islam dan mengaku beribadahnya kurang, pasien
sering sholat tetapi jarang 5 waktu.
9. Riwayat Psikoseksual

4
Pasien tidak memiliki kebiasaan-kebiasaan seksual yang
menyimpang.
10. Riwayat pelanggaran hukum
Pasien tidak memiliki riwayat pelanggaran hukum.
11. Aktivitas sosial
Pasien suka bersosialisasi dengan tetangga disekitar rumah. Pasien
mengaku sering mengikuti arisan dan senam. Pasien suka mengobrol
dengan ibu-ibu di lingkungan komplek.

E. Riwayat Keluarga
Di keluarga tidak ada yang memiliki keluhan serupa dengan pasien.
Pasien memiliki 2 saudara, 1 saudaranya yang paling kecil memiliki cacat
fisik. Orang tua pasien masih lengkap dan tinggal terpisah. Pasien
memiliki 1 orang suami dan 3 orang anak. Suami bekerja sebagai PNS
dan ketua RT dilingkungannya. Anak pertama laki-laki berumur 12 tahun,
bersekolah kelas 6 SD. Anak kedua perempuan berumur 7 tahun,
bersekolah kelas 1 SD. Anak ketiga laki-laki berumur 5 tahun, belum
bersekolah. Hubungan pasien dengan suami dan anak-anaknya tergolong
baik. Pasien dan anak-anaknya tinggal dengan ekonomi menengah keatas.

Genogram

Keterangan :

= Laki-laki = menunjukkan pasien

= Perempuan = Cacat Fisik = Tinggal Serumah

5
F. Situasi Kehidupan Sekarang
Pasien saat ini tinggal dirumahnya di Komplek Pepabri Bengkulu.
Pasien tinggal bersama suami dan ketiga anaknya. Pasien bekerja
membereskan rumah sehari-hari dan juga berjualan makanan di toko.
Dikarenakan kondisinya yang sedang sakit, pasien mengaku
menghentikan jualannya untuk sementara waktu. Tetapi, untuk pekerjaan
rumah, pasien masih mengerjakannya sendiri dibantu oleh suami dan
anak-anaknya. Suami pasien cukup perhatian, disela pekerjaannya sebagai
seorang PNS, suaminya selalu menemani jika pasien pergi berobat.
Hubungan pasien dengan suami dan anak-anaknya tergolong baik. Hanya
saja, pasien mengaku anak pertamanya suka melawan dirinya dan
terkadang membuat pasien cemas. Tetapi, semenjak dirinya sakit, anak
pertamanya jadi lebih perhatian dan tidka melawan lagi. Pasien berobat
jalan, dan biaya perawatan pasien ditanggung oleh BPJS.

Gambar 1.1 Keadaan Rumah Pasien

G. Persepsi Pasien Terhadap Dirinya Dan Lingkungannya


Pasien menyadari dirinya sakit, oleh karena itu pasien
menmbutuhkan bantuan pengobatan agar dirinya dapat menjalankan
aktifitas seperti biasanya sebelum sakit.

1.3 PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


Pemeriksaan dilakukan di poli pada tanggal 07 Mei 2018.
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan

6
Perempuan berusia 36 tahun, paras sesuai umur dengan postur
tubuh yang piknikus (gemuk), kesan gizi overweight, penampilan rapi
dan menggunakan jilbab. Pasien mengenakan baju berwarna biru muda
dan celana berwarna hitam. Pasien tampak tenang dan bisa diajak
berkomunikasi.
2. Kesadaran
Kompos mentis
3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Keadaan pasien tenang. Pasien tidak memperlihatkan gerak-gerik yang
tidak bertujuan, gerak berulang, maupun gerakan abnormal/involunter.
4. Pembicaraan
 Kuantitas: Pasien dapat menjawab pertanyaan dan dapat
mengungkapkan isi hatinya dengan jelas.
 Kualitas : pasien menyambung jika ditanya, dan menjawab
pertanyaan dengan spontan, pasien antusias untuk bercerita, pasien
berbicara dengan intonasi sesuai, pengucapan kata jelas dan
pembicaraan dapat dimengerti.
 Tidak ada hendaya berbahasa, pasien fasih berbahasa Indonesia
5. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien kooperatif, kontak mata adekuat. Pasien dapat menjawab
pertanyaan dengan baik.

B. Keadaan Afektif
1. Mood : Eutimia
2. Afek : Luas
3. Keserasian : serasi

C. Gangguan Persepsi
- Halusinasi auditorik tidak ada
- Halusinasi visual tidak ada
- Halusinasi somatik tidak ada

D. Proses Pikir
1. Bentuk pikir : Realita

7
2. Arus pikir
a. Produktivitas : pasien dapat menjawab spontan saat diajukan
pertanyaan, pasien memberikan ide-ide yang sesuai.
b. Kontinuitas : Koheren
c. Hendaya berbahasa : Tidak terdapat hendaya berbahasa
3. Isi pikiran :
- Kekhawatiran yang tidak wajar tentang kesehatannya
E. Fungsi Intelektual / Kognitif
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan
 Taraf pendidikan
Pasien lulusan S1
 Pengetahuan Umum
Baik
2. Daya konsentrasi dan perhatian
Konsentrasi dan perhatian pasien baik.
3. Orientasi
 Waktu : Baik, pasien mengetahui saat wawancara saat siang hari
 Tempat : Baik, pasien mengetahui dia sedang berada di RSJKO
Provinsi Bengkulu
 Orang : Baik, pasien mengetahui siapa saja saudaranya, siapa saja
yang tinggal serumah dengannya, dan mengetahui sedang
diwawancara oleh siapa.
4. Daya Ingat
 Daya ingat jangka panjang
Baik, pasien masih dapat mengingat dimana pasien bersekolah dan
kehidupan sekolahnya.
 Daya ingat jangka menengah
Baik, pasien dapat mengingat persis kejadian-kejadian beberapa
minggu terakhir
 Daya ingat jangka pendek
Baik, pasien dapat mengingat makan apa tadi malam
 Daya ingat segera

8
Baik, pasien dapat mengingat nama pemeriksa dan dapat mengulang
6 angka yang disebutkan oleh pemeriksa
 Akibat hendaya daya ingat pasien
Tidak terdapat hendaya daya ingat pada pasien saat ini.
6. Kemampuan baca tulis: baik
7. Kemampuan visuospatial: baik
8. Berpikir abstrak: baik, pasien dapat menjelaskan persamaan apel dan
pir
9. Kemampuan menolong diri sendiri : baik, pasien dapat melakukan
perawatan diri sehari- hari secara mandiri seperti mandi, makan,
minum.

F. Daya Nilai
Daya nilai sosial pasien baik. Uji daya nilai realitas pasien juga baik.

G. Pengendalian Impuls
Pengendalian impuls pasien baik, selama wawancara dapat mengontrol
emosinya dengan baik.

H. Tilikan
Tilikan derajat 6, pasien menyadari sepenuhnya pasien sakit dan
membutuhkan bantuan.

I. Taraf Dapat Dipercaya


Kemampuan pasien untuk dapat dipercaya cukup akurat, pasien berkata
dengan jujur mengenai peristiwa yang terjadi, dan di cross check juga
dengan keterangan dari keluarga pasien yang menceritakan kejadian yang
serupa.

1.4 PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Generalis
 KU : Tampak Sehat
 Sensorium : Compos Mentis (GCS: E4 V5 M6)
Vital Sign

9
 TD : 120/80 mmHg
 Nadi : 79 x/menit
 RR : 19 x/menit
 Suhu : 36,7 oC

Gambar 2.2 : Keadaan Pasien saat Home Visite

B. Status Internus
Kepala Normocephali

Mata Sklera ikterik -/-, conjungtiva palpbera anemis -/-, edema


palpebra -/-

Hidung deformitas (-), tidak ada sekret.

Telinga deformitas (-), liang lapang, pengeluaran sekret (-).

Mulut bibir tidak sianosis, lidah kotor (-), papil lidah tersebar merata,
mukosa lidah merah

Leher Dalam batas normal

Thorax Tidak terdapat scar, simetris kiri dan kanan

Paru I Pernapasan Statis-Dinamis kiri = kanan.

P Stemfremitus kanan=kiri

P Sonor

10
A Vesikuler, wheezing -/-, rhonki -/-

Jantung I iktus kordis tidak terlihat

P Iktus kordis tak teraba

P Batas atas jantung ICS II, batas kanan jantung linea


parasternalis dektra, batas kiri jantung ICS V LMC
sinistra

A Bunyi jantung I,II regular, gallop (-), Murmur(-)

Abdomen I Datar, benjolan (-)

A Bising usus (+) normal

P Timpani (+) di seluruh regio abdomen

P Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

Ektrimitas Pitting edema (-/-) pada ekstrimitas, akral teraba hangat.

C. Status Neurologis
i. Saraf kranial : dalam batas normal
ii. Saraf motorik : dalam batas normal
iii. Sensibilitas : dalam batas normal
iv. Susunan saraf vegetatif : dalam batas normal
v. Fungsi luhur : dalam batas normal

1.5 PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LANJUT


- Pada pasien tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
- Disarankan untuk melakukan follow up setelah obat habis

1.6 FORMULASI DIAGNOSIS


 Seorang perempuan, usia 36 tahun, beragama Islam, status menikah,
lulusan S1, bekerja sebagai wiraswasta, tinggal di Pepabri Bengkulu.

11
Datang berobat ke Poliklinik RSJKO Bengkulu bersama adiknya pada
hari Senin, 07 Mei 2018 pukul 09.45 WIB.
 Sejak 2 bulan terakhir, pasien mengeluh sering merasa cemas secara
mendadak, yang diikuti dengan nyeri di ulu hati yang menjalar sampai ke
bagian belakang tubuh, jantung berdebar-debar, dan terkadang disertai
dengan mual, muntah. Pasien juga mengaku jika serangan cemas itu
muncul, maka akan menggangu kemampuannya untuk berkonsentrasi
dalam mengerjakan sesuatu. Perasaan cemas muncul bisa sampai 3x
dalam sehari dan dalam sekali muncul bisa selama 30 menit. Pasien juga
mengaku sering mengalami ketakutan akan kematian tanpa sebab. Selain
itu, pasien juga sering mencemaskan sikap dan prilaku anak pertamanya
yang dianggap suka melawan dirinya. Pasien sudah berobat ke beberapa
dokter dan dinyatakan sehat, hanya masalah psikis.
 Pasien merupakan pribadi yang supel, dan terbuka dan suka bercerita pada
suaminya, dan peduli dengan kondisi keluarga. Pasien memiliki hubungan
yang baik dengan anggota keluarga. Pasien juga selalu menjaga
komunikasi dengan tetangga dan orang di sekitar rumah lainnya.
 Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran composmentis, tekanan
darah 120/80 mmHg, nadi 79 x/menit, frekuensi nafas =19 x/menit,. Pada
pemeriksaan kardiovaskular, respiratorik, gastrointestinal, urogenital dan
neurologis tidak didapatkan kelainan.
 Kejadian awal yang membuat pasien mengalami cemas seperti ini, sekitar
2 bulan yang lalu pasien mengaku sempat sedikit merasa cemas karena
pristiwa kebakaran di rumahnya, ia sempat sedikit takut tetapi seiring
dengan berjalannya waktu ia mengakui tidak pernah memikirkannya lagi.
Selain itu pasien juga mengaku mulai merasakan cemas yang berlebihan
sejak 2 bulan yang lalu dikarenakan meminum obat multivitamin. Setelah
meminum obat multivitamin tersebut, pasien merasakan jantungnya
berdebar-debar hebat dan setelahnya pasien muntah hebat.
 Pada pemeriksaan psikiatri didapatkan penampilan rapi, tenang,
kooperatif, orientasi tidak terganggu, atensi baik, emosi stabil, bentuk
pikiran cepat, arus pikiran koheren, waham (-), halusinasi visual dan

12
auditori (-), kemauan ADL mandiri, intelegensi baik, psikomotor normal,
insight baik.

1.7 DIAGNOSIS MULTIAKSIAL


A. Aksis I
F41.1 gangguan cemas menyeluruh
Diagnosis banding:
 F.45.0 Gangguan Somatisasi
 F.45.2 Gangguan Hipokondrik
 F.41.0 Gangguan Panik
 F.43.1 Gangguan Stres Pasca Trauma
 Gangguan Fobia
B. Aksis II
Ciri Kepribadian : Histrionik
C. Aksis III
Syndrom Dispepsia
D. Aksis IV
Tertunda
E. Aksis V
GAF scale (70-61) berupa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan,
secara umum masih baik.

1.8 PROGNOSIS
Prognosis pasien secara menyeluruh adalah dubia ad bonam
Sehingga kesimpulan prognosis pada pasien berdasarkan wawancara diatas
sebagai berikut :
Quo Ad Vitam : Ad bonam
Quo Ad Functionam : Ad bonam
Quo Ad Sanationam : Dubia Ad malam

13
1.9 TERAPI
A. Psikofarmaka
 Clobazam 10 mg 0-0-1
 Fluoxetin 20 mg 1-0-0
B. Psikoterapi & Edukasi
 Cognitive therapy; dimana penderita diajarkan untuk mengenali dan
menilai pikiran-pikiran cemasnya dengan tujuan untuk mencari
alternative dan pikiran-pikiran yang bisa membantu mengalihkan
fokusanya, yang kemudian dinilai secara praktikal.
 Tehnik relaksasi; berdasarkan asumsi bahwa relaksasi mental diikuti
oleh relaksasi fisik.
 Anxiety management training; berdasarkan rasionalisasi bahwa cemas
dapat dikendalikan dengan mengendalikan lingkaran kecemasan yang
membuat masalah akan terus berlanjut. Cara ini dilakukan dengan
memberikan penjelasan tentang anxietas, yang diakibatkannya dan
konsekuensinya. Latihan relaksasi, latihan napas bila perlu, dapat
disertakan dengan terapi ini.
C. Sosioterapi
Memberi penjelasan kepada keluarga pasien khususnya suami pasien agar
dapat memberi perhatian lebih kepada istri untuk mempercepat
pemulihannya.

14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

GANGGUAN CEMAS MENYELURUH


2.1 DEFINISI
Gangguan cemas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder, GAD)
merupakan kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan
kekhawatiran yang berlebihan dan tidak rasional bahkan terkadang tidak
realistik terhadap berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari. Kondisi ini
dialami hampir sepanjang hari, berlangsung sekurang-kurangnya selama 6
bulan. Kecemasan yang dirasakan sulit untuk dikendalikan dan berhubungan
dengan gejala-gejala somatik seperti ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan
tidur, dan kegelisahan sehingga menyebabkan penderitaan yang jelas dan
gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan.4,5

2.2 EPIDEMIOLOGI
Angka prevalensi untuk gangguan cemas menyeluruh 3-8% , dengan
prevalensi pada wanita > 40 tahun sekitar 10%. Rasio antara perempuan dan
laki-laki sekitar 2:1. Onset penyakit biasanya muncul pada usia pertengahan
hingga dewasa akhir, dengan insidens yang cukup tinggi pada usia 35-45
tahun. GAD merupakan gangguan kecemasan yang paling sering ditemukan
pada usia tua. 6,7,8

2.3 ETIOLOGI
A. Faktor biologis
Manfaat terapeutik benzodiazepin dan azapirone sebagai contohm
buspirone telah memusatkan usaha penelitian biologis pada sistem
neurotrannsmiter gamma-aminobutyric acid (GABA) dan serotonin (5-
hydroxytryptamine [5-HT]). Benzodiazepine (yang merupakan agonis
reseptor benzodiazepine) diketahui menurunkan kecemasan, sedangkan

15
flumazenil (Mazicon) (suatu antagonis reseptor benzodiazepine) dan beta-
carboline (agonis kebalikan reseptor benzodiazepine) diketahuai
menginduksi kecemasan.1
Walaupun tidak ada data yang menyakinkan yang menyatakan
bahwa reseptor benzodiazepine adalah abnormal pada pasien dengan
gangguan kecemasan umum, beberapa penelitian telah memusatkan pada
beberapa lobus osipitalis, yang memiliki kinsentrasi benzodiazepine
tertinggi diotak. Daerah otak lain yang telah dihipotesiskan terlibat didalam
gangguan kecemasan umum adalah ganglia basalis, sistem limbik, dan
korteks frontalis. Karena buspirone adalah suatu agonis reseptor 5-HTia,
beberpa kelompokpenelitian memusatkan pada hipotesis bahwa regulasi
sistem serotonergik pada gangguan kecemasan umum adalah abnormal.
Sistem neurotranmiter lainnya yang merupakan sasaran penelitian pada
gangguan kecemasan umum adalah sistem neurotransmiter nonepineprine,
glutamat, dan kolesistokinin. Beberapa bukti menyatakan bahwa pasien
dengan gangguan kecemasan umum mungkin memiliki subsensitivitas pada
reseptor adrenergik-alfa2 seperti yang dinyatakan oleh penumpulan
pelepasan hormon pertumbuhan setelah infus clonidine (catapres)2,3.

B. Faktor Psikososial
Dua bidang pikiran utama tentang faktor psikososial yang
menyebabkan perkembangan gangguan kecemasan umum dalah bidang
kognitif perilaku dan bidang psikoanalitik. Bidang kognitif perilaku
menghipotesiskan bahwa pasien dengan gangguan kecemasan umum
adalah berespon secara tidak tepat dan tidak akurat terhadap bahaya yang
dihadapi. Ketidakakuratan tersebut disebabkan oleh perhatian selektif
terhadap perincian negatif didalam lingkungan, oleh distorsi pemerosesan
informasi, dan oleh pandangan yang terlalu negatif tentang kemampuan
seseorang untuk mengatasinya. Bidang psikoanalitik menghipotesiskan
bahwa kecemasan adalah suatu gejala konflik bahwa sadar yang tidak
terpecahkan. Teori psikologis tentang kecemasan tersebut pertama kali
dianjurkan oleh Sigmund Freud pada tahun 1909 dengan penjelasannya

16
tentang Little Hans, sebelumnya freud telah memandang kecemasan
sebagai memiliki dasar fisiologis (3).
Suatu hierarki kecemasan adalah berhubungan dengan berbagai
tingkat perkembangan. Pada tingkat yang paling primitif, kecemasan
mungkin berhubungan dengan ketakutan akan penghancurkan atau fusi
dengan orang lain. Pada tingkat perkembangan yang lebih matur,
kecemasan adalah berhubungan yang lebih matur, kecemasan adalah
berhubungan dengan perpisahan dari objek yang dicintai. Pada tingkat yang
masih lebih matur, kecemasan adalah berhubungan dengan hilangnya cinta
dari objek yang penting. Kecemasan kastrasi adalah berhubungan dengan
fase oedipal dari perkembangan dan dianggap merupakan satu tingkat
tertinggi dari kecemasan. Kecemasan superego, ketakutan mengecewakan
gagasan dan nilai sendiri (didapatkan dari orangtua yang
diinternalisasikan), adalah bentuk kecemasan yang paling matur 3.
Sehubungan dengan faktor-faktor psikolgik yang berperan dalam
terjadinya anxietas ada tiga teori yang berhubungan dengan hal ini, yaitu :
teori psikoanalitik, teori behavorial, dan teori eksistensial. Menurut teori
psiko-analitik terjadinya anxietas ini adalah akibat dari konflik unconscious
yang tidak terselesaikan. Teori behavior beranggapan bahwa terjadinya
anxietas ini adalah akibat tanggapan yang salah dan tidak teliti terhadap
bahaya. Ketidaktelitian ini sebagai akibat dari perhatian mereka yang
selektif pada detil-detil negative dalam kehidupan, penyimpangan dalam
proses informasi, dan pandangan yang negative terhadap kemampuan
pengendalian dirinya . Teori eksistensial bependapat bahwa terjadinya
anxietas adalah akibat tidakadanya rangsang yang dapat diidentifikasi
secara spesifik. Ketiadaan ini membuat orang menjadi sadar akan
kehampaannya di dalam kehidupan ini (5).

2.4 GAMBARAN KLINIS


Tabel 2.1 Gejala-gejala Gangguan Cemas Menyeluruh:10

Ketegangan Motorik 1. Kedutan otot/ rasa gemetar

17
2. Otot tegang/kaku/pegal

3. Tidak bisa diam

4. Mudah menjadi lelah

Hiperaktivitas Otonomik 5. Nafas pendek/terasa berat

6. Jantung berdebar-debar

7. Telapak tangan basah/dingin

8. Mulut kering

9. Kepala pusing/rasa melayang

10. Mual, mencret, perut tak enak

11. Muka panas/ badan menggigil

12. Buang air kecil lebih sering

Kewaspadaan berlebihan dan 13. Perasaan jadi peka/mudah ngilu

Penangkapan berkurang 14. Mudah terkejut/kaget

15. Sulit konsentrasi pikiran

16. Sukar tidur

17. Mudah tersinggung

2.5 DIAGNOSIS
Kriteria diagnostik gangguan cemas menyeluruh menurut DSM IV-TR :9
1. Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul hampir
setiap hari, sepanjanghari, terjadi selama sekurangnya 6 bulan,

18
tentang sejumlah aktivitas atau kejadian (seperti pekerjaan atau
aktivitas sekolah).
2. Penderita merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya.
3. Kecemasan atau kekhawatiran disertai tiga atau lebih dari enam
gejala berikut ini (dengan sekurangnya beberapa gejala lebih
banyak terjadi dibandingkan tidak terjadi selama enam bulan
terakhir). Catatan : hanya satu nomor yang diperlukan pada anak :
a) Kegelisahan
b) Merasa mudah lelah
c) Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong
d) Iritabilitas
e) Ketegangan otot
f) Gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau tidur
gelisah, dan tidakmemuaskan).
4. Fokus kecemasan dan kekhawatiran tidak terbatas pada gangguan
aksis I, misalnya kecemasan atau ketakutan adalah bukan tentang
menderita suatu serangan panik (seperti pada gangguan panik),
merasa malu pada situasi umum (seperti pada fobia sosial),
terkontaminasi (seperti pada gangguan obsesif kompulsif), merasa
jauh dari rumah atau sanak saudara dekat (seperti gangguan
anxietas perpisahan), penambahan berat badan (seperti pada
anoreksia nervosa), menderita keluhan fisik berganda (seperti pada
gangguan somatisasi), atau menderita penyakit serius (seperti pada
hipokondriasis) serta kecemasan dan kekhawatiran tidak terjadi
semata-mata selama gangguan stres pasca trauma.
5. Kecemasan, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan
penderitaan yang bermakna secara klinis, atau gangguan pada
fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
6. Gangguan yang terjadi adalah bukan karena efek fisiologis
langsung dari suatu zat (misalnya penyalahgunaan zat, medikasi)
atau kondisi medis umum (misalnya hipertiroidisme), dan tidak

19
terjadi semata-mata selama suatu gangguan mood, gangguan
psikotik, atau gangguan perkembangan pervasif.

Kriteria diagnosis gangguan cemas menyeluruh berdasarkan PPDGJ-


III sebagai berikut:8

1. Pasien harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang


berlangsung hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai
beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjol pada
keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau
“mengambang”)
2. Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut :
a. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di
ujung tanduk, sulit konsentrasi, dan sebagainya);
b. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak
dapat santai); dan
c. Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat,
jantung berdebar-debar, sesak napas, keluhan lambung, pusing
kepala, mulut kering dan sebagainya).
3. Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk
ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan somatic berulang
yang menonjol.
4. Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa
hari), khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama
Gangguan cemas Menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi
kriteria lengkap dari episode
depresif (F32.-), gangguan anxietas fobik (F40.-), gangguan panik
(F41.0), atau gangguan obsesif-kompulsif (F42.-).

2.6 DIAGNOSIS BANDING


Gangguan cemas menyeluruh perlu dibedakan dari kecemasan akibat
kondisi medis umum maupun gangguan yang berhubungan dengan
penggunaan zat. Diperlukan pemeriksaan medis termasuk tes kimia darah,

20
elektrokardiografi, dan tes fungsi tiroid. Klinisi harus menyingkirkan adanya
intoksikasi kafein, penyalahgunaan stimulansia, kondisi putus zat atau obat
seperti alkohol, hipnotik-sedatif dan anxiolitik.6
Kelainan neurologis, endokrin, metabolik dan efek samping
pengobatan pada gangguan panik harus dapat dibedakan dengan kelainan yang
terjadi pada gangguan anxietas menyeluruh. Selain itu, gangguan cemas
menyeluruh juga dapat didiagnosis banding dengan fobia, gangguan obsesif-
kompulsif, hipokondriasis, gangguan somatisasi, dan gangguan stres post-
trauma.4
1. Fobia
Pada fobia, kecemasan terjadi terhadap objek/hal tertentu sehingga pasien
berusaha untuk menghindarinya, sedangkan pada GAD, tidak terdapat
objek tertentu yang menimbulkan kecemasan.4
2. Gangguan obsesif kompulsif
Pada gangguan obsesif kompulsif, pasien melakukan tindakan berulang-
ulang (kompulsi) untuk menghilangkan kecemasannya, sedangkan pada
GAD, pasien sulit untuk menghilangkan kecemasannya, kecuali pada saat
tidur.4
3. Hipokondriasis
Pada hipokondriasis maupun somatisasi, pasien merasa cemas terhadap
penyakit serius ataupun gejala-gejala fisik yang menurut pasien
dirasakannya dan berusaha datang ke dokter untuk mengobatinya,
sedangkan pada GAD, pasien merasakan gejala-gejala hiperaktivitas
otonomik sebagai akibat dari kecemasan yang dirasakannya.4
4. Gangguan stres pasca trauma
Pada gangguan stres pasca trauma, kecemasan berhubungan dengan sutau
peristiwa ataupun trauma yang sebelumnya dialami oleh pasien, sedangkan
pada GAD kecemasan berlebihan berhubungan dengan aktivitas sehari-
hari.4

2.7 PENATALAKSANAAN
1. Farmakoterapi

21
a. Benzodiazepin
Merupakan pilihan obat pertama. Pemberian benzodiazepine
dimulai dengan dosis terendah dan ditingkatkan sampai mencapai
respons terapi. Pengguanaan sediaan dengan waktu paruh
menengah dan dosis terbagi dapat mencegah terjadinya efek yang
tidak diinginkan. Lama pengobatan rata-rata 2-6 minggu,
dilanjutkan dengan masa tapering off selama 1-2 minggu.
Spektrum klinis Benzodiazepin meliputi efek anti-anxietas,
antikonvulsan, anti-insomnia, dan premedikasi tindakan operatif.

b. Non-benzodoazepin (Buspiron)
Buspiron efektif pada 60-80% penderita GAD. Buspiron lebih
efektif dalam memperbaiki gejala kognitif dibanding gejala somatik.
Tidak menyebabkan withdrawal. Dosis anjuran 2-3x 10 mg/hari.
Kekurangannya adalah, efek klinisnya baru terasa setelah 2-3 minggu.
Terdapat bukti bahwa penderita GAD yang sudah menggunakan
Benzodiazepin tidak akan memberikan respon yang baik dengan
Buspiron. Dapat dilakukan penggunaan bersama antara Benzodiazepin
dengan Buspiron kemudian dilakukan tapering Benzodiazepin setelah
2-3 minggu, disaat efek terapi Buspiron sudah mencapai maksimal.11

Tabel 2. Sediaan Obat Anti-Anxietas dan Dosis Anjuran 11

Dosis
No Nama Generik Nama Dagang Sediaan Anjuran

1. Diazepam Diazepin Tab. 2-5 mg 10-30 mg/h

Lovium Tab. 2-5 mg

Stesolit Tab. 2-5 mg

Amp. 10mg/2cc

2. Chlordiazepoxide Cetabrium Drg. 5-10 mg 15-30 mg/h

Arsitran Tab. 5 mg

22
Tensinyl Cap. 5 mg

3. Lorazepam Ativan Tab.0,5-1-2 mg 2-3 x 1 mg/h

Renaquil Tab. 1 mg

4. Clobazam Frisium Tab. 10 mg 2-3 x10 mg/h

5. Alprazolam Xanax Tab.0,25-0,5mg 0,75-1,5mg/h

Alganax Tab.0,25-0,5mg

6. Sulpiride Dogmatil Cap. 50 mg 100-200 mg/h

7. Buspirone Buspar Tab. 10 mg 15-30 mg/h

8. Hydroxyzine Iterax Caplet 25 mg 3x25 mg/h

2. Psikoterapi
a. Terapi kognitif perilaku
Teori Cognitive Behavior pada dasarnya meyakini bahwa pola
pemikiran manusia terbentuk melalui proses rangkaian stimulus-
kognisi-respon, dimana proses kognisi akan menjadi faktor
penentu dalam menjelaskan bagaimana manusia berpikir, merasa
dan bertindak. Terapi kognitif perilaku diarahkan kepada
modifikasi fungsi berpikir, merasa dan bertindak, dengan
menekankan peran otak dalam menganalisa, memutuskan,
bertanya, berbuat dan memutuskan kembali. Dengan mengubah
arus pikiran dan perasaan, klien diharapkan dapat mengubah
tingkah lakunya, dari negatif menjadi positif.Tujuan terapi
kognitif perilaku ini adalah untuk mengajak pasien menentang
pikiran (dan emosi) yang salah dengan menampilkan bukti-bukti
yang bertentangan dengan keyakinan mereka tentang masalah
yang dihadapi. Pendekatan kognitif mengajak pasien secara
kangsung mengenali distorsi kognitif dan pendekatan perilaku,
mengenali gejala somatik secara langsung. Teknik utama yang

23
digunakan pada pendekatan behavioral adalah relaksasi dan
biofeedback.6,10
b. Terapi suportif
Pasien diberikan re-assurance dan kenyamanan, digali potensi-
potensi yang ada dan belum tampak, didukung egonya, agar lebih
bisa beradaptasi optimal dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.6
c. Psikoterapi Berorientasi Tilikan
Terapi ini mengajak pasien ini untuk mencapai penyingkapan
konflik bawah sadar, menilik egostrength, relasi objek, serta
keutuhan self pasien. Dari pemahaman akan komponen-
komponen tersebut, kita sebagai terapis dapat memperkirakan
sejauh mana pasien dapat diubah untuk menjadi lebih matur, bila
tidak tercapai, minimal kita memfasilitasi agar pasien dapat
beradaptasi dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.6

2.8 PROGNOSIS
Gangguan cemas menyeluruh merupakan suatu keadaan kronis yang
mungkin berlangsung seumur hidup. Prognosis dipengaruhi oleh usia, onset,
durasi gejala dan perkembangan komorbiditas gangguan cemas dan depresi.9

24
BAB III
PEMBAHASAN

Berdasarkan autoanamnesis, serta pemeriksaan status, ditemukan gejala


klinis utama sering cemas dan ketakutan yang menimbulkan ketidaknyamanan,
terganggu, disfungsi organ dan menimbulkan penderitaan sehingga dikatakan
gangguan jiwa. Dari pemeriksaan status mental, tidak ditemukan hendaya berat
dalam menilai realitas maka pasien digolongkan dalam gangguan jiwa non
psikotik. Dari hasil pemeriksaan fisik dan neurologik, tidak didapatkan adanya
disfungsi otak, maka digolongkan sebagai gangguan jiwa psikotik non organik.
Anamnesis didapatkan gejala umum cemas/ansietas yaitu ketakutan akan
bernasib buruk, ketegangan motorik (gemetaran), hiperaktivitas otonom (jantung
berdebar- debar, gejala lambung) sehingga berdasarkan kriteria diagnostik
PPDGJ III, pasien termasuk kedalam gangguan F41.1 gangguan cemas
menyeluruh.2
Pasien juga didiagnosis ciri kepribadian histrionik. Dikarenakan, saat
wawancara pasien menunjukkan pola emosi yang berlebihan dalam mencari
perhatian, termasuk perilaku seduktif yang tidak tepat serta kebutuhan yang
berlebihan untuk penerimaan. Saat wawancara, pasien menekankan bahwa ia
sangat kepikiran dengan tingkah laku anak pertamanya yang sedang duduk di
bangku SD kelas 6, dikarenakan anak sangat melawan kepadanya dan terkadang
memukul dirinya. Tetapi, pada saat Home Visit, penulis menemukan bahwa sikap
dan prilaku anak pertama pasien itu dalam kategori wajar seperti anak
seumurannya, masih sopan kepada kedua orangtuanya dan hal tersebut dibenarkan
oleh suami pasien.4
Prognosis pasien dikatakan baik karena penyakit ini sifatnya akut di usia
pasien yang masih muda. Pasien mendapat dukungan penuh dari keluarga,
keinginan untuk sembuh dari pasien dan tidak ada riwayat penyakit yang sama
dalam keluarga.3

25
Pasien diberi 3 jenis terapi yakni farmakoterapi, psikoterapi dan
sosioterapi. Untuk farmakoterapi diberi antianxietas golongan benzodiazepin jenis
clobazam, karena efek terapi yang cepat dan pada pasien ditemukan gejala sulit
tidur maka efek samping yakni sedasi dimanfaatkan. Pada pagi hari tidak
diberikan agar efek sedasi tidak mengganggu aktifitas pasien. Selain itu, pasien
juga diberikan obat jenis antidepressan golongan SSRI yaitu flouxetin, obat yang
bekerja dengan cara meningkatkan aktivitas dan sirkulasi serotonin di dalam otak.
Sehingga, gelaja kecemasan dan ketakutan pada pasien dapat teratasi. Fluoxetin
diberikan pada pagi hari. Psikoterapi dan sosioterapi bagi pasien bermanfaat untuk
meringankan beban psikis yang dimiliki oleh pasien sehingga dapat mempercepat
penyembuhan.6

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim R, 2009. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. Jakarta: PT Nuh Jaya.
2. Maslim R, 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik
(Psychotropic Medication). Jakarta: PT Nuh Jaya.
3. Redayani P, 2014. Buku Ajar Psikiatri : Gangguan Cemas Menyeluruh. Badan
Penerbit FKUI. Jakarta
4. Maramis, Willy F. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga
University Press: Surabaya.
5. Kaplan H.I, Sadok B.J. 1997. Sinopsis Psikiatri, edisi 7 jilid 1. Bina Rupa
Aksara : Jakarta
6. Katzung, B.G. 2002. Penyalahgunaan Obat dalam: Farmakologi Dasar dan
Klinik. Buku 2, ed.VIII. Jakarta: Salemba Medika.
7. Burner, F. 2014. Anxiety (internet) 6 Mei 2014. Bersumber dari
www.emedicinehealth.ac.id diakses Mei 2018.
8. Mansjoer A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
FKUI; 2001
9. Idrus, M. Anxietas dan Hipertensi. J Med Nus Vol. 27 No.1 Januari-Maret
2016. Jakarta
10. Wibisono S. 2013. Simposium Anxietas Konsep Diagnosis dan Terapi
Mutakhir. Jakarta;

27

You might also like