Professional Documents
Culture Documents
TYPOID ABDOMINALIS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Portofolio Pada Mata Kuliah Blok Sistem
Pencernaan Semester Empat Yang Diampu Oleh
Ibu NS. MARIYAM, M.KEP.SP.KEP.AN
Disusun Oleh:
NIM : G2A016093
PRODI S1 KEPERAWATAN
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nyalah sehingga Askep yang berjudul "Typoid Abdominalis" ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Askep ini disusun sebagai tugas untuk mata kuliah
Blok Pencernaan. Keberhasilan penulis dalam penulisan makalah ini tentunya tidak
lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya
makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang masih perlu diperbaiki, untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini,sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1 Pendahuluan
a. Latar belakang
b. Tujuan penulisan
BAB 2 ISI
a. Konsep Penyakit
1. Definisi
2. Etiologi
3. Tanda dan gejala
4. Klasifikasi
5. Patofisiologi
6. Komplikasi
7. Penatalaksanaan
b. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan dan rasional tindakan
BAB 3 Penutup
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Penyakit Typoid Abdominalis dari dahulu hingga sekarang selalu terjadi
setiap tahunnya,tidak tergantung pada musim. Penyakit typhoid abdominalis
disebabkan oleh kuman salmonella typhosa. Sumber penularan utama adalah
penderita demam enterik dan carrier itu sendiri melalui tinja dan makanan yang
tercemar oleh kuman salmonella thyposa.Di Indonesia diperkirakan insiden
demam enterik adalah 300 – 810 kasus per 100.000 penduduk pertahun, penyakit
ini dapat dicegah dengan cara menerapkan dasar-dasar hygiene dan kesehatan
masyarakat. Untuk menelaah hal – hal yang mungkin terjadi pada klien tersebut,
kami ingin mempelajarinya melalui pembuatan askep.
b. Tujuan Penulisan
Untuk memberikan penjelasan tentang penyakit Typoid Abdominalis dan
bagaimana asuhan keperawatan yang dapat di lakukan pada klien dengan penyakit
Typoid Abdominalis.
BAB II
ISI
a. Konsep Penyakit
1. Definisi
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit
ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1998 ).
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada
saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia
12 – 13 tahun ( 70% - 80% ), pada usia 30 - 40 tahun ( 10%-20% ) dan diatas
usia pada anak 12-13 tahun sebanyak ( 5%-10% ) (Mansjoer, Arif 1999).
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan
pencernaan dan gangguan kesadaran (FKUI. 1999).
2. Etiologi
a) Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar,
tidak bersepora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu:
1) Antigen O (somatic, terdiri darizat komplekliopolisakarida)
2) Antigen H(flagella)
3) Antigen V1 dan protein membrane hialin.
b) Salmonella parathypi A
c) salmonella parathypi B
d) Salmonella parathypi C
e) Faces dan Urin dari penderita thypus (Rahmad Juwono, 1996)
3. Tanda dan Gejala
Masa tunas 7-14 (rata-rata 3 – 30) hari, selama inkubasi ditemukan gejala
prodromal (gejala awal tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas) :
a. Perasaan tidak enak badan
b. Lesu
c. Nyeri kepala
d. Pusing
e. Diare
f. Anoreksia
g. Batuk
h. Nyeri otot (Mansjoer, Arif 1999).
4. Klasifikasi
Klasifikasi dari Thypus Abdominalis adalah :
a. Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada
saluran cerna , gangguan kesadaran.
b. Paratypus adalah jenis typus yang lebih ringan , mungkin sesekali penderita
mengalami buang - buang air. Jika diamati, lidah tampak berselaput putih
susu, bagian tepinya merah terang. Bibir kering , dan kondisi fisik tampak
lemah , serta nyata tampak sakit. Jika sudah lanjut , mungkin muncul gejala
kunin,sebab pada tipus oragan limfa dan hati bias membengkak seperti gejala
hepatitis.
5. Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus
(muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.Feses dan muntah pada penderita
typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman
tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap
dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut
kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan
yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat
melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman
akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus
bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini
kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel
retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman
ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya
masuk limpa, usus halus dan kandung empedu. Semula disangka demam dan
gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi
berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan
merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada
patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus.
Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang
sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
6. Komplikasi
a. Komplikasi intestinal
1) Perdarahan usus
2) Perporasi usus
3) Ilius paralitik
b. Komplikasi extra intestinal
1) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis),
miokarditis, trombosis, tromboplebitis.
2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma
uremia hemolitik.
3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
4) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.
5) Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
6) Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan
arthritis.
7) Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis,
polineuritis perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan typhoid sampai saat ini masih menganut trilogi , yaitu :
1. Istirahat dan perawatan profesional.
Perawatan ini bertujuan mencegah komplikasi dan mempercepat proses
penyembuhan.
a. Pasien harus tirah baring ( bed rest ) sampai minimal 7 hari bebas
demam.
b. Mobilisasi dilakukan bertahap, sesuai dengan kondisi kekuatan
pasien.
c. Posisi klien perlu diubah-ubah untuk mencegah dekubitus dan rasa
tidak nyaman.
d. Defekasi dan BAK perlu diperhatikan, karena kadang-kadang
terjadi obstipasi dan retensi urin.
2. Diet.
a. Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi
protein.
b. Makanan tidak boleh yang mengandung serat dan tidak
merangsang dan menimbulkan gas.
c. Bila kesadaran menurun, diberikan makanan cair, melalui sonde
lambung.
19
d. Pada penderita yang akut, dapat diberi bubur saring. Banyak
penderita tidak menyukai bubur saring, karena tidak sesuai dengan
selera mereka, sehingga mereka hanya makan sedikit dan ini
berakibat pada keadaan umum dan gizi penderita semakin mundur
dan masa penyembuhan menjadi lama. (Juwono, 1983) Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan padat dini,
yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa(pantang sayuran
dengan serat kasar) dapat diberikan dengan aman pada penderita
typhoid.
e. Diperbolehkan dengan makanan lunak jika kesadaran dan nafsu
makan baik serta bebas demam.
3. Pemberian Obat-obatan.
Untuk menghentikan dan memusnahkan penyebaran kuman,
antibiotik yang dapat digunakan :
a. Klorampenikol
Klorampenikol adalah antibiotik yang dipilih dalam
pengobatan demam typhoid. Efeknya mengurangi lama rawat dari
penyakit dan menekan angka kejadian kematian. Klorampenikol
paling efektif di tahap awal infeksi. Sayangnya, kekambuhan sering
terjadi setelah pengobatan secara intensif dengan klorampenikol,
karena obat ini kurang efektif dalam mencegah infeksi yang
bersifat karier. Dosis yang dianjurkan 50-100 mg/kgBB/hari,
selama 10-14 hari. (Stewart, 1968).
20
b. Kotrimoksazol
Kelebihan Kotrimoksazol antara lain dapat digunakan untuk
kasus yang resisten terhadap klorampenikol, penyerapan di usus
cukup baik, dan kemungkinan timbulnya kekambuhan pengobatan
lebih kecil dibandingkan klorampenikol. Kelemahannya adalah
dapat terjadi skin rash (1-15%). Dosis yang dianjurkan 30-40
mg/kgBB/hari untuk Sulfametoksazol dan 6-8 mg/kgBB/hari untuk
Trimetpprin, diberikan dalam 2 kali pemberian, selama 10-14 hari.
c. Ampisilin / amoksisilin
Berlawanan dengan klorampenikol, Ampicillin terbukti
menunjukkan hasil yang baik pada pengobatan yang bersifat karier,
tetapi untuk memunculkan efek tersebut butuh pengobatan awal
dalam beberapa bulan. Dosis yang dianjurkan : Ampisilin 100-200
mg/kgBB/hari, untuk Amoksisilin 100mg/kgBB/hari. (Stewart,
1968)
d. Kortikosteroid
Kortikosteroid hanya diberikan dengan indikasi yang tept
karena dapat menyebabkan pendarahan usus dan relaps. Tetapi,
pada kasus berat penggunaan kortikosteroid dapat menurunkan
angka kematian.
(Rampengan, 2007)
b. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dan pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Oleh karena
itu pengkajian yang akurat, lengkap, sesuai dengan kenyataan, kebenaran data
sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan
memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan respon individu.
a. Kesimpulan
1. Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini
adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis.
Typhoid abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada
saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak
usia 12 – 13 tahun ( 70% - 80% ), pada usia 30 - 40 tahun ( 10%-20% ) dan
diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak ( 5%-10% ).
2. Berdasarkan intervensi yang dilakukan, maka yang di harapkan untuk klien
dengan gangguan sistem pencernaan typhoid abdominalis adalah : tanda-tanda
vital stabil, kebutuhan cairan terpenuhi, kebutuhan nutrisi terpenuhi, tidak
terjadi hipertermia, klien dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari secara
mandiri, infeksi tidak terjadi dan keluaga klien mengerti tentang penyakitnya.
b. Saran
Penulis harapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua untuk
ilmu yang lebih membangun. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang positif dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal bedah Edisi 8 Volume 1. Jakarta:
EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Diagnosa Keperawatan
dan Masalah kolaboratif. Jakarta: EGC.
Dangoes Marilyn E. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC, Jakarta.
Lynda Juall, 2000, Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta.
Mansjoer, Arif 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Media Aesculapis, Jakarta.
Rahmad Juwono, 1996, Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3, FKUI, Jakarta.
Sjaifoellah Noer, 1998, Standar Perawatan Pasien, Monica Ester, Jakarta.