You are on page 1of 5

Nama : Fadhilah Zauhari

Komisariat : FKM USU

Resume Buku Islam Mazhab HMI


Karya Drs. Azhari Akmal Tarigan, M.Ag.

Buku Islam Mahzab HMI ini merupakan tafsiran pak Azhari atas isi dari NDP HMI
yang di buat oleh Nurcholish Madjid yang lebih dikenal sebagai Cak Nur. NDP HMI itu adalah
cara berpikir atau pemahaman kader HMI terhadap Islam itu sendiri. Buku ini terdiri atas 7
tema besar NDP yaitu: 1. Islam, Iman dan Ilmu; 2. Tuhan; 3. Manusia; 4. Individu dan
Masyarakat; 5. Taqdir dan Ikhtiar; 6. Keadilan; dan 7. Ilmu Pengetahuan serta 1 penutup yaitu
Rekonstruksi NDP.
Pada awal mula sebenarnya Pak Nurkholis ingin memberi nama NDI (Nilai Dasar
Islam), tapi setelah dipikir-pikir, jika namanya NDI seakan-akan terlalu mengklaim bahwa
hanya ini lah Nilai-nilai Dasar Islam. Kemudian diubah lagi menjadi NIK (Nilai Identitas
Kader). Oleh karna itu, Pak Nurcholis mendapat ilham dari beberapa sumber. Pertama adalah
Willy Eicher, seorang ideolog Partai Sosial Demokrat Jerman yang membuat buku, The
Fundamental Values and Basic Demand of Democratic Sosialism (Nilai-nilai Dasar dan
Tuntutan-tuntutan Asasi Sosialisme Demokrat). Nah, didapatlah “Nilai – nilai Dasar”. Dan
yang kedua karya Syahrir dengan judul Perjuangan Kita. Maka jadilah Nilai Dasar Perjuangan
(NDP). Kemudian Pak Nurkholis bawa ke Malang, Kongres IX, Mei 1969. Namun agak sulit
untuk dibicarakan karena persoalannya kian luas, lalu diserah pada 3 orang yaitu : Endang
Saifudin, Sakib Mahmud dan Nurcholis Madjid.
Sebenarnya lahirnya NDP itu sendiri adalah karena Cak Nur sendiri merasa kurang
dalam pengkaderan HMI terutama dalam pemahaman Islamnya. Waktu itu training-training
Islam HMI banyak yang isinya bersifat apologetik. Apologetik adalah sikap cenderung
membenarkan paham atau aliran dengan hanya mengangkat pokok-pokok argumen yang paling
kuat untuk melawan paham yang paling lemah. Dalam kisahnya Cak Nur sendiri bercerita
mengenai pertemuannya dengan seorang yang memberi buku yang berjudul Majmu’ Rasa’il
Hasan Al-Bana dalam buku itu beliau menyebutkan bahwa isinya hanya bersifat apologetik
dan juga banyak slogan-slogan loyalistik namun tanpa didukung pemecahan masalah yang
nyata.
Maka NDP sendiri ini tercipta dari motivasi Cak Nur untuk membuat panduan bagi
kader HMI dalam memahami nilai-nilai universal Al-Quran dan Islam yang baik dan bisa
diterjemahkan dalam dimensi ruang dan waktu. Karena Islam apologetik hanya membuat kita
malas berpikir strategis dalam dimensi ruang dan waktu. Cara berpikir yang dituju adalah
berpikir kritis dan tidak terjebak pola berpikir hitam putih yang ujungnya dogmatis. Akhirnya
cenderung memutlakan dirinya sendiri dan menyesatkan pemikiran orang lain yang sekali lagi
membuat dirinya sendiri eksklusif dan cenderung “mempertuhankan hawa nafsu sendiri” yang
akhirnya menjadikan dirinya sebagai thagut.
Inti dari NDP adalah beriman, berilmu dan beramal. Cukup sederhana tapi
pelaksanaannya harus sebenar-benarnya. Ber-Tuhan yang benar yaitu yang tidak dibatasi ruang
dan waktu. Ber-Islam dan beriman yang benar yaitu pasrah dan tunduk hanya kepada Allah,
dan terakhir adalah mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari melalui ibadah dan amal
shaleh.
1. Islam, Iman dan Ilmu
Makna Islam
Islam adalah ajaran Tuhan yang universal, disampaikan kepada alam semesta beserta
isinya ini melalui perantara Nabi dan Rasul sesuai tempat dan zamannya. Islam universal
diterjemahkan sebagai sikap pasrah dan tunduk sepenuhnya kepada Allah. Jadi jauh sebelum
Nabi Muhammad SAW diutus kepada umat manusia ajaran Nabi dan Rasul sebelumnya pada
dasarnya adalah Islam yang berarti pasrah dan tunduk (al-inqiyad wa al-khudu’) hanya kepada
Tuhan. Sehingga dapat dimaknai bahwa pesan dan ajaran para rasul itu satu yaitu Islam sebagai
sikap tunduk dan pasrah kepada Allah SWT. Perbedaan antara satu dan yang lainnya itu
menyesuaikan kondisi sosial zaman itu, sedangkan ajaran universalnya sama yaitu pasrah dan
tunduk kepada Allah dan menerima segala konsekuensi dan implikasinya.
Iman
Pembedaan antara Islam dan Iman didasarkan bahwa ada kemungkinan orang yang
telah mengaku Islam ( melaksanakan 5 rukun Islam seperti syahadat, shlat, puasa, zakat dan
haji) masih terbuka peluang dia untuk melakukan perbuatan menyimpang dari ketentuan
agamanya dan kemungkinan melaksanakan perintah agamanya tanpa keikhlasan dan ketulusan
hal ini disebut sebagai munafik. Jadi wujud salah satu sikap beriman adalah memandang Tuhan
sebagai tempat menyandarkan diri dan menggantungkan harapan. Oleh karena itu konsistensi
iman adalah husnuzon, baik sangka dan sikap optimis kepada Tuhan. Maka hanya sekedar
percaya saja dan percaya saja tanpa konsekuensi itu bukan iman.
Maka seseorang dapat dikatakan seseorang itu beriman jika ia telah memenuhi tiga
sendi iman. Pertama pengakuan lisan kepada Allah SWT sebagai Tuhan yang Esa dan
pengakuan Muhammad sebagai Rasulnya (syahadatain). Kedua adalah pengakuan dalam hati
tanpa ada rasa ragu. Ketiga adalah pembuktian dalam amal perbuatan. Jika ketiganya terjalin
secara integral dalam diri seorang muslim barulah ia dikatakan beriman. Konsekuensi sikap
beriman ada yaitu, pertama adalah kesediaan untuk tunduk dan pasrah hanya kepada Allah
SWT dalam makna sebenarnya. Kedua adalah kesediaan mematuhi perintah dan menghindari
larangan Allah SWT.
Ilmu
Sesuatu yang dianggap misteri maka ia menjadi syarat menjadi Tuhan, sedangkan alam
ini hanyalah ciptaan Tuhan sehingga alam ini bisa dipelajari dan dianalisis dengan ilmu
pengetahuan. Jika alam disembah maka akan timbul sikap tunduk dan pasrah tadi sehingga
menyebabkan ilmu pengetahuan dan peradaban manusia tidak berkembang. Karena sudah
disebutkan bahwa manusia sebagai kalifah fi al-ard yaitu wakil Tuhan. Sehingga tugasnya
adalah memakmurkan dunia dan memelihara alam demi kepentingan semua makhluk dan itu
hanya dapat terpenuhi jika manusia memiliki ilmu dan pengetahuan atas alam dan dunia ini.
Untuk itu dunia dan alam ini adalah objek untuk diteliti dan dianalisis bukan untuk sesembahan.
Amal
Maka amal shaleh adalah manivestasi dari iman dan ilmu dari manusia yang
diwujudkannya dalam hal nyata atau konkrit. Amal tanpa didasarkan iman maka menjadi tidak
berarti. Sama halnya bahwa orang itu beramal shaleh tanpa pemahaman tepat dan hanya
bertaklid (mengikuti apa yang dikatakan orang yang dipandangnya lebih baik). Akibat jauhnya
bertaklid (amal tanpa ilmu) merupakan sikap kontra produktif terhadap perkembangan diri
maupun ilmu pengetahuan.

2. Tuhan
Berbicara tentang Tuhan sama artinya berbicara tentang keyakinan hidup, asal dan
tujuan akhir hidup manusia. Kepercayaan adalah sebuah kebutuhan yang mendasar bagi
manusia. Disamping kepercayaan merupakan fitrah manusia untuk tunduk dan patuh kepada
sesuatu yang mutlak dan absolut, kepercayaan juga merupakan sandaran nilai. Manusia tidak
mungkin hidup tanpa kepercayaan. Tetapi kalau terlalu banyak yang dipercayai akan menjerat
manusia itu sendiri. Manusia menjadi tidak bebas dan akhirnya kepercayaan itu akan
membelenggu dirinya sendiri. Tugas manusialah untuk mencari dan menemukan Tuhan yang
benar, Tuhan yang tidak membelenggu dirinya sendiri.
Tauhid Islam yang tersimpul dalam ungkapan la ilaha illa Allah mengandung makna
yang cukup dalam. Tauhid merupakan pandangan umum tentang realitas, kebenaran, dunia,
ruang, waktu, sejarah manusia dan takdir. Pada intinya terletak pada prinsip dualitas,
ideasionalitas, teleologi, kapasitas manusia dan keboleh-olahan alam, serta tanggung jawab dan
perhitungan.
Idealitas Tauhid tidak sesuai dengan realitas yang sebenarnya. Sejak abad ke tiga
Hijriyah, Tauhid Islam mengalami stagnasi dalam pengertian tidak mampu lagi memberikan
apa yang diistilahkan Nurcholis Madjid dengan daya tonjok Psikologi. Umat islam mengalami
kemunduran yang luar biasa dalam aspek ekonomi, politik, dan peradaban dibanding dengan
masa-masa sebelumnya.

3. Manusia
Al-Qur’an menggambarkan manusia sebagai makhluk biologis, psikologis (intelektual,
spiritual) dan sosial. Ketiga dimensi harus terjalin secara integral dalam diri manusia. Tidak
boleh yang satu mendominasi yang lainnya. Kecenderungannya sebagai makhluk biologis
seperti mementingkan kebutuhan-kebutuhan fa’ali (pangan, sandang, papan dan sex) tidak
boleh mendominasi dan lebih menonjol dari dimensi psikologisnya. Jika ini terjadi, manusia
bisa jatuh pada derajat yang paling bawah bahkan lebih rendah dari binatang. Disamping itu,
multi dimensi manusia yang digambarkan Al-Qur’an juga menunjukkan bahwa sebenarnya ia
memiliki kebutuhan yang bermacam-macam.
Al-Qur’an mengisyaratkan bahwa penciptaan manusia itu melalui beberapa tahap.
Menurut penelitian Musa Asy’ari, ada empat tahap penciptaan manusia yaitu, tahap Jasad,
tahap Hayat, tahap Ruh dan tahap Al-Nafs. Adapun yang menggerakkan tingkah laku manusia
adalah fitrah, syahwah dan hawa. Ada tiga hal yang menyebabkan manusia sangat istimewa
sehingga ia menjadi khalifah. Pertama, manusia merupakan tujuan akhir penciptaan Tuhan.
Kedua, manusia sebagai mikro kosmos. Ketiga, manusia sebagi cermin Tuhan.

4. Individu dan Masyarakat


Individu dan masyarakat adalah dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan.
Persoalannya adalah bagaimanakah hubungan individu dan masyarakat. Menurut Murthada
Muthahari, ada empat hubungan individu dan masyarakat. Pertama, masyarakat terdiri atas
individu-individu dan ini hanyalah suatu sintesis bentukan, yakni suatu sintesis tak sejati.
Kedua, merupakan suatu senyawa bentukan. Artinya, masyarakat tidak dapat dipisahkan dari
individu-individu karena keduanya berhubungan erat. Ketiga, Masyarakat suatu senyawa
sejati, sebagimana senyawa-senyawa alamiah. Keempat, Masyarakat adalah senyawa sejati
lebih tinggi dari senyawa alamiah.
Teori pertama menekankan bahwa individu itu ada lebih dahulu kemudian membentuk
masyarakat. Pandangan ini menafikan keberadaan individu yang saling membutuhkan. Teori
kedua juga menyatakan bahwa individulah yang ada terlebih dahulu. Teori ketiga menyatakan
bahwa baik individu dan masyarakat adalah sejati. Teori ini mengakui keberadaan individu
yang merdeka (bebas) tidak boleh lebur dalam keberadaan masyarakat, dan pada saat yang
sama juga mengakui keberadaan masyarakat sebagai suatu entitas baru sebagai akumulasi dari
pikiran, kesadaran dan kehendak baru para individunya. Teori keempat menyatakan bahwa
perwujudan masyarakat itu sejati dan mutlak. Menurut teori ini yang ada hanyalah jiwa
bersama dan keberadaan individu yang tidak diakui.
Hubungan inividu dan masyarakat sebenarnya sangat jelas diatur di dalam konstitusi
HMI, seperti yang termuat di dalam Anggaran Dasar yang berbunyi, Terbinanya insan
akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab untuk
mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang di ridhai Allah SWT. Dari tujuan inilah
dirumuskan kualitas insan cita dan masyarakat cita menurut HMI.

5. Taqdir dan Ikhtiar


Takdir itu bermakna ketentuan, ketetapan, batasan dan ukuran. Pada alam, ukuran dan
ketetapan tersebut bersifat pasti sedangkan pada manusia bermakna hukum-hukum Tuhan yang
universal. Mungkin inilah sebabnya mengapa dalam teks NDP HMI pembahasan tentang takdir
dijelaskan dengan kata “keharusan universal” dan tidak digunakan kata takdir untuk
menghindari prakonsepsi dan kesalahpahaman.
Menurut Komarudin Hidayat, ada tiga bentuk takdir yang dapat diamati pada alam raya
ini. Pertama, Takdir Tuhan yang berlaku pada fenomena alam fisika. Contohnya, obat-obatan
yang dimasukkan kedalam tubuh manusia. Kedua, Takdir yang berkenaan hukum sosial yang
melibatkan manusia untuk hadir didalamnya. Ketiga, Takdir dalam makna hukum kepastian
Tuhan yang berlaku, tetapi time responnya lebih jauh lagi dan efeknya baru diketahui pada hari
kiamat nanti.
Takdir adalah hukum universal yang ditetapkan Allah di alam ini. Siapa saja yang
mengikuti hukum-hukum universal tersebut, maka ia akan menerima akibatnya, baik itu yang
positif maupun yang negatif. Disinilah diperlukan ikhtiar (usaha) dan manusia diberi kebebasan
untuk memilihnya. Sebagai contoh, apakah ia akan menjadi kaya atau tidak, bukanlah suatu
ketetapan Allah SWT yang telah pasti sejak alam azali, melainkan keputusan manusia itu
sendiri.

6. Keadilan
Keadilan itu berkisar pada makna perimbangan atau keadaan seimbang atau tidak
ekstrim, persamaan atau tidak adanya diskriminasi dalam bentuk apapun dan penunaian hak
kepada siapa saja yang berhak atas penempatan sesuatu pada tempat yang semestinya.
Pengertian-pengertian yang terkandung dalam konsep keadilan sudah tentu mempunyai
implikasi terhadap aktifitas dan perilaku manusia. Implikasi itu terlihat pada keadilan hukum
dalam makna bahwa Al-Qur’an memerintahkan agar manusia memeperlakukan semua orang
sama di hadapan hukum dan tidak boleh membedakannya berdasarkan aksiden-aksiden (hal-
hal yang melekat secara lahiriyah) yang dimilikinya.
Ada tiga bentuk perilaku manusia yang dapat memicu timbulnya ketidakadilan sosial
ekonomi, yaitu keserakahan manusia, menggunakan harta tanpa perhitungan dan menumpuk-
numpuk harta.

7. Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan adalah alat manusia untuk mencari dan menemukan kebenaran-
kebenaran dalam hidupnya sekalipun kebenaran itu sangat relatif. Namun mau tidak mau
proses harus dilalui manusia dengan sungguh-sungguh sebagai syarat untuk menuju kebenaran
yang mutlak. Disamping mencari, menemukan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan sebagai
sebuah usaha untuk memahami ayat-ayat Allah swt. dalam kerangka memelihara dan
meningkatkan iman kepada-Nya, tuntutan untuk mencari ilmu pengetahuan adalah
konsekuensi logis dari peran kekhalifahan manusia.
Bagi ilmuwan Islam serta calon-calon ilmuwan, yang bergelut dalam berbagai disiplin
ilmu, tidak ada pilihan lain kecuali masing-masing individu meningkatkan kualitas
keilmuwannya dengan menunjukkan karya-karya yang berkualitas tinggi dan bermanfaat bagi
kemajuan umat Islam sedunia.
Rekonstruksi NDP
Akhir-akhir ini muncul keinginan di kalangan kader-kader HMI untuk melakukan
rekonstruksi terhadap NDP yang dianggap tidak lagi relevan dengan perkembangan zaman,
NDP tidak responsif terhadap persoalan kontemporer dan tuduhan-tuduhan lainnya yang
terkesan menyudutkan NDP.

You might also like