Professional Documents
Culture Documents
Laporan Tutorial Hemmoroid
Laporan Tutorial Hemmoroid
“HEMORRHOID”
KELOMPOK 3 :
ANGGOTA PENYUSUN
Pembimbing
Kata kunci:
1. Laki-laki 30 tahun
2. Benjolan keluar dari dubur saat BAB disertai darah segar
3. Pekerjaan supir bis
STEP 1
Identifikasi Kata Sulit :
-
STEP 2
Identifikasi Masalah/Pertanyaan :
1. Apa DD dan Dx dari skenario diatas?
2. Apa penyebab dari diagnosis tersebut?
3. Bagaimana penatalaksanaannya?
4. Apa saja komplikasi yang dapae terjadi?
STEP 3
Jawaban Pertanyaan STEP 2 :
1. DD: Hemoroid, Ca Kolorektal, Polip Rektum, Prolaps Rektum
Dx: Hemoroid
2. Penyebabnya adalah mengejan pada waktu defekasi, kontipasi menahun,
batuk kronik, suka makanan pedas, makan yang rendah serat, sembelit kronis,
terlalu lama duduk, dan angkat berat.
3. Penatalaksanannya yaitu
perbaikan pola hidup
perbaikan pola makan dan minum
perbaiki pola cara/defekasi
Obat-obat suposituria
skleroterapi
4. Komplikasi: perdarahan hebat, abses, fistula para anal, dan inkarserasi
STEP 4
MIND MAPPING
Mind Map
Laki-laki 30 tahun,
seorang supir bis
sejak 3 bulan yang lalu di lubang dubur mengalami hal yang sama
kemudian dikasih obat, dan
disertai dengan darah segar
benjolan hilang.
DD:
Hemoroid
Tatalaksana
Hipotesis: Pasien tersebut mengalami hemoroid.
STEP 5
Learning Objectives :
1. Menentukan diagnosis banding benjolan berdarah di anus
2. Menjelaskan anatomi dari pleksus Heorrhoidalis
3. Menjelaskan Hemorrhoid dan gradingnya
4. Menjelaskan epidemiologi, Etiologi dan factor resiko Hemorrhoid
5. Menjelaskan patofisiologi Hemorrhoid
6. Menjelaskan tanda dan gejala Hemorrhoid
7. Menjelaskan tatalaksana Hemorrhoid
8. Menjelaskan komplikasi Hemorrhoid
9. Menjelaskan edukasi prevensi maupun penanggulangan Hemorrhoid
STEP 7
Jawaban Learning Objectives :
1. Diagnosa banding benjolan berdarah di anus
Perdarahan daerah anorektal adalah melalui vena – vena hemorroidalis superior dan
inferior mengembalikan darah ke vena mesenterika superior dimulai dari daerah
anorektal dan berada dalam bagian yang disebut kolumna Morgagni, berjalan
memanjang secara radier sambil mengadakan anastomosis. Bila ini terjadi varises
maka disebut haemorrhoid interna yang terdapat pada tiga tempat yaitu : anterior
kanan, posterior kanan, dan lateral kiri. Haemorrhoid yang lebih kecil terjadi diantara
tempat – tempat tersebut (Snell, 1991).
Vena – vena haemorrhoidalis inferior memulai venuler dan pleksus kecil di daerah
anus dan distal dari garis anorektal. Pleksus ini terbagi menjadi dua yaitu menjadi vena
haemorrhoidalis media yang menyalurkan darah surut ke pudenda interna dan menjadi
vena haemorrhoidalis inferior yang berjalan di lapisan muskularis dan masuk ke vena
hipogastrika. Pleksus inilah yang menjadi varises dan apabila terjadi pelebaran dan
penonjolan pleksus haemorrhoid inferior di sebelah distal garis mukokutan di dalam
jaringan di bawah epitel anus maka keadaan inilah yang disebut dengan haemorhoid
ekterna (Arif, 2008).
Epidemiologi
Insidensi kasus hemoroid yang menimbulkan gejala diperkirakan 4.4% dari dari
populasi di dunia. Angka kejadian pria = wanita, terutama di usia 45-65 tahun. Lebih
sering terjadi pada orang kulit putih dibandingkan kulit hitam (Simadibrata, 2006).
Etiologi
Yang menjadi etiologi pada penyakit hemoroid adalah mengejan pada waktu
defekasi, kontipasi menahun, batuk kronik, makanan (pedas, diet rendah serat),
sembelit kronis, terlalu lama berdiri atau duduk, dan angkat berat (Sjamsuhidajat &
Jong, 2004; Reeves, 2001).
Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya hemoroid antara lain faktor mengedan pada buang air besar
yang sulit, pola buang air besar yang salah (lebih banyak memakai jamban duduk,
terlalu lama duduk di jamban sambil membaca, merokok), peningkatan tekanan intra
abdomen, karena tumor (tumor usus, tumor abdomen), kehamilan (disebabkan tekanan
janin pada abdomen dan perubahan hormonal), usia tua, konstipasi kronik, diare kronik
atau diare akut yang berlebihan, hubungan seks peranal, kurang minum air, kurang
makan makanan berserat (sayur dan buah), kurang olahraga/imobilisasi (Sudoyo,
2006).
5. Patofisiologi Hemorrhoid
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan aliran balik
dari vena hemoroidalis. Telah diajukan beberapa faktor etiologi yaitu konstipasi, diare,
sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat, fibroid uteri,
dan tumor rektum. Penyakit hati kronis yang disertai hipertensi portal sering
mengakibatkan hemoroid, karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah ke
sistem portal. Selain itu sistem portal tidak mempunyai katup, sehingga mudah terjadi
aliran balik. Hemoroid dapat dibedakan atas hemoroid eksterna dan interna. Hemoroid
eksterna di bedakan sebagai bentuk akut dan kronis. Bentuk akut berupa
pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan suatu
hematoma, walaupun disebut sebagai hemoroid trombosis eksternal akut. Bentuk ini
sering terasa sangat nyeri dan gatal karena ujungujung saraf pada kulit merupakan
reseptor nyeri. Kadang-kadang perlu membuang trombus dengan anestesi lokal, atau
dapat diobati dengan “kompres duduk” panas dan analgesik. Hemoroid eksterna kronis
atau skin tag biasanya merupakan sekuele dari hematom akut. Hemoroid ini berupa
satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari jaringan ikat dan sedikit pembuluh
darah. (Price, 2005)
6. Tanda dan gejala Hemorrhoid
Pasien sering mengeluh penderita hemoroid atau “wasir” tanpa adanya hubunganya
dengan gejala rektum atau anus yang khusus. Nyeri yang hebat jarang sekali ada
hubungannya dengan hemoroid intern dan hanya timbul pada hemoroid ekstern yang
mengalami trombosis. Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama hemoroid
intern akibat trauma feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan
tidak tercampur dengan feses, dapat hanya berupa garis pada feses atau kertas
pembersih sampai pada perdarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air toilet
menjadi merah (Sjamsuhidayat, R & Wim de Jong, 2017).
Kadang perdarahan hemorid yang berulang dapat berakibat timbulnya anemia berat.
Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya menonjol keluar dan
menyebabkan prolaps. Pada tahap awal benjolan ini hanya terjadi sewaktu defekasi dan
disusul oleh reduksi spontan sesudah defekasi. Pada stadium lanjut hemoroid intern ini
perlu didorong kembali setelah defekasi agar masuk kembali ke dalam anus. Keluarnya
mukus dan terdapatnya feses pada pakaian dalam merupakan ciri hemorid yang
mengalami prolaps menetap. Iritasi kulit dapat terjadi pada kulit perianal yakni rasa
gatal yang disebut pruritus anus dan ini disebabkan oleh kelembapan yang terus
menerus dan rangsangan mukus (Sjamsuhidayat, R & Wim de Jong, 2017).
7. Tatalaksana Hemorrhoid
Penatalaksanaan medis hemoroid terdiri dari penatalaksanaan non farmakologis,
farmakologis dan tindakan minimal invasi. Penatalaksanaan medis hemoroid
ditunjukan untuk hemoroid interna derajat I sampai dengan III atau semua derajat
hemoroid yang ada kontraindikasi operasi atau pasien menolak operasi. Sedangkan
penatalaksanaan bedah ditujukan untuk hemoroid interna derajat IV dan eksterna, atau
semua derajat hemoroid yang tidak direspon terhadap pengobatan medis. ( FKUI,2006)
Pasien diusahakan tidak banyak duduk atau tidur, banyak bergerak, dan banyak
jalan. Dengan banyak bergerak pola defekasi manjadi membaik. Pasien diharuskan
banyak minum 30-40 ml/kgBB/hari untuk melembekkan tinja. Pasien harus banyak
makan serat antara lain buah-buahan, sayur-sayuran, cereal. Dan suplementasi serat
komersil bila kurang serat dalam makanannya. ( FKUI,2006)
Pencegahan
Yang paling baik dalam mencegah hemoroid yaitu mepertahankan tinja tetap lunak
sehingga mudah ke luar, di mana hal ini menurunkan tekanan dan pengedenan dan
mengosongkan usus sesegera mungkin setelah perasaan mau ke belakan timbul.
Latihan olahraga seperti berjalan, dan peningkatan konsumsi serat diet juga membantu
mengurangi konstipasi dengan mengedan. ( FKUI,2006)
8. Komplikasi Hemorrhoid :
Komplikasi pada penyakit hemorrhoid adalah perdarahan hebat, abses, fistula para
anal, dan inkarserasi. Untuk hemoroid eksterna, pengobatannya selalu operatif.
Tergantung keadaan, dapat dilakukan eksisi atau insisi trombus serta pengeluaran
trombus.
Komplikasi jangka panjang adalah striktur ani karena eksisi yang berlebihan
(Smeltzer, 2001).
Pencegahan hemorrhoid
Feng, Y., Mao, L. 2009. Colorectal Cancer, One Entity or Three. Journal of Zheijang
University. Vol 10:(3);pp. 219-229.
Muttaqin, Arif Dan Kumala Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
Reeves, CJ. Roux, G. and Lockhart, R. 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Buku I.
Penerjemah Joko Setyono. Jakarta: Salemba Medika.
Simadibrata, MK. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4th ed. Jakarta: FKUI.
Sjamsuhidajat, R. Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidayat, Wim de Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC.
Sjamsuhidayat, R & Wim de Jong. 2017. Buku Ajar Ilmu Bedah. Vol.3. Ed.4. ECG
Smeltzer, S. C., Bare, B. G., (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah Brunner
& Suddarth. Vol. 2 E/8. Jakarta : EGC.
Smeltzer, S.C & Bare, B.G, 2002, Buku Ajar Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2, Alih
Bahasa Kuncara, H.Y, dkk. Jakarta: EGC.
Snell R. (1991). Anatomi Klinik, jilid 2, edisi 3. Jakarta : Penerbit buku Kedokteran
EGC.
Sudoyo A, et al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI.