You are on page 1of 9

LAPORAN LENGKAP

KIMIA FISIKA

ADSORPSI ISOTERMIS

DISUSUN OLEH :

KELAS : TRANSFER C 2017

PENANGGUNG JAWAB : AGNES VIVI LESTARY

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR

2018
BAB I

PENDAHULUAN

I. 1 Latar Belakang
Adsorbsi adalah gejala pengumpulan molekul-molekul suatu zat
pada permukaan zat lain, sebagai akibat dari ketidakjenuhan gaya-gaya
pada permukaaan zat tersebut. Dalam adsorpsi digunakan istilah adsorbat
dan adsorben, dimana adsorbat adalah substansi yang terjerap atau
substansi yang akan dipisahkan dari pelarutnya, sedangkan adsorben
adalah suatu media penyerap yang berupa senyawa karbon aktif.
Peristiwa adsorpsi terjadi pada permukaan zat padat karena
adanya gaya tarik atom atau molekul pada permukaan zat padat. Molekul-
molekul pada permukaan zat padat atau zat cair, mempunyai gaya tarik ke
arah dalam, karena tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya
gaya-gaya ini menyebabkan zat padat dan zat cair, mempunyai gaya
adsorpsi. Komponen yang terserap disebut adsorbat (adsorbate),
sedangkan daerah tempat terjadinya penyerapan disebut adsorben
(adsorbent / substrate). Berdasarkan sifatnya, adsorpsi dapat digolongkan
menjadi adsorpsi fisik dan kimia. Adsorbsi fisik, yaitu berhubungan dengan
gaya Van der Waals dan merupakan suatu proses bolak – balik apabila
daya tarik menarik antara zat terlarut dan adsorben lebih besar daya tarik
menarik antara zat terlarut dengan pelarutnya maka zat yang terlarut akan
diadsorbsi pada permukaan adsorben sedangkan adsorpsi kimia adalah
dimana antara adsorben dan adsorbat terjadi suatu ikatan kimia.
Dewasa ini proses penjernihan air menggunakan kabrbon aktif
sebagai pengadsorpsi atau adsorben pada kotoran yang terdapat dalam
air penyebab keruh dan warna pada air sumur atau air sungai yang
disebut juga dengan proses koagulasi-flokulasi. Selain itu untuk
mengurangi keringat pada ketiak digunakan deodoran. Prinsip kerjanya
yaitu dengan mengadsorpsi keringat yang keluar dari dalam tubuh pada
bagian ketiak secara berlebihan. Berbagai adsorben anorganik maupun
organik dapat dijadikan sebagai adsorpsi seperti aluminium, bauksit,
magnesia, magnesium silikat, kalsium hidroksida, silikat gel, dan timah
diatome. Diantara adsorben organik yang paling sering digunakan adalah
arang, gula dan karbon aktif. Berdasarkan peranan dan fungsi dari aplikasi
adsorpsi dalam kehidupan sehari-hari maka perlu dilakukan percobaan
“adsorpsi isoterm” untuk mengetahui prinsip dan cara kerja dari adsorpsi.

I. 2 Maksud dan Tujuan Percobaan


I.2.1 Maksud percobaan
Untuk mengetahui adsorbsi suatu larutan pada suhu tetap oleh
padatan
I.2.2 Tujuan Percobaan
Mengamati peristiwa adsorbsi suatu larutan pada suhu tetap oleh
padatan
I. 3 Prinsip Percobaan
Proses dalam penentuan adsorpsi isoterm yaitu terhadap proses
adsorpsi asam asetat (CH3COOH) dan asam klorida (HCl) pada arang
aktif (karbon aktif)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1 Teori Umum
Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan cairan pada permukaan zat
penyerap (adsorbsi). Zat yang diserap disebut adsorbat. Zat padat terdiri
dari atom-atom atau molekul-molekul yang saling tarik menarik dengan
daya tarik Van Der Waals. Kalau ditanjau molekul-molekul di dalam zat
padat, maka gaya tarik menarik antara satu molekul dengan molekul yang
lain disekelilingnya adalah seimbang. Sebab gaya tarik yang satu akan
dinetralkan oleh yang lain yang letaknya simetri (atau resultantenya = 0).
Lain halnya dengan molekul-molekul yang letaknya dipermukaan,
gaya tarik kedua molekul tersebut tidak seimbang karena pada salah satu
arah disekeliling molekul tersebut tidak ada molekul lain yang menariknya.
Akibatnya zat tersebut akan menarik molekul gas atau solute
kepermukaannya fenomena ini disebut adsorbsi.
Adsorbsi dipengaruhi :
 Macam adsorben
 Macam zat yang diadsorbsi
 Konsentrasi masing-masing zat
 Luas permukaan
 Temperatur
 Tekanan
II.1.1 Adsorpsi isoterm
Adsorpsi isoterm menunjukan banyaknya zat teradsorpsi per gram
adsorpben yang dialirkan pada suhu tetap. Adsorpsi isoterm adalah
hubungan yang menunjukkan distribusi adsorben antara fase teradsorbsi
pada permukaan adsorben dengan fase ruah kesetimbangan pada
temperatur tertentu. Ada tiga jenis hubungan matematik yang umumnya
digunakan untuk menjelaskan isoterm. Isoterm ini berdasarkan asumsi
bahwa adsorben mempunyai permukaan yang heterogen dan tiap molekul
mempunyai potensi penyerapan yang berbeda-beda. Persamaan ini
merupakan persamaan yang dikemukakan oleh Freundlich.
Persamaannya adalah :
𝑥 1/n 𝑥 1
= 𝑘. 𝑐 menjadi log = log 𝑘 + log 𝑐
𝑚 𝑚 𝑛
keteranagan:
x = banyaknya zat terlarut yng teradsorpsi (mg)
m = massa adsorben (mg)
C = konsentrasi adsorben yang sama
K n = konstanta adsorben
Pada isoterm ini, akan diketahui kapasitas adsorben dalam
menyerap air. Isoterm ini akan digunakan dalam penelitian yang akan
dilakukan, karena dengan isoterm ini dapat ditentukan efisisensi dari suatu
adsorben (Marilyn.L.E, 2012).
II.1.2 Pengertian Adsorben dan Adsorbat
Adsorben meerupakan zat yang mengadsorpsi zat lain, yang
memiliki ukuran partikel seragam. kepolarannya sama dengan zat yang
akan diserap dan mempunyai berat molekul besar. Adsorbat adalah zat
yang teradsorpsi zat lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas
adsorpsi adalah, luas permukaan adsorben, ukuran pori adsorben,
kelarutan zat terlarut, pH, dan temperatur (khopkar,1990; atkins, 1996).
II.1.3 Titrasi Asam-Basa
Titrasi merupakan salah satu metode kimia analisis kuantitatif yang
dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan dengan
cara mereaksikan sejumlah volume larutan tersebut terhadap sejumlah
volume larutan lain yang konsentrasinya sudah diketahui. Larutan yang
konsentrasinya sudah diketahui tersebut disebut larutan baku atau titran.
Titrasi yang melibatkan reaksi asam dan basa disebut titrasi asam-basa.
Ada dua jenis tetrasi asam basa, yaitu asidimetri (penentuan konsentrasi
larutan basa dengan m=enggunakan larutan baku asam) dan alkalimetri
(penentuan =konsentrasi larutan asam dengan menggunakan larutan
baku basa) (Chang, 2004).
II. 2 Uraian Bahan
1. Natrium Hidroksida (FI edisi III, hal : 142)
Nama Resmi : NATRII HYDROXDUM
Nama Lain : Natrium Hidroksida
RM / BM : NaOH / 40,00
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol
(95%).
Pemerian : Butiran, keras, rapuh, putih, meleleh, alkalis
dan korosif.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Zat tambahan
2. Asam Asetat (FI edisi III, hal : 650)
Nama Resmi : ACIDUM ACETICUM
Nama Lain : Asam asetat
RM / BM : C2 H4 O2 / 60,05
Kelarutan : Campur dengan air, etanol dan gliserol.
Pemerian : Jernih, tidak berwarna, bau menusuk, rasa
asam, tajam.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : zat tambahan
3. Norit (FI edisi III)
Nama resmi : CARBO ADSORBEN
Nama lain : Arang penghilang warna, arang jerap
Rumus kimia : Tersusun atas carbon
Berat molekul : 4,2
Pemerian : Serbuk halus, hitam, tidak berbau, bebas dari
butiran, tidak berasa
Kelarutan : Larut dalam etanol, tidak larut dalam air
Penyimpanan : Tempat kering dan wadah tertutup
Khasiat : Sebagai adsorben
4. Phenolphtalein (FI Edisi III Hal 675)
Nama Resmi : PENOLPHTALEEIN
Nama Lain : Fenolftalein
Rumus Molekul : C20H14O4
Berat Molekul : 318,32
Pemerian : Serbuk hablur putih, putih atau kekuningan.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, larut dalam etanol,
agak sukar larut dalam eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Larutan indikator
BAB III
METODE KERJA
III. 1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
1. Bunsen/kaki tiga/ kasa 1 buah
2. Buret 1 buah
3. Cawan porselin 1 buah
4. Corong 1 buah
5. Gelas arloji 1 buah
6. Kertas saring
7. Labu erlenmeyer 7 buah
8. Labu takar/gelas ukur 50 ml, 100 ml
9. Statif/klem 1 buah
10. Pipet ukur 1 buah
III.1.2 Bahan
1. Asam asetat
2. Carbon aktif 6 gram
3. HCL
4. Indikator PP/MO
5. NaOH 0,1 N
III.2 Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Diukur 25 ml asam asetat dimasukkan kedalam erlenmeyer
3. Dikocok erlenmeyer selama 30 menit
4. Didiamkan erlenmeyer selama 30 menit
5. Disaring, diambil 10 ml Kemudian ditambahkan indikator PP 3-5
tetes kemudian di titrasi dengan larutan NaOH
6. Dibuat larutan blangko, diukur 10 ml asam asetat kemudian
dimasukkan kedalam erlenmeyer
7. Ditambahkan indikator PP kemudian di titrasi dengan larutan NaOH
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, 2001, “Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Ilmiah,’’ Erlangga,


Jakarta.
Chang, R, 2004, “Konsep-Konsep Inti Kimia Dasar,” Erlangga, Jakarta.
Dirjen POM RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta
Khopkar, S.M, 1990, “Konsep Dasar Kimia Analitik,” AB: A. Saptorahardjo,
UI- Press.Jakarta.
Marilyn. L.E, 2012, “Kesetimbangan dan Kinetika Adsorpsi Ion Cu+ Pada
Zeolit-H,” Riset Geologi dan Pertambangan, voll. 22 no. 2 (2012)
115-129.

You might also like