You are on page 1of 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Hipoglikemia Neonatus
a. Definisi
Hipoglikemia merupakan keadaan kadar glukosa darah yang
rendah. Normalnya kadar glukosa darah pada bayi adalah >45
mg/dL.4 sedangkan pada dewasa adalah <200 mg/dL.8 Hipoglikemia
neonatus adalah keadaan kadar glukosa darah yang rendah setelah
lahir.4
b. Etiologi
Hipoglikemia dibedakan menjadi dua berdasarkan umur yaitu
yaitu hipoglikemia transien pada neonatus atau bayi dan
hipoglikemia pada masa kanak. Pembagian yang sekarang
didasarkan pada proses patofisiologi yaitu defek keberadaan glukosa
plasma (produksi glukosa kurang) dan peningkatan pemakaian
glukosa plasma. Kelainan yang dapat menyebabkan pemakaian
glukosa berlebihan yaitu :
1) Hiperinsulinemia
Hiperinsulinemia dapat menyebabkan pemakaian glukosa
secara berlebihan akibat rangsangan dari pengambilan glukosa
oleh otot. Pada bayi, keadaan ini terjadi karena defek genetik
yang dapat menyebabkan aktivasi reseptor sulfonylurea akibat
dari sekresi insulin yang menetap. Bayi yang lahir dari ibu
penderita diabetes memiliki kadar insulin yang tinggi setelah lahir
karena tingginya paparan glukosa in utero yang diakibatkan
kurangnya kontrol kadar glukosa selama kehamilannya. Keadaan
ini dapat menyebabkan terjadinya hiperinsulinemia pada bayi.

http://repository.unimus.ac.id
2) Defek pada pelepasan glukosa (siklus krebs)
Kelainan ini jarang terjadi. Biasanya apabila terjadi akibat
proses pembentukan ATP dari oksidasi glukosa yang terganggu.
3) Defek pada produksi energi alternatif
Kelainan ini dapat mengganggu penggunaan lemak sebagai
energi, sehingga tubuh sangat tergantung pada glukosa.
4) Sepsis atau penyakit dengan hipermetabolik termasuk
3
hipertiroid.
Kelainan yang dapat menyebabkan kekurangan produksi glukosa
yaitu :
1) Simpanan glukosa yang tidak adekuat, misalnya prematur,
hipoglikemia ketotik dan malnutrisi.
Kelainan ini sering menjadi penyebab dari hipoglikemia,
disamping hipoglikemia yang terjadi akibat pemberian insulin
pada diabetes. Kelainan ini dapat dibedakan dari gejala klinis dan
adanya hipoglikemia ketotik.
2) Kelainan pada produksi glukosa di hepar
Kelainan produksi glukosa yang menurun dapat terjadi melalui
beberapa defek termasuk blockade pada pelepasan dan sintesa
glukosa atau blockade glukoneogenesis.
3) Kelainan hormonal
Kelainan ini diakibatkan oleh hormon pertumbuhan dan
kortisol yang berperan pada proses pembentukan energi alternatif
dan merangsang dari produksi glukosa.
4) Toksin dan penyakit lain (etanol, salisilat, malaria)
Etanol berperan menghambat proses glukoneogenesis melalui
hepar sehingga dapat menyebabkan hipoglikemia. Biasanya
terjadi pada penderita diabetes, dimana pemakaian insulin tidak
dapat mengurangi sekresi insulin sebagai respon apabila terjadi
hipoglikemia. Intoksikasi salisilat dapat mengakibatkan

http://repository.unimus.ac.id
hipoglikemia karena menambah sekresi insulin dan hambatan
pada glukoneogenesis.3
c. Patofisiologi
Pada anak dan dewasa mempunyai persamaan substrat dan
pengaturan metabolisme hormonal, namun homeostatis glukosa pada
bayi berbeda.
1) Metabolisme glukosa pada janin
Homeostatis glukosa yang terjadi pada neonatus dan anak
membutuhkan beberapa penjelasan spesifik. Pertama karena
adanya transisi kehidupan dari intrauterin ke ekstrauterin. Kedua
adanya penggunaan kadar glukosa yang meningkat pada neonatus
dibandingkan dewasa.
Pada janin glukosa melewati sawar plasenta secara difusi yang
dapat menyebabkan janin tidak dependent terhadap proses
glikogenolisis dan glukoneogenesis karena terus disuplai dengan
glukosa dari ibu. Mekanisme glukoneogenesis terus berkembang
seutuhnya saat mendekati persalinan. Pada trisemester terakhir
janin akan mengakumulasi cadangan lemak, glikogen serta
mengalami peningkatan aktivitas.
Saat lahir neonatus memiliki cadangan lemak dan glikogen
yang cukup untuk waktu yang singkat apabila terjadi penurunan
kalori. Beberapa jam setelah lahir konsentrasi glukosa plasma
akan menurun sedangkan asam lemak bebas menjadi meningkat.
Namun cadangan glikogen menjadi terbatas sehingga dependent
terhadap proses glukoneogenesis.
Bila seorang ibu saat hamil mendapat nutrisi yang adekuat,
maka pada janin tidak terjadi glukoneogenesis. Selain di dalam
kandungan, energi pokok yang digunakan oleh janin adalah
glukosa dan asam amino. Glukosa pada ibu masuk kejanin
melalui plasenta secara difusi karena adanya perbedaan

http://repository.unimus.ac.id
konsentrasi pada ibu dan plasma janin, dimana kadar glukosa
plasma janin 70-80% sama dengan kadar dalam vena ibu.9
2) Sistem endokrin
Insulin merupakan hormon regulasi glukosa plasma. Insulin
bekerja untuk menurunkan produksi glukosa endogen dan dapat
meningkatkan pemakaian glukosa di perifer. Insulin menstimulasi
membran sel otot skelet, otot jantung dan jaringan lemak adiposa
serta penyimpanan glukosa menjadi glikogen. Dalam keadaan
konsentrasi yang rendah, insulin merupakan inhibitor proses
lipolisis dan proteolisis. Beberapa substrat seperti asam lemak
bebas, badan keton dan asam amino dapat meningkatkan
pelepasan insulin dari sel beta pankreas baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Hormon kontraregulasi seperti adrenokortikotropik (ACTH),
kortisol, glukagon, epinefrin dan growth hormon memiliki efek
meningkatkan kadar glukosa plasma dengan menghambat uptake
glukosa oleh otot (epinefrin, kortisol dan growth hormon),
meningkatkan proses glukoneogenesis endogen melalui
proteolisis (kortisol), aktivitas lipolisis dan meningkatkan proses
glukoneogenesis berbahan asam lemak bebas (epinefrin,
glukagon, growth hormon, ACTH dan kortisol), menghambat
sekresi insulin dari pankreas (epinefrin), aktivasi enzim
glikogenolisis dan glukoneogenesis (epinefrin dan glukagon) serta
meningkatkan produksi dan menginduksi enzim glukoneogenesis
dalam jangka yang panjang (glukagon dan kortisol).
Bila kadar glukosa darah meningkat setelah makan, maka
sekresi insulin akan meningkat dan merangsang hepar untuk
menyimpan glukosa sebagai glikogen. Bila sel pada hepar dan
otot kelebihan glukosa, maka kelebihan glukosa tersebut akan
disimpan sebagai lemak. Bila kadar glukosa menurun, maka
glukagon akan merangsang hepar untuk proses glikogenolisis dan

http://repository.unimus.ac.id
melepaskan glukosa kembali ke dalam darah. Pada keadaan lapar,
hepar akan mempertahankan kadar glukosa melalui proses
glukoneogenesis.
Glukoneogenesis merupakan proses pembentukan glukosa dari
asam amino. Otot memberikan simpanan glikogen dan memecah
protein otot menjadi asam amino yang merupakan substrat untuk
proses glukoneogenesis di hepar. Asam amino dalam sirkulasi
akan dikatabolisme menjadi keton, sedangkan asetoasetat dan
beta hidroksi butirat digunakan untuk membantu bahan bakar
untuk sebagian besar jaringan termasuk otot.
Hipotalamus akan merangsang sistem saraf simpatis dan
epinefrin yang disekresi oleh adrenal yang akan menyebabkan
pelepasan glukosa oleh hepar. Bila terjadi hipoglikemia yang
berkelanjutan untuk beberapa hari, maka hormon pertumbuhan
dan kortisol disekresi dan akan terjadi penurunan penggunaan
glukosa oleh sebagian besar sel dalam tubuh. Glukagon
merupakan hormon yang pertama kali dalam mengatasi terjadinya
hipoglikemia, apabila gagal maka epinefrin yang memegang
peranan penting.10
3) Kompensasi terhadap keadaan hipoglikemia
Dalam keadaan normal tubuh akan mempertahankan
hipoglikemia dengan cara menurunkan sekresi insulin dan
meningkatkan sekresi glukagon, epinefrin, hormon pertumbuhan
dan kortisol. Perubahan hormon tersebut dikombinasi dengan
meningkatnya keluaran glukosa dihepar. Respon pertama yang
terjadi adalah meningkatkan produksi glukosa dari hepar dengan
melepaskan cadangan glikogen dihepar serta menurunkan sekresi
insulin dan meningkatkan sekresi glukagon. Bila cadangan
glikogen habis maka terjadi peningkatan kerusakan protein karena
efek kortisol yang meningkat serta proses glukoneogenesis hepar
diganti dengan glikogenolisis sebagai sumber produksi glukosa.

http://repository.unimus.ac.id
Kerusakan protein tersebut yaitu meningkatnya asam amino
glukogenik, alanin dan glutamine dalam plasma. Penurunan kadar
glukosa perifer pada keadaan awal dapat menurunkan kadar
insulin, yang kemudian di ikuti peningkatan kadar epinefrin,
kortisol dan hormon pertumbuhan. Ketiga proses tersebut dapat
meningkatkan lipolisis dan asam lemak bebas dalam plasma yang
digunakan sebagai bahan bakar alternatif bagi tubuh dan
menghambat penggunaan glukosa. Hipoglikemia terjadi apabila
satu atau lebih mekanisme keseimbangan tersebut mengalami
kegagalan atau penurunan glukosa yang berlebihan seperti pada
kondisi hiperinsulinemia atau produksi yang kurang seperti pada
penyakit “glycogen storage” serta kombinasi defisiensi hormon
pertumbuhan dan kortisol.3
4) Perbedaan metabolisme glukosa pada bayi dan dewasa.
Pada orang dewasa setelah makan hingga 14 jam kemudian,
metabolisme glukosa 2 mg/kgBB/menit kemudian menurun
menjadi 1,8 mg/kgBB/menit pada 30 menit setelah makan. kadar
metabolisme glukosa pada bayi dan anak pada 14 jam setelah
makan jumlahnya 3 kali lipat lebih besar pada orang dewasa dan
saat 30 menit kemudian setelah makan kadarnya akan menurun
menjadi 3,8mg/kgBB/menit.
Pada bayi dan anak kemampuan tubuh tidak semaksimal pada
orang dewasa sehingga akan terjadi penurunan progresif dari
konsentrasi glukosa plasma dalam darah yang singkat. Perbedaan
adaptasi puasa pada orang dewasa dan anak disebabkan karena
perbedaan massa otak, dimana kadar otak anak lebih besar
dibandingkan tubuh sehingga penurunan glukosa terjadi lebih
cepat akibat dari proses pemakaian. Glikogenolisis yang terjadi
pada anak tidak sebanyak yang terjadi pada dewasa karena massa
otot pada anak lebih kecil dibandingkan pada dewasa sehingga

10

http://repository.unimus.ac.id
cara mepertahankan glukosa plasma banyak menggunakan proses
glukoneogenesis.9
d. Klasifikasi
Tabel 2.1 Klasifikasi hipoglikemia pada bayi dan anak.3
Neonatus – Hipoglikemia Sementara
1. Dihubungkan dengan ketidakcukupan substrat atau fungsi enzim
a. Prematuritas
b. Kecil menurut umur kehamilan
c. Kembar yang lebih kecil
d. Bayi distress dengan pernafasan berat
e. Bayi dari ibu toksemia
2. Dihubungkan dengan hiperinsulinemia
Neonatus – Hipoglikemia Infantil atau Masa Anak Persisten
1. Keadaan hiperinsulinemia
a. Nesidioblastosis
b. Sensitivitas leusin
c. Malaria falsifarum
2. Defisiensi hormon
a. Panhipopituitarisme
b. Defisiensi ACTH
c. Defisiensi glukagon
d. Defisiensi epinefrin
e. Defisiensi hormon pertumbuhan murni
3. Substrat terbatas
a. Hipoglikemia ketotik
b. Ketonuria rantai cabang
4. Penyakit penyimpanan glikogen
a. Defisiensi glukosa-6-fosfatase
b. Defisiensi amilo-1,6-difosfatase
c. Defisiensi glikogen sintesa
5. Gangguan glukoneogenesis
a. Intoksikasi alkohol akut
b. Intoksikasi salisilat
e. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari hipoglikemia yaitu pertama meliputi
gejala yang berkaitan dengan aktivasi sistem saraf autonom dan
pelepasan epinefrin yang disertai dengan penurunan kadar glukosa.
Kedua meliputi gejala yang disebabkan karena penurunan
penggunaan glukosa otak yang disertai dengan hipoglikemia yang
lama. Pada neonatus biasanya gejala disertai sianosis, apnea,
hipotermia, hipotonia dan kejang-kejang.3

11

http://repository.unimus.ac.id
f. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang disertai gejala klinis penting untuk
menentukan diagnosa hipoglikemia. Apabila terdapat gejala dari
hipoglikemia maka harus dilakukan pemeriksaan kadar gula darah
untuk memastikan. Kadar glukosa darah dapat diukur dengan
menggunakan glukometer. Bayi yang memiliki resiko harus
dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah.5
Pemeriksaan glukosa darah penting dilakukan secara berkala
hingga bayi dapat meminum ASI secara peroral dan tidak memakai
infus selama 24 jam. Bayi dengan hipoglikemia membutuhkan infus
glukosa selama 5 hari lebih untuk dilakukan evaluasi penyebabnya.
Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan serum
terhadap kadar insulin, kortisol, hormon pertumbuhan, elektrolit
darah, tes faal hati dan pemeriksaan formal gula darah puasa
(OGTT).5
g. Penatalaksanaan
Tujuan utama pengobatan hipoglikemia adalah menurunkan kadar
glukosa darah secepat mungkin agar kembali normal, menghindari
hipoglikemia yang berulang sampai homeostatis glukosa normal dan
mencari penyakit yang mendasari hipoglikemia.5
1) Medikamentosa
Pada neonatus, hipoglikemia yang terjadi pada aterm
asimptomatik, dapat diberikan larutan glukosa atau susu formula,
bila memungkinkan dapat diberikan ASI. Pengobatan akut
neonatus meliputi pemberian intravena 2 mL/kg disertai dengan
infus glukosa 6-8 mg/kg/menit, menyesuaikan kecepatan untuk
mempertahankan kadar glukosa darah agar menjadi normal.
Tatalaksana hipoglikemia pada neonatus adalah :
a) Memantau kadar glukosa darah
Pada semua neonatus beresiko tinggi:
(1) Pada saat lahir.

12

http://repository.unimus.ac.id
(2) 30 menit kemudian setelah lahir.
(3) setiap 2-4 jam selama 48 jam sampai pemberian minum
berjalan baik dan kadar glukosa menjadi normal.
b) Pencegahan hipoglikemia
(1) Menghindari faktor resiko yang dapat dicegah seperti
hipotermia.
(2) Apabila bayi tidak memungkinkan untuk menyusui maka
dengan pemberian minum menggunakan sonde dalam
waktu 1-3 jam setelah lahir.
(3) Neonatus dengan resiko tinggi dipantau kadar glukosa serta
asupannya dan dilakukan tiga kali pengukuran hasilnya
normal sebelum pemberian minum diatas 45mg/dL.
c) Hipoglikemia refraktori
Kebutuhan glukosa dengan >12mg/kg/menit menunjukan
adanya keadaan hiperinsulisme, yang dapat dilakukan dengan :
(1) Hidrokortison 5 mg/kg/hari secara i.m diberikan dalam
dosis terbagi setiap 8 jam.
(2) Prednison oral 1-2 mg/kg/hari diberikan setiap 6-12 jam
(3) Glukagon 200µg secara i.v.
(4) Diazoxide oral 10-25 mg/kg/hari diberikan dalam dosis
setiap 6 jam.3
2. ASI
a. Definisi
Air susu ibu (ASI) adalah emulsi lemak yang terdapat dalam
larutan protein, laktosa serta garam-garam organik yang disekresikan
oleh kelenjar mammae yang berfungsi sebagai makanan utama bayi
karena memiliki manfaat yang diperlukan bayi dalam membangun
dan menyediakan energi.11

13

http://repository.unimus.ac.id
b. Manfaat pemberian ASI
ASI memiliki manfaat bagi bayi yaitu:
1) Kolostrum yang terdapat dalam ASI mengandung antibodi yang
kuat untuh mencegah terjadinya infeksi.
2) ASI mengandung komposisi yang terdiri atas proporsi seimbang
dan cukup yang diperlukan bayi untuk 6 bulan pertama
kehidupannya.
3) ASI membantu untuk memulai kehidupan yang baik. Bayi yang
diberikan ASI akan mengalami kenaikan berat badan setelah
lahir.12
c. Fisiologi ASI
Selama proses kehamilan hormon yang dihasilkan oleh plasenta
yaitu hormon laktogen, koriogonadotropin, estrogen dan progesteron
berfungsi untuk menginduksi perkembangan alveoli dan duktus
laktiferus yang ada di dalam mammae. Hormon laktogen dan
hormon prolaktin yang berasal dari hipofisis (glandula pituitari)
anterior akan merangsang produksi dari kolostrum. Tetapi Produksi
dari ASI tidak hanya berlangsung sampai sesudah proses kelahiran
bayi walaupun kadar prolaktin yang tinggi karena dihambat oleh
estrogen. Sesudah proses persalinan, kadar estrogen dan progesteron
akan menurun dengan melepasnya plasenta, tetapi prolaktin tetap
tinggi sehingga tidak ada hambatan lagi terhadap prolaktin oleh
estrogen dan ASI mulai diproduksi.
Pelepasan ASI di bawah kendali oleh neuroendokrin.
Rangsangan sentuhan ketika bayi mengisap pada payudara akan
merangsang produksi prolaktin yang akan memacu dari sel-sel
kelenjar untuk memproduksi ASI, sehingga semakin bayi sering
menyusu maka semakin banyak pula prolaktin yang akan diproduksi
sehingga semakin banyak produksi air susu yang dikeluarkan,
dimana pada proses ini dikenal dengan refleks prolaktin.

14

http://repository.unimus.ac.id
Saat bayi mengisap akan merangsang hipofisis posterior untuk
mengeluarkan hormon oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel
mioepitel. Kontraksi dari sel mioepitel akan mendorong ASI keluar
dari alveoli melalui duktus laktiferus untuk menuju sinus laktiferus
dimana nantinya akan disimpan. Saat bayi mengisap ASI yang
terdapat dalam sinus akan tertekan keluar ke mulut bayi. Proses ini
dinamakan let down atau pelepasan.13
d. Komposisi ASI
Komposisi ASI pada isapan pertama berbeda dengan isapan
terakhir. Pada isapan pertama banyak mengandung air, sedangkan
pada isapan terakhir banyak mengandung lemak dan karbohidrat.
Berdasarkan waktu produksinya, komposisi ASI digolongkan
menjadi:
1) Kolostrum
Merupakan cairan yang pertama kali disekresikan oleh kelenjar
payudara yang mengandung tissue debris dan residual material
dalam alveoli dan duktus yang terdapat pada hari pertama sampai
hari keempat. kolostrum banyak mengandung protein jika
dibandingkan dengan ASI yang matur, tetapi pada ASI yang
matur kolostrum protein yang utama adalah globulin. Komposisi
dari kolostrum dari hari kehari selalu berubah. Volume berkisar
antara 150-300ml/24 jam.
2) ASI transisi atau peralihan
Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI
yang matur. Disekresikan pada hari ke empat sampai hari
kesepuluh dari masa laktasi. Kadar protein pada masa ini semakin
rendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak semakin
meningkat. Volume berkisar antara 150-300ml/24 jam.
3) Air susu matur
Merupakan ASI yang disekresikan pada hari ke sepuluh dan
seterusnya. Pada ibu dengan kondisi yang sehat dimana produksi

15

http://repository.unimus.ac.id
ASI yang cukup, ASI ini merupakan makanan yang paling baik
dan cukup untuk bayi sampai dengan usia 6 bulan.14
e. Faktor yang mempengaruhi produksi ASI
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi produksi ASI yaitu:
1) Faktor dari bayi
a) Penggunaan empongan (pacifier)
Beberapa bayi banyak menghisap dengan menggunakan
empongan sehingga dapat menurunkan kesempatan menyusui.
Akibatnya payudara jarang dirangsang yang kemudian dapat
menurunkan produksi ASI.
b) Penggunaan nipple shield
Dapat mempengaruhi rangsangan ke otak ibu yang timbul
akibat rangsangan isapan sehingga akan menurunkan refleks
let down.
2) Faktor dari ibu
a) Kecemasan, stress dan kelelahan
Akan menekan hormon prolaktin yang menyebabkan
produksi ASI menurun.
b) Merokok dan memproduksi obat-obatan
c) Diet yang jelek
Pada ibu yang menyusui tidak ada pantangan dalam
makanan. Pada diet yang jelek akan menurunkan kandungan
gizi yang akan menurunkan produksi ASI.15
3. Primigravida
Primigravida adalah seorang wanita yang baru pertama kali hamil.
Wanita yang baru pertama kali hamil dengan usia dibawah 20 tahun
disebut pimigravida muda. Usia terbaik untuk seorang wanita hamil
yaitu antara 20 sampai 35 tahun. Sedangkan wanita yang pertama kali
hamil dengan usia diatas 35 tahun disebut primigravida tua.16
Primigravida muda merupakan kehamilan risiko tinggi (KRT)
dimana keadaan jiwa dan kesehatan baik dari ibu maupun bayi dapat

16

http://repository.unimus.ac.id
terancam. Risiko untuk kematian maternal pada primigravida muda
lebih jarang dijumpai dari pada dengan primigravida tua. Dikarenakan
pada primigravida muda mempunyai kekuatannya yang masih baik.16

17

http://repository.unimus.ac.id
B. Kerangka Teori

Ibu hamil

Primigravida Non primigravida

persalinan

Menyusui Maternal :
Faktor psikologi
Nutrisi
ASI Bentuk payudara

Kadar glukosa

Normal Hipoglikemia Faktor anak :


Asfiksia
BBLR
Makrosomia
Prematur
Serotinus
Bayi kembar
Hipotermia
C. Kerangka Konsep

Primigravida Hipoglikemia neonatus

D. Hipotesis
Terdapat hubungan antara primigravida dengan kejadian hipoglikemia
neonatus pada 24 jam pertama kehidupan.

18

http://repository.unimus.ac.id

You might also like