Professional Documents
Culture Documents
1. Pengertian
Migrain adalah nyeri kepala berdenyut yang kerapkali disertai mual, muntah. Penderita
biasanya sensitif terhadap cahaya, suara, bahkan bau-bauan. Sakit kepala ini paling sering
hanya mengenai satu sisi kepala saja, kadang-kadang berpindah ke sisi sebelahnya, tetapi
dapat mengenai kedua sisi kepala sekaligus.
Migraine adalah nyeri kepala rekuren, idiopatik, yang bermanifestasi sebagai serangan –
serangan yang berlangsung antara 4 – 72 jam. Ciri – ciri nyeri kepala yang khas besifat
unilateral, berdenyut – denyut, dengan intensitas nyeri dari sedang hingga berat dan
diperburuk oleh aktifitas fisik rutin dengan fotofobia atau fonofobia.
Migrain kadang kala agak sulit dibedakan dengan sakit kepala jenis lain. Sakit kepala
akibat gangguan pada sinus atau akibat ketegangan otot leher mempunyai gejala yang
hampir sama dengan gejala migrain.
Migrain dapat timbul bersama penyakit lain misalnya asma dan depresi. Penyakit yang
sangat berat, misalnya tumor atau infeksi, dapat juga menimbulkan gejala yang mirip
migrain. Namun kejadian ini sangat jarang.
2. Epidemiologi/Insiden Kasus
Sekitar 28 juta orang di AS menderita migrain. Di seluruh dunia, migrain mengenai
25% wanita dan 10% pria. Wanita dua sampai tiga kali lebih sering terkena migrain
dibanding laki-laki. Migrain paling sering mengenai orang dewasa (umur antara 20
sampai 50 tahun), tetapi seiring bertambahnya umur, tingkat keparahan dan keseringan
semakin menurun. Migrain biasanya banyak mengenai remaja. Bahkan, anak-anak pun
dapat mengalami migrain, baik dengan atau tanpa aura. Resiko mengalami migrain
semakin besar pada orang yang mempunyai riwayat keluarga penderita migrain.
3. Etiologi
Penyebab pasti migrain masih belum begitu jelas. Diperkirakan, adanya hiperaktiftas
impuls listrik otak meningkatkan aliran darah di otak, akibatnya terjadi pelebaran
pembuluh darah otak serta proses inflamasi. Pelebaran dan inflamasi ini menyebabkan
timbulnya nyeri dan gejala yang lain, misalnya mual. Semakin berat inflamasi yang
terjadi, semakin berat pula migrain yang diderita. Telah diketahui bahwa faktor genetik
berperan terhadap timbulnya migrain.
FAKTOR PENCETUS MIGRAIN
- Konsumsi makanan tertentu
- Tidur berlebihan atau kurang tidur
- Tidak makan
1. Alkohol
Alkohol termasuk zat yang diuretik atau penyebab dehidrasi tubuh, sehingga
dapat memicu timbulnya migrain. Meski anggur merah memiliki fungsi ganda yang
berlawanan, karena kaya akan unsur fenolik yang sangat baik buat jantung, namun
anggur merah juga bisa memicu terjadinya migrain.
2. Kafein
3. Keju
Meski masih pro-kontra, namun beberapa ahli mengatakan keju adalah salah satu
pemicu migrain. Unsur asam amino tiramin yang terkandung pada keju, diperkirakan
mampu memicu timbulnya sakit kepala karena mengurangi kadar serotonin dalam
otak yang mengganggu irama aliran darah.
3. Aditif Makanan
Para penderita migrain umumnya mengatakan bahwa mereka sangat sensitif
dengan makanan yang mengandung MSG, Nitrit, aspartame (pemanis buatan),
tetrazin dan sulfite (ditemukan pada minuman alkohol dan wine).
4. Patofisiologi
Terlampir.
5. Klasifikasi
Satu atau dua hari sebelum timbul migrain, penderita biasanya mengalami gejala awal
seperti lemah, menguap berlebih, sangat menginginkan suatu jenis makanan (mislanya
coklat), gampang tersinggung, dan gelisah.
b. Aura
Aura hanya didapati pada migrain klasik. Biasanya terjadi dalam 30 menit sebelum
timbulnya migrain. Aura dapat berbentuk gangguan penglihatan seperti melihat garis
yang bergelombang, cahaya terang, bintik gelap, atau tidak dapat melihat benda
dengan jelas. Gejala aura yang lain yaitu rasa geli atau rasa kesemutan di tangan.
Sebagian penderita tidak dapat mengucapkan kata-kata dengan baik, merasa kebas di
tangan, pundak, atau wajah, atau merasa lemah pada satu sisi tubuhnya, atau merasa
bingung. Penderita dapat mengalami hanya satu gejala saja atau beberapa macam
gejala, tetapi gejala ini tidak timbul bersamaan melainkan bergantian. Suatu gejala
aura biasanya menghilang saat nyeri kepala atau gejala aura yang lain timbul. Namun
kadang-kadang gejala aura tetap bertahan pada permulaan sakit kepala.
Penderita merasakan nyeri berdenyut pada satu sisi kepala, sering terasa dibelakang
mata. Nyeri dapat berpindah pada sisi sebelahnya pada serangan berikutnya, atau
mengenai kedua belah sisi. Rasa nyeri berkisar antara sedang sampai berat. Gejala lain
yang sering menyertai nyeri kepala antara lain :
Tanpa pengobatan, sakit kepala biasanya sembuh sendiri dalam 4 sampai 72 jam.
d. Gejala Akhir
Setelah nyeri kepala sembuh, penderita mungkin merasa nyeri pada ototnya, lemas,
atau bahkan merasakan kegembiraan yang singkat. Gejala-gejala ini menghilang
dalam 24 jam setelah hilangnya sakit kepala.
7. Pemeriksaan Fisik
Meliputi pemeriksaan umum berupa pencatatan fungsi vital tekanan darah, frekuensi
nadi, pernapasan, suhu tubuh untuk menyingkirkan penyakit-penyakit sistemik;
funduskopi penting untuk mendeteksi adanya papiledema dan/atau tanda-tanda hi-
pertensi.
Palpasi daerah kepala dan leher dilakukan untuk men- deteksi kelainan lokal. Rasa nyeri
di daerah kepala, sinus dan/atau gigi geligi bisa menyertai serangan migren dan beberapa
saat sesudahnya; otot- ototjuga bisa terasa nyeri, baik pada migren maupun pada nyeri
kepala tipe tegang; kadang-kadang nyeri ditimbulkan saat menyisir rambut. Rasa nyeri ini
perlu dibedakan dengan yang disebabkan oleh miositis. Pada tumor atau hematoma
subdural, kadang-kadang nyeri dapat dibangkitkan o!eh perkusi di daerah yang terkena.
Nyeri fokal dapat dijumpai di daerah bekas luka kepala. Penekanan daerah arteri seperti di
daerah temporal, supra-orbital atau oksipital dapat mengurangi nyeri kepala migrenatau
yang berkaitan dengan hipertensi. Nyeri kepala tipe tegang dapat dikurangi dengan
massage dan/atau kompres hangat di daerah otot-otot kepala/leher, sebaliknya memberat
bila otot/ daerah tersebut dimanipulasi terlalu keras.
9. Diagnosis
Ditegakkan berdasar gejala klinis dan riwayat pasien pasien diharapkan punya “migrain
diary” (mencatat waktu, intensitas,pemicu dan durasi sakit kepala)
Data objektif :
Perubahan reaksi pupil, terjadi kelemahan ekstremitas/paralisis, perubahan respon motorik,
tekanan darah meningkat, pernapasan meningkat, nadi meningkat, dilatasi pupil, wajah
tampak meringis, kelemahan, kelelahan, pasien tidak mau makan, pasien tidak
menghabiskan 1 porsi makanan, peningkatan saliva, kantung mata nampak hitam, klien
tampak cepat lelah.
2. Diagnosa Keperawatan
1). Perfusi jaringan Cerebral tidak efektif b.d. aliran arteri ke cerebral terhambat
ditandai dengan perubahan reaksi pupil, terjadi kelemahan ekstimitas atau paralisis,
perubahan resppon motorik.
2). Nyeri akut b.d. vasodilatasi pembuluh darah dan gangguan vaskuler ditandai
dengan peningkatan tekanan darah, pernafasan meningkat, nadi meningkat, dilatasi
pupil, mengatakan nyeri secara verbal, wajah tampak meringis.
3). Intoleransi aktivitas b.d. kelemahan pada ekstrimitas ditandai dengan respon
terhadap aktivitas menunjukkan nadi dan tekanan darah abnormal,
ketidaknyamanan, kelelahan, kelemahan.
4). Neusea b.d. peningkatan asam lambung ditandai dengan mual dan muntah
5). Risiko cedera b.d. hipoksia jaringan
6). Gangguan pola tidur b.d. sering terbangun sekunder akibat ganguan sirkulasi
vaskuler ditandai dengan kesukaran untuk tetap tidur, terbangun dalam waktu yang
lama, insomnia dalam waktu lama.
3. Intervensi
Dx 1: Perfusi jaringan Cerebral tidak efektif b.d. aliran arteri ke cerebral terhambat
ditandai dengan perubahan reaksi pupil, terjadi kelemahan ekstimitas atau paralisis,
perubahan resppon motorik.
Tujuan : Setelah diberikan askep selama …x24 jam diharapkan Perfusi jaringan
Cerebral kembali efektif
Kriteria hasil :
Tidak terjadi perubahan reaksi pupil, tidak terjadi kelemahan ekstimitas atau paralisis,
tidak terjadi perubahan resppon motorik.
Intervensi :
Mandiri
1. Pertahankan tirah baring dengan posisi kepala datar dan pantau tanda vital.
R : Dapat menurunkan TIK
3. Berikan waktu istirahat antara aktivitas perawatan dan batasi lamanya tindakan
tersebut.
Kolaborasi
R : Mengurangi gejala.
Dx 2 : Nyeri akut b.d. vasodilatasi pembuluh darah dan gangguan vaskuler ditandai
dengan peningkatan tekanan darah, pernafasan meningkat, nadi meningkat, dilatasi
pupil, mengatakan nyeri secara verbal, wajah tampak meringis.
Tujuan : Setelah diberikan askep selama …x24 jam diharapkan nyeri kepala terkontrol.
Kriteria hasil :
Skala nyeri berkurang dari … menjadi … dan wajah pasien tidak meringis.
Intervensi :
Mandiri
1. Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai indikasi
R: Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensivitas pada cahaya dan
meningkatkan istirahat/relaksasi.
2. Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting.
R: Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri.
3. Letakan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata.
R: Meningkatkan vasokontriksi, penumpukan resepsi sensori yang selanjutnya akan
menurunkan nyeri.
4. Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman, seperti kepala agak tinggi sedikit
pada meningitis.
R: Menurunkan iritasi meningeal, resultan ketidaknyaman lebih lanjut.
5. Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara tepat dan masase otot daerah
leher/bahu..
R: Dapat membantu merelaksasi ketegangan otot yang meningkatkan reduksi nyeri
atau rasa tidak nyaman tersebut.
6. Gunakan pelembab yang agak nyaman pada nyeri leher/punggung jika tidak ada
demam.
R: Meningkatkan relaksasi otot dan menurunkan rasa sakit/rasa tidak nyaman.
Kolaboratif
1. Berikan analgetik, seperti asetaminofen, kodein
R : Mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat. Catatan : Narkotik
mungkin merupakan kontraindikasi sehingga menimbulkan ketidak-akuratan dalam
pemeriksaan neurologis.
Intervensi :
Mandiri
1. Kaji respon klien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi, peningkatan tekanan
darah, nyeri kepala, keletihan dan kelemahan yang berlebihan.
R : Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon fisiologis terhadap
stress aktivitas dan bila ada merupakan indicator dari kelebihan kerja yang berkaitan
dengan aktivitas
2. Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energy
R : Teknik menghenat energy mengurangi penggunaan energy, juga membantu
keseimbangan antara suplai dan kebutuhan Oksigen
3. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat
ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan klien.
R : Mwemberikan bantuan sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam
melakukan aktivitas.
Dx 4 : Neusea b.d. peningkatan asam lambung ditandai dengan mual dan muntah
Tujuan : setelah diberikan askep selama …x 24 jam diharapkan pasien tidak
mengalami mual/muntah.
Kriteria hasil :
Klien melaporkan rasa tidak mual,tidak ada peningkatan saliva, klien mau makan, tidak
ada rasa asam di mulut.
Intervensi :
1. Dorong pasien untuk makan sedikit tapi sering dan untuk makan perlahan. Anjurkan
makan makanan yang cair lembut dan hangat, dan hindari makan yang mengandung
lemak, serat, makan yang berbumbu dan kafein.
2. Singkirkan pemandangan dan bau yang tidak sedap dari area makan.
3. Dorong klien untuk istirahat pada posisi semi fowler setelah makan dan mengganti
posisi setelah makan.
Dx 6 : Gangguan pola tidur b.d. sering terbangun sekunder akibat ganguan sirkulasi
vaskuler ditandai dengan kesukaran untuk tetap tidur, terbangun dalam waktu yang
lama, insomnia dalam waktu lama.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 maka diharapkan pola
tidur pasien kembali normal
Kriteria hasil :
• Pasien tidak terlihat pucat dan gelisah dan tidak ada kantong mata.
• Tidak mengalami kesukaran untuk tidur dan dapat tetap tertidur.
Intervensi :
1. Kaji tingkat pola tidur pasien.
R : Untuk menentukan intervensi selanjutnya
2. Tentukan kebiasaan tidur dan perubahan yang tejadi.
R : Mengkaji dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.
3. Berikan tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik pribadi, missal, boneka dental
atau guling.
R : Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis/psikologis.
4. Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan lingkungan baru.
R : Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stress dan
ansietas yang berhubungan dapat berkurang.
5. Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur, missal : mandi air hangat dan masase,
segelas susu hangat sebelum tidur.
R : Untuk efek relaksasi. Cacatan : susu mempunyai kualitas soporific, meningkatkan
sistensis serotonin, neorotransmitter yang membantu pasien tertidur dan tidur lama.
6. Kurangi kebisingi dan lampu.
R/ : Memberikan situasi kondusif untuk tidur.
4. Evaluasi
No. Evaluasi
Dx
I Implementasi dinyatakan berhasil jika dalam waktu…x 24 jam perfusi jaringan
cerebral kembali efektif dengan memenuhi kriteria hasil sebagai berikut :
- Tidak terjadi perubahan reaksi pupil, tidak terjadi kelemahan ekstimitas atau
paralisis, tidak terjadi perubahan resppon motorik.
Migrain
Iskemik kortikal
Peningkatan TIK Hiperpermeabilitas
pembuluh darah
Perpusi jaringan
Menstimulasi hipotalamus tidak efektif
dan nervus vagus
Peradangan lokal
Gangguan penglihatan,
Peningkatan asam kesemutan, pusing dan
lambung lemah pada ekstrimitas
Nyeri
Nausea
Risiko
Sakit kepala berat
cedera Intoleransi
aktivitas
Muncul di waktu
tertentu
Gangguan pola
tidur
DAFTAR PUSTAKA
3. http://www.wartamedika.com/
20 Januari 2006
4. http://blog.asuhankeperawatan.com/414askep/migrain/.