You are on page 1of 15

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN MIGRAIN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT.

1. Pengertian
Migrain adalah nyeri kepala berdenyut yang kerapkali disertai mual, muntah. Penderita
biasanya sensitif terhadap cahaya, suara, bahkan bau-bauan. Sakit kepala ini paling sering
hanya mengenai satu sisi kepala saja, kadang-kadang berpindah ke sisi sebelahnya, tetapi
dapat mengenai kedua sisi kepala sekaligus.

Migraine adalah nyeri kepala rekuren, idiopatik, yang bermanifestasi sebagai serangan –
serangan yang berlangsung antara 4 – 72 jam. Ciri – ciri nyeri kepala yang khas besifat
unilateral, berdenyut – denyut, dengan intensitas nyeri dari sedang hingga berat dan
diperburuk oleh aktifitas fisik rutin dengan fotofobia atau fonofobia.

Migrain kadang kala agak sulit dibedakan dengan sakit kepala jenis lain. Sakit kepala
akibat gangguan pada sinus atau akibat ketegangan otot leher mempunyai gejala yang
hampir sama dengan gejala migrain.

Migrain dapat timbul bersama penyakit lain misalnya asma dan depresi. Penyakit yang
sangat berat, misalnya tumor atau infeksi, dapat juga menimbulkan gejala yang mirip
migrain. Namun kejadian ini sangat jarang.

2. Epidemiologi/Insiden Kasus
Sekitar 28 juta orang di AS menderita migrain. Di seluruh dunia, migrain mengenai
25% wanita dan 10% pria. Wanita dua sampai tiga kali lebih sering terkena migrain
dibanding laki-laki. Migrain paling sering mengenai orang dewasa (umur antara 20
sampai 50 tahun), tetapi seiring bertambahnya umur, tingkat keparahan dan keseringan
semakin menurun. Migrain biasanya banyak mengenai remaja. Bahkan, anak-anak pun
dapat mengalami migrain, baik dengan atau tanpa aura. Resiko mengalami migrain
semakin besar pada orang yang mempunyai riwayat keluarga penderita migrain.

3. Etiologi

Penyebab pasti migrain masih belum begitu jelas. Diperkirakan, adanya hiperaktiftas
impuls listrik otak meningkatkan aliran darah di otak, akibatnya terjadi pelebaran
pembuluh darah otak serta proses inflamasi. Pelebaran dan inflamasi ini menyebabkan
timbulnya nyeri dan gejala yang lain, misalnya mual. Semakin berat inflamasi yang
terjadi, semakin berat pula migrain yang diderita. Telah diketahui bahwa faktor genetik
berperan terhadap timbulnya migrain.
FAKTOR PENCETUS MIGRAIN
- Konsumsi makanan tertentu
- Tidur berlebihan atau kurang tidur

- Tidak makan

- Perubahan cuaca atau tekanan udara

- Stres atau tekanan emosi

- Bau yang sangat menyengat atau asap rokok

- Sinar yang sangat terang atau pantulan sinar matahari.

Penderita migrain harus berhati-hati dalam mengkonsumsi makanan, karena ada


beberapa jenis makanan yang dapat memicu terjadinya migrain (meski tergantung
dari sensitivitas masing-masing individu), misalnya:

1. Alkohol

Alkohol termasuk zat yang diuretik atau penyebab dehidrasi tubuh, sehingga
dapat memicu timbulnya migrain. Meski anggur merah memiliki fungsi ganda yang
berlawanan, karena kaya akan unsur fenolik yang sangat baik buat jantung, namun
anggur merah juga bisa memicu terjadinya migrain.

2. Kafein

Meski mengkonsumsinya membantu menghilangkan migrain, namun sebenarnya


tidak dianjurkan dilakukan bagi penderitanya. Sebab bila sudah kecanduan, kurang
konsumsi kafein malah akan memicu terjadinya migrain. Bila hanya ingin
menghentikan migrain, satu gelas saja sudah cukup.

3. Keju

Meski masih pro-kontra, namun beberapa ahli mengatakan keju adalah salah satu
pemicu migrain. Unsur asam amino tiramin yang terkandung pada keju, diperkirakan
mampu memicu timbulnya sakit kepala karena mengurangi kadar serotonin dalam
otak yang mengganggu irama aliran darah.

3. Aditif Makanan
Para penderita migrain umumnya mengatakan bahwa mereka sangat sensitif
dengan makanan yang mengandung MSG, Nitrit, aspartame (pemanis buatan),
tetrazin dan sulfite (ditemukan pada minuman alkohol dan wine).
4. Patofisiologi
Terlampir.
5. Klasifikasi

Klasifikasi migraine yang digunakan sekarang adalah klasifikasi yang dikeluarkan


oleh “ International Headache Society “ ( HIS 1988 ), yaitu :
a. Migraine tanpa aura ( migraine without aura )
Sebelum disebut mgraine umum atau hemi krania simplek
Deskripsinya adalah nyeri kepala idioplastik berulang dengan lama serangan 4 jam
sampai 72 jam. Karakteristik yang khas berupa lokasi unilateral, kualitas berdenyut.
b. Migraine dengan aura ( migraine with aura )
Sebelum disebut dengan migraine klasik, migraine oftalmik, migraine hemiplegi,
migraine afasia, migraine komplikata.
Deskripsinya adalah kelainan idioplastik yang berulang, lokasi di cortek cerebra atau
batang otak, timbul secara bertahap dalam waktu 5 – 20 menit.
c. Migraine oftalmoplegi ( oftalmoplegie migraine )
Adalah serangan nyeri kepala berulang disertai paresis satu atau lebih dari syaraf
kranials untuk mata, tanpa adanya lwsi intra kranial.
d. Migraine Retina.
Adalah serangan skotoma atau buta monokuler yang berulang yang berlangsung
kurang dari 1 jam dengan atau tanpa nyeri.
6. Gejala Klinis
a. Gejala Awal

Satu atau dua hari sebelum timbul migrain, penderita biasanya mengalami gejala awal
seperti lemah, menguap berlebih, sangat menginginkan suatu jenis makanan (mislanya
coklat), gampang tersinggung, dan gelisah.

b. Aura

Aura hanya didapati pada migrain klasik. Biasanya terjadi dalam 30 menit sebelum
timbulnya migrain. Aura dapat berbentuk gangguan penglihatan seperti melihat garis
yang bergelombang, cahaya terang, bintik gelap, atau tidak dapat melihat benda
dengan jelas. Gejala aura yang lain yaitu rasa geli atau rasa kesemutan di tangan.
Sebagian penderita tidak dapat mengucapkan kata-kata dengan baik, merasa kebas di
tangan, pundak, atau wajah, atau merasa lemah pada satu sisi tubuhnya, atau merasa
bingung. Penderita dapat mengalami hanya satu gejala saja atau beberapa macam
gejala, tetapi gejala ini tidak timbul bersamaan melainkan bergantian. Suatu gejala
aura biasanya menghilang saat nyeri kepala atau gejala aura yang lain timbul. Namun
kadang-kadang gejala aura tetap bertahan pada permulaan sakit kepala.

c. Sakit kepala dan gejala penyerta

Penderita merasakan nyeri berdenyut pada satu sisi kepala, sering terasa dibelakang
mata. Nyeri dapat berpindah pada sisi sebelahnya pada serangan berikutnya, atau
mengenai kedua belah sisi. Rasa nyeri berkisar antara sedang sampai berat. Gejala lain
yang sering menyertai nyeri kepala antara lain :

• Kepekaan berlebihan terhadap sinar, suara, dan bau

• Mual dan muntah

• Gejala semakin berat jika beraktifitas fisik

Tanpa pengobatan, sakit kepala biasanya sembuh sendiri dalam 4 sampai 72 jam.

d. Gejala Akhir

Setelah nyeri kepala sembuh, penderita mungkin merasa nyeri pada ototnya, lemas,
atau bahkan merasakan kegembiraan yang singkat. Gejala-gejala ini menghilang
dalam 24 jam setelah hilangnya sakit kepala.

7. Pemeriksaan Fisik

Meliputi pemeriksaan umum berupa pencatatan fungsi vital tekanan darah, frekuensi
nadi, pernapasan, suhu tubuh untuk menyingkirkan penyakit-penyakit sistemik;
funduskopi penting untuk mendeteksi adanya papiledema dan/atau tanda-tanda hi-
pertensi.

Palpasi daerah kepala dan leher dilakukan untuk men- deteksi kelainan lokal. Rasa nyeri
di daerah kepala, sinus dan/atau gigi geligi bisa menyertai serangan migren dan beberapa
saat sesudahnya; otot- ototjuga bisa terasa nyeri, baik pada migren maupun pada nyeri
kepala tipe tegang; kadang-kadang nyeri ditimbulkan saat menyisir rambut. Rasa nyeri ini
perlu dibedakan dengan yang disebabkan oleh miositis. Pada tumor atau hematoma
subdural, kadang-kadang nyeri dapat dibangkitkan o!eh perkusi di daerah yang terkena.
Nyeri fokal dapat dijumpai di daerah bekas luka kepala. Penekanan daerah arteri seperti di
daerah temporal, supra-orbital atau oksipital dapat mengurangi nyeri kepala migrenatau
yang berkaitan dengan hipertensi. Nyeri kepala tipe tegang dapat dikurangi dengan
massage dan/atau kompres hangat di daerah otot-otot kepala/leher, sebaliknya memberat
bila otot/ daerah tersebut dimanipulasi terlalu keras.

Pemeriksaan neurologik, selain funduskopi, meliputi pemeriksaan tanda rangsang


meningeal (Kernig, Brudzinsky, kaku kuduk), fungsi saraf otak (pupil, gerak bola mata,
sensibilitas wajah), kekuatan motorik dan refleks, fungsi sensorik/sensibi- litas dan fungsi
mental terutama perubahan tingkah laku dan kebiasaan. Ptosis dapat menyertai serangan
migren (oftalmoplegik), tetapi harus diwaspadai kemungkinan disebabkan oleh tumor,
aneurisma, terutama bila disertai midriasis dan refleks cahaya melambat. Nyeri kepala tipe
kiaster kadang-kadang dapat menyebabkan sindrom Homer (miosis, ptosis, enoftalmus),
sedangkan foto- fobia dapat disertai injeksi sklera/konjungtiva pada meningitis, kelainan
sinus/mata, tumor, migren atau nyeri kepala tipe tegang. Papiledema merupakan tanda
adanya massa intrakranial (tumor, hematom), kadang-kadang ditemukan pada ensefalopati
nipertensif.
8. Pemeriksaan Diagnostik
• MRI atau CT Scan, yang dapat digunakan untuk menyingkirkan tumor dan
perdarahan otak.
• Punksi Lumbal, dilakukan jika diperkirakan ada meningitis atau perdarahan otak.

9. Diagnosis
Ditegakkan berdasar gejala klinis dan riwayat pasien pasien diharapkan punya “migrain
diary” (mencatat waktu, intensitas,pemicu dan durasi sakit kepala)

 Utk migrain tanpa aura: Sedikitnya 5 serangan dengan karakteristik


tertentu.Terjadiantara 4 – 72 jam. Karakteristik : unilateral, berdenyut-denyut,
intensitas sedang sampai berat, bisa bertambah dengan aktivitas fisik. Pasien
mengalami mual dan/atau muntah, atau photophobia atau phonophobia
 Migrain dengan aura :Pasien mengalami migrain dengan sedikitnya 3 dari 4
karakteristik :
- Pertama, pasien mengalami gajala aura yang reversibel (meliputi: gangguan visual,
sensasi abnormal pada kulit, sulit bicara, dan kelemahan otot)
- Kedua, pasien mengalami aura yang berkembang secara bertahap lebih dari 4 menit
atau 2 gejala aura berturut-turut
- Ketiga, gejala aura berakhir tidak lebih dari 60 menit
- Keempat, aura terjadi tidak lebih dari 60 menit sebelum tejadinya sakit kepala.
Selain itu, perlu ada pemeriksaan terhadap riwayat pengobatan, kondisi fisik, dan
uji neurologis (CT Scan)
10. Terapi
a. Terapi Obat
Jenis-jenis obat migrain antara lain :
Anti Migrain – digunakan untuk menghentikan serangan migrain, meliputi :
• Anti-Inflamasi Non Steroid (NSAID), misalnya aspirin, ibuprofen, yang
merupakan obat lini pertama untuk mengurangi gejala migrain.
• Triptan (agonis reseptor serotonin). Obat ini diberikan untuk menghentikan
serangan migrain akut secara cepat. Triptan juga digunakan untk mencegah
migrain haid.
• Ergotamin, misalnya Cafegot, obat ini tidak seefektif triptan dalam mengobati
migrain.
• Midrin, merupakan obat yang terdiri dari isometheptana, asetaminofen, dan
dikloralfenazon. Kalau di Indonesia dijumpai kombinasi antara asetaminofen
(parasetamol) dan profenazon.
Pencegah Migrain – digunakan untuk mencegah serangan migrain, meliputi :
• Beta bloker, misalnya propanolol
• Penghambat Kanal Kalsium, yang mengurangi jumlah penyempitan pembuluh
(konstriksi) darah
• Antidepresan, misalnya amitriptilin, antidepresan trisiklik, yang terbukti efektif
untuk mencegah timbulnya migrain.
• Antikonvulsan
Jika migrain yang anda derita ringan sampai sedang, anda hanya perlu antinyeri yang
dijual bebas untuk menghilangkan gejala. Jika migrain anda sedang sampai berat, anda
perlu antimigrain yang dibeli dengan resep. Jika anda sering mengalami serangan
migrain, dokter mungkin menyarankan untuk meminum obat pencegah migrain.
Beberapa obat pencegah migrain dapat menimbulkan efek samping ringan sampai
berat pada beberapa penderita. Penderita yang mempunyai gangguan jantung atau
tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol sebaiknya tidak mengkonsumsi obat ini.
Pasien yang berumur lebih dari 65 tahun, obat pencegah migrain tidak dianjurkan.
Biasanya anda perlu mencoba beberapa jenis obat sebelum anda menemukan salah
satu yang paling cocok dengan anda.
Jika anda mengalami mual atau muntah sebagai efek samping pengobatan antimigrain,
dokter anda juga biasanya meresepkan obat anti mual muntah seperti proklorperazin
atau metoklopramid, untuk mengurangi gejala tersebut.
b. Terapi Akupuntur
Yaitu dengan menusukkan jarum yang sangat halus ke kulit pada titik tertentu untuk
menimbulkan aliran energi di sekujur tubuh. Tindakan ini dapat membantu relaksasi
otot dan mengurangi nyeri kepala.
c. Teknik Relaksasi
Relaksasi, dapat membantu mengurangi stres dalam kehidupan sehari-hari.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
Data subjektif :
o Pasien mengatakan nyeri secara verbal.
o Pasien mengatakan nyeri akan timbul saat beraktivitas
o Pasien mengatakan nyeri seperti berdenyut
o Pasien mengatakan nyeri kepala sebelah
o Pasien mengatakan tidak mampu melakukan aktivitas seperti biasa.
o Pasien mengatakan merasa mual.
o Pasien mengatakan tidurnya tidak lelap dan sering terbangun.
o Pasien merasakan rasa asam di mulut

Data objektif :
Perubahan reaksi pupil, terjadi kelemahan ekstremitas/paralisis, perubahan respon motorik,
tekanan darah meningkat, pernapasan meningkat, nadi meningkat, dilatasi pupil, wajah
tampak meringis, kelemahan, kelelahan, pasien tidak mau makan, pasien tidak
menghabiskan 1 porsi makanan, peningkatan saliva, kantung mata nampak hitam, klien
tampak cepat lelah.
2. Diagnosa Keperawatan
1). Perfusi jaringan Cerebral tidak efektif b.d. aliran arteri ke cerebral terhambat
ditandai dengan perubahan reaksi pupil, terjadi kelemahan ekstimitas atau paralisis,
perubahan resppon motorik.
2). Nyeri akut b.d. vasodilatasi pembuluh darah dan gangguan vaskuler ditandai
dengan peningkatan tekanan darah, pernafasan meningkat, nadi meningkat, dilatasi
pupil, mengatakan nyeri secara verbal, wajah tampak meringis.
3). Intoleransi aktivitas b.d. kelemahan pada ekstrimitas ditandai dengan respon
terhadap aktivitas menunjukkan nadi dan tekanan darah abnormal,
ketidaknyamanan, kelelahan, kelemahan.
4). Neusea b.d. peningkatan asam lambung ditandai dengan mual dan muntah
5). Risiko cedera b.d. hipoksia jaringan
6). Gangguan pola tidur b.d. sering terbangun sekunder akibat ganguan sirkulasi
vaskuler ditandai dengan kesukaran untuk tetap tidur, terbangun dalam waktu yang
lama, insomnia dalam waktu lama.
3. Intervensi
Dx 1: Perfusi jaringan Cerebral tidak efektif b.d. aliran arteri ke cerebral terhambat
ditandai dengan perubahan reaksi pupil, terjadi kelemahan ekstimitas atau paralisis,
perubahan resppon motorik.

Tujuan : Setelah diberikan askep selama …x24 jam diharapkan Perfusi jaringan
Cerebral kembali efektif
Kriteria hasil :
Tidak terjadi perubahan reaksi pupil, tidak terjadi kelemahan ekstimitas atau paralisis,
tidak terjadi perubahan resppon motorik.

Intervensi :
Mandiri
1. Pertahankan tirah baring dengan posisi kepala datar dan pantau tanda vital.
R : Dapat menurunkan TIK

2. Berikan tindakan yang menimbulkan rasa nyaman, sperti massage punggung,


lingkungan yang tenang, suara yang halus dan sentuhan yang lembut.

R : meningkatkan istirahat dan menurunkan stimulasi sensori yang berlebihan.

3. Berikan waktu istirahat antara aktivitas perawatan dan batasi lamanya tindakan
tersebut.

R : mencegah kelelahan berlebihan. Aktivitas yang dilakukan secara terus menerus


dapat meningkatkan TIK dengan menghasilkan akumulatif stimulus.

Kolaborasi

4. Berikan obat sesuai indikasi

R : Mengurangi gejala.

Dx 2 : Nyeri akut b.d. vasodilatasi pembuluh darah dan gangguan vaskuler ditandai
dengan peningkatan tekanan darah, pernafasan meningkat, nadi meningkat, dilatasi
pupil, mengatakan nyeri secara verbal, wajah tampak meringis.
Tujuan : Setelah diberikan askep selama …x24 jam diharapkan nyeri kepala terkontrol.
Kriteria hasil :
Skala nyeri berkurang dari … menjadi … dan wajah pasien tidak meringis.
Intervensi :
Mandiri
1. Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai indikasi
R: Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensivitas pada cahaya dan
meningkatkan istirahat/relaksasi.
2. Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting.
R: Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri.
3. Letakan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata.
R: Meningkatkan vasokontriksi, penumpukan resepsi sensori yang selanjutnya akan
menurunkan nyeri.
4. Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman, seperti kepala agak tinggi sedikit
pada meningitis.
R: Menurunkan iritasi meningeal, resultan ketidaknyaman lebih lanjut.
5. Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara tepat dan masase otot daerah
leher/bahu..
R: Dapat membantu merelaksasi ketegangan otot yang meningkatkan reduksi nyeri
atau rasa tidak nyaman tersebut.
6. Gunakan pelembab yang agak nyaman pada nyeri leher/punggung jika tidak ada
demam.
R: Meningkatkan relaksasi otot dan menurunkan rasa sakit/rasa tidak nyaman.

Kolaboratif
1. Berikan analgetik, seperti asetaminofen, kodein
R : Mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat. Catatan : Narkotik
mungkin merupakan kontraindikasi sehingga menimbulkan ketidak-akuratan dalam
pemeriksaan neurologis.

Dx 3 : Intoleransi aktivitas b.d. kelemahan pada ekstrimitas ditandai dengan respon


terhadap aktivitas menunjukkan nadi dan tekanan darah abnormal, ketidaknyamanan,
kelelahan, kelemahan.
Tujuan : Setelah diberikan askep diharapakan klien toleran terhadap aktivitas.
Kriteria hasil :
 Klien tidak melaporkan kelelahan dan kelemahan
 Nadi dan tekanan darah dalam batas normal

Intervensi :
Mandiri
1. Kaji respon klien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi, peningkatan tekanan
darah, nyeri kepala, keletihan dan kelemahan yang berlebihan.
R : Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respon fisiologis terhadap
stress aktivitas dan bila ada merupakan indicator dari kelebihan kerja yang berkaitan
dengan aktivitas
2. Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energy
R : Teknik menghenat energy mengurangi penggunaan energy, juga membantu
keseimbangan antara suplai dan kebutuhan Oksigen
3. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat
ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan klien.
R : Mwemberikan bantuan sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dalam
melakukan aktivitas.

Dx 4 : Neusea b.d. peningkatan asam lambung ditandai dengan mual dan muntah
Tujuan : setelah diberikan askep selama …x 24 jam diharapkan pasien tidak
mengalami mual/muntah.
Kriteria hasil :
Klien melaporkan rasa tidak mual,tidak ada peningkatan saliva, klien mau makan, tidak
ada rasa asam di mulut.
Intervensi :
1. Dorong pasien untuk makan sedikit tapi sering dan untuk makan perlahan. Anjurkan
makan makanan yang cair lembut dan hangat, dan hindari makan yang mengandung
lemak, serat, makan yang berbumbu dan kafein.

R : Makanan tipe tersebut biasanya dapat ditoleransi dengan baik.

2. Singkirkan pemandangan dan bau yang tidak sedap dari area makan.

R : Bau tidak sedap menyebabkan rasa mual.

3. Dorong klien untuk istirahat pada posisi semi fowler setelah makan dan mengganti
posisi setelah makan.

R : Mempertahankan makanan agar tidak timbul sensasi mual.

Dx 5 : Risiko cedera b.d. hipoksia jaringan


Tujuan : setelah diberikan askep selama …x 24 jam diharapkan pasien tidak
mengalami risiko cedera
Kriteria hasil :
tidak terjadi tanda-tanda cedera pada klien.
Intervensi :
1. Pertahankan penghalang tempat tidur tetap terpasang.
R : tempat tidur dengan penghalang dapat mengurangi risiko cedera.
2. Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai indikasi
R : Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensivitas pada cahaya dan
meningkatkan istirahat/relaksasi.

Dx 6 : Gangguan pola tidur b.d. sering terbangun sekunder akibat ganguan sirkulasi
vaskuler ditandai dengan kesukaran untuk tetap tidur, terbangun dalam waktu yang
lama, insomnia dalam waktu lama.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x24 maka diharapkan pola
tidur pasien kembali normal
Kriteria hasil :
• Pasien tidak terlihat pucat dan gelisah dan tidak ada kantong mata.
• Tidak mengalami kesukaran untuk tidur dan dapat tetap tertidur.
Intervensi :
1. Kaji tingkat pola tidur pasien.
R : Untuk menentukan intervensi selanjutnya
2. Tentukan kebiasaan tidur dan perubahan yang tejadi.
R : Mengkaji dan mengidentifikasi intervensi yang tepat.
3. Berikan tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik pribadi, missal, boneka dental
atau guling.
R : Meningkatkan kenyamanan tidur serta dukungan fisiologis/psikologis.
4. Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan lingkungan baru.
R : Bila rutinitas baru mengandung aspek sebanyak kebiasaan lama, stress dan
ansietas yang berhubungan dapat berkurang.
5. Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur, missal : mandi air hangat dan masase,
segelas susu hangat sebelum tidur.
R : Untuk efek relaksasi. Cacatan : susu mempunyai kualitas soporific, meningkatkan
sistensis serotonin, neorotransmitter yang membantu pasien tertidur dan tidur lama.
6. Kurangi kebisingi dan lampu.
R/ : Memberikan situasi kondusif untuk tidur.
4. Evaluasi

No. Evaluasi
Dx
I Implementasi dinyatakan berhasil jika dalam waktu…x 24 jam perfusi jaringan
cerebral kembali efektif dengan memenuhi kriteria hasil sebagai berikut :
- Tidak terjadi perubahan reaksi pupil, tidak terjadi kelemahan ekstimitas atau
paralisis, tidak terjadi perubahan resppon motorik.

II Implementasi dinyatakan berhasil jika dalam waktu…x 24 jam nyeri kepala


terkontrol dengan memenuhi kriteria hasil sebagai berikut :
- Skala nyeri berkurang dari … menjadi …
- wajah pasien tidak meringis.
III Implementasi dinyatakan berhasil jika dalam waktu…x 24 jam klien toleran
terhadap aktivitas dengan memenuhi kriteria hasil:
- Klien tidak melaporkan kelelahan dan kelemahan.

- Nadi dan tekanan darah dalam batas normal.


IV Implementasi dinyatakan berhasil jika dalam waktu…x 24 jam pasien tidak
mengalami mual, muntah dengan memenuhi kriteria hasil:
- Klien melaporkan rasa tidak mual.
- Tidak ada peningkatan saliva.
- Klien mau makan.
- Tidak ada rasa asam di mulut.
V Implementasi dinyatakan berhasil jika dalam waktu…x 24 jam pasien tidak
mengalami risiko cedera dengan memenuhi kriteria hasil:
- tidak terjadi tanda-tanda cedera pada klien.
VI Implementasi dinyatakan berhasil jika dalam waktu…x 24 jam pola tidur pasien
kembali normal dengan memenuhi kriteria hasil:
- Pasien tidak terlihat pucat dan gelisah dan tidak ada kantong mata.
- Tidak mengalami kesukaran untuk tidur dan dapat tetap tertidur.
Pathway migrain

Makanan yang mengandung


tiramin, monosodium, Faktor psikologis Faktor lingkungan dan polusi
glutamat, nitrit dan produk
susu

Migrain

Pembuluh ekstrakranial dan Vasokontriksi arteri kulit dan


intrakranial mengalami dilatasi pembuluh darah retina

Iskemik kortikal
Peningkatan TIK Hiperpermeabilitas
pembuluh darah
Perpusi jaringan
Menstimulasi hipotalamus tidak efektif
dan nervus vagus
Peradangan lokal
Gangguan penglihatan,
Peningkatan asam kesemutan, pusing dan
lambung lemah pada ekstrimitas
Nyeri

Nausea
Risiko
Sakit kepala berat
cedera Intoleransi
aktivitas
Muncul di waktu
tertentu

Gangguan pola
tidur
DAFTAR PUSTAKA

1. Doenges, Marilyn E, dkk.(1999).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa, I Made Kariasa,
N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester, Yasmin asih. Ed.3.
Jakarta : EGC.
2. Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G.(2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth.Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk.Editor edisi bahasa
Indonesia, Monica Ester.Ed.8.Jakarta : EGC.

3. http://www.wartamedika.com/
20 Januari 2006

4. http://blog.asuhankeperawatan.com/414askep/migrain/.

You might also like