You are on page 1of 7

TUGAS

KOMUNIKASI DATA DAN JARINGAN KOMPUTER

Dosen Pembimbing Akademik:


Handrizal, S.Si, M.Comp.Sc

Disusun oleh:
Adam Yosafat Noverico Damanik
NIM: 161401116

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER


FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
Spread spectrum adalah teknik komunikasi yang dikategorikan oleh lebar bandwidth and
tenaga yang rendah. Komunikasi spread spectrum menggunakan berbagai teknik modulasi techniques
pasa Wireless LANs dan mempunyai banyak keuntungan diatas penggunaanya, komunikasi Narrow
band. Sinyal spread spectrum berbenuk seperti noise, sulit dideteksi, dan bahkan sulit untuk
didemodulasi tanpa perlengkapan yang sulit.
Pada tahun 1980an, FCC melaksanakan peraturan membuat teknologi spread spectrum yang
dapat digunakan publik dan mendorong penelitian dan investigasi agar dapat dikomersialisasikan.
Disamping itu Wireless LAN (WLAN), Wireless Personal Area Network (WPAN), Wireless
Metropolitan Area Network (WMAN), dan Wireless Wide Area Network (WWAN) juga mendapat
keuntungan dari penggunaan teknologi spread spectrum.
Diketahui terdapat banyak implementasi teknologi spread spectrum yag berbeda, namun
hanya dua tipe yang disetujui oleh FCC. Undang-undang menetapkan alat spektrum yang disebarkan
di Title 47. Regulasi FCC membedakan dua teknologi spread spectrum yaitu Direct Sequence Spread
Spectrum (DSSS) dan Frequency Hopping Spread Spectrum (FHSS).

1. Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS)

Direct sequence spread spectrum dikenal dan banyak digunakan pada tipe spread spectrum,
menngunakan implementasi dan data rate yang tinggi. DSSS merupakan metode pengiriman data
dimana system pengirim dan penerima bekerja pada frekuensi 22 MHz.
DSSS menggabungkan sinyal data pada stasiun pengirim dengan suatu data rate bit sequence
yang lebih tinggi, yang dikenal sebagai chipping code atau processing gain. Processing gain yang
tinggi meningkatkan tahanan sinyal terhadap interferensi. Adapun standar processing gain dari
FCC adalah minimum 10, seddangkan 802.11 IEEE menetapkan minimum 11.
Berikut blok diagram dari DSSS.

Proses direct sequence memodulasi carrier dengan suatu code sequence. Jumlah “chips”
dalam code tersebut akan menentukan seberapa besar penyebaran (spreading) yang terjadi, dan
jumlah chip per bit dan laju code (dalam chip per detik) akan menentukan data rate. Adapun yang
perlu diatur di dalam teknologi DSSS adalah band frekuensi dan pengaturan saluran.

Band Frekuensi
Pada 2.4 GHz ISM band, IEEE menetapkan penggunaan DSSS pada data rate 1 atau 2 Mbps
menurut standar 802.11. Sedangkan untuk standar 802.11b (high-rate wireless) menetapkan data
rate sebesar 5.5 dan 11 Mbps. Piranti IEEE 802.11b yang bekerja pada 5.5 atau 11 Mbps mampu
berkomunikasi dengan piranti-piranti 802.11 yang bekerja pada 1 atau 2 Mbps karena standar
802.11b menyediakan backward compatibility. Atau dengan kata lain, user yang menggunakan
piranti-piranti 802.11 tidak perlu mengupgrade keseluruhan piranti LAN nirkabel mereka untuk
dapat menggunakan piranti-piranti 802.11b pada jaringan mereka. Sedangkan teknologi 802.11g
menjadi teknologi 54 Mbps pertama yang memiliki backward compatibility dengan piranti 802.11
dan 802.11b. Teknologi 802.11g merupakan sistem direct sequence yang bekerja pada 2.4 GHz
ISM band yang dapat mengirimkan data hingga mencapai data rate sebesar 54 Mbps.

Co-Channel
Berbeda dengan frequency hopping system yang menggunakan hop sequences untuk
mendefinisikan saluran, direct sequence system menggunakan suatu definisi saluran yang lebih
konvensional. Tiap saluran merupakan suatu band frekuensi yang bersebelahan yang lebarnya 22
MHz. Saluran 1, misalnya, bekerja dari frekuensi 2,401 GHz sampai 2,432 GHz (2,412 GHz ± 11
MHz); saluran 2 bekerja dari 2,406 sampai 2,429 GHz (2.417 ± 11 MHz), dan seterusnya. Berikut
visualisasinya.

Terlihat bahwa saluran 1 dan 2 bertumpang tindih (overlap) dengan suatu besaran yang
signifikan. Pemakaian sistem DSSS dengan saluran-saluran yang bertumpang-tindih (overlapping
channel) akan menimbulkan interferensi antar-sistem tersebut. Jika kita melihat gambar di atas
maka terdapat jarak 5 Mhz dari masing-masing frekuensi sentral (mis. saluran 1 f-sentral = 2,412
GHz sedangkan saluran 2 f-sentral = 2,417 dan seterusnya). Maka dengan demikian saluran-
saluran hanya boleh ditempatkan pada lokasi yang sama dan yang terpisah satu sama lain yaitu
saluran 1, 6 dan 11 tidak bertumpang-tindih; saluran 2 dan 7 tidak bertumpang-tindih, dan
seterusnya.
2. Frequency Hopping Spread Spectrum (FHSS)

Frequency Hopping Spread Spectrum merupakan teknik spread spectrum yang menggunakan
teknik lompatan frekuensi yang berubah-ubah pada sinyal carrier untuk membawa suatu data
informasi. Sinyal carrier atau sinyal pembawa mengubah-ubah frekuensi, atau melompat menurut
urutan yang bersifat pseudorandom. Urutan pseudorandom ini digunakan sebagai suatu daftar
beberapa frekuensi ke arah mana pembawa akan melompat pada suatu interval waktu yang
ditetapkan sebelum terjadi pengulangan pola tersebut. Transmiter menggunakan urutan lompatan
ini untuk memilih frekuensi pemancarnya. Apabila daftar frekuensi tersebut telah terpakai semua,
maka transmiter atau pemancar akan mengulangi urutan tersebut. Berikut blok diagram FHSS.

Karena kompleksnya teknologi yang digunakan pada FHSS maka dibuat standarisasi aturan.
IEEE mengeluarkan standarisasi operasi yang meliputi beberapa kategori sistem di antaranya:
 Band Frekuensi
 Hop Sequences
 Dwell Time
 Data Rate
Keempat parameter tersebut perlu diatur dan distandardkan agar seluruh sistem yang
memanfaatkan teknologi FHSS ini dapat saling kompetibel dan bisa digunakan antara yang satu
dengan yang lain.

Band Frekuensi
IEEE 802.11 menetapkan standart data rates sebesar 1 Mbps dan 2 Mbps, sedangkan OpenAir
(suatu standar yang diciptakan oleh forum antar operasi LAN nirkabel yang sekarang tidak
berfungsi) menetapkan data rates sebesar 800 kbps dan 1.6 Mbps. Agar suatu frequency hopping
systems berada pada 802.11 atau sesuai dengan OpenAir, maka ia harus beroperasi pada band
frekuensi 2.4 GHz ISM (yang didefinisikan oleh FCC berada pada kisaran dari 2.4000 GHz sampai
2.5000 GHz). Kedua standar ini memungkinkan operasi pada kisaran frekuensi 2.4000 GHz
sampai 2.4833 GHz, atau dengan kata lain frequency hopping band memiliki lebar lebih dari 83
MHz.

Hop Sequence
Untuk menentukan saluran yang digunakan pada FHSS menggunakan hop sequence.
Frekuensi hopping bekerja menggunakan hop pattern yang disebut dengan channel. Berikut
analogi dari teknik FHSS, dimana pada tiap periode waktu tertentu sinyal carrier akan mengalami
perubahan frekuensi.
Dari frekuensi di atas dimungkinkan terdapat pembagian frekuensi hingga 79 sinkronisasi
(2.401 GHz – 2.479 GHz dengan masing-masing kanal 1 MHz), dimana dengan system sebanyak
ini setiap frekuensi hopping radio membutuhkan sinkronisasi dengan yang lain tanpa adanya
interferensi. Frequency hopping system secara tipikal menggunakan 26 pola lompatan sesuai
standar dari FCC. Berikut contoh sederhana untuk membantu kita memperjelas maksud hop
sequence. Pada gambar di bawah ini memperlihatkan suatu frequency hopping system yang
menggunakan urutan lompatan (hop sequence) sebanyak 5 frekuensi pada suatu band yang
berukuran 5 MHz. Dalam contoh ini urutannya adalah:
1. 2.449 GHz
2. 2.452 GHz
3. 2.448 GHz
4. 2.450 Ghz
5. 2.451 Ghz
Sedangkan visualisasinya sebagai berikut.

Setelah radio memancarkan informasi pada pembawa 2.451 GHz, radio tersebut akan
mengulang hop sequence (urutan lompatan), kemudian dimulai lagi dari frekuensi 2.449 GHz.

Dwell Time
Dalam FHSS kita tahu bahwa frekuensi dari carrier akan berpindah-pindah atau melompat-
lompat dari frekuensi yang satu ke frekuensi yang lain. Penempatan carrier pada suatu frekuensi
memiliki waktu tertentu. Waktu inilah yang dinamakan dwell time. Atau dengan kata lain, dwell
time merupakan rentang lamanya waktu yang diperlukan oleh sistem untuk menempati suatu kanal
tertentu, sehingga carrier masih akan berada pada suatu frekuensi tertentu selama jangka waktu
yang ditetapkan. Ketika dwell time habis, sistem akan berganti ke frekuensi yang berbeda dan
memulai untuk mengirim lagi.

Hop Time
Pada saat suatu frequency hopping radio melompat dari frekuensi A ke frekuensi B maka ia
harus mengubah frekuensi pancar dalam salah satu dari dua cara yaitu, radio tersebut harus beralih
ke suatu rangkaian yang berbeda yang telah diselaraskan dengan frekuensi baru tersebut, atau ia
harus mengubah sebagian elemen dari rangkaian yang ada untuk menyelaraskan dengan frekuensi
baru tersebut. Pada tiap cara, proses peralihan ke frekuensi baru harus tuntas sebelum transmisi
dapat dijalankan kembali, dan perubahan ini membutuhkan waktu karena adanya latensi listrik
yang inheren dalam sistem rangkaian. Terdapat sedikit waktu selama perubahan frekuensi ini
dimana radio tersebut tidak memancar, yang disebut hop time. Hop time diukur dalam mikrodetik
(μs) dan dengan dwell time yang relatif panjang yaitu sekitar 100-200 ms, hop time menjadi tidak
signifikan. Sistem FHSS 802.11 yang tipikal melompat antar saluran dalam waktu 200-300 μs.
Referensi

https://firmansyah2308.wordpress.com/tag/fhss/
http://itworldb.blogspot.co.id/2014/07/teknologi-spread-spectrum.html
https://tewe.wordpress.com/2008/05/29/spread-spectrum/

You might also like