You are on page 1of 28

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Multiple sklerosis adalah suatu penyakit autoimun yang ditandai oleh
pembentukan antibody terhadap myelin susunan saraf pusat. System saraf perifer
tidak terkena. Respon peradangan berperan menimbulkan penyakit dengan
menyebabkan pembengkakan dan edema yang merusak neuron neuron dan
menyebabkan pembentukan flak jaringan parut pada myelin.
Mutiple sklerosis merupakan penyakit berat yang secara medis obatnya
sampai detik ini belum ditemukan dan sampai sekarang belum ada orang yang
sembuh 100 %. Multiple sclerosis memang merupakan penyakit yang terasa atau
kelihatan cukup aneh, bukan saja bagi orang lain tetapi juga bagi penderitanya
sendiri. Gejala gejala yang timbul terjadi secara tiba tiba dan bias hilang lagi secara
sekejap. Atau menetap selama berhari hari atau berminggu minggu atau bahkan
berbulan bulan.(Clark,1991)
Sklerois multipel lebih sering ditemukan pada area dengan suhu sedang
dibandingkan daerah iklim tropis. Perbedaan etnis pada insidensi penyakit merupakan
argument kerentanan genetic terhadap kondisi ini. Akan tetapi, variasi geografis juga
memperlihatkan peran factor lingkungan, misalnya virus. Hal ini terutama terlihat
dari ‘ epidemi ‘ munculnya sklerosis multiple, misalnya pada kepulauan Faroe dan
Islandia. Terdapat juga bukti bahwa orang yang dilahirkan pada area berisiko tinggi
untuk sklerosis multiple akan membawa risiko tersebut jika mereka pindah ke area
dengan resiko rendah dan sebaliknya, tetapi hanya jika perpindahan terjadi pada usia
remaja. Hal ini menunjukan bahwa virus yang berdasarkan hipotesis bekerja pada
decade pertama atau kedua kehidupan.
Penyakit ini lebih sering terjadi pada perempuan daripada laki-laki ( kira-kira
1,5 : 1 ). Penyakit dapat terjadi pada segala umur, walaupun onset pertama jarang
terjadi pada anak-anak dan orang usia lanjut. Biasanya usia munculnya gejala antara
20-40 tahun. di Inggris, prevalensinya diperkirakan 1 dari 1000. ( Lionel Ginsberg,
2008, hal 144 )
Seluruh tubuh manusia bagian terluar terbungkus oleh suatu sistem yang
disebut sebagai sistem integumen. Sistem integumen adalah sistem organ yang paling
luas.Sistem ini terdiri atas kulit dan aksesorisnya, termasuk kuku, rambut, kelenjar
(keringat dan sebaseous), dan reseptor saraf khusus (untuk stimuli perubahan internal
atau lingkungan eksternal).
Sistem integumen terdiri dari organ terbesar dalam tubuh, kulit. Ini sistem
organ yang luar biasa melindungi struktur internal tubuh dari kerusakan, mencegah
dehidrasi, lemak toko dan menghasilkan vitamin dan hormon. Hal ini juga membantu
untuk mempertahankan homeostasis dalam tubuh dengan membantu dalam
pengaturan suhu tubuh dan keseimbangan air. Sistem integumen adalah garis pertama
pertahanan tubuh terhadap bakteri, virus dan mikroba lainnya. Hal ini juga membantu
untuk memberikan perlindungan dari radiasi ultraviolet yang berbahaya. Kulit adalah
organ sensorik dalam hal ini memiliki reseptor untuk mendeteksi panas dan dingin,
sentuhan, tekanan dan nyeri. Komponen kulit termasuk rambut, kuku, kelenjar
keringat, kelenjar minyak, pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf dan otot.
Mengenai anatomi sistem yg menutupi, kulit terdiri dari lapisan jaringan epitel
(epidermis) yang didukung oleh lapisan jaringan ikat (dermis) dan lapisan subkutan
yang mendasari (hypodermis atau subcutis).

B. Rumusan masalah
Permasalahan yang kami angkat dalam makalah ini adalah bagaimana asuhan
keperawatan pada penyakit multiple sklerosis dan anatomi fisiologi sistem
integumen.

C. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui asuhan keperawatan multiple sklerosis.


2. Untuk mengetahui anatomi fisiologi sistem integumen

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Multipel Sklerosis (MS) adalah penyakit degenerati sistem saraf pusat (SSP)
kronis yang meliputi kerusakan mielin (material lemak & protein dari selaput saraf)
(rencana asuhan keperawatan klinik, hal 247)
MS secara umum dianggap sebagai penyakit autoimun, dimana sistem imun
tubuh sendiri, yang normalnya bertanggung jawab untuk mempertahankan tubuh
terhadap penyakit virus dan bakteri, dengan alasan yang tidak diketahui mulai
menyerang jaringan tubuh normal. Pada kasus ini menyerang sel yang membentuk
mielin. (rencana asuhan keperawatan klinik, hal 247)
MS merupakan penyakit kronis dari sistem saraf pusat degeratif
dikarakteristikan oleh adanya bercak kecil demielinasi pada otak dan medula spinalis.
(KMB, Brunner, hal 2182)
Multiple skleriosis adalah penyakit kronis pada system saraf pusat (SSP) yang
dikateristikan oleh sedikit lapisan dari batas substansia alba pada saraf optic, otak,
dan medulla spinalis.(asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system
persarafan, hal 154)

B. Etiologi
Multiple skleriosis biasanya disebabkan oleh beberapa hal seperti :
a. Lapisan merujuk pada destruksi myelin, lemak dan material protein yang
menutupi lapisan saraf tertentu dalam otak dan medulla spinalis.
b. Lapisan mengakibatkan gangguan transmisisi implus saraf
c. Perubahan inflamasi mengakibatkan jaringan parut (scar) yang berefek
terhadap lapisan saraf
d. Penyebab tidak diketahui tetapi kemungkinan berhubungan dengan disfungsi
autoimun, kelainan genetic, atau proses infeksi
e. Prevalensi terbanyak diwilayah lintang utara dan diantara bangsa (caucasion)

C. Patofisiologi
Multiple Sclerosis ditandai dengan inflamasi kronis, demylination dan gliokis
(bekas luka). Keadaan neuropatologis yang utama adalah reaksi inflamatori, mediasi
imune, demyelinating proses. Yang beberapa percaya bahwa inilah yang mungkin
mendorong virus secara genetik mudah diterima individu. Diaktifkannya sel T
merespon pada lingkungan, (ex: infeksi). T sel ini dalan hubunganya dengan astrosit,
merusak barier darah otak, karena itu memudahkan masuknya mediator imun.
Faktor ini dikombinasikan dengan hancurnya digodendrosyt (sel yang
membuat mielin) hasil dari penurunan pembentukan mielin. Makrofage yang dipilih
dan penyebab lain yang menghancurkan sel. Proses penyakit terdiri dari hilangnya
mielin, menghilangnya dari oligodendrosyt, dan poliferasi astrosyt. Perubahan ini
menghasilkan karakteristik plak , atau sklerosis dengan plak yang tersebar. Bermula
pada sarung mielin pada neuron diotak dan spinal cord yang terserang. Cepatnya
penyakit ini menghancurkan mielin tetapi serat saraf tidak dipengaruhi dan impulsif
saraf akan tetap terhubung. Pada poin ini klien dapat komplain (melaporkan) adanya
fungsi yang merugikan (ex : kelemahan).
Bagaimanapaun mielin dapat beregenerasi dan hilangnya gejala menghasilkan
pengurangan. Sebagai peningkatan penyakit, mielin secara total robek/rusak dan
akson menjadi ruwet. Mielin ditempatkan kembali oleh jeringan pada bekas luka,
dengan bentuk yang sulit, plak sklerotik, tanpa mielin impuls saraf menjadi lambat,
dan dengan adanya kehancuranpada saraf, axone, impuls secara total tertutup, sebagai
hasil dari hilangnya fungsi secara permanen. Pada banyak luka kronik, demylination
dilanjutkan dengan penurunan fungsisaraf secara progresif.

D. Manifestasi Klinis
Tergantung pada area system saraf pusat mana yang terjadi demielinasi :
a. Gejala sensorik : paralise ekstremitas dan wajah, parestesia, hilang sensasi
sendi dan proprioseptif, hilang rasa posisi, bentuk, tekstur dan rasa getar.
b. Gejala motorik : kelemahan ekstremitas bawah, hilang koordinasi, tremor
intensional ekstremitas atas, ataxia ekstremitas bawah, gaya jalan goyah dan
spatis, kelemahan otot bicara dan facial palsy.
c. Deficit cerebral : emosi labil, fungsi intelektual memburuk, mudah
tersinggung, kurang perhatian, depresi, sulit membuat keputusan, bingung
dan disorientasi.
d. Gejala pada medulla oblongata : kemampuan bicara melemah, pusing,
tinnitus, diplopia, disphagia, hilang pendengaran dan gagal nafas.
e. Deficit cerebellar : hilang keseimbangan, koordinasi, getar, dismetria.
f. Traktus kortikospinalis : gangguan sfingter timbul keraguan, frekuensi dan
urgensi sehingga kapasitas spastic vesica urinaria berkurang, retensi akut
dan inkontinensia.
g. Control penghubung korteks dengan basal ganglia : euphoria, daya ingat
hilang, demensia.
h. Traktus pyramidal dari medulla spinalis : kelemahan spastic dan kehilangan
refleks abdomen.

E. Komplikasi
Komplikasi yang biasanya terjadi pada multiple skleriosis adalah :
a. Disfungsi pernafasan
b. Infeksi kandung kemih, system pernafasan dan sepsis
c. Komplikasi dari imobilitas

F. Pemeriksaan Diagnostik
Dalam menegakkan diagnosa multiple skleriosis dibutuhkan beberapa
pemeriksaan penunjang sebagai berikut :
a. Pemeriksaan elektroporesis susunan saraf pusat, antibody Ig dalam SSP yang
abnormal
b. Gambaran MRI ditemukan sedikit scar plag sepanjang substansia alba dari
SSP
c. Penglihatan, pendengaran, dan sematosensorik dengan konduksi lambat
menunjukkan adanya kelainan
d. EEG : Menunjukan gelombang yang abnormal pada bebrapa kasus
e. DCT Scan : gambaran atrofi serebral, Menggambarkan adanya lesi otak,
perbesaran/ pengecilan ventrikel otak
f. Urodinamik : jika terjadi gangguan urinarius.
g. Neuropsikologik : jika mengalami kerusakan kognitifif.

G. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah menghilangkan gejala dan membantu fungsi klien.
Penatalaksanaan meliputi penatalaksanaan pada serangan akut dan kronik
a. Penatalaksanaan serangan akut
1. Hormon kortikosteroid atau adrenokortikosteroid digunakan untuk
menurunkan inflamasi, kekambuhan dalam waktu singkat atau eksaserbasi
(exacerbation)
2. Imunosupresan (immunosuppressant) dapat menstabilkan kondisi penyakit
3. Beta interferon (betaseron)digunakan untuk mepercepat penurunan gejala
b. Penatalaksanaan gejala kronik
1. Pengobatan spastic seperti bacloferen (lioresal), (diantrolene (dantrium),
diazepam (valium), terapi fisik, intervensi pembedaha
2. Control kelelahan dengan namatidin (simmetrel)
3. Pengobatan depresi dengan antidepresan dan konseling
4. Penatalaksanaan kandung kemih dengan antikolinergik dan pemasangan
kateter total
5. Penatalaksanaan BAB dengan laksatif dan supositoria
6. Penatalksanaan rehabilitas dengan terapi fisik dan terapi kerja
7. Control distonia dengan karbamazim (treganol)
8. Penatalaksanaan gejala nyeri dengan karbamazepin (tegratol), tenitoin
(dilantin), perfenazin dengan amitripilin (triavili)

H. Pathway
Faktor predisposisi, virus, respon autoimun dan genetic

Edema dan degenerasi mielin

Diemielinasi yang mengkerut menjadi plak

Lesi skleriosis multiple terjadi pada substansia SSP

Demilinasi

Terhentinya alur implus saraf

BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Identitas
Pada umunya terjadi pada orang-orang yang hidup di daerah utara dengan temperatus
tinggi, terutama pada dewasa muda (20-40th).
b. Keluhan Utama
Muncul keluhan lemah pada anggota badan bahkan mengalami spastisitas /
kekejangan dan kaku otot, kerusakan penglihatan.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Biasanya klien pernah mengalami pengakit autoimun
d. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada umunya terjadi demilinasi ireguler pada susunan saraf pusat perier yang
mengakibatkan erbagai derajat penurunan motorik, sensorik, dan juga kognitif
e. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit ini sedikit lebih banyak ditemukan di antara keluarga yang pernah menderita
penyakit tersebut, yaitu kira-kira 6-8 kali lebih sering pada keluarga dekat.
f. Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai respons emosi
klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam keluarga
dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya, baik
dalam keluarga ataupun dalam masyarakat. Adanya perubahan hubungan dan peran
karena klien mengalami kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pada
pola persepsi dan konsep diri, didapatkan klien merasa tidak berdaya, tidak ada
harapan,mudah marah dan tidak kooperatif.perubahan yang terpenting pada klien
dengan penyakit mutiple sclerosis adalah adanya gangguan afek, berupa euforia.
Keluhan lain yang melibatkan gangguan serebral dapat berupa hilangnya daya ingat
dan dimensia.
g. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Klien dengan mutiple sclerosis umumnya tidak mengalami penurunan kesadaran.
Adanya perubahan pada tanda-tanda vital, meliputi bradikardi, hipotensi, dan
penurunan frekuensi pernapasan berhubungan dengan bercak lesi di medula spinalis.
2. B1 (Breathing)
Pada umumnya klien dengan mutiple sclerosis tidak mengalami gangguan pada
sistem pernapasan.pada beberapa klien yang telah lama menderita mutiple sclerosis
dengan tampak dari tirah baring lama, mengalami gangguan fungsi pernapasan.
Pemeriksaan fisik yang didapat mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Inspeksi umum : didapatkan klien batuk atau penurunan kemampuan untuk batuk
efektif, peningkatan produksi sputum, sesak nafas, dan penggunaan otot bantu napas.
b. Palpasi : taktil premitus seimbang kanan dan kiri
c. Perkusi : adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru
d. Auskultasi : bunyi napas tambahan seperti napas stridor,ronkhi pada klien dengan
peningkatan produksi sekret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering
didapatkan pada klien dengan inaktivitas
3. B2 (Blood)
Pada umumnya klien dengan mutiple sclerosis tidak mengalami gangguan pada
sistem kardiovaskuler.akibat dari tirah baring lama dan inaktivitas biasanya klien
mengalami hipotensi postural.
4. B3 (Brain)
Pengkajian B3 (brain) merupakan pengkajian fokus atau lebih lengkap dibandingkan
pengkajian pada sistem lainnya. Inspeksi umum didapatkan berbagai manifestasi
akibat perubahan tingkah laku.
5. B4 (Bladder)
Disfungsi kandung kemih. Lesi pada traktus kortokospinalis menimbulkan gangguan
pengaturan spingtersehingga timbul keraguan, frekuensi dan urgensi yang
menunjukkan berkurangnya kapasitas kandung kemih yang spatis.selalin itu juga
timbul retensi dan inkontinensia.
6. B5 (Bowel)
Pemenuhan nutrisi berkurang berhubungan dengan asupan nutrisi yang kurang karena
kelemahan fisik umum dan perubahan status kognitif. Penurunan aktivitas umum
klien sering mengalami konstipasi.
7. B6 (Bone)
Pada keadaan pasien mutiple sclerosisbiasanya didapatkan adanya kesuliatan untuk
beraktivitas karena kelemahan spastik anggota gerak.kelemahan anggota gerak pada
satu sisi tubuh atau terbagi secara asimetris pada keempat anggota gerak.merasa lelah
dan berat pada satu tungkai, dan pada waktu berjalan terlihat jelas kaki yang sebelah
terseret maju, dan pengontrolan yang kurang sekali. Klien dapat mengeluh
tungkainya seakan-akan meloncat secara spontan terutama apabila ia sedang berada
di tempat tidur.keadaan spatis yang lebih berat disertai dengan spasme otot yang
nyeri.

3.2 Diagnosa
a. Hambatan mobilitas fisik berhubungan demngan kelemahan, paresis, dan spastisitas
b. Resiko cedera berhubungan dengan kerusakan sensori dan penglihatan, dampak tirah
baring lama dan kelemahan spastic
c. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan kelumpuhan saraf perkemihan

3.3 Intervensi dan Rasional


a. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kelemahan, paresis, dan
spastisitas
Tujuan :
Dalam waktu 3 x 24 jam klien mampu melaksanakan aktifitas fisik sesuai dengan
kemampuannya
Kriteria hasil :
1. Klien dapat ikut serta dalam program latihan
2. Tidak terjadi kontraktor sendi
3. Bertambahnya kekuatan otot
4. Klien menunjukkan tindakkan untuk meningkatkan mobilitas

Intervensi :
1. Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan, kaji secara
teratur fungsi motorik
Rasional : mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktifitas
2. Modifikasi peningkatan mobilitas fisik
Rasional : relaksasi dan koordinasi latihan otot meningkatkan efisiensi otot pada
klien multipel sklerosis.
3. Anjurkan teknik aktifitas dan teknik istirahat
Rasional : klien dianjurkan untuk melakukan aktifitas melelahkan dalam waktu
singkat, karena lamanya latihan yang melelahkan ekstremitas dapat menyebabkan
paresis, kebas, atau tidak ada koordinasi.
4. Ajarkan teknik latihan jalan
Rasional : Latihan berjalan meningkatkan gaya berjalan, karena umumnya pada
keadaan tersebut kaki dan telapak kaki kehilangan sensasi positif.
5. Ubah posisi klien tiap 2 jam
Rasional : menurunkan resiko terjadinya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang
jelek pada daerah yang tertekan.
6. Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstermitas yang tidak sakit
Rasional : Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta
memperbaiki funsi jantung dan pernapasan
7. Lakukan gerak pasif pada ekstermitas yang sakit.
Rasional : otot volunteer akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih
untuk digerakan.
8. Bantu klien melakukan latihan ROM, perawatan diri sesuai toleransi
Rasional : untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuannya
9. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien
Rasional : peningkatan kemampuan dalam mobilisasi ektremitas dapat ditingkatkan
dengan latihan fisik dari tim fisioterapi

b. Resiko cedera berhubungan dengan kerusakan sensori dan penglihatan, dampak


tirah baring lama dan kelemahan spastis
Tujuan :
Dalam waktu 3x 24 jam resiko trauma tidak terjadi

Kriteria hasil :
1. Klien mau berpartisipasi terhadap pencegahan trauma
2. Decubitus tidak terjadi
3. Kontraktur sendi tidak terjadi
4. Klien tidak jatuh dari tempat tidur

Intervensi :
1. Pertahankan tirah baring dan imobilisasi sesuai indikasi
Rasional : meminimalkan rangsangan nyeri akibat gesekkan antara fragmen tulang
dengan jaringan lunak disekitarnya
2. Berikan kacamata yang sesuai dengan klien
Rasional : tameng mata atau kacamata penutup dapat digunakan untuk memblok
implus penglihatan pada satu mata bila klien mengalami diplopia atau penglihatan
ganda
3. Minimalkan efek imobilitas.
Rasional : oleh karena aktifitas fisik dan imobilisasi sering terjadi pada multipel
sklerosis, maka komlikasi yang di hubungkan dengan imobilisasi mencakup
dekubitus dan langka untuk mencegahnya
4. Modifikasi pencegahan cedera
Rasional : pencegahan cedera dilakukan pada klien multipel sklerosis jika disfungsi
motorik menyebabkan masalah dalam tidak ada koordinasi dan adanya kekakuan atau
jika ataksia ada, klien resiko jatuh.
5. Modifikasi lingkungan
Rasional : untuk mengatasi ketidak mampuan, klien di anjurkan untuk dengan kaki
kosong pada ruang yang luas untuk menyediakan dasar yang luas dan untuk
meningkatkan kemampuan berjalan dengan stabil
6. Ajarkan teknik berjalan
Rasional : jika kehilangan sensasi terhadap posisi tubuh, klien di anjurkan untuk
melihat kaki sambil berjalan
7. Berikan terapi okupasi
Rasional : terapi okupasi merupakan sumber yang membantu individu dalam
memberi anjuran dan menjamin bantuan untuk maningkatkan kemandirian
8. Meminimalkan resiko decubitus
Rasional : oleh karena hilangnya sensori dapat menyebabkan bertambahnya
kehilangan gerakkan motoric. Decubitus terus diatasi untuk inegritas kulit.
Penggunaan kursi roda meningkatkan resiko.

9. Inspeksi kulit dibagian distal setiap hari (pantau kulit dan membran mukosa terhadap
iritasi, kemerahan, atau lecet-lecet)
Rasional : deteksi dini adanya gangguan sirkulasi dan hilangnya sensasi resiko tinggi
kerusakan integritas kulit kemungkinan komplikasi imobilisasi
10. Minimalkan spastisitas dan kontraktur
Rasional : spastisitas otot biasa terjadi dan terjadi pada tahap lanjut, yang terlihat
dalam bentuk addukor yang berat pada pinggul, dengan spasme fleksor pada pinggul
dan lutut.
11. Ajarkan teknik latihan
Rasional : latihan setiap hari untuk menguatkan otot diberikan untuk meminimalkan
kontraktur sendi. Perhatian khusus diberikan pada otot-otot paha, otot gatroknemeus,
adductor, biseps dan pergelangan tangan, serta fleksor jari-jari
12. Pertahankan sendi 90 derajad terhadap papan kaki
Rasional : telapak kaki dalam posisi 90 derajad dapat mencegah footdrop
13. Evaluasi tanda/gejala perluasan cedera jaringan (peradangan lokal / sistemik, sperti
peningkatan nyeri, edema dan demam)
Rasional : menilai perkembangan masalah klien
c. Perubahan pola eliminasi urin yang berhubungan dengan kelumpuhan saraf
perkemihan
Tujuan :
Dalam waktu 2 x 24 jam eliminasi urin terpenuhi

Kriteria hasil :
1. Pemenuhan eliminasi urin dapat dilaksanakan dengan atau tidak mengguanakan
keteter
2. Produksi 50 cc/jam
3. Keluhan eliminasi urin tidak ada

Intervensi :
1. Kaji pola berkemih dan catat urin setiap 6 jam
Rasional : mengetahui fungsi ginjal
2. Tingkatkan kontrol berkemih dengan cara berikan dukungan pada klien tentang
pemenuhan eliminasi urin, lakukan jadwal berkemih, ukur jumlah urin tiap 2 jam
Rasional : jadwal berkemih diatur awalnya setiap 1 sampai 2 jam dengan
perpanjangan interfal waktu bertahap. Klien diinstruksikan untuk mengukur jumlah
air yang di minum setiap 2 jam dan mencoba untuk berkemih 30 menit setelah
minum.
3. Palpasi kemungkinan adanya distensi kandung kemih
Rasional : menialai perubahan akibat dari inkontinensial urin
4. Anjurkan klien untuk minum 2000 cc/hari
Rasional : mempertahankan funsi ginjal

Pengertian Sistem Integumen

Seluruh tubuh manusia bagian terluar terbungkus oleh suatu sistem yang disebut
sebagai sistem integumen. Sistem integumen adalah sistem organ yang paling luar. Sistem ini
terdiri atas kulit dan aksesorisnya, termasuk kuku, rambut, kelenjar (keringat dan sebaseous),
dan reseptor saraf khusus (untuk stimuli perubahan internal atau lingkungan eksternal).
Integumen merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin “integumentum“, yang berarti
“penutup”. Sesuai dengan fungsinya, organ-organ pada sistem integumen berfungsi menutup
organ atau jaringan dalam manusia dari kontak luar.

Sistem Integumen pada manusia terdiri dari kulit, kuku, rambut, kelenjar keringat,
kelenjar minyak dan kelenjar susu. Sistem integumen mampu memperbaiki sendiri (self-
repairing) & mekanisme pertahanan tubuh pertama (pembatas antara lingkungan luar tubuh
dengan dalam tubuh).
Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas yang berkontribusi terhadap total berat
tubuh sebanyak 7 %. Keberadaan kulit memegang peranan penting dalam mencegah
terjadinya kehilangan cairan yang berlebihan, dan mencegah masuknya agen-agen yang ada
di lingkungan seperti bakteri, kimia dan radiasi ultraviolet. Kulit juga akan menahan bila
terjadi kekuatan-kekuatan mekanik seperti gesekan (friction), getaran (vibration) dan
mendeteksi perubahan-perubahan fisik di lingkungan luar, sehingga memungkinkan
seseorang untuk menghindari stimuli-stimuli yang tidak nyaman. Kulit membangun sebuah
barier yang memisahkan organ-organ internal dengan lingkungan luar, dan turut
berpartisipasi dalam berbagai fungsi tubuh vital.

2.2 Anatomi Sistem Integumen pada Manusia

Kulit tersusun atas tiga lapisan, yaitu :

2.2.1 Epidermis

Epidermis berasal dari ektoderm, terdiri dari beberapa lapis (multilayer). Epidermis
sering kita sebut sebagai kuit luar.Epidermis merupakan lapisan teratas pada kulit manusia
dan memiliki tebal yang berbeda-beda: 400-600 μm untuk kulit tebal (kulit pada telapak
tangan dan kaki) dan 75-150 μm untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan kaki,
memiliki rambut). Selain sel-sel epitel, epidermis juga tersusun atas lapisan:

1) Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses melanogenesis.Melanosit (sel
pigmen) terdapat di bagian dasar epidermis. Melanosit menyintesis dan mengeluarkan
melanin sebagai respons terhadap rangsangan hormon hipofisis anterior, hormon perangsang
melanosit (melanocyte stimulating hormone, MSH). Melanosit merupakan sel-sel khusus
epidermis yang terutama terlibat dalam produksi pigmen melanin yang mewarnai kulit dan
rambut. Semakin banyak melanin, semakin gelap warnanya. Sebagian besar orang yang
berkulit gelap dan bagian-bagian kulit yang berwarna gelap pada orang yang berkulit cerah
(misal puting susu) mengandung pigmen ini dalam jumlah yang lebih banyak. Warna kulit
yang normal bergantung pada ras dan bervariasi dari merah muda yang cerah hingga cokelat.
Penyakit sistemik juga akan memengaruhi warna kulit . Sebagai contoh, kulit akan tampak
kebiruan bila terjadi inflamasi atau demam. Melanin diyakini dapat menyerap cahaya
ultraviolet dan demikian akan melindungi seseorang terhadap efek pancaran cahaya
ultraviolet dalam sinar matahari yang berbahaya.
2) Sel Langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum tulang, yang
merangsang sel Limfosit T, mengikat, mengolah, dan merepresentasikan antigen kepada sel
Limfosit T. Dengan demikian, sel Langerhans berperan penting dalam imunologi kulit.Sel-
sel imun yang disebut sel Langerhans terdapat di seluruh epidermis. Sel Langerhans
mengenali partikel asing atau mikroorganisme yang masuk ke kulit dan membangkitkan
suatu serangan imun. Sel Langerhans mungkin bertanggungjawab mengenal dan
menyingkirkan sel-sel kulit displastik dan neoplastik. Sel Langerhans secara fisik
berhubungan dengan saraf-sarah simpatis , yang mengisyaratkan adanya hubungan antara
sistem saraf dan kemampuan kulit melawan infeksi atau mencegah kanker kulit. Stres dapat
memengaruhi fungsi sel Langerhans dengan meningkatkan rangsang simpatis. Radiasi
ultraviolet dapat merusak sel Langerhans, mengurangi kemampuannya mencegah kanker.

3) Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris dan berhubungan
fungsi dengan sistem neuroendokrin difus.

4) Keratinosit, lapisan eksternal kulit tersusun atas keratinosit (zat tanduk) dan lapisan ini akan
berganti setiap 3-4 minggu sekali. Keratinosit yang secara bersusun dari lapisan paling luar
hingga paling dalam sebagai berikut:

a) Stratum Korneum, terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng, tanpa inti dengan sitoplasma yang
dipenuhi keratin. Lapisan ini merupakan lapisan terluar dimana eleidin berubah menjadi
keratin yang tersusun tidak teratur sedangkan serabut elastis dan retikulernya lebih sedikit
sel-sel saling melekat erat.Lebih tebal pada area-area yang banyak terjadi gesekan (friction)
dengan permukaan luar, terutama pada tangan dan kaki. Juga merupakan lapisan keratinosit
terluar yang tersusun atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati dan tidak berinti.

b) Stratum Lucidum, tidak jelas terlihat dan bila terlihat berupa lapisan tipis yang homogen,
terang jernih, inti dan batas sel tak terlihat. Stratum lucidum terdiri dari protein
eleidin.Merupakan lapisan sel gepeng yang tidak berinti dan lapisan ini banyak terdapat pada
telapak tangan dan kaki.

c) Stratum Granulosum, terdiri atas 2-4lapis sel poligonal gepeng yang sitoplasmanya berisikan
granul keratohialin. Pada membran sel terdapat granula lamela yang mengeluarkan materi
perekat antar sel, yang bekerja sebagai penyaring selektif terhadap masuknya materi asing,
serta menyediakan efek pelindung pada kulit.2/3 lapisan ini merupakan lapisan gepeng,
dimana sitoplasma berbutir kasar serta mukosa tidak punya lapisan inti.

d) Stratum Spinosum,tersusun dari beberapa lapis sel di atas stratum basale. Sel pada lapisan ini
berbentuk polihedris dengan inti bulat/lonjong. Pada sajian mikroskop tampak mempunyai
tonjolan sehingga tampak seperti duri yang disebut spinadan terlihat saling berhubungan dan
di dalamnya terdapat fibril sebagaiintercellularbridge.Sel-sel spinosum saling terikat dengan
filamen; filamen ini memiliki fungsi untuk mempertahankan kohesivitas (kerekatan) antar sel
dan melawan efek abrasi. Dengan demikian, sel-sel spinosum ini banyak terdapat di daerah
yang berpotensi mengalami gesekan seperti telapak kaki.

e) Stratum Basal/Germinativum, merupakan lapisan paling bawah pada epidermis, tersusun dari
selapis sel-sel pigmen basal, berbentuk silindris dan dalam sitoplasmanya
terdapat melanin.Pada lapisan basile ini terdapat sel-sel mitosis.

Gambar 1. Struktur Epidermis

2.2.2 Dermis

Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai “True
Skin” karena 95% dermis membentuk ketebalan kulit. Terdiri atas jaringan ikat yang
menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis.
Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.Kulit jangat atau
dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan kandung rambut, kelenjar
keringat, kelenjar-kelenjar palit atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah
bening, dan otot penegak rambut (muskulus arektor pili). Lapisan ini elastis dan tahan lama,
berisi jaringan kompleks ujung-ujung syaraf, kelenjar sudorifera, kelenjar. Sebasea, folikel
jaringan rambut dan pembuluh darah yang juga merupakan penyedia nutrisi bagi lapisan
dalam epidermis.

Dermis atau cutan (cutaneus), yaitu lapisan kulit di bawah epidermis. Penyusun
utama dari dermis adalah kolagen. Membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan
kekuatan dan struktur pada kulit, memiliki ketebalan yang bervariasi bergantung pada daerah
tubuh dan mencapai maksimum 4 mm di daerah punggung. Dermis terdiri atas dua lapisan
dengan batas yang tidak nyata, yaitu stratum papilare dan stratum reticular.

1) Stratum papilare, yang merupakan bagian utama dari papila dermis, terdiri atas jaringan ikat
longgar. Pada stratum ini didapati fibroblast, sel mast, makrofag, dan leukosit yang keluar
dari pembuluh (ekstravasasi). Lapisan papila dermis berada langsung di bawah epidermis
tersusun terutama dari sel-sel fibroblas yang dapat menghasilkan salah satu bentuk kolagen,
yaitu suatu komponen dari jaringan ikat. Dermis juga tersusun dari pembuluh darah dan
limfe, serabut saraf , kelenjar keringat dan sebasea, serta akar rambut. Suatu bahan mirip gel,
asam hialuronat, disekresikan oleh sel-sel jaringan ikat. Bahan ini mengelilingi protein dan
menyebabkan kulit menjadi elastis dan memiliki turgor (tegangan). Pada seluruh dermis
dijumpai pembuluh darah, saraf sensorik dan simpatis, pembuluh limfe, folikel rambut, serta
kelenjar keringat dan palit. Lapisan ini tipis mengandung jaringan ikat jarang.

2) Stratum retikulare, yang lebih tebal dari stratum papilare dan tersusun atas jaringan ikat padat
tak teratur. Terdiri atas serabut-serabut penunjang (kolagen, elastin, retikulin), matiks (cairan
kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat serta fibroblas). Serta terdiri dari sel fibroblast
yang memproduksi kolagen dan retikularis yang terdapat banyak pembuluh darah , limfe,
akar rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebaseus. Komponen dari lapisan ini berisi
banyak struktur khusus yang melaksanakan fungsi kulit terdiri dari :

a) Kelenjar sebaceous / sebasea (kelenjar lemak)

Menghasilkan sebum, zat semacam lilin, asam lemak atau trigliserida bertujuan
untuk melumasi permukaan kulit dikeluarkan melalui folikel rambut yang
mengandung banyak lipid. pada orang yang jenis kulit berminyak maka sel kelenjar
sebaseanyalebih aktif memproduksi minyak, dan bila lapisan kulitnya tertutup oleh
kotoran,debuatau kosmetik menyebabkan sumbatan kelenjar sehingga terjadi pembengkakan.
Padagambar dibawah terlihat kelenjar sebasea yang berwarna kuning dan
disebelah kanannya terdapat kelenjar keringat.

Gambar 2. Kelenjar Sebasea

b) Eccrine sweat glands atau kelenjar keringat


Walaupun stratum korneum kedap air, namun sekitar 400 mL air dapat keluar dengan
cara menguap melalui kelenjar keringat tiap hari. Seorang yang bekerja dalam r u a n g a n
mengekskresikan 200 mL keringat tambahan, dan bagi orang yang
a k t i f jumlahnya lebih banyak lagi. Selain mengeluarkan air dan panas, keringat
jugamerupakan sarana untuk mengekskresikan garam, karbondioksida, dan dua
molekulorganik hasil pemecahan protein yaitu amoniak dan urea. Terdapat dua
jenis kelenjar keringat, yaitu kelenjar keringat apokrin dan kelenjar keringat merokrin.

Gambar 3. Kelenjar Keringat

c) Pembuluh darah

Dilapisan dermis sangat kaya dengan pembuluh darah yang memberi


nutrisi penting untuk kulit, baik vitamin, oksigen maupun zat-zat penting lainnya
untuk metabolisme sel kulit, selain itu pembuluh darah juga bertugas mengatur
suhu tubuhmelalui mekanisme proses pelebaran atau dilatasi pembuluh darah.Aliran
darah untuk kulit berasal dari subkutan tepat di bawah dermis. Arterimembentuk
anyaman yang disebut retecutaneum yaitu anyaman pembuluh darah di jaringan
subkutan, tepat di bawah dermis. Cabang-cabang berjalan ke superficial danke dalam.
Fungsi vaskularisasi yang ke dalam ini adalah untuk memelihara jaringan lemak
dan folikel rambut.Cabang yang menembus stratum reticulare, memberi cabangke folikel
rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebasea.

d) S e r a t e l a s t i n d a n k o l a g e n

Semua bagian pada kulit harus diikat menjadi satu, dan pekerjaan
ini dilakukan oleh sejenis protein yang ulet yang dinamakan kolagen.
Kolagen merupakan komponen jaringan ikat yang utama dan dapat ditemukan pada berbagai
jenis jaringanserta bagian tubuh yang harus diikat menjadi satu. Protein ini
dihasilkan oleh sel-seldalam jaringan ikat yang dinamakan fibroblast. Kolagen
diproduksi dalam bentuk serabut yang menyusun dirinya dengan berbagai cara untuk
memenuhi berbagai fungsiy a n g s p e s i f i k . Pada kulit serabut kolagen tersusun dengan
pola rata yang saling menyilang.
Kolagen bekerja bersama serabut protein lainnya yang dinamakan elastin
yangm e m b e r i k a n e l a s t i s i t a s p a d a k u l i t . Kedua tipe serabut ini secara bersama-
samamenentukan derajat kelenturan dan tonus pada kulit. Perbedaan serat E l a s t i n
d a n kolagen, adalah serat elastin yang membuat kulit menjadi elastin dan lentur
sementara kolagen yang memperkuat jaring-jaring serat tersebut. Serat elastin dan
kolagen itusendiri akan berkurang produksinya karena penuaan sehingga kulit
mengalami kehilangan kekencangan dan elastisitas kulit.

e) Syaraf nyeri dan reseptor sentuh

Kulit juga seperti organ lain terdapat cabang-cabang saraf spinal dan
permukaanyang terdiri dari saraf-saraf motorik dan saraf sensorik. Ujung saraf motorik
berguna untuk menggerakkan sel-sel otot yang terdapat pada kulit, sedangkan
saraf sensorik berguna untuk menerima rangsangan yang terdapat dari luar atau kulit. Pada
kulit ujung- ujung , saraf sensorik inimembentuk bermacam-macam
kegiatan u n t u k menerima rangsangan.

3) Subkutan atau Hipodermis

Pada bagian subdermis ini terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak
di dalamnya.Pada lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah dan getah
bening. Untuk sel lemak pada subdermis, sel lemak dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa.
Lapisan terdalam yang banyak mengandung sel liposit yang menghasilkan banyak lemak.
Disebut juga panikulus adiposa yang berfungsi sebagai cadangan makanan. Berfungsi juga
sebagai bantalan antara kulit dan setruktur internal seperti otot dan tulang. Sebagai mobilitas
kulit, perubahan kontur tubuh dan penyekatan panas.Sebagai bantalan terhadap trauma.
Tempat penumpukan energi.

Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan limfe, saraf-
saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-cabang dari pembuluh-pembuluh
dan saraf-saraf menuju lapisan kulit jangat. Jaringan ikat bawah kulit berfungsi sebagai
bantalan atau penyangga benturan bagi organ-organ tubuh bagian dalam, membentuk kontur
tubuh dan sebagai cadangan makanan. Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak bervariasi
sepanjang kontur tubuh, paling tebal di daerah pantat dan paling tipis terdapat di kelopak
mata. Jika usia menjadi tua, kinerja liposit dalam jaringan ikat bawah kulit juga menurun.
Bagian tubuh yang sebelumnya berisi banyak lemak, lemaknya berkurang sehingga kulit
akan mengendur serta makin kehilangan kontur.

Gambar 4 . Struktur Kulit

2.2.3 Skin Appendages atau /Struktur asesoris kulit

Skin Appendages/adnexa kulit merupakan struktur tambahan kulit. Derivat


kulit berasal dari epidermis, terdiri dari kelenjar sudorifera, kelompok sebasea, rambut dan
folikelrambut serta kuku. Nama lainnya appendages kulit / adneksa kulit / struktur tambahan
kulit.

1) Rambut dan folikel rambut

Rambut terdiri dari batang yang trletak diatas permukaan kulit dan akar rambut yang
terletak di dalam kulit. Folikel rambut merupakan jaringan yang meliputi akar rambut.
Rambut terdiri dari medula yang terdiri dari keratin lunak dan kortex s e r t a kutikula yang
terdiri dari keratin keras.

a. Medula merupakan bagian tengah rambut, terdiri dari sel-sel yang mengalami keratinisasi .
Sel-selnya terpisah satu sama lain, dan antara sel-sel kadang-kadang terdapat
udara / cairan. Bagian ini tak terdapat pada rambut tipis / halus.

b. Kortex merupakan bagian terbesar dari rambut, terdiri dari sel-sel berbentuk runcing,yang
mengalami keratinisasi dan banyak mengandung pigmen.

c. Kutikula merupakan membran tipis, terdiri dari sel-sel pipih/gepeng yang


mengalamikeratinisasi, transparan. Secara mikroskopis tersusun seperti genting, terdiri dari
1-3lapis sel-sel yang sebagian mengalami kretinisme.
Folikel rambut terdiri dari kompnen dermis dan epidermis. Pada dasarnya
folikelrambut bagian dermis terlihat menonjol, disebut papila yang terdiri dari :
jaringan ikat, pembuluh darah dan sel-sel saraf. Bagian luar papila diliputi sel-sel epitel
yang disebutgerminal matri, dan ujung folikel rambut tampak membesar. Sel-sel
germinal matrik ( p u n c a k p a p i l a ) berproliferasi membentuk rambut yang dapat
tumbuh terus. B a g i a n sentral Germinal Matrik (puncak papila) membentuk bagian
medula rambut dan kortex.Bagian perifer membentuk selubung akar rambut yaitu
selubung akar dalam dan selubungakar luar. Selubung akar dalam hanya pada bagian bawah
folikel, terdiri dari 3 lapisan yaitu lapisan kutikula merupakan lapisan dalam, dekat kutikula
dari kortek rambut terdiridari sel-sel pipih. Lapisan Husley, merupakan lapisan tengah
dan Lapisan Henle yaitulapisan luar, terdiri dari 1 lapis sel yang seluruhnya mengalami
keratinisasi. S e l - s e l selubung akar dalam mempunyai keratohialin yang bersifat asidofil
dan disebut granulatrichohyalin, yang dengan H.E. tampak kemerahan.

Gambar 5. Struktur Rambut

2) Kuku

Kuku berpoliferasi membentuk matriks kuku, epidermis yang tepat di


bawahnyamenjadi dasar kuku yang berbentuk U bila dilihat dari atas dan diapit oleh lipatan
kulityang merupakan dinding kuku. Lempeng kuku terdiri dari sisik epidermis yang
menyatuerat dan tidak mengelupas. Badan kuku berwarna bening sehingga kelihatan
kemerahankarena ada pembuluh kapiler darah di dalam dasr kuku.Sel-sel stratum korneum
meluas dari dinding kuku ke permukaan lempeng kukusebgai epikondrium atau
kutikula. Kuku tumbuh dari akarnya yang terletak di bawah lapisan tipis kulit yang
dinamakan kutikula. Pertumbuhan kuku berlangsung sepanjanghidup dengan pertumbuhan
rata-rata 0,1 mm/hari. Pembaruan total kuku jaringan tanganmemerlukan waktu sekitar 170
hari, sedangkan kaki sekitar 12 – 18 bulan. Bagian darikuku, terdiri dari, ujung kuku
atas ujung batas, badan kuku yang merupakan bagian yang besar. dan akar kuku
(radik).
Gambar 6. Struktur Kuku

2.2.4 Warna Kulit

Warna kulit sangat beragam, dari yang berwarna putih mulus, kuning,
coklat, kemerahan atau hitam. Setiap warna kulit mempunyai keunikan tersendiri yang jika
dirawat dengan baik dapat menampilkan karakter yang menarik. Warna kulit terutama
ditentukan oleh :

1. Oxyhemoglobin yang berwarna merah

2. Hemoglobin tereduksi yang berwarna merah kebiruan

3. Melanin yang berwarna coklat

4. Keratohyalin yang memberikan penampakan opaque pada kulit, serta

5. Lapisanstratum corneum yang memiliki warna putih kekuningan atau keabu-abuan.

Dari semua bahan-bahan pembangun warna kulit, yang paling menentukan warnakulit
adalah pigmen melanin. Banyaknya pigmen melanin di dalam kulit ditentukan oleh faktor-
faktor ras, individu, dan lingkungan. Melanin dibuat dari tirosin sejenis asam aminodan
dengan oksidasi, tirosin diubah menjadi butir-butir melanin yang berwarna coklat,
serta untuk proses ini perlu adanya e n z i m Tirosinase dan oksigen. Oksidasi
tirosin menjadi melanin berlangsung lebih lancar pada suhu yang lebih tinggi atau di bawah
sinar ultraviolet. Jumlah, tipe, ukuran dan distribusi pigmen melanin ini akan menentukan
variasi w a r n a kulit berbagai golongan ras atau bangsa di dunia. Proses
pembentukan p i g m e n melanin kulit terjadi pada butir-butir melanosom yang dihasilkan
oleh sel-sel melanosit yangterdapat di antara sel-sel basal keratinosit di dalam lapisan benih.

2.3 Fisiologi Sistem Integumen pada Manusia

Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis


tubuh. Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorpsi, ekskresi,
persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan vitamin D.
2.3.1 Fungsi proteksi

Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai yaitu berikut:

a. Keratin melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan), panas, dan zat kimia.Keratin
merupakan struktur yang keras, kaku, dan tersusun rapi dan erat seperti batu bata di
permukaan kulit.

b. Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan kulit dan dehidrasi. selain itu
juga mencegah masuknya air dari lingkungan luar tubuh melalui kulit.

c. Sebum yang berminyak dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan rambut
darikekeringan serta mengandung zat bakterisid yang berfungsi membunuh bakteri
di permukaan kulit. Adanya sebum ini, bersamaan dengan ekskresi keringat,
akanmenghasilkan mantel asam dengan kadar pH 5-6.5 yang mampu
menghambat pertumbuhan mikroba.

d. Pigmen melanin melindungi dari efek dari sinar UV yang berbahaya. Pada stratum basal, sel-
sel melanosit melepaskan pigmen melanin ke sel-sel di sekitarnya. Pigmenini bertugas
melindungi materi genetik dari sinar matahari, sehingga materi genetik dapat tersimpan
dengan baik. Apabila terjadi gangguan pada proteksi oleh melanin,maka dapat timbul
keganasan.

e. Selain itu ada sel-sel yang berperan sebagai sel imun yang protektif. Yang pertamaadalah sel
Langerhans, yang merepresentasikan antigen terhadap mikroba. Kemudianada sel fagosit
yang bertugas memfagositosis mikroba yang masuk melewati keratindan sel Langerhans.

2.3.2 Fungsi absorpsi

Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material larut-lipid sepertivitamin A,
D, E, dan K, obat-obatan tertentu, oksigen dan karbon dioksida. Permeabilitaskulit terhadap
oksigen, karbondioksida dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi
respirasi. Selain itu beberapa material toksik dapat diserap sepertiaseton,dan merkuri.
Beberapa obat juga dirancang untuk larut lemak, sepertikortison, sehingga mampu
berpenetrasi ke kulit dan melepaskan antihistamin di tempat peradangan.
Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban,
metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah
antarsel atau melalui muara saluran kelenjar; tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel
epidermis daripada yang melalui muara kelenjar.

2.3.3 Fungsi Ekskresi

Kulit juga berfungsi dalam ekskresi dengan perantaraan dua kelenjar eksokrinnya,
yaitukelenjar sebasea dan kelenjar keringat.

2.3.4 Fungsi persepsi

Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.


Terhadaprangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis dan
subkutis.Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak di dermis,
badantaktil Meissner terletak di papila dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula
badanMerkel Ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan terhadap tekanan
diperankanoleh badan Paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak
jumlahnyadi daerah yang erotik.

2.3.5 Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)

Kulit berkontribusi terhadap pengaturan suhu tubuh (termoregulasi) melalui


dua cara: pengeluaran keringat dan menyesuaikan aliran darah di pembuluh kapiler. Pada
saatsuhu tinggi, tubuh akan mengeluarkan keringat dalam jumlah banyak serta
memperlebar pembuluh darah (vasodilatasi) sehingga panas akan terbawa keluar dari
tubuh.Sebaliknya, pada saat suhu rendah, tubuh akan mengeluarkan lebih sedikit keringat
danmempersempit pembuluh darah (vasokonstriksi ) sehingga mengurangi
pengeluaran panas oleh tubuh.

2.3.6 Fungsi pembentukan vitamin D

Sintesis vitamin D dilakukan dengan mengaktivasi prekursor 7 dihidroksi


kolesteroldengan bantuan sinar ultraviolet. Enzim di hati dan ginjal lalu memodifikasi
prekursor dan menghasilkan calcitriol, bentuk vitamin D yang aktif. Calcitriol
adalah hormonyang berperan dalam mengabsorpsi kalsium makanan dari traktus
gastrointestinal kedalam pembuluh darah. Walaupun tubuh mampu memproduksi vitamin D
sendiri,namun belum memenuhi kebutuhan tubuh secara keseluruhan sehingga
pemberianvitamin D sistemik masih tetap diperlukan. Pada manusia kulit dapat
pulamengekspresikan emosi karena adanya pembuluh darah, kelenjar keringat, dan otot-
ototdi bawah kulit.

2.4 Gangguan Pada Sistem Integumen Manusia

Macam-macam Gangguan system integumen pada manusia

1. Kanker Kulit

Gambar 7. Kanker Kulit

Penyebab Kanker kulit adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkontrol
didalam jaringan kulit. jika tidak diobati, sel sel aknker ini akan menyebar ke organ lain
seperti kelenjar getah bening, tulang, jaringan lunak, dan lain lain. kanker kulit adalah jenis
kanker yang paling dominan didunia. Di Amerika kanker kulit diderita oleh 1 dari 5 orang
dengan prevalensi sekitar 20% menurut Yayasan Kanker Kulit.

2. Penyakit Lupus

Gambar 8. Penyakit Lupus

Penyebab Lupus adalah penyakit autoimmune atau kekebalan tubuh yang


terganggu yang diderita lebih dari 1.5 juta rakyat Amerika. Normalnya sistem kekebalan
tubuh akan menjaga tubuh dari gangguan penyakit, virus, bakteri dan bentuk lain yang
berbahaya. Dalam hal penyakit lupus, sistem kekebalan tubuh salah mengidentifikasi bahaya
dan sebaliknya menyerang sel tubuh yang sehat dan merusak jaringan lunak seperti kulit dan
organ lainnya. Penyakit lupus dapat menimbulkan masalah lanjutan pada ginjal, sistem saraf,
jaringan darah dan kulit.

3. Rubeola atau Penyakit Campak

Gambar 9. Rubeola atau Penyakit Campak


Penyebab rubeola adalah infeksi yang disebabkan oleh virus yang berkembang
dalam sel di daerah tenggorokan dan paru paru. Rubeola sangatlah menular, dan cepat
menyebab melalui media udara ketika penderita rubeola batuk atau bersin. Orang yang
menderita Rubeola akan merasakan demam, batuk, hidung berair, dan ruam ruam pada kulit
sebagai puncak dari penyakit Rubeola. Jika tidak dirawat dapat menyebabkan komplikasi
seperti radang infeksi telinga, pneunomia dan encephalitis (pembengkakan otak).

4. Jerawat

Gambar 10. Jerawat

Penyebab penyakit jerawat adalah terhalangnya pori pori pada tubuh oleh minyak,
kulit mati, dan atau bakteri. Setiap pori-pori di kulit kita terdapat folikel, folikel ini terbuat
dari rambut dan kelenjar minyak. Kelenjar minyak mengeluarkan sebum, yang berjalan
melewati rambut/bulu, keluar melalui pori pori dan berakhir di kulit. Sebum membuat kulit
lembab dan lembut, jika anda menderita penyakit Jerawat, mungkin saja terjadi gangguan
pada proses ini. Hal hal yang paling sering menyebabkan jeawat adalah

· Terlalu banyak sebum yang dihasilkan kelenjar minyak kulit

· sel kulit mati yang bertumpuk di pori pori

· bakteri telah tumbuh berkembang di pori pori

5. Hemangioma

Gambar 11. Hemangioma

Hemangioma adalah pertumbuhan daging atau kulit tetapi bukan kanker yang
tumbuh karena pertumbuhan jaringan darah abnormal. HEmangioma biasanya ditemukan
dalam lapisan dari organ dalam - biasanya hati-. Karena Hemangioma tidak disebabkan
faktor luar, biasanya orang menderita atau Hemangioma berkembang sebelum orang lahir,
ketika mereka masih didalam kandungan. Hemangioma didalam hati biasanya tidak
menyebabkan kelainan. Biasanya juga tidak terdeteksi sebelum anda memeriksakan diri dan
biasanya pemeriksaan yang tidak terkait sama sekali dengan Hemangioma.

6. Cold Sore (Herpes Simplex Virus)

Gambar 12. Cold Sore (Herpes Simplex Virus)

Cold sores adalah keadaan kulit melepuh berentuk bulat berisi cairan yang biasanya
tumbuh disekitar mulut atau sekitar wajah. Terkadang lepuhan juga muncul di jari, hidung
atau didalam mulut, tetapi itu jarang terjadi. Biasanya Cold Sore disebabkan oleh virus
Herpes, dan tidak ada pengobatan untuk penyakit ini selain mengobati atau membasmi herpes
tersebut. Terkadang penyakit ini akan kambuh tanpa tanda-tanda, dan berhati-hatilah karena
cairan didalam cold sore tersebut sangat mudah menular.

7. Psoriasis

Gambar 13. Psoriasis

penyakit psoriasis adalah kondisi gangguan kulit kronis yang ditandai dengan bercak
merah terkadang menyerupai sisik pada kulit. Psoriasis dapat terlihat berbeda tergantung
dimana dan jenis apa yang menyerang Anda. Jika anda memiliki gejala seperti Psoriasis,
lihatlah gambar dibawah ini untuk lebih mengerti apakah itu Psoriasis Scalp, Psoriasis
Guttate atau Psoriasis Plaque atau apakah itu Eczema (Eksim)? karena memang gejala dan
penampakanna mirip dengan eksim. Jika anda mengerti jenis Psoriasis mana yang menyerang
anda maka anda akan lebih mudah untuk mengobatinya.

8. Rosacea

Gambar 14. Rosacea

Rosacea adalah gangguan kulit kronis yang menyerang lebih dari 16 juta warga
Amerika. Penyebab Rosacea masih tidak diketahui dan juga tidak ada obatnya. Namun
ilmuwan belakangan ini mampu mengembangkan jenis perawatan yang dapat menekan gejala
- gejala yang ditimbulkan oleh penyakit Rosacea.

Terdapat 4 jenis Rosacea, setiap jenisnya membawa gejala sendiri. Kemungkinan


dalam 1 Individu dapat diserang oleh lebih dari 1 jenis Rosacea. Ciri Khas Rosacea adalah
lingkaran kecil berwarna merah berisi nanah yang tumbuh pada kulit. Biasanya Rosacea
hanya tumbuh pada bagian hidung, pipi dan kening. Rosacea dapat menghilang dan timbul
dengan sendirinya, biasanya memiliki siklus. Jadi ketika anda menderita penyakit ini, bisa
saja gejala2xnya akan hilang namun akan muncul kembali di masa yang akan datang.

9. Seborrheic Eczema (Eksim Seborrheic)

Gambar 15. Seborrheic Eczema (Eksim Seborrheic)

Eksim Seborrheic adalah suatu kondisi kulit. Juga dikenal dengan sebutan
Dermatitis Seborrheic. Ketika bayi menderita penyakit ini disebut juga cradle cap. Terdapat 2
penyebab penyakit Eksim Seborrheic, yaitu pertama adalah produksi minyak sebum pada
kulit yang berlebihan, dan kedua adalah jamur yang disebut Malassezia. Biasana ditemukan
didalam kelenjar minyak kulit dan dipercaya sebagai penyebab iritasi. Walaupun tidak
terdapat obat untuk penyakit ini, tetapi kita dapat mengenali dan mempelajari penyebab dan
pemicu penyakit Eksim ini dan mengembangkan cara untuk menghindarinya, seperti menjaga
kesehatan tubuh khususnya kulit secara teratur dan benar.

10. Hives / Urticaria (Gatal Alergi)

Gambar 16. Hives / Urticaria (Gatal Alergi)


Hives, Urticaria, gatal karena alergi adalah perasaan gatal disertai timbulnya
benjolan-benjolan kecil pada kulit. Biasanya berwarna merah dan sakit ketika disentuh. Pada
kebanyakan kasus, urticaria disebabkan oleh reaksi terhadap pengobatan dan atau reaksi
alergi terhadap benda yang menyebabkan iritasi.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Sklerosis multipel merupakan penyakit pada sistem Persyarafan yang ditandai
dengan lemah, mati rasa, hilnganya fungsi pendengaran dan penglihatan yang
biasanya terjdi pada umur 18-40 tahun dan kapan saja. Sklerosis multipel timbul
karena pola makan yang tidak teratur, pola diet, penggunaan obat, konsumsi alcohol,
merokok dan kurang beraktifitas. Klien perluh diberikan pendidikan kesehatan
tentang pencegahan,dan pengobatan agar dapat menjaga kesehatannya.

4.2 Saran
Sebagai perawat disarankan untuk memberi dukungan kepada pasien, dan
menganjurkan pasien maupun keluarga untuk tidak putus asa terhadap kemungkinan
buruk yang akan terjadi, serta menganjurkan pasien untuk mengikuti terapi yang
dianjurkan.
Selain itu juga perawat harus memperhatikan personal hygiene untuk mengurangi
dampak yang terjadi pada saat memberikan pelayanan kesehatan pada penderita
multiple skleriosis

DAFTAR PUSTAKA

http://asuhankeperawatangastroenteritis.blogspot.com/2012/12/askep-multiple-
sclerosis.html
(diakses pada tanggal 16 februari 2013)
http://be11nursingae.blogspot.com/2009/06/askep-mutiple-sklerosis.html
(diakses pada tanggal 16 februari 2013)
http://askep-askeb.blogspot.com/2009/10/multiple-sclerosis.html
(diakses pada tanggal 16 februari 2013)
http://nswahyunc.blogspot.com/2012/06/askep-multipel-sklerosis.html
(diakses pada tanggal 16 februari 2013)
http://materikeperawatanerna.blogspot.com/2012/05/askep-multiple-sklerosis.html
(diakses pada tanggal 16 februari 2013)
http://www.totalkesehatananda.com/ms5.html
(diakses pada tanggal 16 februari 2013)
W.A NewmanDorland.2010.Kamus Kedokteran Dorland.edisi 31.Jakarta:EGC
Nursing.2011.memahami berbagai macam penyakit.Cetakan 2.Jakarta Barat:PT
Indeks

You might also like