Professional Documents
Culture Documents
MENU
Search...
Home » Diagnosa Keperawatan Nanda NIC NOC » Distres Spiritual - Diagnosa Nanda NIC NOC
Distres Spiritual - Diagnosa Nanda NIC NOC
Ana Nurkhasanah Diagnosa Keperawatan Nanda NIC NOC
DEFINISI
Hambatan kemampuan untuk mengalami dan mengintegrasikan makna dan tujuan dalam hidup
melalui hubungan dengan diri sendiri, orang lain, music, seni, buku, alam, ataupun dengan Tuhan
Yang Maha Esa
BATASAN KARAKTERISTIK
Hubungan dengan diri sendiri
Marah
Rasa bersalah
Koping buruk
Mengekspresikan kurangnya:
Penerimaan
Semangat
Memaafkan diri sendiri
Harapan
Cinta
Makna dan tujuan hidup
Kedamaian dan ketentraman
Interaksi dengan orang lain untuk berbagi gagasan, perasaan, dan kepercayaan
Contoh lain
Pasien akan:
Memahami bahwa penyakit adalah suatu tantangan terhadap sistem keyakinan
Memahami bahwa terapi bertentangan dengan sistem kepercayaan
Menunjukkan teknik koping untuk menghadapi distress spiritual
Mengungkapkan penerimaan terhadap keterbasan ikatan budaya atau keagamaan
Mendiskusikan praktek dan keluhan spiritual
Pasien yang menjelang ajal akan:
Mengungkapkan menerimaan atau kesiapan menghadapi kematian
Berbahagia dengan hubungan sebelumnya
Mengungkapkan kasih sayang terhadap orang terdekat
Intervensi NIC
Pengkajian
untuk pasien yang mengindikasikan adanya ketaatan beragama, kaji adanya indicator langsung
status spiritual pasien dengan mengajukan pertanyaan sebagai berikut:
apakah anda merasa keimanan anda dapat membantu anda? Dengan cara apa keimanan tersebut
penting bagi anda saat ini?
Bagaimana saya adapat membantu anda menjalankan keimanan anda? Misalnya, apakah anda
ingin saya membacakan buku doa untuk anda?
Apakah anda menginginkan kunjungan dari penasihat spiritual atau layanan keagamaan dari
rumah sakit?
Tolong beritahu saya tentang aktivitas agama tertentu yang penting bagi anda
Lakukan pengkajian tidak langsung terhadap status spiritual pasien dengan melakukan langkah
berikut:
Tentukan konsep ketuhanan pasien dengan mengamati buku-buku yang ada disamping tempat
tidur atau program televise yang dilihat pasien. Juga catat apakah kehidupan pasien tampak
memiliki arti, nilai, dan tujuan
Tentukan sumber-sumber harapan dan kekuatan pasien. Apakah Tuhan dalam arti tradisional,
anggota keluarga, atau keluatan “bersumber dari dalam dirinya”? catat siapa yang paling banyak
diperbincangkan oleh pasien, atau tanyakan, “siapa yang paling penting bagi anda”?
Amati apakah pasien sedang berdoa ketika anda memasuki ruangan, sebelum makan, atau sesudah
tindakan
Amati barang-barang, seperti literature keagamaan, Rosario, kartu ucapan semoga lekas sembuh
yang bersifat keagamaan di samping tempat tidur pasien
Dengarkan pandangan-pandangan pasien tentang hubungan antara kepercayaan spiritual dan
kondisi kesehatannya, terutama untuk pernyataan, seperti, “mengapa Tuhan membiarkan hal ini
menimpa saya” atau “jika, saya beriman, saya pasti akan sembuh”
Aktivitas kolaboratif
Komunikasikan kebutuhan nutrisi (misalnya, makanan halal, diet vegetarian, dan diet tanpa daging
babi) dengan ahli gizi
Minta konsultasi spiritual untuk membantu pasien dan keluarga menentukan kebutuhan
pascahospitalisasi dan sumber-sumber dukungan di masyarakat
Dukungan spiritual (NIC): rujuk kepenasehat spiritual pilihan pasien
Aktivitas lain
Jelaskan pembatasan yang dilakukan sehubungan dengan perawatan terhadap aktivitas keagamaan
Buat perubahan yang diperlukan segera untuk membantu memenuhi kebutuhan pasien (misalnya,
dukungan keluarga pasien atau teman untuk membawa makanan istimewa)
Jaga privasi dan beri waktu kepada pasien untuk mengamati praktik keagamaan
Dukungan spiritual (NIC):
Terbuka terhadap ungkapan pasien tentang kesepian dan ketidakberdayaan
Gunakan teknik klarifikasi nilai untuk membantu pasien mengklarifikasi kepercayaan dan nilai
yang ia yakini, jika perlu
Ungkapkan empati terhadap perasaan klien
Dengarkan dengan cermat komunikasi pasien dan kembangkan makna waktu berdoa atau ritual
keagamaan
Beri jaminan kepada pasien bahwa perawat selalu ada untuk mendukung pasien saat pasien
merasakan penderitaan
Anjurkan kunjungan pelayanan keagamaan, jika diperlukan
Beri artikel keagamaan yang diinginkan, sesuai pilihan pasien
Perawatan di rumah
Tindakan diatas tepat diterapkan dalam perawatan di rumah
Bantu pasien dan keluarga menciptakan satu ruang di dalam rumah untuk meditasi atau beribadah
Untuk lansia
Atur seseorang (misalnya, pembantu rumah tangga) untuk membacakan kitab suci untuk klien jika
klien menginginkannya dan tidak mampu membacanya sendiri
I'M A NURSE
*senyum-salam-sapa-sopan-santun-sentuh-suluh-selamat-sembuh*
Desember 02, 2011
ASKEP DISTRES SPIRITUAL
—
Pengertian :
Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan mengintegrasikan arti dan
tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni, musik, literature, alam dan kekuatan yang
lebih besr dari dirinya (Nanda, 2005).
Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual adalah gangguan dalam prinsip hidup yang
meliputi seluruh kehidupan seseorang dan diintegrasikan biologis dan psikososial (Varcarolis,
2000).
Dengan kata lain kita dapat katakan bahwa distres spiritual adalah kegagalan individu dalam
menemukan arti kehidupannya.
Patofisiologi :
Patofisiologi distress spiritual tidak bisa dilepaskan dari stress dan struktur serta fungsi otak.
Stress adalah realitas kehidupan manusia sehari-hari. Setiap orang tidak dapat dapat menghindari
stres, namun setiap orang diharpakan melakukan penyesuaian terhadap perubahan akibat stres.
Ketika kita mengalami stres, otak kita akan berespon untuk terjadi. Konsep ini sesuai dengan yang
disampikan oleh Cannon, W.B. dalam Davis M, dan kawan-kawan (1988) yang menguraikan
respon “melawan atau melarikan diri” sebagai suatu rangkaian perubahan biokimia didalam otak
yang menyiapkan seseorang menghadapi ancaman yaitu stres.
Stres akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan tanda bahaya ke hipotalamus. Hipotalamus
kemudian akan menstimuli saraf simpatis untuk melakukan perubahan. Sinyal dari hipotalamus ini
kemudian ditangkap oleh sistem limbik dimana salah satu bagian pentingnya adalah amigdala
yang bertangung jawab terhadap status emosional seseorang. Gangguan pada sistem limbik
menyebabkan perubahan emosional, perilaku dan kepribadian. Gejalanya adalah perubahan status
mental, masalah ingatan, kecemasan dan perubahan kepribadian termasuk halusinasi (Kaplan et
all, 1996), depresi, nyeri dan lama gagguan (Blesch et al, 1991).
Kegagalan otak untuk melakukan fungsi kompensasi terhadap stresor akan menyebabkan
seseorang mengalami perilaku maladaptif dan sering dihubungkan dengan munculnya gangguan
jiwa. Kegagalan fungsi kompensasi dapat ditandai dengan munculnya gangguan pada perilaku
sehari-hari baik secara fisik, psikologis, sosial termasuk spiritual.
Gangguan pada dimensi spritual atau distres spritual dapat dihubungkan dengan timbulnya
depresi.
Tidak diketahui secara pasti bagaimana mekanisme patofisiologi terjadinya depresi. Namun ada
beberapa faktor yang berperan terhadap terjadinya depresi antara lain faktor genetik, lingkungan
dan neurobiologi.
Perilaku ini yang diperkirakan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam memenuhi
kebutuhan spiritualnya sehingga terjadi distres spritiual karena pada kasus depresi seseorang telah
kehilangan motivasi dalam memenuhi kebutuhannya termasuk kebutuhan spritual.
Karakteristik Distres Spritual menurut Nanda (2005) meliputi empat hubungan dasar yaitu :
Hubungan dengan diri
Ungkapan kekurangan
Harapan
Arti dan tujuan hidup
Perdamaian/ketenangan
Penerimaan
Cinta
Memaafkan diri sendiri
Keberanian
Marah
Kesalahan
Koping yang buruk
Hubungan dengan orang lain
Menolak berhubungan dengan tokoh agama
Menolak interaksi dengan tujuan dan keluarga
Mengungkapkan terpisah dari sistem pendukung
Mengungkapkan pengasingan diri
Hubungan dengan seni, musik, literatur, dan alam
Ketidakmampuan untuk mengungkapkan kreativitas (bernyanyi, mendengarkan musik, menulis)
Tidak tertarik dengan alam
Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan
Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya
Ketidakmampuan untuk berdo’a
Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan
Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan Tuhan
Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama
Tiba-tiba berubah praktik agama
Ketidakmampuan untuk introspeksi
Mengungkapkan hidup tanpa harpaan, menderita
Penyebab :
Menurut Vacarolis (2000) penyebab distres spiritual adalah sebagai berikut :
Pengkajian Fisik Abuse
Pengkajian Psikologis Status mental, mungkin adanya depresi, marah, kecemasan, ketakutan,
makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri rendah, dan pemikiran yang bertentangan (Otis-Green,
2002).
Pengkajian Sosial Budaya dukungan sosial dalam memahami keyakinan klien (Spencer, 1998).
Pengkajian Spiritual
Salah satu instrumen yang dapat digunakan adalah Puchalski’s FICA Spritiual History Tool
(Pulschalski, 1999) :
F : Faith atau keyakinan (apa keyakinan saudara?) Apakah saudara memikirkan diri saudara
menjadi sesorang yang spritual ata religius? Apa yang saudara pikirkan tentang keyakinan saudara
dalam pemberian makna hidup?
I : Impotance dan influence. (apakah hal ini penting dalam kehidupan saudara). Apa pengaruhnya
terhadap bagaimana saudara melakukan perawatan terhadap diri sendiri? Dapatkah keyakinan
saudara mempengaruhi perilaku selama sakit?
C : Community (Apakah saudara bagian dari sebuah komunitas spiritual atau religius?) Apakah
komunitas tersebut mendukung saudara dan bagaimana? Apakah ada seseorang didalam kelompok
tersebut yang benar-benar saudara cintai atua begini penting bagi saudara?
A : Adress bagaimana saudara akan mencintai saya sebagai seorang perawat, untuk membantu
dalam asuhan keperawatan saudara?
Pengkajian aktifitas sehari-hari pasian yang mengkarakteristikan distres spiritual, mendengarkan
berbagai pernyataan penting seperti :
Perasaan ketika seseorang gagal
Perasaan tidak stabil
Perasaan ketidakmmapuan mengontrol diri
Pertanyaan tentang makna hidup dan hal-hal penting dalam kehidupan
Perasaan hampa
Faktor Predisposisi :
Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang sehingga akan
mengganggu proses interaksi dimana dalam proses interaksi ini akan terjadi transfer pengalaman
yang pentingbagi perkembangan spiritual seseorang.
Faktor frediposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan, pendapattan, okupasi, posisi
sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman sosial, tingkatan sosial.
Faktor Presipitasi :
Kejadian Stresful
Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi karena perbedaan tujuan hidup,
kehilangan hubungan dengan orang yang terdekat karena kematian, kegagalan dalam menjalin
hubungan baik dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan dan zat yang maha tinggi.
Ketegangan Hidup
Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap terjadinya distres spiritual adalah
ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan, perbedaan keyakinan dan ketidakmampuan
menjalankan peran spiritual baik dalam keluarga, kelompok maupun komunitas.
Sumber Koping :
Menurut Safarino (2002) terdapat lima tipe dasar dukungan sosial bagi distres spiritual :
Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan pada kepentingan orang lain.
Tipe yang kedua adalah dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi positif thingking, mendorong
atau setuju dengan pendapat orang lain.
Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental yaitu menyediakan pelayanan langsung yang
berkaitan dengan dimensi spiritual.
Tipe keempat adalah dukungan informasi yaitu memberikan nasehat, petunjuk dan umpan balik
bagaimana seseorang harus berperilaku berdasarkan keyakinan spiritualnya.
Tipe terakhir atau kelima adalah dukungan network menyediakan dukungan kelompok untuk
berbagai tentang aktifitas spiritual. Taylor, dkk (2003) menambahkan dukungan apprasial yang
membantu seseorang untuk meningkatkan pemahaman terhadap stresor spiritual dalam mencapai
keterampilan koping yang efektif.
PSIKOFARMAKA :
Psikofarmaka pada distres spiritual tidak dijelaskan secara tersendiri. Berdasarkan dengan
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia III aspek spiritual
tidak digolongkan secara jelas apakah masuk kedalam aksis satu, dua, tiga, empat atau lima
Diagnosa :
Distters Spritual
Intervensi :
Sp. 1-P : Bina hubungan saling percaya dengan pasien, kaji faktor penyebab distress spiritual pada
pasien, bantu pasien mengungkapkan perasaan dan pikiran terhadap agama yang diyakininya,
bantu klien mengembangkan kemampuan untuk mengatasi perubahan spritual dalam kehidupan.
Sp. 2-P : Fasilitas klien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan klien, fasilitas klien untuk
menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain, bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan
keagamaan.
No.
Diagnosis Keperawatan
Perencanaan
Intervensi
Rasional
Tujuan
Kriteria Evaluasi
1
2
3
4
5
Distres spritual
TUM :
Klien mampu menyatakan mencapai kenyamanan dari pelaksanaan praktik spiritual sebelumnnya
dan merasa kehidupannya berarti/bermakna
TUK I :
Setelah dua kali pertemuan Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau
menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, mau
mengutarakan masalah yang dihadapi.
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip dan teknik komunikasi terapeutik :
Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
Perkenalkan diri dengan sopan
Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
Jelaskan tujuan pertemuan
Jujur dan menepati janji
Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
TUK 2 :
Setelah satu kali pertemuan klien dapat mengatakan kepada perawat atau pemimpin spiritual
tentang kondlik spiritual dan kegelisahannya.
2.1 Klien mampu
Mengungkapkan harapan masa depan yang positif.
Mengungkapkan arti hidup
Mengungkapkan optimis
Mengungkapkan keyakinan dalam diri
Mengungkapkan keyakinan kepada orang lain
Menentukan tujuan hidup
2.1.1 Gunakan komunikasi terapeutik untuk membina hubungan saling percaya dan menunjukkan
empati.
2.1.2 Menggunakan alat untukmemonitor dan mengevaluasi spiritual well-being sebagai
pendekatan
2.1.3 Mendorong individu untuk melihat kembali masa lalu dan memfokuskan pada kejadian dan
hubungan yang memberikan kekuatan dan dukungan spiritual
2.1.4 Rawat klien dengan bermartabat dan hormat dengan cara menghargai pendapat dan
keyakinan klien.
2.1.5 Dorong partisipasi dalam hubungan dengan anggota keluarga, teman dan orang lain.
2.1.6 Jaga privacy dan ketenangan untuk kegiatan spiritual
2.1.7 Dorong partisipasi dalam kelompok spiritual sesuai dengan keyakinan yang dianut.
TUK 3 :
Setelah atau kali pertemuan kali dapat mendiskusikan dengan perawat hal penting yang
memberikan makna dalam kehidupannya dimasa yang lalu.
Klien mampu
Mencintai diri sendiri dan orang lain dengan mengungkapkan penerimaan terhadap dirinya sendiri
maupunorang lain
Berdoa menurut keyakinannya masing-masing
Melakukan ibadah
Berpartisipasi dalam upcara keagamaan
Berpartisipasi dalam pengobatan
Berinteraksi dengan tokoh agama
Berhubungan dengan diri sendiri orang lain yang
Berhubungan dengan orang lain
Berinteraksi dengan orang lain untuk berbagi perasaan dan keyakinan
Berbagai keyakinan tentang arti dan tujuan dengan perawat
Diskusikan manfaat spiritual
Beri kesempatan untuk mendiskusikan berbagai hambatan yang dirasakan dalam menjalankan
keyakinan
Bersikap terbuka dan menjadi pendengar yang baik terhadap apa yang dikatakan individu
Dorong klien berdoa secara individu
TUK 4 :
Setelag tiga kali pertemuan klien dapat mempertahankan pemikiran dan perasaannya tentang
spiritual
Klien mampu
Melakukan ADL
Melaksanakan keyakinannya sesuai dengan perannya
Mengungkapkan perasaannya terkait dengan keyakinannya
Mengontrol aktifitas spiritualnya
Memilih pelayanan spiritual yang diperlukan
Mendorong klien untuk menulis dalam daftar kegiatan hariannya setiap hari untuk
mengekpresikan pemikiran dan saran refleksi.
Menyediakan musik, literatur, radio atau program TV spritual secara individu
Terbuka terhadap pernyataan individu terhadap kesepian dan kekuatannya
Dorong menggunakan sumber-sumber spiritual seperti tokoh-tokoh agama, literatur-literatur atau
buku yang sesuai dengan keyakinan, tersedianya tempat-tempat beribadah dan alat-alat dalam
menjalankan ritual keyakinannya.
Menyerahkan ke tokoh agama yang pilih
Gunakan teknik klarifikasi untuk membantu individu mengklarifikasi keyakinan dan nilai
Mendengarkan perasaan individu
Menunjukkan empati
Fasilitas individu untuk meditasi, berdoa, tradisi religius lainnya dan ritual
Dengarkan dengan hati-hati komunikasi individu dan mengembangkan waktu untuk berdoa atau
ritual keagamaan
Yakinkan individu bahwa perawat akan mendukung individu pada saat menderita/masa kulit
Terbuka kepada individu tentang sakit dan kematian
Bantu individu untuk mengungkapkan dan mengurangi kemaharan.
STRESS MANAGEMENT
Stress :
Setiap hari dampak dari kehidupan.
Stress bisa baik.
Stress yang berlebihan dapat membahayakan
Stress Signs
Physical Stress Signs :
Increased heart rate/ Increased blood preassere
Muchles tightening
Cold clammy hands
Fatigue
Sleepleeness
Longer recovery from injury
Stomach or bowel upset
Headaches
Backaces
Change in eating habiths : lost of appetite/overeating
Restlessbes/irrutabillity
Increased illness
Impact of Stress
Impact on health of an individual
Back pain
Headaches
Stomachahes
Ulcers
High Blood Preassure
Heart Attack or Stroke
Impact on the health of an organization
Increased health insurance costs
Lost work days
Stress related workfes compensation claims
Lower Productivity
Over 75 % of industrial accidents are rooted in stress.
Phyrical Techniques
Body scan – relax – let go
Deep breathing
Exercise
Meditation
Nutrition
Rest
Laughter
Workplace Skills
Delegate
Anticipate problems
Be assertive
Organize
Balance work and personal time
Diagnosa Keperawata
Intervensi Keperawatan
Adapun rencana tindakan keperawatan ini dikembangkan sebagai intervensi generalis dan
spesialis dalam asuhan keperawatan jiwa.
Generalisasi :
Rencana asuhan keperawatan jiwa pada tahap generalis ditujukan kepada pasien dan keluarganya
sebagai berikut :
Rencana tindakan keperawatan untuk pasien
Tujuan Umum :
Pasien mampu menggunakan koping yang konstruktif untuk mengatasinya stressnya.
Tujuan Khusus :
Pasien mampu mengenal koping individu tidak efektif
Pasien mempu mengatasi koping individu tidak efektif
Pasien mampu memperagakan dan menggunakan koping yang konstruktif untuk mengatasi
masalahnya
Tindakan Keperawatan :
Bina hubungan saling percaya
Mengucapkan salam terapeutik
Berjabat tangan
Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
Kaji status koping yang digunakan klien
Tentukan kapan mulai terjadi perasaan tidak nyaman, gejala, hubungannya dengan peristiwa dan
perubahannya
Kaji kemampuan untuk menghubungkan fakta-fakta dengan pengalaman perilaku yang tidak
menyenangkan
Dengarkan dengan cermat dan amati ekpsresi wajah, gerakan tubuh, kontrak mata, posisi tubuh,
intonasi, dan intensitas suara pasien.
Tentukan resiko adanya tindakan membahayakan diri sendiri dan berikan tindakan yang
dibutuhkan.
Berikan dukungan jika klien mengungkapkan perasaannya
Jelaskan bahwa perasaan-perasaan yang dimilikinya memang sulit untuk dihadapi.
Jika individu menjadi pesimis, upayakan untuk lebih memberikan harapan dan pandangan
realistis.
Motivasi untuk melakukan evaluasi perilakunya sendiri
Apa yang positif pada dirinya
Apa yang perlu ditingkatkan
Apa yang dipelajari tentang dirinya dan self reinforcement
Bantu klien untuk memecahkan masalah dengan cara yang konstruktif
Identifikasi masalah yang dirasakan
Identifikasi penyebab masalah
Gali cara klien menyelesaikan masalah masa lalu
Diskusikan beberapa cara menyelesaikan masalah
Diskusikan keuntungan dan kerugian dari setiap pilihan
Bantu klien memilih cara penyelesaian masalah yang berhasil
Ajarkan alternatif koping yang konstruktif seperti :
Bicara terbuka dengan orang lain untuk kekuatan sosial
Kegiatan fisik untuk pemulihan kekuatan fisik
Melakukan cara berfikir yang konstruktif untuk kemampuan kognitif
Melakukan aktivitas konstruktif untuk kekuatan psikomotor
Tindakan keperawatan untuk keluarga
Tujuan Umum
Keluarga mampu menggunakan koping yang konstruktif untuk mengatasinya stres pada anggota
keluarganya.
Tujuan Khusus
Keluarga mampu mengenal koping individu tidak efektif pada anggota keluarganya.
Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah koping tidak efektif pada anggota
keluarganya.
Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang masalah mengalami koping tidak etektif
Keluarga mampu mempraktekan cara merawat anggota keluarga dengan masalah koping individu
tidak efektif
Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang mengalami koping tidak efektif
Tindakan Keperawatan
Diskusikan tentang pengertian koping tidak efektif
Diskusikan tentang tanda dan gejala koping tidak efektif
Diskusikan tentang penyebab koping tidak efektif
Diskusikan tentang cara merawat pasien dengan koping tidak efektif dengan cara :
Membantu pasien mengenal koping yang tidak efektif
Mengajarkan pasien mengembangkan koping yang sehat
Bicara dengan orang lain
Melakukan aktivitas yang konstruktif
Olah raga dan aktivitas fisik lainnya.
Dampingi keluarga menerapakan cara merawat pasien langsung
Diskusikan bagaiaman cara merujuk anggota keluarga jika sudah tidak dapat ditangani dirumah.
Terapi Spesialis
Terapi Individu
Cognitif Behavior Therapy : sebagai mekanisme proteksi agar kecemasan dan stres yang dihadapi
individu tidak mengancam.
Gestals therapy : memfokuskan pada peningkatan kesadaran emosi dan perilaku klien serta
meningkatkan kesadaran diri klien untuk mencoba berinteraksi dengan orang lain.
Anxiety reduction : upaya memperkecil pemahaman, rasa takut, firasat atau kegelisahan yang
berhubungan dengan sumber-sumber bahaya yang tidak terindentifikasi.
Terapi Keluarga
Family psychoeducation theraphy
Family system therapy
Terapi leompok : Group psycotherapy
Terapi komunitas : case management
MEKANISME KOPING
Faktor Predisposisi
Biologik
L.B. Genetik
Kesehatan
Terpapar Racun
Psikologik
IQ
Moral
Koping
Konsep Diri
Kepribadian
Pengalaman lalu
Keterampilan verbal
SOS. BUD
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Pendapatan
L.B. Bud-Sos
Agama
Politik
HAM, Status sosial
Pengertian Body Image adalah asumsi dari perilaku secara sadar dan tidak sara tentang keutuhan
dari tubuhnya, yang dipengaruhi persepsi sekarang dan yang lalu tentang perasaan bentuk tubuh,
ukuran, fungsi, penilaian (Stuart & Sundeen, 1991).
Faktor predisposisi menurut Stuart Laraia dibagi menjadi biologis, psikologis dan sosiokutural.
Faktor Biologis
Adanya kerusakan pada salah satu anggota tubuh.
Faktor Fsikologis
Teori Psikologis/Psikoanalitik
Sigmund Freud (1936) mengatakan struktur kepribadian ID (dorongan imazing dan impuls
primitif), Super Ego (hati nurani, norma budaya), Ego (mediator antara id dan super ego konflik
emosional id dan super ego. Warning ego tentang bahaya timbul gangguan BODY IMAFGE.
Faktor Sosiokultural
Teori Perilaku
Kegagalan berperilaku Frustasi Konflik salah satu konfliknya adalah BODY IMAGE.
Faktor Presipitasi
Terdapat 2 faktor presifitasi pada gangguan penampilan peran, yaitu :
Trauma
Ada riwayat kekesaran atau trauma seperti fisik, sexual, dan psikologikal abuse dimasa……….
(Chu et al, 1999; Kluft, 1999).
Role Strain
Perasaan frustasi ketika seseorang tidak dapat memenuhi peranannya, yang bisa disebabkan oleh
keadaan sakit yang lama atau transisi perkembangan.
Dari 2 faktor diatas kemudian dikaji lagi tentang sifat, asal, waktu dan jumlah dari faktor
presipitasi yang muncul.
Apprasial Of Stressor
Dikaji penilaian klien terhadap masalah dari kognitif, afektif, fisiologi, perilakua dan sosial, dan
yang terpenting perawat …… selalu mengkaji dan melakukan valid….dengan melakukan
hubungan teurapeutik dengan klien.
Sumber Koping
Penting dikaji oleh perawat tentang sumber koping ini merupakan kekuatan untuk klien. Jika
ditemukan ada sumber koping positif yang dimiliki klien sebaiknya perawat dengan klien
berusaha bersama-sama untuk meningkatkan self awareness (Bjorklund, 2000).
Dikaji sumber koping dari kemampuan personal, dukungan sosial, aset materi dan keyakinan
positif terhadap stressor.
Diagnosa Keperawatan
Gangguan body image
Koping tidak efektif
Berduka
INFORMASI UMUM
Inisial Klien :
Usia : (Tahun)
Jenis Kelamin : [ ] Perempuan [ ] Laki-laki
Suku :
Bahasa Dominan :
Status Perkawinan : [ ] Belum Menikah [ ] Menikah [ ] Janda/Duda
Alamat : Cimalaka
KELUHAN UTAMA
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
PENAMPILAN UMUM
Fisik
Oksigenasi
Tanda-tanda Vital : TD : P : Vd : T :
Ritme :
Kedalaman :
Nutrisi
Berat badan :
Tinggi badan :
Pola makan : [ ] Satu kali sehari [ ] Dua kali sehari
[ ] Tiga kali sehari [ ] > 3 kali sehari
Alergi : [ ] Tidak ada [ ] Ada, __________
Eliminasi
Pola BAB/BAK : [ ] Baik [ ] Terganggu
Nyeri : [ ] Ada [ ] Tidak ada
Aktivitas dan Istirahat
Pelaksanaan ADL : [ ] Total [ ] Parsial [ ] Suportif
Pola Tidur : [ ] Baik [ ] Terganggu, __________
Kebiasaan sebelum tidur : [ ] Baca [ ] Mematikan lampu
[ ] Lain-lain ______________________
Proteksi
Status Imunisasi : [ ] Lengkap [ ] Tidak lengkap
Diagnosa Keperawatan
_________________________________________________________
_________________________________________________________
_________________________________________________________
Penampilan
Cacat Fisik
[ ] Ada, jelaskan ______________________________________
[ ] Tidak ada, jelaskan _________________________________
Kontak Mata
[ ] Ada, jelaskan ______________________________________
[ ] Tidak ada, jelaskan _________________________________
Pakaian
[ ] Tidak rapi, jelaskan _________________________________
[ ] Penggunaan tidak sesuai _____________________________
Perawatan Diri
Jelaskan _____________________________________________
Diagnosa Keperawatan
_________________________________________________________
_________________________________________________________
________________________________________________________
KELUARGA
Genogram
Tipe keluarga
[ ] Nuclear family [ ] Diad family
[ ] Extended family [ ] Single parent family
Pengembailan Keputusan
[ ] Kepala orang tua [ ] Istri
[ ] Orang tua [ ] Bersama-sama
Hubungan Klien dengan Kepala Keluarga
[ ] Kepala keluarga [ ] Istri
[ ] Orang tua [ ] Anak
[ ] Lain-lain, sebutkan :
Kebiasaan yang dilakukan berasma keluarga
Jelaskan :
________________________________________________________
________________________________________________________
Diagnosa Keperawatan
___________________________________________________________
___________________________________________________________
___________________________________________________________
RIWAYAT SOSIAL
Pola Sosial
Teman/orang terdekat
_____________________________________________________
Peran serta dalam kelompok
_____________________________________________________
_____________________________________________________
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
_____________________________________________________
_____________________________________________________
Merangkul
Sentuhan
Ekspresif
Hangat
Pemalu
Sopan
Pendiam
Nada
Perilaku
[]
Perilaku
[]
Perilaku
[]
Keras
Animated
Tenang
Muluk-muluk
Ekpresif
Hormat
Jarak Fisik
[ ] 2-3 jengkal tangan [ ] lebih dari 2-3 jengkal tangan
Jelaskan
_______________________________________________________________________________
_______________________________________________________________________________
_____________
Diagnosa keperawatan
_______________________________________________________________________________
_______________________________________________________________________________
_____________
PENGKAJIAN ANSIETAS
Minum alkohol
Reaksi lambat/cepat
Teknik relaksasi
Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif
Menghindar
Olahraga
Mencederai diri
Lain-lain :
Lain-lain :
Diagnosa Keperawatan :
_______________________________________________________________________________
____________________________________________
Minum alkohol
Reaksi lambat/cepat
Teknik relaksasi
Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif
Menghindar
Olahraga
Mencederai diri
Lain-lain :
Lain-lain :
Diagnosa Keperawatan :
_______________________________________________________________________________
____________________________________________
Keluhan Fisik
_______________________________________________________________________________
____________________________________________
Alam Perasaan
[ ] ketakutan [ ] kuatir
[ ] putus asa [ ] gembira berlebihan
Konsep Diri
Citra tubuh :
_______________________________________________________________________________
______________________________________
Identitas
_______________________________________________________________________________
______________________________________
Peran
_______________________________________________________________________________
______________________________________
Ideal diri
_______________________________________________________________________________
______________________________________
Harga diri
_______________________________________________________________________________
______________________________________
Mekanisme Koping
Adaptif
[]
Adaptif
[]
Bicara dengan orang lain
Minum alkohol
Reaksi lambat/cepat
Teknik relaksasi
Bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif
Menghindar
Olahraga
Mencederai diri
Lain-lain :
Lain-lain :
Diagnosa Keperawatan :
_______________________________________________________________________________
____________________________________________