You are on page 1of 4

Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja

1. Pengertian Kerugian Kecelakaan Kerja


Kerugian kecelakaan kerja yang sesungguhnya adalah jumlah kerugian untuk korban
kecelakaan kerja ditambahkan dengan kerugian-kerugian lainnya (material/non-material) yang
diakibatkan oleh kecelakaan kerja tersebut
Kerugian Akibat Kecelakaan Kerja
Kerugian-kerugian yang disebabkan kecelakaan akibat kerja dapat berpengaruh baik
terhadap perusahaan maupun karyawan itu sendiri. Terdapat lima jenis kerugian yang
ditimbulkan kecelakaan kerja sebagai berikut:
1. Kerusakan
Kecelakaan kerja yang terjadi dapat mengakibatkan kerusakan terhadap mesin, alat kerja,
bahan, proses, tempat, dan lingkungan kerja.
2. Kekacauan organisasi
Kecelakaan akibat kerja dapat mengganggu konsentrasi pekerjaan bahkan menghambat
aktivitas pekerjaan dalam perusahaan.
3. Keluhan dan kesedihan
Kecelakaan kerja tidak hanya dirasakan oleh karyawan yang tertimpa musibah saja akan tetapi
keluarganya pun ikut merasakan dan menanggung kesedihan, karena kecelakaan kerja dapat
mengakibatkan kelainan tubuh atau cacat fisik.
4. Kelainan dan cacat
Tidak hanya luka-luka saja yang dapat disebabkan oleh kecelakaan kerja, tetapi juga bisa
berakibat pada cacat tubuh bahkan gangguan mental.
5. Kematian
Pekerjaan dengan resiko tinggi tidak hanya membahayakan karyawan yang bekerja pada
perusahaan tersebut secara fisik, lebih jauh lagi dapat merenggut nyawa karyawan yang
bersangkutan.
Jika dilihat dari jenis nya, ada dua macam kerugian yang bisa ditimbulkan oleh
kecelakaan kerja ini. 2 Jenis kerugian tersebut bisa diperinci sebagai berikut: Beberapa Jenis
Kerugian yang Ditimbulkan Oleh Kecelakaan Kerja
1. Direct Cost atau biaya langsung. Kerugian ini berbentuk biaya yang harus dibayar secara
langsung berupa biaya untuk pekerja, pengobatan, alat-alat, serta penggantian alat.
2. Indirect Cost, atau dikenal juga dengan biaya yang tidak langsung. Pada kerugian ini
bentuknya dibagi lagi menjadi beberapa macam, yaitu:
- Biaya kehilangan waktu dari penderita atau korban,
- Biaya karena waktu yang hilang dari pekerja-pekerja lain yang berhenti bekerja karena adanya
kecelakaan,
- Biaya karena waktu para pengawas yang hilang untuk membantu atau menolong korban,
mengatur ulang pekerja untuk mengganti korban, penyelidikan terhadap penyebab kecelakaan,
mempersiapkan laporan kecelakaan.
- Biaya yang disebabkan karena rusaknya mesin-mesin industri akibat kecelakaan,
- Biaya yang disebabkan karena menurunnya produksi dimana pekerja mengalami efek
psikologi sehingga produktivitas perkerja menjadi menurun.
- Biaya terhambatnya kemajuan proyekKerugian kecelakaan kerja yang sesungguhnya adalah
jumlah kerugian
Kecelakaan dapat menimbulkan 5 jenis kerugian, yaitu: Kerusakan, kekacauan
organisasi, keluhan dan kesedihan, kelalaian dan cacat, dan kematian. Heinrich (1959) dalam
ILO (1989:11) menyusun daftar kerugian terselubung akibat kecelakaan sebagai berikut:
1. Kerugian akibat hilangnya waktu karyawan yang luka,
2. Kerugian akibat hilangnya waktu karyawan lain yang terhenti bekerja karena rasa ingin tahu,
rasa simpati, membantu menolong karyawan yang terluka,
3. Kerugian akibat hilangnya waktu bagi para mandor, penyelia atau para pimpinan lainnya
karena membantu karyawan yang terluka, menyelidiki penyebab kecelakaan, mengatur agar
proses produksi ditempat karyawan yang terluka tetap dapat dilanjutkan oleh karyawan lainnya
dengan memilih dan melatih ataupun menerima karyawan baru.
4. Kerugian akibat penggunaan waktu dari petugas pemberi pertolongan pertama dan staf
departemen rumah sakit,
5. Kerugian akibat rusaknya mesin, perkakas, atau peralatan lainnya atau oleh karena
tercemarnya bahan-bahan baku,
6. Kerugian insidental akibat terganggunya produksi, kegagalan memenuhi pesanan pada
waktunya, kehilangan bonus, pembayaran denda ataupun akibat-akibat lain yang serupa,
7. Kerugian akibat pelaksanaan sistem kesejahteraan dan maslahat bagi karyawan,
8. Kerugian akibat keharusan untuk meneruskan pembayaran upah penuh bagi karyawan yang
dulu terluka setelah mereka kembali bekerja, walaupun mereka (mungkin belum penuh
sepenuhnya) hanya menghasilkan separuh dari kemampuan normal
9. Kerugian akibat hilangnya kesempatan memperoleh laba dari produktivitas karyawan yang
luka dan akibat dari mesin yang menganggur.
10.Kerugian yang timbul akibat ketegangan ataupun menurunnya moral kerja karena
kecelakaan tersebut,
11. Kerugian biaya umum (overhead) per-karyawan yang luka.
Piramida Kecelakaan Kerja menggambarkan statistik urutan (rangkaian) kejadian yang
terjadi menuju 1 (satu) kecelakaan fatal (kematian/cacat permanen). Lebih jelasnya dapat
dijabarkan dalam teori piramida kecelakaan kerja sebagai berikut :
Setiap terdapat 1 (satu) kejadian kecelakaan fatal (kematian/cacat permanen) maka di
dalam 1 (satu) kejadian fatal tersebut terdapat 10 (sepuluh) kejadian kecelakaan ringan dan 30
(tiga puluh) kejadian kecelakaan yang menimbulkan kerusakan aset/properti/alat/bahan serta
600 (enam ratus) kejadian nearmiss (hampir celaka) sebelum terjadi 1 (satu) kejadian
kecelakaan fatal tersebut. Piramida kecelakaan kerja tersebut menggambarkan bahwa untuk
(guna) mencegah kecelakaan fatal di tempat kerja, maka harus terdapat upaya untuk
menghilangkan (mengurangi) kejadian-kejadian nearmiss di tempat kerja sehingga probabilitas
menuju kejadian kecelakaan fatal dan kejadian-kejadian lain sebelum menuju adanya 1 (satu)
kejadian fatal dapat dikurangi (tidak ada).
Teori piramida kecelakaan Heinrich:
1. Semua cedera ringan berpotensi menimbulkan cedera serius/ fatal di waktu mendatang
2. Cedera dengan tingkat keparahan berbeda memiliki penyebab yang sama
3. Jika persentase cedera ringan berkurang 20%, maka cedera serius/ fatal juga akan berkurang
20%.
Krause pun merancang sebuah paradigma baru mengenai piramida kecelakaan kerja,
antara lain:
1. Tidak semua cedera ringan berpotensi menimbulkan cedera serius/ fatal
2. Cedera dengan tingkat keparahan berbeda-beda memiliki penyebab yang berbeda pula
3. Upaya pencegahan untuk mengurangi jumlah cedera serius/ fatal akan berbeda dengan upaya
pencegahan untuk mengurangi jumlah cedera ringan
4. Strategi untuk mengurangi cedera serius/ fatal harus menggunakan prekursor, yang diambil
dari semua sumber yang tersedia diantaranya data kecelakaan, cedera, near miss, dan tingkat
paparan di tempat kerja.
Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja
Henrich (1986) mendefinisikan pencegahan kecelakaan sebagai suatu program
terintergrasi dengan sejumlah aktivitas yang dikoordinasikan berdasarkan pengetahuan, sikap,
dan kemampuan, dimana bertujuan untuk mengendalikan tindakan dan kondisi berbahaya.
Pencegahan kecelakaan tersebut dapat berupa pendekatan langsung dan tidak langsung.
Pendekatan langsung mencangkup pengendalian yang dilakukan terhadap performa personal
dan lingkungan. Sementara itu, pendekatan tidak langsung bersifat jangka panjang, seperti
instruksi kerja, serta pendidikan dan pelatihan pekerja.
Ada enam langkah yang diusulkan Krause dalam menerapkan paradigma baru pada program
pencegahan kecelakaan di tempat kerja:
1. Memberikan edukasi kepada seluruh pekerja tentang pentingnya paradigma baru untuk
mengurangi jumlah cedera serius/ fatal di tempat kerja
2. Mendokumentasikan tingkat cedera serius/ fatal di tempat kerja
3. Menghitung besaran kecelakaan kerja yang terjadi dengan cara jumlah cedera serius/ fatal
kemudian dibagi jumlah jam kerja. Kumpulkan data SIFs selama dua atau tiga tahun terakhir
4. Menganalisa data SIFs dengan sistem K3 yang diterapkan sekarang. Contohnya dengan
melakukan investigasi insiden, obervasi dan memberikan tanggapan terhadap hasil
pengamatan, melakukan penilaian risiko sebelum memulai pekerjaan, dan sistem analisis data
5. Mengembangkan mekanisme untuk identifikasi dan pencegahan kecelakaan kerja
berkelanjutan, mencakup remediasi prekursor SIFs
6. Mengembangkan dan mengukur efektivitas strategi pencegahan kecelakaan kerja yang telah
diterapkan.

You might also like