You are on page 1of 7

[ LAPORAN KASUS ]

ACUTE POST-STREPTOCOCCUS GLOMERULONEPHRITIS WITH


GRADE I HYPERTENSION
Nolanda Trikanti1, Etty Widyastuti2
1
Faculty of Medicine, Universitas Lampung
2
Department of Pediatric, RSU Hi. Abdul Moeloek, Bandar Lampung

Abstract
Acute Post-Streptococcus Glomerulonephritis (APSGN) is characterized by the appearance of hematuria, proteinuria,
red blood cell in the urine, swelling (edema), and hypertension with or without oligouria. It can follow beta
haemolytic streptococcus bacterial infection group A in the upper respiratory tract or on the skin. Boy, 7 years old,
complained of swelling in the face, legs, and genital since 5 days before entering the hospital. As long as swelling,
the patient looks pale, weakness, fatigue, lethargy, and loss of appetite. A week before admission, the patient's
urine was reddish. Nine days before admission, the patient had pharyngitis. In physical examination found blood
pressure was 120/100 mmHg, pale skin, eyes anemic conjunctiva, swelling of palpebra, swelling of genital, swelling
of lower extremity pretibia the right and left (pitting edema). Laboratory results, Hb 9.3 mg/dl, positive Anti
Streptolysin Titer O (ASTO) examination, on urinalysis the urine color was red, protein 150 mg/dl and blood cryptic
250/ul. Patient was diagnosed with acute post-streptococcus glomerulonephritis with hypertension grade I.
Managements were bed rest, low salt diet, supportive therapy, IVFD D5% 15 drops/min (micro), antibiotic
ceftriaxone 1gr/12h, and diuretic furosemide 25mg/8h. APSGN disease has a good prognosis if treated properly. [J
Agromed Unila 2014; 1(1):35-41]

Keywords: acute post-streptococcus glomerulonephritis, hypertension grade I

Abstrak
Glomerulonefritis Akut Pasca Streptococcus (GNAPS) merupakan keadaan timbulnya hematuria, proteinuria, adanya
sel darah merah pada urin, bengkak (edema), dan hipertensi dengan atau tanpa oligouria. Glomerulonefritis timbul
setelah infeksi bakteri streptococcus beta haemolytic group A di saluran napas bagian atas atau di kulit. Anak laki-
laki (N) berusia 7 tahun, mengeluhkan bengkak di wajah, kaki, dan alat genital sejak 5 hari Sebelum Masuk Rumah
Sakit (SMRS). Selama bengkak, pasien tampak pucat, lemah, letih, lesu, dan kehilangan nafsu makan. Satu minggu
SMRS, air kencing pasien berwarna kemerahan. Sembilan hari SMRS, pasien mengalami faringitis. Pemeriksaan fisik
ditemukan tekanan darah 120/100 mmHg, kulit pucat, konjungtiva mata anemis, palpebra mengalami edema, alat
genital edema, ekstremitas bawah mengalami edema pretibia sinistra dan dekstra (pitting edema). Hasil
laboratorium, Hb 9,3 mg/dl, pada urinalisis urin warna merah, protein 150 mg/dl dan darah samar 250/ul, serta
pemeriksaan ASTO positif. Pasien didiagnosis glomerulonefritis akut pasca streptococcus dengan hipertensi grade I.
Penatalaksanaan, tirah baring, diet rendah garam, serta terapi suportif, IVFD D5% 15 tetes/menit (mikro),
pemberian antibiotik ceftriaxone 1 gr/12 jam, dan diuretik furosemid 25 mg/8 jam. Penyakit GNAPS memiliki
prognosis baik jika ditatalaksana dengan baik. [J Agromed Unila 2014; 1(1):35-41]

Kata kunci: glomerulonefritis akut pasca streptococcus, hipertensi grade I

Pendahuluan
Glomerulonefritis akut pasca group A di saluran napas bagian atas
streptococcus (GNAPS) merupakan atau di kulit. GNAPS terutama
keadaan timbulnya hematuria, menyerang anak usia sekolah dan jarang
proteinuria secara mendadak, adanya menyerang anak usia di bawah 3 tahun.
sel darah merah pada urin, edema, dan Anak laki-laki lebih sering daripada anak
hipertensi dengan atau tanpa oligouria. perempuan dengan perbandingan 2:1.
Glomerulonefritis timbul setelah infeksi GNAPS merupakan penyakit yang
bakteri streptococcus beta haemolytic bersifat self limiting, tetapi dapat juga
Nolanda Trikanti and Etty Widyastuti | Acute Post-Streptococcus Glomerulonephritis

menyebabkan gagal ginjal akut. pasien mengalami batuk tidak berdahak,


Sebagian besar pasien (95%) akan tidak berdarah, dan tidak ada keringat
sembuh, tetapi 5% di antaranya dapat pada malam hari. Pasien pilek dengan
mengalami perjalanan penyakit yang sekret hidung jernih kental dan tidak
memburuk dengan cepat.1 ada darah. Pasien demam tanpa disertai
Insidensi Glomerulonefritis Akut kejang, dengan sifat demam yang timbul
(GNA) pada keadaan epidemi 10% sepanjang hari tanpa disertai menggigil.
sebelumnya menderita faringitis, 25% Pasien mengatakan saat itu
sebelumnya menderita impetigo. Pada tenggorokannya sakit sampai sulit
suatu studi di Amerika Serikat menelan (faringitis). Pasien tidak
didapatkan penyebab GNAPS yang lebih berobat untuk keluhan batuk dan
dominan adalah faringitis.2 Di Indonesia pileknya. Pasien tidak mengeluh nyeri
pada tahun 2007, melaporkan adanya pada daerah perut dan panggul, tidak
270 pasien dirawat di rumah sakit ada riwayat trauma perut dan saluran
pendidikan dalam 12 bulan. Pasien kemih pada pasien. Riwayat imunisasi
terbanyak dirawat di Surabaya (26,5%), pasien lengkap.
disusul berturut-turut di Jakarta (24,7%), Hasil pemeriksaan fisik
Bandung (17,6%), dan Palembang didapatkan kesadaran compos mentis,
(8,2%). Penelitian multisenter di Berat Badan (BB) 24 kg, Tinggi Badan
Indonesia memperlihatkan sebaran usia (TB) 120 cm, status gizi BB/Umur (U):
2,5–15 tahun dengan rata-rata usia 84%, TB/U: 93,75%, BB/TB: 97,67%,
tertinggi 8,46 tahun dan rasio laki- kesan gizi baik, nadi 110 kali per menit,
laki:perempuan sebesar 1,34:1.3 pernapasan 28 kali per menit, suhu
37,2ºC, tekanan darah 120/100 mmHg.
Kasus Status generalis pasien didapatkan
Anak laki-laki berusia 7 tahun, konjungtiva mata anemis, palpebra
datang ke Poli Anak Rumah Sakit Umum mengalami edema, secara keseluruhan
dr. Hi. Abdul Moeloek Provinsi Lampung wajah mengalami edema, genitalia
dengan keluhan bengkak di wajah, kaki, eksterna edema. Kulit terlihat pucat dan
dan alat kelamin sejak 5 hari Sebelum ekstremitas bawah mengalami edema
masuk rumah sakit (SMRS). Bengkak pretibia sinistra dan dekstra (berupa
diawali pada kelopak mata dan meluas pitting edema). Pada pemeriksaan
ke seluruh wajah, kemudian kaki, dan hematologi didapatkan nilai Hb: 9,3
alat kelamin tetapi tidak terjadi mg/dl. Pada pemeriksaan urin rutin
pembengkakan di seluruh tubuh, didapatkan hasil berupa, warna: merah,
bengkak semakin bertambah setiap kejernihan: keruh, leukosit: 500/ul,
harinya. Selama bengkak pasien tampak protein: 150 mg/dl, darah samar:
pucat, lemah, letih, lesu, dan kehilangan 250/ul, pemeriksaan imunologi Anti
nafsu makan. Keluhan bengkak seperti Streptolysin Titer O (ASTO) positif.
ini tidak pernah dialami pasien
sebelumnya. Sekitar satu minggu SMRS, Pembahasan
air kencing pasien berwarna kemerahan, Diagnosis ditegakkan ber-
pasien buang air kecil sehari 5-6 kali, dasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
namun keluarga tidak membawa pasien dan pemeriksaan penunjang. Pada
berobat. Sekitar sembilan hari SMRS, pasien ini, diagnosis glomerulonefritis

J Agromed Unila | Volume 1 Nomor 1 | Agustus 2014 | 36


Nolanda Trikanti and Etty Widyastuti | Acute Post-Streptococcus Glomerulonephritis

akut pasca streptococcus dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).


hipertensi grade I ditegakkan Pasien juga mengeluhkan sakit
berdasarkan anamnesis, didapatkan tenggorokan yang menyebabkannya
berupa keluhan bengkak (edema) di sulit menelan. Berdasarkan informasi
wajah, kaki, dan alat kelamin. Edema ini, penulis menyimpulkan bahwa 9 hari
pada wajah, alat kelamin, dan kaki SMRS pasien mengalami faringitis.
pasien diakibatkan oleh kelainan fungsi Faringitis merupakan salah satu faktor
ginjal. Pada pasien didapatkan edema pencetus terjadinya GNAPS. Riwayat
pitting (edema dengan meninggalkan demam, batuk, pilek, dan sakit
indentasi) yang merupakan gejala tenggorokan yang diikuti dengan
penting pada kelainan ginjal. Pada keluhan bengkak di wajah, kaki, dan alat
pasien ini edema yang ada disebabkan kelamin, pada pemeriksaan diperoleh
oleh setidaknya 2 mekanisme yaitu peningkatan tekanan darah serta urin
penurunan konsentrasi protein plasma yang merah dan keruh cukup
dan peningkatan permeabilitas dinding mengarahkan pada adanya
kapiler yang diakibatkan oleh gangguan kemungkinan keluhan saat ini yang
fungsi glomerulus.4 merupakan suatu manifestasi sekunder
Pada pasien didapatkan gross dari penyakit yang dialami oleh pasien.6
hematuria (gambaran urin merah Keluhan wajah, kaki, dan alat
seperti air cucian daging). Keluhan kelamin bengkak, pada pemeriksaan
hematuria pada penderita didapatkan diperoleh peningkatan tekanan darah,
setelah batuk pilek, selama 9 hari SMRS. urin keruh, oligouria, serta anemia lebih
Pada glomerulonefritis akut didapatkan mengarahkan suatu kelainan yang
hematuria yang didahului oleh infeksi berfokus pada ginjal walaupun dapat
saluran napas akut atau pioderma 2-3 juga terjadi pada kelainan di organ lain
minggu sebelumnya dan disertai gejala misalnya jantung. Wajah, alat kelamin,
edema dan atau hipertensi, sehingga dan kaki yang bengkak pada pasien
memperkuat dugaan terjadinya menunjukan adanya retensi cairan di
glomerulonefritis akut.5 Hematuria pada dalam tubuh pasien yang terakumulasi
glomerulonefritis kronik lebih sering sebagai akibat retensi natrium dan air
bersifat mikroskopik, dijumpai pada ginjal serta perubahan tekanan
proteinuria, silinderuria, perjalanan onkotik plasma. Peningkatan tekanan
penyakit yang bersifat kronik pada darah merupakan manifestasi
stadium lanjut dengan hipertensi, dan multifaktor akibat kelainan ginjal yang
fungsi ginjal yang sangat menurun. dapat disebabkan oleh adanya
Hematuria dapat merupakan tanda kerusakan pada pembuluh ginjal, retensi
terjadinya kelainan yang berasal dari cairan, sekresi renin, maupun kondisi
dalam ginjal atau di luar ginjal. hipovolemi. Urin keruh berwarna merah
Hematuria dapat juga disebabkan oleh menggambarkan terjadinya kerusakan
penggunaan obat-obatan seperti arsen, pada glomerulus yang tidak mampu
tembaga sulfat, amfoterisin, ampisillin, menyaring eritrosit sehingga eritrosit
asetilsalisilat, kortikosteroid, heparin, akan keluar bersama urin sehingga
dan antikoagulan.4 memberikan gambaran merah keruh.
Demam yang disertai batuk dan Anemia disebabkan oleh adanya
pilek lebih mengarahkan pada suatu ekspansi volume cairan ekstraseluler,

J Agromed Unila | Volume 1 Nomor 1 | Agustus 2014 | 37


Nolanda Trikanti and Etty Widyastuti | Acute Post-Streptococcus Glomerulonephritis

menurunnya usia eritrosit, dan adanya Penurunan kadar hemoglobin pada


hemodilusi serta oligouria yang pasien merupakan akibat dari hematuria
menunjukan penurunan dari kerja yang terjadi. Hematuria pada pasien
ginjal.3 GNAPS diakibatkan oleh kerusakan
Pada pasien didapatkan membran basalis glomerulus dimana
hipertensi grade I. Hal ini berdasarkan eritrosit gagal difiltrasi sehingga eritrosit
perhitungan dengan menggunakan ikut keluar bersama urin. Selain itu,
persentil untuk jenis kelamin dan umur. penyebab anemia pada pasien
Pertama kali pasien masuk rumah sakit, diakibatkan oleh menurunnya usia
tanggal 19 Maret 2013, didapatkan eritrosit yang terjadi pada pasien GNAPS
tekanan darah sebesar 120/100 mmHg. serta proses hemodilusi. Dalam kasus
Nilai tekanan darah pasien tersebut ini, anemia juga bermanifestasi pada
masuk dalam rentang persentil 95th-99th keluhan pasien yaitu letih, lesu, tampak
yaitu hipertensi grade I.7 Pasien pucat dan lemah, serta dari
hipertensi dapat terjadi pada kelainan pemeriksaan didapatkan konjungtiva
pembuluh darah perifer. Pada kelompok anemis.9
usia 10-20 tahun, kondisi hipertensi Pada pasien didapatkan hasil
dapat disebakan oleh penyakit parenkim ASTO positif. Nilai ASTO dikatakan
ginjal, penyakit renovaskular, dan positif jika >200 uI/ml, sebaiknya
hipertensi esensial. Pada auskultasi pengujian ASTO dilakukan secara
pasien, tidak didapatkan bunyi bruit berseri. Hal ini serupa dengan studi
pada ginjal, yang merupakan tanda epidemiologi dimana pasien GNAPS
terjadinya penyakit renovaskular. yang terinfeksi Streptococcus Beta
Kondisi penyakit renovaskular dapat Haemolytic Group A (SBHGA) dari infeksi
terjadi ketika tekanan darah terlalu saluran pernapasan sebesar 80%
rendah sehingga aliran darah dalam sedangkan pada infeksi kulit hanya 50%
ginjal tidak dapat dipertahankan normal, pasien yang ASTO-nya positif. Hal ini
ginjal akan mensekresikan renin yang dapat terlihat pada pasien yang
akan membentuk angiotensin. sebelumnya mengeluh batuk dan pilek
Selanjutnya, angiotensin akan untuk infeksi saluran pernapasan. Ada
menimbulkan konstriksi arteriol di beberapa keadaan yang dapat
seluruh tubuh sehingga dapat menyebabkan keadaan ASTO negatif
meningkatkan kembali tekanan darah ke pada pasien yaitu kenaikan ASTO
tingkat normal.8 Hipertensi umumnya tertinggi terjadi pada minggu ke-5 dan
terjadi dalam minggu pertama dan ke-6 pasca terinfeksi walaupun
menghilang bersamaan dengan peningkatan sudah dapat dimulai pada
menghilangnya gejala klinik yang lain. 1-3 minggu pasca infeksi.10
Pada kebanyakan kasus dijumpai Dari pemeriksaan fisik
hipertensi ringan (tekanan diastolik 80- didapatkan informasi tambahan yaitu
90 mmHg). Hipertensi ringan tidak perlu tekanan darah 120/100 mmHg yang
diobati, dengan istirahat yang cukup dan menunjukan bahwa pasien mengalami
diet yang teratur tekanan darah akan kondisi hipertensi grade 1 menurut
normal kembali.3 umur dan tinggi badannya. Ditemukan
Pada pasien terjadi anemia adanya edema pada regio facialis,
karena didapatkan Hb: 9,3 mg/dl. genitalia eksterna, dan ekstermitas

J Agromed Unila | Volume 1 Nomor 1 | Agustus 2014 | 38


Nolanda Trikanti and Etty Widyastuti | Acute Post-Streptococcus Glomerulonephritis

bawah, serta anemis yang oleh suatu penyakit sekunder dari ISPA
membenarkan keterangan dari disebabkan oleh SBHGA.10
anamnesis. Nyeri ketuk ginjal (-) Pembahasan mengenai terapi
membantu menyingkirkan diagnosis pada pasien GNAPS, pasien ini
gross hematuria karena batu ginjal. Dari diberikan terapi cairan berupa infus
pemeriksaan penunjang dextrose 5% (D5%) 15 tetes
menggambarkan bahwa terjadi mikro/menit. Pasien GNAPS diberi terapi
gangguan pada ginjal baik dari seperti pasien gagal ginjal akut dimana
pemeriksaan darah rutin dan urin rutin. salah satu hal yang terpenting dilakukan
Hasil darah rutin didapatkan konsentrasi adalah pembatasan jumlah cairan yang
Hb yang menurun yaitu 9,3 mg/dl, pada masuk ke dalam tubuh agar retensi
urin rutin didapatkan warna urin merah, cairan yang terjadi dalam tubuh tidak
keruh, leukosit: 500/ul, protein: 150 bertambah. Kebutuhan cairan pasien
mg/dl, dan darah samar: 250/ul, dihitung berdasarkan jumlah cairan
semakin menguatkan adanya gangguan yang keluar agar terjadi balance cairan.
pada traktus urinarius atas. Pada pasien ini, pemberian 15 tetes
Selain itu, didapatkan hasil mikro sudah tepat karena input cairan
imunologi dan serologi berupa ASTO lain yang berasal dari makanan,
positif yang menandakan bahwa minuman, dan hasil metabolisme
penyebab dari keluhan yang diderita diharapkan mampu memenuhi
pasien disebabkan oleh infeksi bakteri kebutuhan cairan pasien. Pemilihan
streptococcus. Berdasarkan hasil infus D5%, didasarkan pada komposisi
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan yang ada dalam cairan infus. Pada
pemeriksaan penunjang, ditegakan pasien GNAPS mengalami retensi
diagnosis glomerulonefritis akut pasca natrium sehingga tidak dianjurkan untuk
streptococcus disertai hipertensi grade I. pemberian cairan yang mengandung
Glomerulonefritis akut ditetapkan dari natrium yang nantinya akan
gejala klinis dan pemeriksaan penunjang memperburuk edema pada pasien, oleh
sedangkan pasca streptococcus karena itu pemilihan cairan infus D5%
ditetapkan berdasarkan riwayat infeksi sudah tepat karena tidak mengandung
pada pasien walaupun bukti infeksi elektrolit.11
streptococcus belum ditemukan karena Istirahat di tempat tidur sangat
gold standart pada penentuan infeksi diperlukan terutama jika dijumpai
streptococcus yaitu usap tenggorok komplikasi yang biasanya timbul dalam
tidak dilakukan, tetapi hasil minggu pertama perjalanan penyakit
pemeriksaan ASTO positif menjadi salah GNAPS. Sesudah fase akut, tidak
satu penunjang dalam penegakan dianjurkan lagi istirahat di tempat tidur,
diagnosis. Penggunaan istilah pasca tetapi tidak diizinkan melakukan
streptococcus lebih menjelaskan bahwa kegiatan berat seperti sebelum sakit.
yang dialami pasien adalah suatu proses Lamanya perawatan tergantung pada
sekunder yang diakibatkan dari respon keadaan penyakit. Dahulu dianjurkan
imun karena infeksi. Hal lain yang prolonged bed rest sampai berbulan-
menyebabkan penulis menggunakan bulan dengan alasan proteinuria dan
pasca streptococcus adalah mayoritas hematuria mikroskopik belum hilang.
glomerulonefritis akut yang diakibatkan Kini lebih progresif, penderita

J Agromed Unila | Volume 1 Nomor 1 | Agustus 2014 | 39


Nolanda Trikanti and Etty Widyastuti | Acute Post-Streptococcus Glomerulonephritis

dipulangkan sesudah 10-14 hari antaranya mengalami perjalanan


perawatan dengan syarat tidak ada penyakit yang memburuk dengan cepat
komplikasi. Diet rendah garam juga dan dapat terjadi pembentukan
diperlukan pada pasien. Bila edema proliferasi berlebih sehingga tampak
berat, diberikan makanan tanpa garam, seperti bentuk bulan sabit (crescent)
sedangkan bila edema ringan, pada sel epitel glomerulus. Prognosis
pemberian garam dibatasi sebanyak 0,5- jangka panjang glomerulonefritis akut
1 g/hari. Pembatasan asupan natrium pasca streptococcus baik.
pada pasien ini berguna untuk
mengurangi beban retensi natrium yang Daftar Pustaka
sudah ada, sedangkan diet rendah 1. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris
protein pada pasien ini belum perlu NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED,
dilakukan mengingat kadar ureum penyunting. Pedoman pelayanan medis.
Jakarta: IDAI; 2010.
dalam darah belum mencapai angka 2. Ilyas M, Tolaymat A. Changing epidemiology
yang direkomendasikan untuk dilakukan of acute post-streptococcal
diet rendah protein yaitu 75 mg/dl, bila glomerulonephritis in Northeast Florida: a
terjadi azotemia maka protein dibatasi comparative study. Pediatr Nephrol. 2008;
0,5g/ kgBB/hari.11 23(7):1101-6.
3. Albar H, Rauf S. The profile of acute
Terapi medikamentosa yang glomerulonephritis among Indonesian
didapat oleh pasien ini adalah children. Pediatrica Indonesiana. 2005;
ceftriaxone 1 gr/12 jam dan furosemid 45(11):264–9.
25 mg/8 jam. Hal ini sesuai dengan 4. Halim H. Kompendium Nefrologi Anak.
penatalaksanaan GNAPS dimana Jakarta: Unit Kerja Koordinasi Nefrologi
IDAI; 2011.
cetfriaxone adalah antibiotik 5. Kim MS, Corwin HL. Urinalysis. Dalam:
berspektrum luas dan GNAPS adalah Schrier RW, penyunting. Disease of the
suatu proses autoimun yang disebabkan kidney and urinary tract. Edisi ke-8.
oleh bakteri streptococcus beta Philadelphia: Wolters Kluwer-Lippincott
haemolytic, sehingga penggunaan Williams & Wilkins; 2007. hlm. 286-98.
6. Thomson PD, Kaplan BS, Meyers KEC. Acute
ceftriaxone sebagi antibiotik broad post-infectious glomerulonephritis. Dalam:
spectrume adalah benar. Terapi dengan Kaplan BS, Meyers KEC, penyunting.
furosemid dilakukan untuk mengurangi Pediatric nephrology and urology. The
retensi cairan berlebih dan mengurangi requisites in pediatrics. Edisi ke-2.
edema pada pasien.11 Philadelphia: Elsevier Mosby; 2004. hlm.
131-6.
7. Varda NM, Gregoric A. A diagnostic
Simpulan approach for the child with hypertension.
Telah ditegakkan diagnosis Pediatric Nephrology. 2005; 20:499-506.
glomerulonefritis akut pasca 8. Silverstein, Douglas M. Novel concept in
streptococcus disertai hipertensi grade I pathogenesis and management of
hypertension. Current Pediatric. 2007;
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan 3(2):109-14.
fisik, dan pemeriksaan penunjang. 9. Nelson WE, Behrman RE, Kliegman RM,
Penatalaksanaan pada kasus ini berupa Arvin AM. Glomerulonefritis akut pasca
tirah baring, observasi balance cairan, streptococcus. Dalam: Wahab AS,
pengaturan diet, antibiotik, serta terapi penyunting. Ilmu kesehatan anak nelson
volume 3. Edisi ke-15. Jakarta: EGC; 2000.
simptomatik. Pada penyakit GNAPS, hlm. 1813-14.
95% pasien akan sembuh, tetapi 5% di

J Agromed Unila | Volume 1 Nomor 1 | Agustus 2014 | 40


Nolanda Trikanti and Etty Widyastuti | Acute Post-Streptococcus Glomerulonephritis

10. Noer MS. Glomerulonefritis. Dalam: Alatas


H, Tambunan T, Trihono PP, Pardede SO,
penyunting. Buku ajar nefrologi anak. Edisi
ke-2. Jakarta: IDAI; 2002. hlm. 345-53.
11. Rauf S, Albar H, Aras J. Konsensus
glomerulonefritis akut pasca streptococcus.
Jakarta: IDAI; 2012.

J Agromed Unila | Volume 1 Nomor 1 | Agustus 2014 | 41

You might also like