Professional Documents
Culture Documents
1
Chrissy A. A. Thanos
2
Djemi Tomuka
2
Nola T. S. Mallo
1
Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
2
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi - RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Email: chrissythanos19@gmail.com
Abstract: The objective of this study is to compare the time livor mortis formed, fixed, and
colored on the control group and treated group. This was a true experimental study with a
post-test only control group design. This study was conducted at the Forensic Laboratory Prof.
Dr. R. D. Kandou Hospital Manado from September to December 2015. Samples were 10
rabbits (Oryctolagus cuniculus) of 1250-2100 g, divided into two groups, the control group
and the treated group. The treated group was exposed to diazinon as many as 3 ml in one
treatment. Data were analyzed by using univariat analysis, subsequently tested using
Independent t-Test. The results showed that there was no significant difference (p>0.05) on
the time livor mortis formed and fixed between the control group and the treated group. There
is a slight color difference of the livor mortis between control group (bluish-violet/purple) and
treated group (purplish-red). Conclusion: There was no significant difference on the time of
livor mortis formed and fixed between rabbits with and without organophosphate intoxication.
There was a slight difference in color of livor mortis between rabbits with organophosphate
intoxication (purplish-red) and the ones without intoxication (bluish-violet/purple).
Keywords: livor mortis, intoxication, organophosphate, rabbits
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan waktu terbentuk, waktu menetap dan
warna livor mortis pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Jenis penelitian
eksperimen murni (true experimental desain) dengan rancangan penelitian post test only
control group design. Penelitian dilakukan di Laboratorium Forensik RSUP Prof. Dr. dr. R. D.
Kandou Manado pada bulan September – Desember 2015. Sampel terdiri dari 10 ekor kelinci
(Oryctolagus cuniculus) dengan berat badan 1250-2100g yang dibagi menjadi kelompok
kontrol dan perlakuan. Kelompok perlakuan dilakukan pemaparan diazinon sebanyak 3 ml
dalam satu kali pemberian. Data dianalisis dengan analisis univariat kemudian diuji dengan
Independent t-Test. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05)
waktu terbentuk dan waktu menetap livor mortis antara kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan. Terdapat sedikit perbedaan warna livor mortis antara kelompok kontrol (biru
keunguan) dan kelompok perlakuan (ungu kemerahan/livide). Simpulan: Tidak terdapat
perbedaan bermakna waktu terbentuk dan waktu menetap livor mortis antara kelinci dengan
dan tanpa keracunan organofosfat. Terdapat sedikit perbedaan warna livor mortis antara
kelinci dengan keracunan organofosfat (ungu kemerahan/livide) dan yang tanpa keracunan
(biru keunguan).
Kata kunci: livor mortis, keracunan, organofosfat, kelinci
Estimasi jumlah kasus per tahun sebesar 1- Xenobiotik akan segera diabsorpsi jika
3 juta. Angka kematian beragam mulai dari kontak melalui kulit atau mata. Absorpsi
1% sampai 9% kasus yang datang berobat, ini akan terus berlangsung selama
dan bergantung pada ketersediaan antidote pestisida masih ada pada kulit.
serta mutu layanan medis yang diberikan. Kecepatan absorpsi berbeda pada tiap
Keracunan yang disengaja (terutama untuk bagian tubuh. Perpindahan residu
upaya percobaan bunuh diri atau berhasil pestisida akan menambah potensi
bunuh diri) proporsinya dalam kasus keracunan.14
keracunan insektisida cukup besar di e. Melalui anus atau vagina (perektal;
Negara tertentu.9 pervaginam)
Racun masuk ke dalam tubuh melalui
berbagai cara yaitu10: ORGANOFOSFAT
a. Ditelan (per oral; ingesti): Portal entri Organofosfat merupakan insektisida
ini sering dan mudah terjadi namun yang paling toksik diantara jenis pestisida
bahan asing yang masuk tidak akan lainnya dan sering menyebabkan keracunan
mudah mencapai peredaran darah karena pada manusia.15 Organofosfat bekerja
beberapa hal penting yang terkait pada sebagai racun kontak, racun perut, dan
fungsi saluran gastro intestinal. Di mulut racun pernafasan.16,17 Dalam jumlah sedikit
xenobiotik bercampur dengan ludah organofosfat dapat menyebabkan kematian,
yang mengandung enzim, di dalam tetapi diperlukan lebih dari beberapa mg
lambung xenobiotik yang tidak tahan untuk menyebabkan kematian pada orang
asam akan dihancurkan oleh asam dewasa. Organofosfat memiliki struktur
lambung, di usus halus akan bertemu kimia dengan atom oksigen atau sulfur
dengan enzim usus halus yang bersifat yang berikatan ganda dengan fosfor,
basa sehingga xenobiotik asam akan sehingga disebut phosphate atau
ternetralisir, dan seterusnya hingga phosphorothioates. Sebagian besar
terbuang melalui usus besar. Proses senyawa organofosfat berikatan sulfur,
absorpsi terjadi melalui mukosa usus, karena bentuk P=S lebih stabil dan larut
yang selanjutnya mengalir melalui lemak.18
system sirkulasi darah.11 Insektisida golongan organofosfat yang
b. Terhisap bersama udara pernafasan tidak membutuhkan aktivitas metabolik
(inhalasi): Bukti mengenai efek yang yang disebut juga dengan inhibitor
serius akibat pajanan melalui udara langsung yang dapat menghasilkan efek
terhadap kesehatan manusia masih toksik pada daerah kontak langsung, seperti
sangat sedikit.12 keringat (berhubungan langsung dengan
c. Melalui penyuntikan (parenteral; kulit), miosis atau pupil pinpoint (kontak
injeksi) dengan mata), dan/atau bronkospasme
d. Penyerapan melalui kulit (absorpsi): (kontak dengan pernafasan). Pada
Pajanan xenobiotik melalui kulit terjadi insektisida golongan organofosfat, ada
ketika xenobiotik mengenai kulit atau organofosfat dengan inhibisi langsung
terbawa angin hingga menempel di kulit. (yang mengandung = O) dan organofosfat
Semakin luas area kulit yang terkena dengan inhibisi tak langsung (yang
dan semakin lama durasi kontak maka mengandung = S) tergantung dibutuhkan
semakin serius dampak yang akan atau tidaknya pengaktifan metabolik
terjadi.11 Toksisitas melalui kulit (acute sebelum terjadinya hambatan pada
dermal toxicity) dapat terjadi jika asetilkolinesterase. Senyawa organofosfat
xenobiotik diabsorpsi kulit, menembus indirek harus menjalani bioaktivasi
epidermis, kemudian memasuki kapiler sehingga menjadi aktif secara biologi.
darah dalam kulit, sehingga terbawa Senyawa organofosfat indirek contohnya
sampai paru-paru dan organ vital parathion, diazinon, malathion, dan
lainnya seperti otak dan otot.13 chlorpyrifos menjadi lebih toksik
12
Thanos, Tomuka, Mallo: Livor pada intoksikasi..
jaringan longgar yang menyebabkan setelah 8-12 jam.2 Menetapnya livor mortis
terbentuknya edema setempat, disebabkan oleh karena terjadinya
menimbulkan blister pada kulit. Dari luar perembesan darah ke dalam jaringan sekitar
akan terlihat bintik-bintik berwarna merah akibat rusaknya pembuluh darah akibat
kebiruan atau adanya eritrosit pada daerah tertimbunnya sel-sel darah dalam jumlah
terendah terlihat dengan timbulnya yang banyak, adanya proses hemolisa sel-
perubahan warna kemerahan pada kulit sel darah dan kekakuan otot-otot dinding
yang disebut livor mortis.2 Pada tahap awal pembuluh darah. Dengan demikian
pembentukannya, livor mortis memiliki penekanan pada daerah terbentuknya livor
warna kemerahan yang dihasilkan dari mortis yang dilakukan setelah 8-12 jam
jumlah eritrosit yang membawa tidak akan menghilang. Hilangnya livor
hemoglobin yang teroksidasi. mortis pada penekanan dengan ibu jari
Meningkatnya interval post mortem, akan memberi indikasi bahwa livor mortis belum
mengakibatkan perubahan warna menjadi terfiksasi secara sempurna.25
lebih gelap. Warna normal livor mortis Setelah 4 jam, kapiler-kapiler akan
ialah merah keunguan. Warna merah mengalami kerusakan dan butir-butir darah
keunguan ini akan berubah menjadi warna merah juga akan rusak. Pigmen-pigmen
ungu akibat hasil pemisahan oksigen dari dari pecahan darah merah akan keluar dari
hemoglobin eritrosit post mortem dan kapiler yang rusak akan mewarnai jaringan
konsumsi oksigen terus-menerus oleh sel- di sekitarnya sehingga menyebabkan warna
sel yang awalnya mempertahankan fungsi livor mortis akan menetap serta tidak
sistem kardiovaskuler (misalnya sel-sel hati hilang jika ditekan dengan ujung jari atau
yang mempertahankan fungsi kardio- jika posisi mayat dibalik. Jika pembalikan
vaskuler selama kira-kira 40 menit dan sel posisi dilakukan setelah 12 jam dari
otot rangka antara 2 sampai 8 jam). Produk kematiannya. Maka livor mortis baru tidak
Deoxyhemoglobin yang dihasilkan akan akan timbul pada posisi terendah, karena
mengubah warna biru keunguan menjadi darah sudah mengalami koagulasi.25
warna ungu.27
Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi LIVOR MORTIS DAN INTOKSIKASI
livor mortis, yaitu :23 ORGANOFOSFAT
a. Volume darah yang beredar Livor mortis sering berwarna merah
1) Banyak (CHF) : livor mortis padam, tetapi bervariasi, tergantung
cepat, luas oksigenasi sewaktu korban meninggal. Bila
2) Kurang (anemia) : livor mortis terjadi bendungan/hipoksia, livor mortis
lama, terbatas yang lebih gelap karena adanya
b. Lamanya darah dalam keadaan hemoglobin tereduksi dalam pembuluh
cepat cair darah kulit. Livor mortis merupakan
c. Warna livor mortis:23,26 indikator yang kurang akurat dalam
1) Normal menentukan mekanisme kematian.
2) Keracunan gas CO: warna Kematian dengan sebab wajar oleh karena
merah bata/ Cherry red gangguan coroner atau penyakit lain
3) Keracunan CN: warna merah memiliki livor mortis yang lebih gelap.26
terang/ Bright red Organofosfat menghambat aksi
4) Keracunan anillin, nitrobenze: pseudokolinesterase dalam plasma dan
warna coklat kebiruan kolinesterase dalam sel darah merah dan
5) Keracunan phosphorus: coklat pada sinapsisnya. Penghambatan kerja
tua/ Dark Brown enzim terjadi karena organofosfat
6) Asfiksia: Dark red melakukan fosforilasi enzim tersebut dalam
Livor mortis mulai tampak 20-30 bentuk komponen yang stabil. Enzim
menit postmortem, semakin lama tersebut secara normal menghidrolisis
intensitasnya bertambah dan menetap asetilkolin menjadi asetat dan kolin. Pada
14
Thanos, Tomuka, Mallo: Livor pada intoksikasi..
> 0,05 sehingga Hipotesis null (H0) waktu livor mortis pada manusia terbentuk
diterima dengan kesimpulan tidak terdapat dalam waktu 1-2 jam setelah kematian
perbedaan signifikan waktu terbentuk livor dalam bentuk bintik-bintik dan bercak
mortis antara kelompok kontrol dan kecil, penelitian ini juga menyatakan livor
kelompok perlakuan. Hasil analisis pada mortis pada manusia setelah 2-4 jam mulai
waktu menetap livor mortis dapat dilihat terbentuk bercak yang lebih besar, 4-6 jam
bahwa nilai thitung = 0,815 < nilai ttabel 1,86 kemudian terbentuk bercak yang homogen
dengan nilai signifikansi p=0,439 dan livor mortis mulai terfiksasi/menetap
didapatkan P Value (Asymp. Sig.2-tailed) dalam waktu 7-9 jam setelah kematian.28
>0,05 sehingga Hipotesis null (H0) diterima Hasil penelitian ini didapatkan pada
dengan kesimpulan tidak terdapat waktu terbentuk dan menetap livor mortis
perbedaan signifikan waktu menetap livor pada kelinci lebih cepat dibandingkan
mortis antara kelompok kontrol dan waktu terbentuk dan menetap livor mortis
kelompok perlakuan. pada manusia. Hal ini, mungkin terjadi
Penilaian secara makroskopik dimulai karena luas penampang tubuh kelinci yang
pada waktu kematian melalui pengamatan lebih kecil dibandingkan manusia sehingga
warna livor mortis yang terlihat dan warna saat terjadi kegagalan sirkulasi
livor mortis saat menetap. Sedikit pembentukan livor mortis menjadi lebih
perbedaan yang terlihat pada warna livor cepat.31
mortis, kelompok kontrol negatif berwarna Penelitian ini didapatkan bahwa rerata
biru keunguan, sedangkan pada kelompok waktu terbentuk livor mortis pada
perlakuan berwarna ungu kemerahan. kelompok kontrol (56,60 menit) lebih
tinggi daripada kelompok perlakuan (50
BAHASAN menit) tetapi secara statistik tidak terdapat
Hasil penelitian ini (Tabel 1) perbedaan yang bermakna dengan p>0,05
didapatkan bahwa rerata waktu terbentuk (p=0,732). Penelitian ini juga ditemukan
livor mortis pada keseluruhan sampel bahwa rerata waktu menetap livor mortis
adalah 53,30 menit. Hasil penelitian ini pada kelompok kontrol (368,40 menit)
(tabel 1) juga menunjukkan rerata waktu lebih tinggi daripada kelompok perlakuan
menetap livor mortis dari keseluruhan (329,40 menit), tetapi secara statistik tidak
sampel adalah 348,90 menit. Hal ini terdapat perbedaan yang bermakna dengan
menunjukkan perbedaan antara waktu p>0,05 (p=0,439) antara waktu menetap
terbentuk livor mortis pada kelinci dan livor mortis dan kelompok kontrol dengan
manusia. Berdasarkan penelitian yang kelompok perlakuan.
dilakukan oleh Rayamane, dkk (2014)
16
Thanos, Tomuka, Mallo: Livor pada intoksikasi..
Tabel 2. Perbandingan waktu terbentuk livor mortis antara kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan
Tabel 3. Perbandingan waktu menetap livor mortis antara kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan
Waktu Menetap Livor Mortis (menit)
Kontrol Perlakuan
Mean 368,40 329,40
Median 306 324
SD 105,22 18,050
Min-Max 270-486 315-360
p = 0,439
pada kematian umumnya yaitu livide.29,30 mortis sudah menetap. Pada manusia livor
Hasil penelitian ini didapatkan pada mortis mulai terfiksasi 7-9 jam setelah
kelompok perlakuan adalah warna ungu kematian.28 Livor mortis pada kelinci
kemerahan. Hal ini tidak sesuai dengan terfiksasi dengan cepat kemungkinan karena
teori, secara teori pada kasus asfiksia, kadar ukuran tubuh kelinci yang lebih kecil
karbondioksida tinggi dalam darah dibandingkan manusia. Saat diamati pada 12
menyebabkan sianosis dan warna livor jam dan 24 jam setelah kematian, livor
mortis yang terbentuk lebih gelap/Dark mortis pada kelinci kelompok perlakuan dan
red.26 Warna dark red disebabkan terjadinya kontrol membentuk warna yang lebih gelap
bendungan dan sianosis (kurang O2, karena dibandingkan pada awal terbentuknya livor
pelepasan O2 ke jaringan dihambat). Pada mortis. Perubahan warna setelah livor
penelitian warna merah yang terbentuk lebih mortis terlihat disebabkan oleh hasil
terang mungkin juga disebabkan oleh pemisahan oksigen dari hemoglobin eritrosit
petekie/bintik perdarahan. Bintik perdarahan post mortem dan konsumsi oksigen terus-
terjadi karena timbulnya peningkatan menerus oleh sel-sel yang awalnya
permeabilitas kapiler dan juga karena mempertahankan fungsi sistem kardio-
rusak/pecahnya dinding endotel kapiler vaskuler. Produk Deoxyhemoglobin yang
akibat hipoksia. Bintik perdarahan ini lebih dihasilkan akan mengubah warna biru
mudah terjadi pada jaringan longgar, seperti keunguan menjadi warna ungu/lebih gelap.27
misalnya jaringan bawah kelopak mata, atau
organ dengan membran transparan (pleura, SIMPULAN
perikardium), umumnya bintik perdarahan Berdasarkan hasil penelitian dan
terjadi akibat pelebaran kapiler darah bahasan dapat disimpulkan bahwa tidak
setempat.2 Perut kelinci memiliki kulit yang terdapat perbedaan bermakna waktu
sangat tipis dimana terdapat banyak terbentuk dan waktu menetap livor mortis
vaskularisasi, sehingga warna livor mortis pada kelinci dengan keracunan organofosfat
yang terbentuk pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan yang tidak keracunan.
menunjukkan warna yang lebih merah Terdapat sedikit perbedaan warna livor
akibat pelebaran pembuluh darah kapiler mortis antara kelinci dengan keracunan
sekitar oleh karena asfiksia. organofosfat (ungu kemerahan/livide)
Hasil penelitian ini juga didapatkan dibandingkan dengan yang tidak keracunan
warna livor mortis yang terlihat pada (biru keunguan).
kelompok kontrol menunjukkan warna biru
keunguan tidak sesuai dengan teori yaitu SARAN
warna normal livor mortis ialah ungu Berdasarkan kesimpulan tersebut,
kemerahan yang dihasilkan dari jumlah beberapa hal dapat disarankan untuk
eritrosit yang membawa hemoglobin yang perbaikan dalam penelitian selanjutnya
teroksidasi. Warna ungu kemerahan ini akan adalah sebagai berikut:
berubah menjadi warna ungu akibat hasil 1. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan
pemisahan oksigen dari hemoglobin eritrosit untuk menambah jumlah sampel
post mortem. Meningkatnya interval post penelitian.
mortem maka warna yang terlihat akan lebih 2. Sebaiknya saat penelitian dilakukan
gelap.27 pengamatan secara kontinyu setiap 15
Berdasarkan hasil penelitian, pada 6 menit untuk mendapatkan perbedaan
jam setelah kematian kedua kelompok antara waktu terbentuk dan waktu
menunjukkan hasil yang sama saat menetap livor mortis pada setiap kelinci.
dilakukan penekanan pada livor mortis yang 3. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya
sudah terbentuk selama 30 detik, keduanya memilih hewan uji dengan berat badan
tidak menunjukkan adanya perubahan yang sama atau tidak jauh berbeda untuk
(memucat), hal ini menandakan bahwa livor menghindari bias.
18
Thanos, Tomuka, Mallo: Livor pada intoksikasi..
19
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016
20