Professional Documents
Culture Documents
MANUSKRIP
Oleh :
MARUFI ALWAN
NPM. 1614201120345
Oleh :
MARUFI ALWAN
NPM. 1614201120345
i
ii
GAMBARAN KEJADIAN ACUTE CORONARY SYNDROME (ACS) YANG MENIMBULKAN
ARITMIA AKIBAT GANGGUAN HANTARAN IMPLUS
DI RSUD ULIN BANJARMASIN
Email :alwanmarufi@gmail.com
Abstract
ACS is a deadly heart disease, 90% of ACS is caused by atherosclerosis, an ACS complication of which
one of the arrhythmia is due to electrical conduction of heart cell disruption. Ischemic myocardium
characterized by ionic and biochemical changes, resulting in unstable litric activity triggering and
maintaining arrhythmias, infarcts creating active regions and blocks of lithric conduction.This study
aims to determine the description of the Acute Coronary Syndrome (ACS) Events That Inflict
Arrhythmias Due to Implus Conductive Disorders at Ulin Banjarmasin General Hospital. This research
method is descriptive analytic with population of 90 people in space Alamanda heart and ICCU RSUD
Ulin Banjarmasin, by using accidental sampling technique obtained 31 respondents. The results of this
study is showed that the most dominant type of ACS was STEMI (48.4%), which suffered the most
complicated ACS complications of Arrhythmias (58.4%), the rhythm type that experienced the largest
impulse impairment was the atrio-ventricular block of degree 1 (16, 1%), the respondent had ACS
causing arrhythmia due to STEMI's most prevalence of implants disorder with complication of atrio-
ventricular block of degree 1 (9.7%).
Abstrak
ACS merupakan penyakit jantung yang mematikan, 90% ACS disebabkan aterosklerosis, komplikasi
ACS salah satunyaaritmia disebabkan adanya gangguan konduksi listrik sel jantung. Iskemik
miokardium ditandai perubahan ion dan biokimiawi, mengakibatkan aktivitas litrik tidak stabil memicu
dan mempertahankan aritmia, infark menciptakan daerah aktif dan blok konduksi litrik. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui Gambaran Kejadian Acute Coronary Syndrome (ACS) Yang Menimbulkan
Aritmia Akibat Gangguan Hantaran Implus di Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin.Metode
penelitian ini deskriftif analitik dengan jumlah populasi 90 orang di ruang Alamanda jantung dan ICCU
RSUD Ulin Banjarmasin, menggunakan teknik accidental sampling didapatkan 31 responden. Hasil
penelitian ini didapatkan jenis ACS yang paling mendominasi adalah STEMI (48,4%), yang menderita
ACS terbanyak mengalami komplikasi Aritmia (58,4%), jenis ritme yang mengalami gangguan hantaran
implus terbanyak adalah blok atrio-ventrikular derajat 1 (16,1%), responden menderita ACS yang
menimbulkan Aritmia akibat gangguan hantaran implus terbanyak STEMI dengan komplikasi blok
atrio-ventrikular derajat 1 (9,7%).
1
1. Pendahuluan Kesimpulan hasil data yang di peroleh dari
Penyakit jantung merupakan penyebab rentan tahun 2013 hingga 2015 adalah jumlah
kematian nomor satu di dunia, penyakit keseluruhan penderita penyakit jantung
jantung terdiri dari penyakit jantung koroner, koroner pada tahun 2013 dengan presentase
gagal jantung, hipertensi, dan stroke. sebanyak 2,0% dan terjadi peningkatan yang
Penyakit jantung koroner merupakan suatu signifikan pada tahun 2014 sebanyak 12,9%
kondisi di mana ketidakcukupan suplai dan terjadi penurunana pada tahun 2015
pasokan darah dan oksigen di sebagian otot menjadi 11,59%.
jantung, biasanya muncul ketika terjadi
ketidakseimbangan antara pasokan dan Di kalimantan selatan prevalensi penyakit
kebutuhan oksigen otot jantung (joseph, jantung koroner tahun 2013 sebesar 2,2%
2016). atau sekitar 59.892 orang (RISKESDAS
2013), sedangkan pada tahun 2014
Menurut statistik dunia, ada 9,4 juta kematian didapatkan data jumlah penderita jantung
setiap tahun yang di sebabkan oleh penyakit koroner ada 901 orang diantaranya
kardiovaskuler dan 45% kematian tersebut di Banjarbaru (572 orang), Banjarmasin (221),
sebabkan oleh penyakit jantung koroner Amuntai (38 orang), Tanah laut (37 orang),
(WHO, 2013). Penyakit kardiovaskuler Tapin (16 orang), Tabalong (11 orang),
merupakan penyebab kematian nomor satu di Tanah bumbu (6 orang), Banjarmasin jumlah
negara maju dan berkembang dengan 30% penderita tertinggi kedua di kalimantan
atau sekitar 17 juta kasus dari seluruh selatan. (Dinkes Prop Kal-sel, 2014).
kematian di dunia. Dari data tersebut di Kesimpulan data yang diperoleh di kalsel
perkirakan sekitar 7,3 juta kasus disebabkan pada tahun 2013 sebanyak 2,2% atau sekitar
oleh penyakit jantung koroner (WHO 2014). 59.892 orang dari seluruh kabupaten dan
Berdasarkan seluruh data yang telah pada tahun 2014 tidak di jelaskan data dari
dikumpulkan dari WHO, pada tahun 2015 seluruh kabupaten akan tetapi dilihat data
diperkirakan kematian akibat penyakit dari 2014 terjadi penurunan yang drastis.
jantung koroner meningkat 31% atau sekitar
17,5 juta orang meninggal karena penyakit ACS merupakan suatu kondisi di mana
kardiovaskuler, dari angka kematian tersebut jantung mengalami iskemik akibat penurunan
sebanyak 7,4 juta orang meninggal karena aliran darah ke jantung yang terjadi secara
akibat penyakit jantung koroner dan 6,7 juta tiba-tiba.Istilah ACS banyak digunakan saat
orang meninggal akibat stroke. (WHO 2015). ini untuk menggambarkan kejadian kegawat
Kesimpulan yang diperoleh dari data WHO pada pembuluh darah koroner. ACS
pada tahun 2013 sampai 2015 adalah terjadi merupakan satu sindrom yang terdiri atas
penurunan pada tahun 2013 dari 45% sampai beberapa penyakit koroner, yaitu angina tak
ke 30%, pada tahun 2014 sampai ke 2015 stabil (unstable angina), infark miokard non-
terjadi peningkatan kembali dari 30% ke 31%. elevasi ST, infark miokard dengan elevasi ST,
maupun angina pektoris pasca infark atau
Di indonesia, berdasarkan hasil Rikesdas pasca tindakan intervensi koroner perkutan.
tahun 2013 menunjukan prevalensi penyakit ACS merupakan keadaan darurat jantung
jantung koroner berdasarkan pernah dengan manifestasi klinis rasa tidak enak di
terdiagnosis dokter tanpa ada gejala sebesar dada atau gejala lain sebagai akibat iskemik
0,5% atau 883.447 orang dan berdasarkan miokardium. Terjadinya ACS dipengaruhi
diagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5% oleh beberapa keadaan, yaitu aktivitas/latihan
atau 2.650.342 orang. Berdasarkan data dari fisik yang berlebihan (tidak terkondisikan),
Badan Penelitian dan Pengembangan stres emosi, terkejut, udara dingin. Keadaan
Kesehatan (Balitbangkes) sebanyak 12,9% tersebut ada hubungannya dengan
dari 41.590 kematian di Indonesia selama peningkatan aktifitas simpatis sehingga
tahun 2014 Penyakit Jantung dan Pembuluh tekanan darah meningkat, frekuensi debar
Darah menempati urutan kedua setelah stroke. jantung meningkat dan kontraktilitas jantung
Menurut Kemenkes pada tahun 2015 meningkat (Aspiani, 2014).
didapatkan data 1,3 juta orang pada penyakit
tidak menular yang terdiri dari penyakit Pada pasien infark miokard dengan elevasi
jantung dan pembuluh darah (11,59%), Gagal ST atau non elevasi ST dapat menimbulkan
Ginjal Kronik (4,71%), Kanker (4,03%), banyak komplikasi diantaranya gagal pompa,
Stroke (1,59%), dan Thalasemia (0,73%). syok kadiogenik, perluasan infark, kelainan
2
struktur perkarditis dan aritmia (Priscilla dkk tahun 2015 mengalami penurunan kasus
2016). Aritmia merupakan komplikasi umum dengan persentase sebanyak 17%.
pada sindrome koroner akut, kematian
mendadak yang berasal dari gangguan irama RSUD Ulin banjarmasin merupakan tempat
jantung diperkirakan mencapai angka 50% rujukan pasien-pasien kardiovaskuler dari
dari seluruh kematian karena penyakit rumah sakit lain baik di provinsi kalimantan
jantung. Aritmia jantung disebabkan oleh selatan khususnya banjarmasin maupun
kelainan pembangkitan atau penghantaran daerah lainnya, hasil survey pada tahun 2016
(konduksi) implus listrik atau keduanya di Ruang Alamanda Jantung Acute coronary
(Joseph, 2015). Syndrome (ACS) merupakan terbesar ketiga
setelah heart failuer (HF) dan Hipertensi.
Aritmia dapat disebabkan, apabila terjadi Data yang di dapatkan pada penderita Acute
ketidakseimbangan pada salah satu sifat coronary Syndrome (ACS) sebanyak 90
dasar otot jantung (eksitabilitas, otomatisitas, orang dan penderita aritmia sebanyak 15
konduktivitas dan kontraktilitas).Pada infark orang khususnya terkait aritmia dengan
miokard terjadi peningkatan respon gangguan hantaran implus sebanyak 6 orang,
miokardium terhadap stimulus akibat sehingga peneliti tertarik meneliti di RSUD
penurunan oksigenasi ke miokardium yang Ulin banjarmasin.
menyebabkan peningkatan eksitabilitas.
Penyebab aritmia jantung biasanya satu atau Studi pendahuluan yang dilakukan pada
gabungan dari kelainan dalam sistem irama tanggal 21-28 desember 2016 di RSUD Ulin
konduksi jantung seperti irama abnormal dari Banjarmasin, didapatkan data status rekam
pacu jantung, pergeseran pacu jantung dari medik dari 6 orang yang mengidap Acute
nodus sinus ke bagian lain dari jantung, blok Coronary Syndrome (ACS), 2 orang
pada tempat yang berbeda sewaktu diantaranya mengalami komplikasi aritmia
menghantarkan implus melalui jantung, jalur gangguan hantaran AV blok complete.
hantaran implus yang abnormal melalui Sedangkan 4 orang lainnya mengalami Acute
jantung, pembentukan yang spontan dari Coronary Syndrome (ACS) yang
implus abnormal pada hampir semua bagian kemungkinan ada komplikasi aritmia lain
jantung (Aspiani, 2014) seperti gangguan pembentukan hantaran
implus.
Gangguan aritmia diklasifikasikan ada 2 jenis
yaitu gangguan pembentukan implus yang 2. Metode Penelitian
terdiri dari gangguan pembentukan implus di Jenis dan rancangan penelitian yang
sinus, gangguan pembentukan implus di digunakan dalam penelitian ini adalah
atrial, gangguan pembentukan implus di deskriptif analitik, yang artinya survey atau
penghubung AV, gangguan pembentukan
penelitian untuk mencoba menggali dan
implus di ventricular. Sedangkan jenis yang
satunya hantaran gangguan pada hantaran menggambarkan bagimana dan mengapa
implus yang terdiri dari blok sino atrial, blok fenomena kesehatan itu terjadi (Nursalam,
konduksi atrioventrikel dan blok konduksi 2011). Pada penelitian ini peneliti ingin
intraventrikel (Muttaqin, 2013). menggambarkan antara variabel pertama
aritmia akibat gangguan hantaran implus dan
Pengambilan data awal ditempat penelitian variabel kedua adalah kejadian Acute
RSUD Ulin Banjarmasin pada tahun 2014
Coronary Syndrome (ACS) pada pasien
didapatkan angka kejadian ACS sebesar 28%
atau sekitar 1400 kasus dari 8412 seluruh jantung di RSUD Ulin Banjarmasin. Populasi
kasus penderita penyakit jantung dan pada dalam penelitian ini adalah pasien yang
tahun 2015 didapatkan angka presentasi terdiagnosa penyakit ACS di ruangan
kejadian ACS 17% atau sekitar 1513 kasus Alamanda Jantung dan ICCU RSUD Ulin
dari 8900 seluruh penderita kasus penyakit banjarmasin. Sampel dalam penelitian ini
jantung dari hasil yang didapat maka dapat adalah sebagian populasi pasien rawat inap
disimpulkan terjadi peningkatan kasus pada
dan rawat jalan penderita Acute Coronary
tahun 2015. Kesimpulan hasil data yang
diperoleh di RSUD Ulin Banjarmasin adalah Syndrome (ACS). Sampel yang akan
pada tahun 2014 didapatkan jumlah penderita digunakan dalam penelitian ini peneliti
dengan persentase sebanyak 28% dan pada menggunakan Accidental Sampling yaitu 3
teknik pengambilan sampel yang dilakukan
sesaat, sehigga sample diperoleh adalah Jumlah
No Komplikasi ACS
sample yang tersedia pada waktu itu. F %
1 Aritmia 18 58,1
Penelitian dilakukan di ruang Alamanda 2 Tidak Aritmia 13 41,9
Jantung dan ICCU RSUD Ulin Banjarmasin. Total 31 100,0
Waktu penelitian dimulai dari studi
pendahuluan pada tanggal 5 desember 2016. Tabel 2 menunujukan bahwa responden
Instrumen pengumpulan data tentang yang menderita ACS lebih banyak
gambaran kejadian Acute Coronary mengalami komplikasi aritmia sebanyak
18 responden atau (58,1%).
Syndrome (ACS) yang menimbulkan aritmia
akibat gangguan hantaran implus Tabel 3Distribusi Frekuensi Jenis
menggunakan rekam medis pasien di RSUD Komplikasi Aritmia Akibat
Ulin Banjarmasin yang diiisi oleh petugas Gangguan Hantaran implus di
medis. Teknik pengumpulan data penelitian Ruang Almanda dan Ruang
ini dilakukan dengan melakukan observasi ICCU RSUD Ulin Banjarmasin.
dan analisis pada buku rekam medis pasien.
Jumlah
No Jenis Ritme Jantung
F %
3. Hasil Penelitian
1 Blok atrio-ventrikular
3.1 Analisis Univariat derajat 1
5 16,1
Tabel 1 Disitribusi Frekuensi Jenis 2 Blok atrio-ventrikular
Klasifikasi Acute Coronary 4 12,9
derajat tiga
Syndrome (ACS) di Ruang 3 RBBB (Right Bundle
Alamanda dan Ruang ICCU 4 12,9
Branch Block)
RSUD Ulin Banjarmasin. 4 LBBB (Left Anterior
1 3,2
Branch Block)
Jumlah 5 LAFB (Left Anterior
No 3 9,7
Jenis ACS F % Fasicular Block)
1 UAP 7 22,6 6 LPFB (Left Posterior
1 3,2
2 STEMI 15 48,4 Fasicular Block)
3 Non STEMI 9 29,0 7 Sinus rhythm 13 41,9
Total 31 100,0 Total 31 100,0
4
Tabel 4 Distribusi Tabulasi Gambaran Jenis Ritme Jantung dengan klasifikasi ACS di Ruang
Almanda dan Ruang ICCU RSUD Ulin Banjarmasin.
Klasifikasi ACS
Jenis Ritme Total
No UAP STEMI Non STEMI
Jantung
F % F % F % F %
1 Blok atrio-ventrikular
0 0,0 3 9,7 2 6,5 5 16,1
derajat 1
2 Blok atrio-ventrikular
1 3,2 1 3,2 2 6,5 4 12,9
derajat tiga
3 RBBB (Right Bundle
2 6,5 1 3,2 1 3,2 4 12,9
Branch Block)
4 LBBB (Left Anterior
1 3,2 0 0,0 0 0,0 1 3,2
Branch Block)
5 LAFB (Left Anterior
1 3,2 1 3,2 1 3,2 3 9,7
Fasicular Block)
6 LPFB (Left Posterior
0 0,0 1 3,2 0 0,0 1 3,2
Fasicular Block)
7 Sinus rhythm 2 6,5 8 25,8 3 9,7 13 41,9
Total 7 22,8 15 48,4 9 29,0 31 100,0
Tabel 4 menunjukan sebagian besar di dominasi oleh jenis ACS STEMI yang memiliki ritme
jantung sinus rhythm sebanyak 8 responden atau (25,8%), tetapi bila kita lihat dari ritme yang ada
gangguannya adalah ACS jenis STEMI dengan gangguan ritme blok atrio-ventrikular derajat 1
sebanyak 3 responden atau (9,7%).
5.2 Sebagian besar responden yang Anggraini, P. (2016). Gambaran Kejadian Aritmia
mengalami komplikasi Aritmia akibat dan Kejadian Mortalitas Pada Pasien STEMI
gangguan hantaran implus berjumlah 18 di RSUD Ulin Banjarmasin.Dunia
responden (58,1%) diantarannya blok keperawatan.4(2). Pp 100-103.
atrio-ventrikular sebanyak 9 responden
(29%), blok intra-ventrikular 9 Arikunto & Suharsimi.(2010). Prosedur Penelitian
responden (29%), tidak di temukan Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
gangguan pada blok sino atrial. Cipta
Herman, B (2014). Buku Ajar Fisiologi Jantung. * Marufi Alwan. Mahasiswa S.1 Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
Hidayat, AAA.(2009). Metode penelitian ** Solikin Ns., M. Kep.,Sp.,Kep.MB. Dosen
keperawatan dan tekhnik analisa data.Jakarta : Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
Salemba Medika ***Zainal Aripin, SKM, MM. Pegawai
Kesbangpol Provensi Kalimantan Selatan.
Leonard, S.L, M.D. (2011). Pathophysiology of
Heart Disease. A Collaborative Project of
Harvard Medical Scholl, 5 ed. Philadelphia:
Lippincott Williams &wilkins.