You are on page 1of 12

GAMBARAN KEJADIAN ACUTE CORONARY SYNDROME (ACS) YANG MENIMBULKAN

ARITMIA AKIBAT GANGGUAN HANTARAN IMPLUS


DI RSUD ULIN BANJARMASIN

MANUSKRIP

Oleh :
MARUFI ALWAN
NPM. 1614201120345

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2017
GAMBARAN KEJADIAN ACUTE CORONARY SYNDROME (ACS) YANG MENIMBULKAN
ARITMIA AKIBAT GANGGUAN HANTARAN IMPLUS
DI RSUD ULIN BANJARMASIN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan

Pada Program Studi S.1 Keperawatan

Oleh :
MARUFI ALWAN
NPM. 1614201120345

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2017

i
ii
GAMBARAN KEJADIAN ACUTE CORONARY SYNDROME (ACS) YANG MENIMBULKAN
ARITMIA AKIBAT GANGGUAN HANTARAN IMPLUS
DI RSUD ULIN BANJARMASIN

Marufi Alwan*, Solikin**, Zainal Aripin***

Universitas Muhammadiyah Banjarmasin


Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan
Program Studi S.1 Keperawatan

Email :alwanmarufi@gmail.com

Abstract

ACS is a deadly heart disease, 90% of ACS is caused by atherosclerosis, an ACS complication of which
one of the arrhythmia is due to electrical conduction of heart cell disruption. Ischemic myocardium
characterized by ionic and biochemical changes, resulting in unstable litric activity triggering and
maintaining arrhythmias, infarcts creating active regions and blocks of lithric conduction.This study
aims to determine the description of the Acute Coronary Syndrome (ACS) Events That Inflict
Arrhythmias Due to Implus Conductive Disorders at Ulin Banjarmasin General Hospital. This research
method is descriptive analytic with population of 90 people in space Alamanda heart and ICCU RSUD
Ulin Banjarmasin, by using accidental sampling technique obtained 31 respondents. The results of this
study is showed that the most dominant type of ACS was STEMI (48.4%), which suffered the most
complicated ACS complications of Arrhythmias (58.4%), the rhythm type that experienced the largest
impulse impairment was the atrio-ventricular block of degree 1 (16, 1%), the respondent had ACS
causing arrhythmia due to STEMI's most prevalence of implants disorder with complication of atrio-
ventricular block of degree 1 (9.7%).

Keyword: Arrhythmia, ACS, Implus Delivery Disorders

Abstrak

ACS merupakan penyakit jantung yang mematikan, 90% ACS disebabkan aterosklerosis, komplikasi
ACS salah satunyaaritmia disebabkan adanya gangguan konduksi listrik sel jantung. Iskemik
miokardium ditandai perubahan ion dan biokimiawi, mengakibatkan aktivitas litrik tidak stabil memicu
dan mempertahankan aritmia, infark menciptakan daerah aktif dan blok konduksi litrik. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui Gambaran Kejadian Acute Coronary Syndrome (ACS) Yang Menimbulkan
Aritmia Akibat Gangguan Hantaran Implus di Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin.Metode
penelitian ini deskriftif analitik dengan jumlah populasi 90 orang di ruang Alamanda jantung dan ICCU
RSUD Ulin Banjarmasin, menggunakan teknik accidental sampling didapatkan 31 responden. Hasil
penelitian ini didapatkan jenis ACS yang paling mendominasi adalah STEMI (48,4%), yang menderita
ACS terbanyak mengalami komplikasi Aritmia (58,4%), jenis ritme yang mengalami gangguan hantaran
implus terbanyak adalah blok atrio-ventrikular derajat 1 (16,1%), responden menderita ACS yang
menimbulkan Aritmia akibat gangguan hantaran implus terbanyak STEMI dengan komplikasi blok
atrio-ventrikular derajat 1 (9,7%).

Kata Kunci : Aritmia, ACS, Gangguan Hantaran Implus

1
1. Pendahuluan Kesimpulan hasil data yang di peroleh dari
Penyakit jantung merupakan penyebab rentan tahun 2013 hingga 2015 adalah jumlah
kematian nomor satu di dunia, penyakit keseluruhan penderita penyakit jantung
jantung terdiri dari penyakit jantung koroner, koroner pada tahun 2013 dengan presentase
gagal jantung, hipertensi, dan stroke. sebanyak 2,0% dan terjadi peningkatan yang
Penyakit jantung koroner merupakan suatu signifikan pada tahun 2014 sebanyak 12,9%
kondisi di mana ketidakcukupan suplai dan terjadi penurunana pada tahun 2015
pasokan darah dan oksigen di sebagian otot menjadi 11,59%.
jantung, biasanya muncul ketika terjadi
ketidakseimbangan antara pasokan dan Di kalimantan selatan prevalensi penyakit
kebutuhan oksigen otot jantung (joseph, jantung koroner tahun 2013 sebesar 2,2%
2016). atau sekitar 59.892 orang (RISKESDAS
2013), sedangkan pada tahun 2014
Menurut statistik dunia, ada 9,4 juta kematian didapatkan data jumlah penderita jantung
setiap tahun yang di sebabkan oleh penyakit koroner ada 901 orang diantaranya
kardiovaskuler dan 45% kematian tersebut di Banjarbaru (572 orang), Banjarmasin (221),
sebabkan oleh penyakit jantung koroner Amuntai (38 orang), Tanah laut (37 orang),
(WHO, 2013). Penyakit kardiovaskuler Tapin (16 orang), Tabalong (11 orang),
merupakan penyebab kematian nomor satu di Tanah bumbu (6 orang), Banjarmasin jumlah
negara maju dan berkembang dengan 30% penderita tertinggi kedua di kalimantan
atau sekitar 17 juta kasus dari seluruh selatan. (Dinkes Prop Kal-sel, 2014).
kematian di dunia. Dari data tersebut di Kesimpulan data yang diperoleh di kalsel
perkirakan sekitar 7,3 juta kasus disebabkan pada tahun 2013 sebanyak 2,2% atau sekitar
oleh penyakit jantung koroner (WHO 2014). 59.892 orang dari seluruh kabupaten dan
Berdasarkan seluruh data yang telah pada tahun 2014 tidak di jelaskan data dari
dikumpulkan dari WHO, pada tahun 2015 seluruh kabupaten akan tetapi dilihat data
diperkirakan kematian akibat penyakit dari 2014 terjadi penurunan yang drastis.
jantung koroner meningkat 31% atau sekitar
17,5 juta orang meninggal karena penyakit ACS merupakan suatu kondisi di mana
kardiovaskuler, dari angka kematian tersebut jantung mengalami iskemik akibat penurunan
sebanyak 7,4 juta orang meninggal karena aliran darah ke jantung yang terjadi secara
akibat penyakit jantung koroner dan 6,7 juta tiba-tiba.Istilah ACS banyak digunakan saat
orang meninggal akibat stroke. (WHO 2015). ini untuk menggambarkan kejadian kegawat
Kesimpulan yang diperoleh dari data WHO pada pembuluh darah koroner. ACS
pada tahun 2013 sampai 2015 adalah terjadi merupakan satu sindrom yang terdiri atas
penurunan pada tahun 2013 dari 45% sampai beberapa penyakit koroner, yaitu angina tak
ke 30%, pada tahun 2014 sampai ke 2015 stabil (unstable angina), infark miokard non-
terjadi peningkatan kembali dari 30% ke 31%. elevasi ST, infark miokard dengan elevasi ST,
maupun angina pektoris pasca infark atau
Di indonesia, berdasarkan hasil Rikesdas pasca tindakan intervensi koroner perkutan.
tahun 2013 menunjukan prevalensi penyakit ACS merupakan keadaan darurat jantung
jantung koroner berdasarkan pernah dengan manifestasi klinis rasa tidak enak di
terdiagnosis dokter tanpa ada gejala sebesar dada atau gejala lain sebagai akibat iskemik
0,5% atau 883.447 orang dan berdasarkan miokardium. Terjadinya ACS dipengaruhi
diagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5% oleh beberapa keadaan, yaitu aktivitas/latihan
atau 2.650.342 orang. Berdasarkan data dari fisik yang berlebihan (tidak terkondisikan),
Badan Penelitian dan Pengembangan stres emosi, terkejut, udara dingin. Keadaan
Kesehatan (Balitbangkes) sebanyak 12,9% tersebut ada hubungannya dengan
dari 41.590 kematian di Indonesia selama peningkatan aktifitas simpatis sehingga
tahun 2014 Penyakit Jantung dan Pembuluh tekanan darah meningkat, frekuensi debar
Darah menempati urutan kedua setelah stroke. jantung meningkat dan kontraktilitas jantung
Menurut Kemenkes pada tahun 2015 meningkat (Aspiani, 2014).
didapatkan data 1,3 juta orang pada penyakit
tidak menular yang terdiri dari penyakit Pada pasien infark miokard dengan elevasi
jantung dan pembuluh darah (11,59%), Gagal ST atau non elevasi ST dapat menimbulkan
Ginjal Kronik (4,71%), Kanker (4,03%), banyak komplikasi diantaranya gagal pompa,
Stroke (1,59%), dan Thalasemia (0,73%). syok kadiogenik, perluasan infark, kelainan
2
struktur perkarditis dan aritmia (Priscilla dkk tahun 2015 mengalami penurunan kasus
2016). Aritmia merupakan komplikasi umum dengan persentase sebanyak 17%.
pada sindrome koroner akut, kematian
mendadak yang berasal dari gangguan irama RSUD Ulin banjarmasin merupakan tempat
jantung diperkirakan mencapai angka 50% rujukan pasien-pasien kardiovaskuler dari
dari seluruh kematian karena penyakit rumah sakit lain baik di provinsi kalimantan
jantung. Aritmia jantung disebabkan oleh selatan khususnya banjarmasin maupun
kelainan pembangkitan atau penghantaran daerah lainnya, hasil survey pada tahun 2016
(konduksi) implus listrik atau keduanya di Ruang Alamanda Jantung Acute coronary
(Joseph, 2015). Syndrome (ACS) merupakan terbesar ketiga
setelah heart failuer (HF) dan Hipertensi.
Aritmia dapat disebabkan, apabila terjadi Data yang di dapatkan pada penderita Acute
ketidakseimbangan pada salah satu sifat coronary Syndrome (ACS) sebanyak 90
dasar otot jantung (eksitabilitas, otomatisitas, orang dan penderita aritmia sebanyak 15
konduktivitas dan kontraktilitas).Pada infark orang khususnya terkait aritmia dengan
miokard terjadi peningkatan respon gangguan hantaran implus sebanyak 6 orang,
miokardium terhadap stimulus akibat sehingga peneliti tertarik meneliti di RSUD
penurunan oksigenasi ke miokardium yang Ulin banjarmasin.
menyebabkan peningkatan eksitabilitas.
Penyebab aritmia jantung biasanya satu atau Studi pendahuluan yang dilakukan pada
gabungan dari kelainan dalam sistem irama tanggal 21-28 desember 2016 di RSUD Ulin
konduksi jantung seperti irama abnormal dari Banjarmasin, didapatkan data status rekam
pacu jantung, pergeseran pacu jantung dari medik dari 6 orang yang mengidap Acute
nodus sinus ke bagian lain dari jantung, blok Coronary Syndrome (ACS), 2 orang
pada tempat yang berbeda sewaktu diantaranya mengalami komplikasi aritmia
menghantarkan implus melalui jantung, jalur gangguan hantaran AV blok complete.
hantaran implus yang abnormal melalui Sedangkan 4 orang lainnya mengalami Acute
jantung, pembentukan yang spontan dari Coronary Syndrome (ACS) yang
implus abnormal pada hampir semua bagian kemungkinan ada komplikasi aritmia lain
jantung (Aspiani, 2014) seperti gangguan pembentukan hantaran
implus.
Gangguan aritmia diklasifikasikan ada 2 jenis
yaitu gangguan pembentukan implus yang 2. Metode Penelitian
terdiri dari gangguan pembentukan implus di Jenis dan rancangan penelitian yang
sinus, gangguan pembentukan implus di digunakan dalam penelitian ini adalah
atrial, gangguan pembentukan implus di deskriptif analitik, yang artinya survey atau
penghubung AV, gangguan pembentukan
penelitian untuk mencoba menggali dan
implus di ventricular. Sedangkan jenis yang
satunya hantaran gangguan pada hantaran menggambarkan bagimana dan mengapa
implus yang terdiri dari blok sino atrial, blok fenomena kesehatan itu terjadi (Nursalam,
konduksi atrioventrikel dan blok konduksi 2011). Pada penelitian ini peneliti ingin
intraventrikel (Muttaqin, 2013). menggambarkan antara variabel pertama
aritmia akibat gangguan hantaran implus dan
Pengambilan data awal ditempat penelitian variabel kedua adalah kejadian Acute
RSUD Ulin Banjarmasin pada tahun 2014
Coronary Syndrome (ACS) pada pasien
didapatkan angka kejadian ACS sebesar 28%
atau sekitar 1400 kasus dari 8412 seluruh jantung di RSUD Ulin Banjarmasin. Populasi
kasus penderita penyakit jantung dan pada dalam penelitian ini adalah pasien yang
tahun 2015 didapatkan angka presentasi terdiagnosa penyakit ACS di ruangan
kejadian ACS 17% atau sekitar 1513 kasus Alamanda Jantung dan ICCU RSUD Ulin
dari 8900 seluruh penderita kasus penyakit banjarmasin. Sampel dalam penelitian ini
jantung dari hasil yang didapat maka dapat adalah sebagian populasi pasien rawat inap
disimpulkan terjadi peningkatan kasus pada
dan rawat jalan penderita Acute Coronary
tahun 2015. Kesimpulan hasil data yang
diperoleh di RSUD Ulin Banjarmasin adalah Syndrome (ACS). Sampel yang akan
pada tahun 2014 didapatkan jumlah penderita digunakan dalam penelitian ini peneliti
dengan persentase sebanyak 28% dan pada menggunakan Accidental Sampling yaitu 3
teknik pengambilan sampel yang dilakukan
sesaat, sehigga sample diperoleh adalah Jumlah
No Komplikasi ACS
sample yang tersedia pada waktu itu. F %
1 Aritmia 18 58,1
Penelitian dilakukan di ruang Alamanda 2 Tidak Aritmia 13 41,9
Jantung dan ICCU RSUD Ulin Banjarmasin. Total 31 100,0
Waktu penelitian dimulai dari studi
pendahuluan pada tanggal 5 desember 2016. Tabel 2 menunujukan bahwa responden
Instrumen pengumpulan data tentang yang menderita ACS lebih banyak
gambaran kejadian Acute Coronary mengalami komplikasi aritmia sebanyak
18 responden atau (58,1%).
Syndrome (ACS) yang menimbulkan aritmia
akibat gangguan hantaran implus Tabel 3Distribusi Frekuensi Jenis
menggunakan rekam medis pasien di RSUD Komplikasi Aritmia Akibat
Ulin Banjarmasin yang diiisi oleh petugas Gangguan Hantaran implus di
medis. Teknik pengumpulan data penelitian Ruang Almanda dan Ruang
ini dilakukan dengan melakukan observasi ICCU RSUD Ulin Banjarmasin.
dan analisis pada buku rekam medis pasien.
Jumlah
No Jenis Ritme Jantung
F %
3. Hasil Penelitian
1 Blok atrio-ventrikular
3.1 Analisis Univariat derajat 1
5 16,1
Tabel 1 Disitribusi Frekuensi Jenis 2 Blok atrio-ventrikular
Klasifikasi Acute Coronary 4 12,9
derajat tiga
Syndrome (ACS) di Ruang 3 RBBB (Right Bundle
Alamanda dan Ruang ICCU 4 12,9
Branch Block)
RSUD Ulin Banjarmasin. 4 LBBB (Left Anterior
1 3,2
Branch Block)
Jumlah 5 LAFB (Left Anterior
No 3 9,7
Jenis ACS F % Fasicular Block)
1 UAP 7 22,6 6 LPFB (Left Posterior
1 3,2
2 STEMI 15 48,4 Fasicular Block)
3 Non STEMI 9 29,0 7 Sinus rhythm 13 41,9
Total 31 100,0 Total 31 100,0

Tabel 1 menunjukan menunjukan bahwa Tabel 3 menunjukan jenis ritme jantung


jenis ACS yang paling banyak terjadi yang terjadi pada responden penelitian
adalah STEMI yaitu sebanyak 15 orang ini di dominasi oleh sinus rhythm
atau (48,4%) dan yang paling rendah sebanyak 13 responden atau (41,9%),
yaitu UAP yaitu 7 orang atau (22,6%). tetapi jika kita lihat dari jenis aritmia
akibat gangguan hantaran implus yang
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kejadian di dapat paling banyak adalah blok atrio-
Acute Coronary Syndrome ventrikular derajat 1 sebanyak 5
(ACS) Yang Menimbulkan responden atau (16,1%) sedangkan yang
komplikasi di Ruang Almanda paling rendah LBBB dan LPFB
dan Ruang ICCU RSUD Ulin sebanyak 1 responden atau (3,2%) .
Banjarmasin.
Jumlah
No Komplikasi ACS
F %
1 Aritmia 18 58,1
2 Tidak Aritmia 13 41,9
Total 31 100,0

4
Tabel 4 Distribusi Tabulasi Gambaran Jenis Ritme Jantung dengan klasifikasi ACS di Ruang
Almanda dan Ruang ICCU RSUD Ulin Banjarmasin.

Klasifikasi ACS
Jenis Ritme Total
No UAP STEMI Non STEMI
Jantung
F % F % F % F %
1 Blok atrio-ventrikular
0 0,0 3 9,7 2 6,5 5 16,1
derajat 1
2 Blok atrio-ventrikular
1 3,2 1 3,2 2 6,5 4 12,9
derajat tiga
3 RBBB (Right Bundle
2 6,5 1 3,2 1 3,2 4 12,9
Branch Block)
4 LBBB (Left Anterior
1 3,2 0 0,0 0 0,0 1 3,2
Branch Block)
5 LAFB (Left Anterior
1 3,2 1 3,2 1 3,2 3 9,7
Fasicular Block)
6 LPFB (Left Posterior
0 0,0 1 3,2 0 0,0 1 3,2
Fasicular Block)
7 Sinus rhythm 2 6,5 8 25,8 3 9,7 13 41,9
Total 7 22,8 15 48,4 9 29,0 31 100,0

Tabel 4 menunjukan sebagian besar di dominasi oleh jenis ACS STEMI yang memiliki ritme
jantung sinus rhythm sebanyak 8 responden atau (25,8%), tetapi bila kita lihat dari ritme yang ada
gangguannya adalah ACS jenis STEMI dengan gangguan ritme blok atrio-ventrikular derajat 1
sebanyak 3 responden atau (9,7%).

4. Pembahasan aterosklerosis ringan maupun yang


4.1 Gambaran kejadian Acute Coronary sudah mengalami aterosklerosis yang
Syndrome (ACS) yang menimbulkan cukup berat. Pada kasus ini semua
aritmia akibat gangguan hantaran implus. klasifikasi Acute Coronary Syndrome
Lebih dari 90% Acute Coronary ditemukan dan semua klasifikasi juga
Sindrome (ACS) merupakan gangguan mengalami gejala yang sama yaitu nyeri
dari plak aterosklerosis dilanjutkan dada akibat suplai oksigen yang kurang
dengan agregasi platelet yang meningkat ke miokardium.
dan pembentukan trombus
intrakoroner.Trombus bisa Hasil penelitian sebelumnya yang
mengakibatkan daerah pada plak dilakukan Gayatri et.al (2016) dengan
menyempit sebagian atau oklusi judul jurnal “Prediktor Mortalitas Dalam
lengkap.Sehingga aliran darah menjadi Rumah Sakit Pasien Infark Miokard
terganggu yang menyebabkan suplai Akut ST Elevation (STEMI) Akut di
oksigen ke miokard tidak seimbang RSUD dr. Dradjat prawiranegara Serang,
(Leonard LS, 2011).ACS merupakan Indonesia.” Menunjukan bahwa kejadian
keadaan dinamis saat aliran darah ACS (Acute Coronary Syndrome)
koroner menurun secara akut, tetapi didominasi oleh jenis STEMI sebanyak
tidak tersumbat seluruhnya. Sel 63%, NON STEMI 19%, dan UAP
miokardium dicederai oleh iskemia akut sebanyak 18%. STEMI merupakan
yang terjadi. Sebagian besar orang yang infark miokard akut dengan elevasi ST
terserang ACS mengalami stenosis yang berkisar 70% dari semua serangan
siginifikan pada satu atau lebih arteri jantung. STEMI terjadi dengan
koroner (LeMone dkk, 2016). mengembangkan oklusi lengkap dari
arteri koroner utama yang sebelumnya
Reponden telah mengalami terkena aterosklerosis. Hal ini
aterosklerosis pada pembuluh darah menyebabkan kerusakan ketebalan
sehingga terjadinya Acute Coronary menyeluruh dari otot jantung. ST
5
Syndrome, baik yang telah mengalami Elevation Miocard Infark (STEMI)
didefinisikan sebagai nekrosis dalam penelitian ini menjelaskan bahwa
miokardium yang disebabkan oleh tidak kejadian orang yang menderita ACS
adekuatnya pasokan darah akibat (Acute Coronary Syndrome) cenderung
sumbatan akut arteri koroner yang mengalami Aritmia (Anggraini et.al
ditandai dengan adanya segmen ST 2016). Aritmia merupakan komplikasi
elevasi pada EKG (Idrus Alwi, dkk umum pada sindrome koroner akut,
2010). kematian mendadak yang berasal dari
gangguan irama jantung diperkirakan
Penelitian ini menunjukan bahwa mencapai angka 50% dari seluruh
sebagian responden yang mengalami kematian karena penyakit jantung.
Acute Coronary Syndrome yaitu STEMI (Joseph, 2015).
sebanyak 48,4%, itu artinya sebagian
responden sudah mengalami Dalam kasus aritmia terjadinya infark
aterosklerosis dalam kondisi yang berat, sangat mempengaruhi perubahan
ditambah dengan trombus oklusi total elektrofisiologis sel miokardium dan
yang menyebabkan penyempitan pembentukan konduksi implus dalam
pembuluh darah semakin parah sehingga jantung. Aritmia merupakan komplikasi
kebanyakan dari penderita Acute yang paling umum terjadi pada orang
Coronary Syndrome mengalami STEMI. yang mengalami ACS ini terbukti
ditemukannya hasil penelitian yang
4.2 Karakteristik dilihat dari responden yang mengalami komplikasi aritmia paling
mengalami ACS (Acute Coronary banyak dibandingkan orang yang tidak
Syndrome) dengan komplikasi Aritmia. mengalami komplikasi aritmia
Aritmia umumnya disebabkan oleh
iskemia atau infark myokard. Lokasi 4.3 Karakteristik responden berdasarkan
terjadinya infark turut mempengaruhi jenis aritmia akibat gangguan hantaran
proses terjadinya aritmia. Sebagai contoh, implus.
jika terjadi infark di anterior, maka
Hasil penelitian sebelumnya yang
stenosis biasanya barada di right
coronary artery yang juga berperan dilakukan oleh Kalangi et.al (2015)
dalam memperdarahi SA node sehingga dengan judul jurnal “Gambaran Aritmia
impuls alami jantung mengalami Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner di
gangguan (Muttaqin, 2012). Isekemia, RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado”.
cedera, dan infark jaringan miokardium Di dapatkan klasifikasi blok atrio-
mempengaruhi eksitabilitas dan ventrikular derajat 1 menduduki urutan
kemampuan untuk berkonduksi dan
ke 2 yaitu sebanyak 24% setelah PVC,
merespons stimulus listrik (LeMone dkk,
2016). menurut kalangi ini di karenakan PVC
aritmia jantung akibat gangguan
Pada ACS (Acute Coronary Syndrome) pembentukan implus sering ditemui pada
kerusakan yang ditimbulkan akibat masyarakat karena seiring bertambahnya
Infark dapat mempengaruhi terjadinya usia (Kalangi et.al 2015). Sedangkan
Aritmia dan lokasinya pun turut juga hasil penelitian sebelumnya yang
mempengaruhi.
dilakukan oleh Anggraini et.al (2016)
Hasil penelitian sebelumnya yang dengan judul jurnal “Gambaran kejadian
dilakukan oleh Anggraini et.al (2016) Aritmia dan kejadian mortalitas pada
dengan judul jurnal “Gambaran kejadian pasien STEMI di RSUD Ulin
Aritmia dan kejadian mortalitas pada Banjarmasin” menunjukan bahwa aritmia
pasien STEMI di RSUD Ulin akibat gangguan hantaran implus yang
Banjarmasin” didapatkan hasil 65%
paling sering terjadi adalah jenis blok
responden mengalami komplikasi aritmia
dan hanya 35% yang tidak mengalami atri-ventrikular derajat 1, menurut
aritmia. Penelitian anggraini Anggraini responden yang di dapatkan
menggunakan sample sebanyak 17 orang pada saat penelitian lokasi infark yang
yang terdiri dari 11 orang yang terkena adalah bagian antroseptal, 6
mengalami Aritmia dan 6 tidak aritmia,
sedangkan pada blok atrio-ventrikular dengan judul jurnal “Gambaran kejadian
derajat 3 ditemukan juga pada penelitian Aritmia dan kejadian mortalitas pada
ini (Anggraini et.al 2016). pasien STEMI di RSUD Ulin
Banjarmasin” juga di dapatkan adanya
Berdasarkan hasil diatas aritmia STEMI dengan komplikasi blok atrio-
gangguan hantaran implus yang sering ventrikular derajat 1, namun pada jurnal
terjadi pada penyakit ACS adalah ini tidak di sebutkan jumlah responden
berjenis Blok atrio-ventrikular derajat 1 yang mengalami blok atrio-ventrikular
ini ada hubungannya dengan lokasi derajat 1 (Anggraini et.al 2016).
terjadinya infark. Insidensi artimia pasca STEMI lebih
tinggi pada pasien-pasien yang datang
Blok atrio-ventikular derajat 1 biasanya segera setelah onset gejala. Mekanisme
berhubungan dengan penyakit jantung yang menyebabkan aritmia akibat infark
organik atau mungkin disebabkan oleh antara lain ketidakseimbangan sistem
efek digitalis.Hal ini biasanya terlihat saraf otonom, gangguan elektrolit,
pada klien dengan infark miokard iskemia, dan perlambatan konduksi pada
dinding inferior (Aspiani 2015). ACS area miokardium yang iskemik (Joseph,
dapat menimbulkan blok atrio- 2015).
ventrikular transien atau persisten, pada
keadaan spasme koroner, iskemia dapat Dalam kejadian STEMI angka terjadinya
menimbulkan blok atrioventrikular Aritmia lebih tinggi ini di karenakan
transien, terutama yang terdistribusi di banyak faktor yang mempengaruhi
arteri koroner kanan. Pada MI, blok seperti iskemia sehingga mengganggu
atrio-ventrikular terjadi pada 10-25%, konduksi area dalam miokardium, dalam
pasien secara transien yang paling sering kasus STEMI komplikasi yang sering
adalah blok atrioventrikel derajat I atau II, terjadi adalah blok atri-ventrikular
tetapi blok jantung total juga dapat derajat 1.
terjadi (Joseph, 2015).
Hasil penelitian yang sebelumnya
Tidak menutup kemungkinan bahwa blok dilakukan oleh Kalangi et. al (2016)
atrioventikular derajat 3 lebih sering dengan judul “Gambaran aritmia pada
terjadi pada kasus komplikasi ACS pasien penyakit jantung koroner di RSUP
dibandingkan blok atrioventrikular Prof. Dr. R. D. Kandou Manado” juga di
derajat I hal ini dapat terjadi karena dapatkan adanya STEMI dengan
nekrosis yang terjadi pada pasien yang komplikasi aritmia pada blok atrio-
mengalami ACS sangat luas. Dan ventrikular derajat 1, hasil penelitian
terjadinya aritmia pun tergantung pada tersebut menyebutkan temuannya yaitu
seberapa luas daerah yang mengalami 24 kasus (23%) aritmia yang berasal dari
iskemik seperti terganggunya nodus av sinus, 24 kasus (24%) aritmia
sehingga mungkin bisa menyebabkan supraventrikular, 24 kasus (24%) aritmia
blok derajat atrioventrikular 1 terjadi. ventrikel, 9 kasus (9%) LBBB, 13 kasus
(13%) RBBB, 7 kasus (7%) blok atrio-
4.4 Karakteristik dari responden yang ventrikular derajat 1. Gangguan irama
menderita ACS (Acute Coronary jantung atau aritmia merupakan jenis
Syndrome) yang mengalami komplikasi komplikasi yang paling sering terjadi
Aritmia akibat gangguan hantaran implus. pada infark miokardium.Insiden
gangguan ini sekitar 90% (Kalangi et. al
Hasil penelitian sebelumnya yang 2016).Aritmia timbul akibat perubahan
dilakukan oleh anggraini et.al (2016) elektrofisiologis sel-sel miokardium. 7
Perubahan elektrofisiologis ini Menjaga jantungnya dengan
bermanifestasi sebagai perubahan bentuk menerapkan pola hidup yang sehat
potensial aksi, yaitu rekaman grafik seperti mengurangi makanan yang
berlemak jahat dan olahraga rutin setiap
aktivitas listrik sel (Muttaqin, 2013).
hari.
Terjadinya AV block tergantung dari 6.2 Bagi tempat penelitian
kerusakan pada bagian pembuluh mana Sebagai rujukan dan informasi mengenai
yang terkena, akan tetapi kejadian yang gambaran kejadian Acute Coronary
paling banyak berdasarkan teori diatas Syndrome (ACS) yang menimbulkan
adalah RCA (Right Coronary Artery), aritmia akibat gangguan hantaran implus
apabila bagian RCA yang mengalami di RSUD Ulin Banjarmasin Provinsi
infark kecenderungannya akan Kalimantan Selatan Banjarmasin.
mengalami Av block ini disebabkan oleh
RCA yang memasok kebutuhan darah ke 6.3 Bagi Institusi Pendidikan
bagian nodus AV. STEMI dengan Wawasan bagi mahasiswa dan
mahasiswi keperawatan maupun
kerusakan jaringan pada nodus
Program Studi lain di Universitas
atrioventrikular yang ringan dapat Muhammadiyah Banjarmasin, juga
menimbulkan blok atrio-ventrikular sebagai acuan bagi peneliti selanjutnya.
derajat 1.
6.4 Bagi Peneliti Lain
5. Kesimpulan . Peneliti selanjutnya mengembangkan
Berdasarkan hasil analisis data dari 31 orang dan mengetahui faktor-faktor apa saja
responden di ruang ICCU dan Ruang yang mempengaruhi mengenai ACS
Alamanda di RSUD Ulin Banjarmasin tahun terhadap kejadian aritmia.
2017 dapat di simpulkan sebagai berikut :
5.1 Sebagian besar responden yang Daftar Rujukan
mengalami ACS (Acute Coronary Alwi, I. (2010). Buku ajar ilmu penyakit dalam.
Syndrome) memiliki jenis STEMI Jilid II. Edisi kelima.Jakarta ; EGC pusat
sebesar 15 responden (48,4%). penerbit ilmu penyakit dalam

5.2 Sebagian besar responden yang Anggraini, P. (2016). Gambaran Kejadian Aritmia
mengalami komplikasi Aritmia akibat dan Kejadian Mortalitas Pada Pasien STEMI
gangguan hantaran implus berjumlah 18 di RSUD Ulin Banjarmasin.Dunia
responden (58,1%) diantarannya blok keperawatan.4(2). Pp 100-103.
atrio-ventrikular sebanyak 9 responden
(29%), blok intra-ventrikular 9 Arikunto & Suharsimi.(2010). Prosedur Penelitian
responden (29%), tidak di temukan Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
gangguan pada blok sino atrial. Cipta

5.3 Penderita ACS (Acute Coronary Aspiani, R. Y. (2015). Asuhan Kepearawatan


Syndrome) yang memiliki komplikasi Klien Gangguan Kardiovaskular. Jakarta:
Aritmia akibat gangguan hantaran EGC.
implus adalah jenis STEMI yang disertai
blok atrio-ventrikular derajat 1 yaitu Bustan,M.W. (2007). Epidemiologi penyakit tidak
sebanyak 3 responden (9,7%) dan di menular.Jakarta : PT.Reneta Citra.
temukan juga penderita ACS yang tidak
mengalami aritmia atau irama sinus Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014).Keperwatan
rhythm sebanyak 13 responden atau Medikal Bedah Manajemen Klinis untuk
(25,8%). Hasil yang Diharapkan.Edisi 8.Buku 1. Jakrta:
CV Pentasada Media Edukasi.

6. Saran Departemen Kesehatan RI (2013). Penyakit Tidak


6.1 Bagi responden Menulaat Tahun 2013. 8
Gayatri, I. (2016). Prediktor Mortalitas Dalam
Rumah Sakit Pasien Infark Miokard Akut ST RSUD Ulin Banjarmasin.(2015). Rekam Medik
Elevation (STEMI) Akut di RSUD dr. Pasien Rawat Inap dan RAWAT Jalan di
Dradjat prawiranegara Serang, Indonesia. RSUD Ulin Banjarmasin. Banjarmasin:
CDK-238. 43(3) Rumah Sakit Umum Daerah Banjarmasin.

Guyton, Arthur C. (2012). Buku Fisiologi Sidiq, F. (2014).Hubungan Antara Kadar


Manusia dan Mekanisme Terjadi Penyakit. Troponin T Dengan Fungsi Diastolik
Ventrikel Kiri Pada Pasien Sindrome
Hamm, C. W., dkk. (2011). ESC Guidelines for Koroner Akut di RS Al Islam Bandung.
the management ao acute coronary
syndromes in patients presenting without Susilo.C. (2013).Hubungan Luas Infark Miokard
persistent ST-segment elevation The Task (Berdasar Skor Selvester) Dengan Respon
Force for the management of acute coronary Nyeri Dada Pada Pasien Sindrome Koroner
syndromes (ACS) in patients presenting Akut (SKA) di RSD Dr. Soebandi
without persistent ST-segment elevation of Jember.Jurnal ilmu keperawatan.1(2).
the european Society of Cardiology (ESC).
EUR Heart J, 32, 2999-3054.

Herman, B (2014). Buku Ajar Fisiologi Jantung. * Marufi Alwan. Mahasiswa S.1 Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
Hidayat, AAA.(2009). Metode penelitian ** Solikin Ns., M. Kep.,Sp.,Kep.MB. Dosen
keperawatan dan tekhnik analisa data.Jakarta : Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
Salemba Medika ***Zainal Aripin, SKM, MM. Pegawai
Kesbangpol Provensi Kalimantan Selatan.
Leonard, S.L, M.D. (2011). Pathophysiology of
Heart Disease. A Collaborative Project of
Harvard Medical Scholl, 5 ed. Philadelphia:
Lippincott Williams &wilkins.

Muttaqin, Arif (2012). Pengantar Asuhan


Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler.

Muttaqin, Arif (2009). Asuhan Keperawatan


Klien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika

Natoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian


Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam.(2011). Konsep Dan Penerapan


Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.

Paul, E, Felix, G, Phillip, U, Marco,M, Pierre-


Frederic, K, Dragan, R. (2012).
Characteristics and Oucome in Acute
Coronary Syndrome Patients With and
Without Established Modfable
Cardiovascular Risk Factors. Insights from
the Nationwide AMIS plus Registry 1997-
2010 Cardiology: 121:228-236.

Patriyani, H. (2016). Faktor Dominan Risiko


9
Terjadinya Penyakit Jantung Koroner (PJK).
Jurnal Keperawatan Global 1(1). Pp 1-54.

You might also like