Professional Documents
Culture Documents
ID Isu Pasangan Klien Pada Pelayanan VCT ST
ID Isu Pasangan Klien Pada Pelayanan VCT ST
Email: dachliadini@yahoo.com
Abstract
Background: Voluntary Counseling and Testing (VCT) means to know the status of HIV infection and
further to prevent its spreading. Result of VCT is confidential, but it becomes complicated when someone
with HIV has spouse/sexual partner.
Objective: This article describes clients and their spouse issues in VCT services.
Methode: The study used qualitative method assessed semi-structure interview to 66 post-services clients,
employed indepth interview to two program managers, focus group discussion with two counsellor groups,
and document review on VCT guidelines. The study took place in a government-owned referral hospital
and a non-government organization focuses on HIVand AIDS prevention, both located in Jakarta.
Result: Result shows that VCT services has not yet optimally considered spouse needs due to barriers from
the client itself, besides the counseling process has not put the spouse issue yet. Additionally, this situation
was not supported by sufficient VCT guidelines in considering client' spouse issue in VCT services.
Conclusion: VCT training needs to underline the awareness on the confidentiality matter, differences of
HIV infection modes between man and woman, and the success stories of disclosure done by PLWHs to
their spouse.
Absirak
Latar belakang : Voluntary Counseling and Testing (VCT) merupakan sarana mengetahui status infeksi
HIV dan pencegahan penularan terhadap orang lain. Hasil VCT dijamin kerahasiaannya. Namun hal
kerahasiaan menjadi sulit ketika seseorang sudah mempunyai calon/pasangan seks tetap.
Tujuan: Tulisan ini mendeskripsikan isu pasangan klien dalam pelayanan VCT.
Metoda: Studi menggunakan metode kualitatif dengan wawancara semi-terstuktur terhadap 66 klien pasca-
pelayanan, wawancara mendalam kepada dua manager program, diskusi kelompok terarah (DKT) dengan
dua kelompok konselor, dan telaah pedoman pelaksanaan VCT. Studi dilakukan di satu Rumah Sakit (RS)
rujukan pemerintah dan sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Jakarta.
Hasil: Hasil studi memperlihatkan pelayanan VCT belum optimal mempertimbangkan kebutuhan pasangan
klien karena hambatan dari klien sendiri, di samping konseling .belum optimal memasukkan isu pasangan
klien. Situasi ini juga tidak didukung oleh pedoman pelaksanaan VCT yang memadai dalam
mempertimbangkan isu pasangan klien.
Kesimpulan : Studi merekomendasikan Pelatihan yang memperbaiki pemahaman makna konfidensialitas
dan memaknai adanya ketimpangan cara penularan HIV antara laki-laki dan perempuan diperlukan guna
mendorong ODHA membuka status kepada pasangannya sedini mungkin.
51
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 1 No 1, Desember 2010 : 51 - 59
52
Isu pasangan klien pada..,( Dini, Nurul, Luluk & Yudanni)
Informan/tahapan Tema
Klien Pendapat tentang anggapan masyarakat bahwa laki-laki wajar mempunyai lebih dari
satu pasangan
Pendapat perlu tidaknya membicarakan isu seksual dengan pasangan
Khusus ODHA: membuka status HIV kepada pasangan tetap
Konselor dan Pendapat tentang perempuan banyak yang terinfeksi dari laki-laki pasangan
manager program Pendapat tentang konfidensialitas
Pengalaman tentang alasan klien tidak membuka status HIV kepada pasangannya
Interaksi klien Informasi & penguatan tanggung jawab penggunaan kondom bagi klien laki-laki
dan konselor Informasi & negosiasi penggunaan kondom bagi klien perempuan
Review pedoman Konfidensialitas klien
VCT Membuka status HIV kepada pasangan
53
Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol. 1 No 1, Desember 2010 : 51 - 59
Klien laki-laki tidak segera membuka Anggapan tidak perlu membicarakan masalah
status HIV kepada pasangan seksual dengan pasangan disebutkan oleh
Dari enam klien laki-laki positif HIV yang lebih banyak klien perempuan (41%)
mempunyai pasangan tetap hanya dua yang daripada klien laki-laki (10%). Namun pada
kemudian membawa pasangannya untuk proses konseling VCT, tidak ada klien laki-
laki dan sekitar 13% klien perempuan
VCT. Satu perempuan pasangan klien sudah
mengakui membicarakan masalah terkait
menjalani dua kali VCT dan hasilnya negatif.
pasangannya dengan konselor. Umumnya
Sedangkan satu perempuan pasangan klien
masalah yang dikeluhkan adalah perilaku
terinfeksi karena tidak disiplin menggunakan l
jajan' laki-laki pasangan, cara komunikasi
kondom. Empat klien lainnya beranggapan
dengan pasangan, menjaga jarak kelahiran,
perempuan pasangannya hingga saat ini
bahkan melebar sampai pada cara berbagi
terlihat sehat-sehat saja sehingga tidak perlu
tugas di dalam rumah tangga.
melakukan VCT.
DKT dengan konselor menggali kenyataan
Konselor mengakui bahwa kebanyakan klien
tidak semua klien terbiasa menyampaikan
laki-laki tidak segera membuka status
masalah pribadi yang dihadapi. Diperlukan
HIVnya. Khawatir ditolak, perasaan malu,
pendekatan lebih baik selama konseling dan
dan hambatan keluarga merupakan alasan
terganrung budaya masing-masing, seperti
yang diceritakan seperti berikut.
kutipan berikut.
"Jadi dia (suami, red) belum sempat
"Pertanyaan di awal saya selalu
memberi tahu saya (dia) ini positif. Tapi,
menanyakan bagaimana ibu, siapa yang
sampai meninggal ia tidak sempat
masak, siapa yang mengantar anak sekolah.
memberitahukan ke istrinya. Setelah lama,
Kaitannya dengan suami, emang suami ibu
istrinya sakit. Dokter yang merawatnya
ke mana?". (Konselor LSM)
bertanya, suaminya mana? Meninggal.
Mungkin dokternya curiga. Konseling "...Kalau disangkutkan dengan ituya, kalau
juga..". (DKTKonselor RS) pemahaman pribadi saya sendiri itu ya
memang hal itu tidak pasti. Kalau dominan,
"Ya kesulitannya gini ya. Dia datang ke sini,
ya nggak cuma suami, ada juga istrinya kan.
udah kitanya gini.. tapi ke kitanya dia nsgak
Kalau saya sih lebih mengembalikan kepada
man terbuka. Biasanya keluarga itu bisa
mereka. Kita mengembalikan kepada kultur
bikin kita enggak terbuka masalah seperti
mereka masing-masing". (Konselor RS)
itu " (DKT Konselor RS)
Anggapan laki-laki wajar mempunyai banyak
"Ada yang pengantin bam, waktu pengantin
pasangan disebutkan oleh sekitar 15% klien
barunya, dia tahu ini dia positif. Tapi tetap
perempuan dan sekitar 5% klien laki-laki.
aja.. (melakukan hubungan seks, red).
Pendapat ini mencerminkan seolah
Beberapa kasus kita itu begitu" (DKT
perempuan lebih 'nrimo' daripada laki-laki.
Konselor RS)
Hal yang sama diakui konselor seperti
"..takut ditinggalin, selama ini, kondisi baik- diungkap berikut.
baik aja, gitu kan. Selama ini, nggak pernah
".. ada seorang wanita yang tidak pernah
ada sakit. Hal-hal yang seperti itu, dia lebih
mempunyai pendapat sendiri, mendapatkan
e.. memikirkan psikososialnya. Masalahnya
suami pilihan orangtua. Itu suatu
ada keluarganya, ada anak-anak, kalau
contoh...Artinya, perempuan sangat lemah
sampai istri ninggalin, apa yang akan
dalam memberikan keputusan. " (Konselor
terjadi". (Konselor LSM)
LSM, Jakarta)
"..perempuan seringkali, bilang, nanya
Proses konseling: ketimpangan kebutuhan suami, nanya suami. Secara pribadi, saya
komunikasi seksual suka tidak setuju, dalam beberapa hal tidak
harus menunggu keputusan suami. Karena
Kepada subyek ditanyakan pendapat perlu
tidaknya membicarakan masalah seksual kita juga punya hak untuk ngomong. Kalau di
konseling sih, kita tidak masukkan hal itu."
dengan pasangan, serta anggapan kewajaran
laki-laki mempunyai banyak pasangan. (Konselor LSM, Jakarta)
54
Isu pasangan klien pada...( Dini, Nurul, Luluk & Yudarini)
Proses konseling: ketimpangan kebutuhan "Yah, untuk strategi penggunaan kondom itu
informasi dan penguatan kondom ada penekanan sendiri. Laki-laki baik
perempuan, ada penekanannya.
Dari semua informan, 63% klien laki-laki dan
Penekanannya lebih sebagai bentuk
85% klien perempuan melaporkan mendapat
tanggung jawab, sebagai bentuk pemutus
informasi kondom selama konseling. Dari
rantai penularan. Lebih banyak
klien tersebut, sebanyak 41,1% klien laki-laki
penekanannya gitu.. termasuk persepsi salah
dan 52,2% klien perempuan menyebutkan
yang harus diluruskan. Persepsi selama ini,
konselor telah sangat jelas atau jelas dalam
kondom itu lebih kepada kontrasepsi". (FGD
menyampaikannya. Namun, hanya 42% klien
Konselor LSM)
laki-laki melaporkan mendapatkan penguatan
tanggung jawab dan 17% klien perempuan "Kalau dalam penggunaan kondom, saya
melaporkan mendapatkan penguatan selalu ngomong, paling tidak, tanggung
negosiasi untuk menggunakan kondom. jawab moral untuk tidak menularkan pada
orang lain.. (Wawancara Konselor LSM)
Memperkuat informasi pentingnya kondom
merupakan salah satu bentuk perlindungan "Termasuk, teknisnya. Jadi maksudnya gini,
bagi pasangan klien, terutama bagi ODHA e.. Mbak suami saya bilangnya nggak enak,
kepada pasangannya. Dari enam ODHA laki- jadi saya males makenya. Itu termasuk, kita
laki yang mempunyai pasangan tetap, empat ajarin gini. Sekarang kan uda banyak aroma,
orang melaporkan mendapat penguatan coba kita pake..yang aroma duren. Jadi,
tanggung jawab untuk menggunakan kondom istrinya juga kita ajarin untuk pintar, untuk
selama konseling, sedangkan dua ODHA ngajak si suami, bahwa kondom itu ada
lainnya tidak. Sedangkan dari tiga ODHA aroma, duren, mint, stroberi, apa gitu."
perempuan yang masih mempunyai pasangan (Wawancara Konselor LSM)
tetap, dua orang melaporkan mendapat
penguatan dalam konselingnya agar selalu
menggunakan kondom. Namun ini bukan Pedoman dan kebijakan buka status
termasuk penguatan negosiasi tetapi lebih kepada pasangan klien kurang jelas
kepada alasan keharusan 'pakai kondom.
Ada dua pedoman pelaksanaan VCT yang
Terungkap alasannya ada dua, yaitu pertama:
digunakan dalam pefayanan di lokasi studi:
karena sedang hamil maka kondom dipakai
'Modul Pelatihan Konseling dan Tes
untuk mencegah perpindahan virus dari
Sukarela' dari Depkes Tahun 2002 dan
suami, dan kedua: untuk menjaga kesehatan
'Pedoman Pelayanan Konseling dan Testing
supaya mendapat ARV gratis. Sedangkan
HIV/AIDS secara Sukarela' dari Depkes
seorang perempuan ODHA lainnya
Tahun 2006. Buku Pedoman VCT 2006
menyebutkan tidak menerima penguatan
menguraikan isu membuka status kepada
informasi tentang penggunaan kondom
pasangan klien pada halaman 28. Ditulis
karena suaminya sedang menjalani rawat
dalam sub 'VCT dan etik pemberitahuan
inap.
kepada pasangan', uraiannya lebih mengaran
Tergali dalam DKT dengan konselor bahwa kepada konfidensialitas bagi petugas, bukan
materi penguatan informasi kondom yang memuat manfaat membuka status bagi kiien,
diberikan selama konseling tidaklah sama pasangan, dan keluarga pada masa
antara oleh konselor RS dan LSM. Konselor mendatang. Buku Modul VCT (2002)
RS tidak membedakan latar belakang klien, menguraikan pemberitahuan kepada
sedangkan konselor LSM membedakannya. pasangan klien pada halaman 214. Ditulis
dalam sub 'Diskusi tentang strategi
"Kalau panduannya sama... Karena pada
pengurangan risiko', uraiannya kurang jelas
prinsipnya itu kan lebih pada faktor
karena tidak memuat seperti apa strateginya
resikonya. Pengambilan keputusan dari
serta tidak ada contoh cara buka status bagi
suami ya, Tapi dari konseling sih enggak
ODHA laki-laki dan ODHA perempuan.
berbeda. Pemberian informasi lelaki dan
perempuan, prosedurnya sama. (FGD Konfidensialitas menurut ketentuan di
Konselor RS) Indonesia terdapat dalam UU Kesehatan No.
36/200922 pasal 1 dan Peraturan Pemerintah
No. 10/196623 tentang Wajib Simpan Rahasia
55
Jurnal Kesehatan Reproduksi Voi. 1 No 1. Desember 2010 : 5! - 59
Kedokteran. Kedua peraturan sudah jelas "Ya. Kalau suami positif. Kita sebagai
menguraikan maksud konfidensialitas dan konselor kita kan mengingatkan aja. Mereka
tidak ada kaitannya dengan strategi membuka ini kan yang ngasih tahu ke istri, mereka
status. UU No.36/2009 pasal 57 sendiri. Kalau suami positif, suami kasih
menyebutkan "Setiap orang berhak atas tahu istri. Kalau istri yang positif, istri kasih
rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang tahu suami. Nanti kalau kita yang kasih tahu
telah dikemukakan kepada penyelenggaraan nanti jontok-jontokkan.." (FGD Konselor
pelayanan kesehatan". Selanjutnya RS)
dijelaskan lebih rinci dalam pasal 2
"Di masyarakat, stigma pada ODHA masih
"Ketentuan mengenai hak atas rahasia
sangat tinggi. Cuman kita mengajarkan
kondisi kesehatan pribadi sebagaimana
bahwa sebagai seorang ODHA tidak perhi
dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam
terbuka yang tidak pada tempatnya. Terbuka
hal: perintah undang-undang; Perintah
itu ada tempatnya sendiri-sendiri. Terbuka di
pengadilan; Izin yang bersangkutan,
luar pun akan menimbulkan stigma" (FGD
Kepentingan masyarakat; atau Kepentinsan
Konselor LSM)
orang tersebut". Sedangkan PP No. 10/1966
menyebutkan dalam pasal 1 "Yang dimaksud "Kita bukan menyarankan ya. Tetapi, kita
dengan rahasia kedokteran. ialah segala memotivasi si klien ini, baik kalau dia laid-
sesuatu yang diketahui oleh orang-orang laki ataupun perempuan, yang sudah punya
tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau pasangan, untuk membuka statusnya kepada
selama melakukan pekerjaannya dalam e.. pasangannya. Dalam hal ini tentu kita e..
lapangan kedokteran" Penjelasan pasal ini menggambarkan lebih ke hal positifnya.
terdapat dalam pasal berikutnya Misalnya, kalau positif, kan suatu saat
"Pengetahuan tersebut pasal I hams mungkin dia memerlukan bantuan, yang
dirahasiakan oleh orang-orang yang tersebut paling dekat dengan dia adalah
dalam pasal 3, kecuali apabila suatu pasangannya. " (Wawancara Konselor LSM)
peraturan lain yang sederajat atau lebih "Jadi kita memberikan motivasi yang positif.
tinggi daripada Peraturan Pemerintah ini Meskipun buka status ada yang rugi buat dia.
menentukan lain " Petugas yang dimaksud kita sampaikan juga. Reaksi positif adalah
dijelaskan dalam pasal 3 yang berbunyi "(a). dia menerima, mensupport. Reaksi negatif,
Tenaga kesehatan menurut pasal 2 UL' itu dia akan marah-marah, bahkan yang
tentang tenaga kesehatan (LN/1963 No.78); paling ekstrim, pisah. Hal-hal seperti itu, kita
(b). Mahasiswa kedokteran, murid yang siapkan mental dia, kalau hal itu terjadi.
bertugas dalam lapangan pemeriksaan, solusi apa yang bisa kita tawarkan. Itu aja.
pengobatan dan/atau perawatan, dan orang (Wawancara Konselor LSM)
lain yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan."
Berlainan. dengan isi peraturan tersebut, PEMBAHASAN
sebagian konselor enggan memberikan Secara biologis perempuan mempunyai risiko
dorongan kepada klien untuk membuka lebih besar terinfeksi HIV daripada iaki-laki
status HIV justru karena alasan karena bentuk anatomi organ seksual
konfidensialitas. Dibandingkan konselor RS, perempuan yang luas dibandingkan Iaki-
konselor LSM mempunyai pendapat lebih laki. 24.25 Risiko ini meningkat karena
baik tentang konfidensilitas, seperti kutipan perempuan bergantung secara ekonomi
berikut: kepada Iaki-laki dan sikap perempuan yang
"lya, kerahasiaannya. Karena.. e.. pra lebih "nrimo' merupakan nilai lazim di
sebelum konseling itu, itu catatan pertama, masyarakat.26 Bila melihat cara
bahwa konseling ini, kerahasiaannya kita penularannya, sebagian besar perempuan
iamin. Karena, kalau tidak begitu, mereka risiko rendah seperti ibu rumah tangga
tidak mau nemui. Nggak terbuka. Jadi itu ternyata terinfeksi dari Iaki-laki
sudah kita garansi dulu. Jadi ini terjaga pasangannya.16'20"27 Studi ini juga
kerahasiaannya. " (FGD Konselor RS) memperlihatkan ketimpangan cara penularan
tersebut. Sebab ketimpangan pertama: Iaki-
laki terlambat mengetahui status HIV dirinya,
56
Isu pasangan klien pada. -.( Dini Nurui. Luluk & Yudarini)
kedua: laki-laki ODHA tidak segera membuka status HIV kepada pasangannya
membuka status HIV kepada pasangannya, justru menguntungkan diri sendiri dan
dan ketiga: laki-laki ODHA tidak membawa pasangannya. Klien yang membuka status
pasangan sedini mungkin untuk mengikuti HIVnya lebih mendapat dukungan untuk
VCT. Sebab pertama dapat dijawab dengan patuh minum ARV, menjaga kesehatan,
memperluas akses VCT bagi laki-laki mengubah perilaku tidak aman.
berisiko sehingga dapat segera mendapat meningkatkan dukungan sosial, dan
pelayanan. Namun perluasan akses VCT menguatkan hubungan. Sedangkan pasangan
tidak berarti bagi pengendalian infeksi HIV klien yang lebih dini mengetahui status HIV
bila tidak diiringi konseling yang mendorong dirinya, akan lebih dini mencari pengobatan,
klien membuka status HIVnya sedini termasuk pelayanan PMTCT bila
mungkin kepada pasangannya mengingat diperlukan. Dengan demikian, ketika
adanya sebab ketimpangan kedua dan ketiga. kecenderungan penularan HIV terjadi dalam
keluarga seperti saat ini, tidak ada alasan bagi
Konseling yang berupaya mendorong klien
pelayanan VCT untuk tidak mendorong dan
untuk membuka status HIV kepada
memastikan klien sedini mungkin membuka
pasangannya memang bukan hal mudah, dan
status HIV kepada pasangannya.
tantangan terbesar berasal dari nilai di
masyarakat. Kebanyakan masyarakat Konselor VCT bekerja berdasarkan pedoman.
Indonesia tidak terbiasa membicarakan isu Bila pedomari tidak tegas menyampaikan
berbau seksual/sensitif dengan pasangannya, suatu hal, maka hal tersebut menjadi semakin
seperti masalah penularan HIV, membuka tidak jelas dalam pelaksanaannya. Studi ini
status HIV, bahkan seringkali perempuan memperlihatkan bahwa konfidensialitas
merasa risih bila berinisiatif untuk suami menjadi salah satu alasan konselor kurang
menggunakan kondom karena terbiasa termotivasi untuk mendorong klien membuka
mempercayai suami,28'16'29 Studi ini status HIVnya. Sebenarnya UU Kesehatan
memperlihatkan adanya hambatan tersebut, No.36/2009 khususnya pasal 57 dan PP
terutama pada klien perempuan. Dengan No. 10/1966 pasal 1 telah menyatakan secara
demikian dapat difahami bila klien laki-laki jelas bahwa konfidensialitas berlaku bagi
juga mengalami hambatan yang sama pada petugas kesehatan dan tidak berlaku bila
saat harus membuka status HIVnya kepada terkait kepentingan masyarakat atau
perempuan pasangannya. Situasi ini kepentingan klien tersebut. Konfidensialitas
memperlihatkan konseling perlu yang dimaksud melindungi klien karena
membedakan kebutuhan dan latar belakang kasus AIDS kental dengan stigma dan
yang bervariasi pada klien dan pasangannya, diskriminasi, tidak mengartikan konselor
konseling bukan semata pemberian boleh tidak mempedulikan klien yang tidak
informasi. Studi ini juga memperlihatkan membuka status HIV kepada pasangannya.
bahwa konselor LSM yang lebih banyak Buku Pedoman Pelaksanaan VCT (2006)
terpapar isu gender akan lebih baik dalam memang menempatkan konfidensilitas
memotivasi klien untuk berubah. Sebenarnya bersamaan dengan cara pemberitahuan hasil
dengan pendekatan yang tepat maka seorang VCT sehingga konselor memahaminya
konselor akan mampu mempengaruhi sebagai salah satu pembatasan dalam
seorang klien mengambil keputusan.30 mendorong klien untuk membuka status HIV.
Dengan demikian sangat dimungkinkan Ketidakjelasan pedoman dan keterbatasan
konseling mendorong klien, terutama ODHA pemahaman konselor tentang hal ini
laki-laki, untuk sedini mungkin membuka berpotensi melanggengkan berbagai alasan
status HIVnya dan mengajak pasangannya sehingga proses konseling tidak mendorong
untuk VCT. klien untuk membuka status HIV kepada
pasangannya.
Beberapa studi lain melaporkan bahwa
membuka status HIV kepada pasangan
merupakan tahapan sulit, dan cara
KESIMPULAN DAN SARAN
menyampaikannya memerlukan strategi yang
berbeda untuk membuka status antara ODHA Studi ini memperlihatkan bahwa isu
perempuan dan ODHA laki-laki.3"032 pasangan klien, termasuk membuka status
Disepakati bahwa semakin dini ODHA HIV, belum optimal menjadi pembicaraan
57
Jurnal Kcsehatan Reproduksi Vol. 1 No 1, Desember 2010 : 51 - 59
dalam konseling VCT, terutama bagi ODHA Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL),
laki-laki kepada pasangannya. Dorongan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2010.
6. Ford, K., Wirawan D.N., Sumantera G.M., Sawitri
untuk membuka status ODHA laki-laki A.A.S., Stahre M. Voluntary HIV Testing,
kepada pasangan sangat diperlukan disclosure, and stigma among injection drug users
sehubungan semakin banyaknya perempuan in Bali, Indonesia, AIDS Education and
terinfeksi dari pasangannya dalam hubungan Prevention, 2004, 16 (6), 487^98.
7. Datye V., Kilemann K., Sheikh K., Deshmukh D.,
perkawinan. Pengambil kebijakan pada
Deshpande S., Porter J., Rangan S. Private
pelayanan VCT diharapkan dapat pratitioners' communications with patients around
memperhatikan rekomendasi berikut: HrV testing in Pune, India. Oxford University
pertama, perlu pelatihan yang memperbaiki Press and The London School of Hygiene and
pemahaman makna konfidensialitas dan Tripical Medicine, 2006.
8. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS
memaknai adanya ketimpangan cara (UNAIDS). Men and AJDS - A Gendered
•penularan HIV antara laki-laki dan Approach, 2000 World AIDS Campaign. Geneva:
perempuan agar konselor lebih baik dalam UNAIDS, 2000.
mendorong ODHA membuka status kepada 9. Maman S, Mbwambo, J.K., Hogan, N.M., Weiss
E., Kilonzo G.P., & Sweat M.D. High rates and
pasangannya sedini mungkin. Kedua, perlu
positive outcomes of HFV-serostatus disclosure to
memperkaya modul pelatihan dan pedoman sexual partners: reason for cautious optimism from
pelaksanaan VCT dengan mengangkat a voluntary counseling and testing clinic in Dar es
berbagai kisah sukses ODHA laki-laki Salaam, Tanzania. AIDS and Behavior. 2002, 7
membuka status HIV kepada pasangannya (4).
10. World Health Organization (WHO). Gender
atau sebaliknya agar konselor memahami Dimensions of HrV Status Disclosure to Sexual
kesulitan dan cara penanganannya di Partners: Rates, Barriers, and Outcomes, A
lapangan. Review Paper. Geneva: WHO, 2004.
11. Kalichman S.C., Rompa D., DiFonzo K., Simpson
D., Kyomugisha F., Austin J., & Luke W. Initial
development of scales to asses self-efficacy for
UCAPAN TERIMA KASIH disclosing HIV status and negotiating safer sex in
HIV-positive persons. AIDS and Behavior, 2001,
Terima kasih kepada KPAN-HCPI atas
5(3).
dukungan Dana Penelitian HIV Tahun 2009, 12. Stirratt M.J., Remien R.H., SmithA., Copeland
bimbingan Prof. Budi Utomo dan Dr. O.Q., Dolezal C., & Krieger D. The Role of HIV
Sabarinah Prasetyo, serta Balitbangkes serostatus in antiretroviral medication adherence.
Depkes. AIDS Behavior, 2006, 10, 483-493.
13. Grau L.E., White E., Niccolai L.M., Toussova
O.V., Vevevochkin S.V., Kozlov A.P, & Heimer,
R. HP/ disclosure, condom use, and awarness of
DAFTAR PUSTAKA HIV infection among HIV-positive, heterosexual
druginjectors in St.Peterburg, Russian Federation.
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. AIDS Behavior, 2010.
Pedoman Pelayanan Konseling dan Testing 14. Gari T., Habte D., & Markos E. HIV positive
HIV/AIDS Secara • Sukarela (Voluntary status disclosure to sexual partner among women
Counselling and Testing). Jakarta: Direktorat attending ART clinical Hawassa university
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Referral Hospital, SNNPR, Ethiopia. Ethiopia J.
Lingkungan (P2PL), Departemen Kesehatan Health Dev, 2010, 24(1).
Republik Indonesia, 2006. 15. World Health Organization (WHO). Violence
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Against Women and HIV/AIDS: Critical
Modul Pelatihan Konseling dan Tes Sukarela HFV Intersections - Intimate partner violence and
(Voluntary Counselling and Testing = VCT). HIV/AIDS, Information Bulletin Series, 2001,
Jakarta. Direktorat Jenderal Pengendalian Number ]
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL), 16. Interagency Gender Working Group. How To
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002. Integrate Gender into HIV/AIDS Program, Using
3. Family Health International (FHI) & United State Learned From USAID and Partner Organization.
Agency for International Development (USAID). Washington: IGWG, 2004.
VCT Toolkit: A Guide to Establishing Voluntary 17. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS
Counseling and Testing Services for HIV. (UNAIDS). HIV Transmission in Intimate Partner
Arlington: FHI & USAID, 2002. • Relationship in Asia, Geneva: UNAIDS,2009.
4. World Health Organization (WHO). The Right To 18. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS
Know: New Approaches to HIV Testing and (UNAIDS). Operational Guide on Gender &
Counselling. Geneva: WHO, 2003 HIV/AIDS: A Right-based Approach,
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Amsterdams: Interagency Task team on Gender &
Laporan Kasus HIV/AIDS sampai Juni 2010. H1V/AIDS-UNAIDS, 2005.
Jakarta: Direktorat Jenderal Pengendalian
58
Isu pasangan klien pada...( Dini, Nurul, Luluk & Yudarini)
19. Newmann, et al, , Marriage, Monogami, and for The Advancement of Women,WHO and
HIV: a Profile of HIV Infected Women in South UNAIDS, 2000
India [cited 2010 Jan 14] Available fromURL: 27. Indah, S. Mekanisme Koping Wanita yang
http://iisa.rsmjoumals.com/cgi/contentyabstract/1 I/ Terinfeksi HFV dari Suaminya (Studi Kualitatif di
4/250?maxtoshow=&HITS=10&hits=10&RESUL Yayasan Pelita Ilmu Jakarta). Jakarta: RSPN Cipto
TFORMAT=&searchid=l&FIRSTINDEX=0&mi Mangunkusumo, Departmen Psikiatri Fakultas
nscore=5000&resourcetvpe=HWCIT. Kedokteran Universitas Indonesia, 2007.
20. Australian Government's overseas aid program 28. World Health Organization. Document Summary
(AusAid) & Indonesia HIV/AIDS Prevention and HIV status disclosure to sexual partner: rates,
Care Project (IHPCP), Perempuan di Lingkar barriers and outcomes for women. Geneva: WHO,
NapzaSuntik, Penelitian Eksploratif di Delapan 2004
Kota di Indonesia Tahun 2007. Jakarta: fflCPCP 29. Badan Pusat Statistik (EPS), Badan {Coordinator
and AusAid, 2009 Keluarga Berencana Nasional (BKKBN),
21. Baby Jim Aditya, Kerentanan Perempuan Departemen Kesehatan (Depkes), dan Macro
Terhadap HIV/AIDS dalam Jurnal Perempuan No. International Inc., United State Agency for
43: Melindungi Perempuan dari HIV/AIDS. International Development (USAID). Survei
Jakarta; September 2005 Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007.
22. Republik Indonesia. Undang Undang No.36/2009 Jakarta: BPS, BKKBN, Depkes, ORC Macro,
tentang Kesehatan USAID, 2008.
23. Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah No. 30. Relf M.V., Bishop T.L., LachatM.F., Schiavone
10/1966 tentang Wajib Simpan Rahasia D.B., Pawlowski L., Bialko M.F., Boozer D.L., &
Kedokteran Dekker D. A qualitative analysis of partner
24. AIDS Community Research Initiative of America selection, HIV serostatus disclosure, and sexual
(ACRIA). Treatment Issues for Women. 2005. behaviors among HIV-positive urban men. AIDS
New York; 2001. Education and Prevention, 2009, 21 (3), 280-297.
25. Gender-specific Problems Available from:URL: 31. Waddell E.N. & Messeri P.A. Social support,
http://www.womenshealth.gOv/hiv/gender/index.c disclosure, and use of antiretroviral theraphy.
fin AIDS and Behavior, 2006, 10 (3).
26. World Health Organization and Joint United 32. Sullivan KM. Male self-disclosure of HIV-
Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS). positive serostatus to sex partner: a review of the
The HIV/AIDS Pandemic and Its Gender literature, JOURNAL OF THE ASSOCIATION
Implications. New York: United Nations Division OF NURSES IN AIDS CARE, 2005, 16 (6), 33-
47.
59