You are on page 1of 13

Ignatius Praptoraharjo, dkk.

: Jaringan Seksual dan Perilaku Berisiko Pengguna Napza Suntik

JARINGAN SEKSUAL DAN PERILAKU BERISIKO PENGGUNA NAPZA


SUNTIK: EPISODE LAIN PENYEBARAN HIV DI INDONESIA
Ignatius Praptoraharjo1, Wayne W. Wiebel1, Octavery Kamil2, Alfred Pach III3
1
School of Public Health, University of Illinois at Chicago
2
Program Aksi Stop AIDS, Family Health International, Indonesia
3
Konsultan Etnografi, USA

ABSTRACT
Background: Although a relative late comer to the epidemic, HIV has struck Indonesia hard. Surveillance at the
Ministry of Health’s drug dependence hospital showed an escalation from 0% injecting drug users (IDUs)
infected in 1997 to almost 50% infected by 2001. As more injectors become infected, the potential for sexual
transmission of HIV by IDUs increases. Yet, little was known about IDU sexual networks, sexual partnering
patterns, the nature of sexual relationships and sex risk practices.
Methods: IDUs are concentrated in major metropolitan areas across the Indonesian archipelago. The country’s
five largest cities (Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung and Denpasar) were selected for inclusion here because
they include various concentrations of IDU, potentially different, patterns of sexual networking and risk. Participants
were recruited with the assistance of local, non-governmental organizations working on HIV/AIDS interventions
targeting IDUs. A purposive sampling design sought to include subjects representing the range in known IDU
characteristics at each locale. Selection criteria included active injectors who were sexually active and 18
years of age or older. Following informed consent, 52 willing respondents were interviewed using a semi-
structured and open-ended interview guide. Interviews were divided into narrative passages and coded as to
topical content upon entry in EZText qualitative database software.
Results: Indonesian IDUs were found to commonly have regular, casual and commercial sex partners. Almost
90% were involved in a serious relationship with a spouse or girl/boy friend. Serious relationships included
emotional ties and mutual expectations and obligations. The most common expectation was faithfulness, yet
75% of those with a regular sex partner had concurrent relations with casual and/or commercial partners. Most
male IDUs actively pursued casual and commercial relations. Male IDUs also reported sex with transgenders and
other males. Condoms were rarely used irrespective of partner category.
Conclusion: The frequency of unprotected relations with a variety in types of partners suggests a high
potential for the bridging of HIV to non-IDU populations in Indonesia. Information learned about types of partnerships
and relations suggest different strategies will be needed for different types of partners if a generalized epidemic
is to be averted.

Keywords: injecting drug users, HIV, sexual partner, risk network, intervention

PENDAHULUAN yang berisiko tinggi ke kelompok-kelompok yang


Epidemi pada dasarnya adalah dinamis. dianggap kurang berisiko. Pada negara-negara yang
Berdasarkan data yang terkumpul sebagai penularan HIV didominasi oleh penularan secara
konsekuensinya, setiap sistem survei surveilans heteroseksual seperti di Afrika dan Thailand, laki-
seberapa pun canggihnya, hanya akan memberikan laki pelanggan pekerja seks telah diidentifikasi
gambaran epidemi untuk jangka waktu tertentu. sebagai populasi yang akan menjembatani penularan
Berdasarkan data tersebut, perencanaan program virus tersebut.1,2,3 Di negara-negara Asia yang
intervensi disusun. Pada saat itu pula, gambaran memiliki epidemi terkonsentrasi pada populasi
epidemi sedikit banyak telah berubah. Hal tersebut pengguna napza suntik (penasun), telah
karena intervensi ini memiliki target yang sangat mengarahkan perhatiannya pada potensi penularan
dinamis, maka pencegahan HIV/AIDS diharapkan dari penasun ke pasangan seksualnya.4,5,6 Ini
tidak hanya mempertimbangkan apa yang telah merupakan bukti yang ditemukan di berbagai tempat
diperoleh dari surveilans, tetapi juga perlu bahwa seorang laki-laki yang telah positif mengidap
memproyeksikan ke arah mana penularan HIV ini di HIV berhubungan seks dengan pasangan seksual
masa depan. perempuan yang belum terinfeksi.7 Namun, hingga
Selama ini telah dilakukan berbagai upaya untuk saat ini masih sedikit perhatian yang diberikan untuk
melakukan intervensi pada populasi yang menjadi memahami sifat hubungan seperti ini dan konteks
jembatan bagi penularan HIV/AIDS dari kelompok yang lebih mendalam tentang berbagai faktor yang

106 l Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 23, No. 3, September 2007


Berita Kedokteran Masyarakat
halaman 106 - 118
Vol. 23, No. 3, September 2007

mempengaruhi praktik-praktik perilaku berisiko tinggi tempat ini telah meningkat tajam selama tahun 1997
dan penerimaan (atau gagalnya penerimaan) – 2003. Meskipun angka-angka ini cukup membuat
terhadap berbagai macam ukuran pengurangan terkejut banyak pihak, namun gambaran lebih
risiko. Untuk menyikapi kesenjangan ini dan dalam mengejutkan muncul dari intervensi HIV bagi penasun
upaya untuk lebih memahami hubungan yang berbasis masyarakat yang didukung oleh Family
antarkelompok tersebut, serta berbagai perilaku yang Health International (FHI) di Jakarta. Pelayanan
terkait, maka studi jaringan seksual ini dilakukan. Voluntary Counseling and Testing (VCT) untuk
Studi ini dimaksudkan untuk menggali secara lebih penasun yang ditawarkan di dua daerah penasun ini
dalam hubungan antara populasi yang berisiko tinggi memperlihatkan angka insiden HIV adalah 90% dan
dan populasi yang kurang berisiko dan sekaligus 70%. Gambaran ini secara tidak langsung
menunjukkan potensi penularan HIV dalam suatu menyiratkan bahwa fokus intervensi perlu bergeser
konteks yang pada satu sisi prevalensi perilaku dari penularan di antara para penasun melalui jarum
berisiko sangat tinggi dan pada sisi yang lain upaya yang terkontaminasi oleh HIV ke intervensi yang juga
untuk melakukan perlindungan terhadap penularan memperhitungkan penularan secara seksual ke
HIV masih sangat rendah. pasangan seks penasun.
Dalam survei surveilans perilaku 2002 di
HIV/AIDS dan Penasun di Indonesia Surabaya, lebih dari 80% penasun melaporkan
Pada akhir tahun 1990-an sejumlah aktivis, bahwa mereka melakukan hubungan seksual
akademisi, dan pemerintah mulai khawatir dengan dengan pekerja seks. Dengan kurang dari 10%
potensi terjadinya penularan HIV pada kelompok penasun melaporkan pemakaian kondom maka
penasun. Dengan mengacu pada panduan WHO hampir 70% penasun terlibat dalam seks komersial
tentang Penilaian Cepat dan Pengembangan tanpa menggunakan pelindung.4 Ini berarti bahwa
Respon (Rapid Assessment and Response) untuk potensi epidemi heteroseksual jelas telah mulai
penasun, dilakukan sebuah penelitian untuk terbangun. Sejumlah besar penasun sudah memiliki
mendokumentasikan kecenderungan yang terjadi status HIV+, relatif muda, dan aktif secara seksual,
dalam permasalahan penggunaan napza suntik di serta melakukan hubungan seks yang tidak aman
delapan kota di Indonesia. Kekhawatiran dari banyak dengan para pekerja seks, sehingga menempatkan
pihak ini akhirnya bisa dikonfirmasi ketika ditemukan para pekerja seks di posisi berisiko tinggi untuk
bahwa di delapan kota tersebut memiliki populasi terinfeksi HIV. Gambaran ini akan lebih
penasun yang cukup besar dan hampir semua orang mengkhawatirkan ketika dilihat pada tingkat
yang ada dalam populasi ini terlibat dalam praktik pemakaian kondom yang rendah dan jumlah
berisiko tinggi.8 pasangan komersial yang sangat banyak di kalangan
Kasus HIV dan AIDS kumulatif di Indonesia sejak wanita pekerja seks, sehingga pada gilirannya akan
awal pelaporan di bulan April 1987 sampai Maret menempatkan klien mereka pada posisi berisiko
2005 berjumlah total 3.668 kasus HIV dan 3.121 tinggi untuk terkena infeksi HIV.
kasus AIDS.9 Meskipun demikian, estimasi nasional Lebih jauh lagi, bukan hanya pekerja seks yang
Departemen Kesehatan dari bulan Maret 2004 telah berisiko terinfeksi melalui penularan seksual dari
memperlihatkan kesadaran bahwa sistem pelaporan penasun. “Di kalangan penasun pria dengan
resmi hanya mencerminkan puncak gunung es dari pasangan tetap di Indonesia, hampir 9 dari 10
kasus yang sesungguhnya terjadi. Pada bulan Maret melaporkan bahwa istri atau pacar mereka tidak
2004, pemerintah mengeluarkan estimasi bahwa menggunakan napza suntik dan lebih dari dua per
lebih dari 100.000 orang Indonesia kemungkinan tiga meyakini bahwa istri atau pacar mereka tidak
telah terinfeksi HIV dari sekitar 110.000 penasun di mengetahui bahwa mereka menggunakan napza
Indonesia, sekitar 42% dianggap memiliki status HIV suntik”.11 Harapan untuk membatasi terjadinya
positif.10 Sementara itu, dari program terapi napza epidemi di kalangan penasun saja sudah tidak dapat
pemerintah di Jakarta (RSKO Fatmawati) dan sebuah lagi dilakukan dengan hanya menekankan
program terapi napza swasta di luar Jakarta pencegahan kepada penularan melalui darah saja.
(Yayasan Kita, Bogor) memperlihatkan bahwa para Kondom didistribusikan secara teratur oleh program
pengguna napza yang positif terinfeksi HIV di dua intervensi yang menargetkan penasun di seluruh

Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 23, No. 3, September 2007 l 107


Ignatius Praptoraharjo, dkk.: Jaringan Seksual dan Perilaku Berisiko Pengguna Napza Suntik

Indonesia tetapi hanya mampu sedikit meningkatkan tentang keterkaitan antara jaringan penggunaan
pemakaian kondom seperti yang telah napza dan jaringan seksual penasun.16 Penggunaan
didokumentasikan oleh survei perilaku. Selain itu, napza suntik di Indonesia pada umumnya
sedikit sekali yang telah diketahui mengenai terkonsentrasi di kota-kota besar. Oleh karena itu,
pasangan seksual penasun, sifat hubungan mereka, subjek studi ini direkrut dari lima kota besar di
praktik seksual serta hambatan-hambatan dalam Indonesia yaitu Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan
mempromosikan pemakaian kondom untuk dan Denpasar. Perekrutan ini dilakukan dengan
mencegah penularan melalui hubungan seksual. metode purposive sampling dengan harapan penasun
Jelas bahwa lebih banyak lagi penelitian diperlukan yang terekrut bisa mewakili karakteristik umum dari
untuk mengisi kesenjangan ini serta untuk penasun yang sudah diketahui di masing-masing
merumuskan strategi intervensi yang secara lebih kota.17,18 Perlu dicatat di sini bahwa meski rekrutmen
spesifik dapat mengungkap realita dan kehidupan bukan berdasarkan sampel acak yang secara
seksual para penasun di Indonesia. statistik bisa mewakili subpopulasi penasun di kota
itu, tetapi karakteristik dari subjek studi ini tidak
Penelitian Mengenai Jaringan Sosial dalam berbeda dengan karakteristik dari survei surveilans
Penularan HIV perilaku yang dilakukan di kota-kota tersebut. Kriteria
Banyak peneliti sudah cukup lama mengetahui bagi subjek adalah penasun yang masih secara aktif
bahwa dinamika penularan HIV tidak dapat dipahami menggunakan napza suntik dan aktif secara seksual
secara sederhana sebagai suatu rangkaian perilaku serta telah berumur 18 tahun. Untuk itu, rekrutmen
risiko individu semata. Risiko HIV pada dasarnya subjek studi dibantu oleh lembaga swadaya
melibatkan relasi yang erat antara dua orang yang masyarakat (LSM) yang telah mengembangkan
terstruktur di dalam sifat hubungan sosial mereka. layanan kepada penasun di masing-masing kota.
Hubungan sosial antara individu “…mengatur Sebanyak 52 orang subjek telah direkrut sebagai
bagaimana individu berelasi satu sama lain, sumber informasi dalam studi ini.
membentuk pola penularan HIV, serta menentukan Data dikumpulkan melalui penggunaan
perilaku berisiko atau perilaku aman yang melibatkan pedoman wawancara semi terstruktur. Instrumen ini
individu tersebut”.12 Hubungan dua arah (dyad) dalam terdiri dari 59 pertanyaan yang dibagi ke dalam
interaksi seks dan penyalahgunaan napza lebih jauh beberapa topik antara lain demografi, gambaran
diintegrasikan ke dalam struktur sosial dan geografis. hidup sehari-hari, sejarah penggunaan napza,
Penelitian terhadap jaringan seksual dan pemakaian jaringan penggunaan napza dan praktik-praktik
napza telah menjelaskan berbagai macam variasi penggunaan napza, perilaku seks dan jaringan seks
dalam perilaku berisiko dan tingkat penularan HIV.3 3 (termasuk di dalamnya selama hidup dan perilaku
Penelitian mengenai perilaku seksual dan satu tahun terakhir), mobilitas, pemahaman terhadap
hubungan para penasun menjadi suatu dasar untuk HIV dan infeksi menular seksual, pengurangan risiko
mengevaluasi dan memberikan intervensi dalam: dan perhatian terhadap permasalahan kesehatan
“…tingkat pemaparan individual, dinamika populasi yang lain.
penyebaran HIV dan konteks interaksi yang Analisis data dilakukan dengan cara
membatasi perilaku tersebut serta perubahan mengembangkan serangkaian kode yang terkait
perilakunya”.14 dengan hasil wawancara dan kemudian dimasukkan
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan ke dalam perangkat lunak untuk data kualitatif,
informasi dalam membantu pengembangan EZText versi 3.05.19 Data tentang hubungan antara
intervensi efektif dan sesuai melalui indentifikasi penggunaan napza dan perilaku seks dikembangkan
perilaku risiko HIV dan hubungan yang terkait dengan berdasarkan daftar bebas (free list) semua pasangan
seks dan jaringan pemakaian napza.15 seks dan pasangan penggunaan napza dari setiap
subjek dalam satu tahun terakhir. 20 Daftar ini
BAHAN DAN CARA PENELITIAN memungkinkan untuk menggali tipe-tipe dan
Studi tentang jaringan seksual penasun ini kategori-kategori hubungan sosial termasuk juga
menggunakan desain studi kualitatif. Etnografi dan didalamnya perilaku berisiko terkait, sehingga bisa
metode kualiatif sangat sesuai dengan upaya untuk digambarkan jaringan berisiko dari subjek yang
menggali secara rinci, mendalam dan kaya informasi

108 l Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 23, No. 3, September 2007


Berita Kedokteran Masyarakat
halaman 106 - 118
Vol. 23, No. 3, September 2007

bersangkutan. Analisis induktif digunakan untuk 11 sampai 20 orang yang beberapa di antaranya
mengidentifikasikan berbagai macam tema dan hanya kenalan atau bahkan tidak diketahui namanya
kasus-kasus yang khusus. Analisis kategori-kategori yang bertemu ketika membeli dan memakai napza.
kunci ini menghasilkan kecenderungan utama dan Meskipun demikian, jaringan penyuntikan ini relatif
berbagai macam variasi dalam kategori tersebut, kecil, kelihatannya tertutup dan terdiri dari beberapa
sehingga bisa dimanfaatkan untuk menggambarkan individu yang akrab. Sebagian besar anggota dalam
variabel yang menjadi fokus dalam studi ini yaitu jaringan berbagi napza dengan cara menyedot dosis
jaringan seksual. individu dari larutan napza bersama. Kondisi yang
berisiko juga tampak pada perilaku ketika jarum yang
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN kemungkinan sudah terkontaminasi dicelupkan ke
Pengumpulan data kualitatif memungkinkan campuran napza yang sama, pemakaian perangkat
untuk menggali konteks dan makna hubungan dan untuk membagi napza yang sama, penggunaan filter
perilaku jaringan seksual penasun. Hal tersebut untuk menyaring napza dan, seperti yang
berarti bahwa kajian ini diharapkan mampu untuk diungkapkan oleh beberapa penasun, memakai air
menunjukkan kompleksitas jenis pasangan penasun, yang sama untuk membilas jarum suntik.24
tingkat perilaku berisiko yang tinggi dan norma- Sejumlah penasun dalam studi ini telah
norma, serta praktik-praktik sosial budaya yang menggunakan jarum suntik secara bersama-sama
memotivasi dan mempengaruhi hubungan berisiko dengan temannya ketika menyuntik dalam beberapa
ini.21,22 Hanya melalui identifikasi keluasan dan minggu terakhir. Kelompok penasun lain telah
struktur hubungan seksual penasun, serta dinamika menggunakan jarum bersama-sama selama satu
sosial budayanya maka pemahaman tentang profil tahun terakhir, misalnya, ketika jarum mereka
risiko 4 HIV dapat diperoleh dan sekaligus bisa tersumbat atau rusak. Gambaran yang demikian ini
mengidentifikasi titik-titik strategis yang bisa menunjukkan bahwa terdapat tingkat praktik
dikembangkan di dalam suatu intervensi. Oleh penyuntikan berisiko tinggi dan berpotensi untuk
karena itu, untuk memahami hubungan dan perilaku menularkan HIV melalui darah di antara anggota
seksual berisiko perlu dilihat terlebih dahulu konteks jaringannya. Sifat kelompok yang kecil dan saling
risiko penyuntikan napza dan prevalensi penasun melingkar secara sosial dari sejumlah jaringan
dengan HIV positif. penyuntikan ini menunjukkan bahwa sekali HIV
masuk ke dalam kelompok ini maka virus tersebut
Jaringan Penyuntikan akan tersebar secara cepat di antara anggota-
Jaringan pemakaian napza suntik merupakan anggota kelompok tersebut.25 Dengan masuknya
titik kunci dari perilaku berisiko, hubungan berisiko HIV ke dalam jaringan penyuntikan ini, kehidupan
dan sumber infeksi HIV di kalangan penasun. seks aktif dan jaringan pasangan seks yang
Jaringan ini mengindikasikan sampai batas mana bervariasi di kalangan penasun akan berperan
penyuntikan napza berisiko dan potensi pajanan HIV sebagai mekanisme yang menjembatani
bertemu dengan hubungan seksual berisiko tinggi penyebaran HIV ke lingkungan yang lebih luas.
dan mengarah ke potensi pajanan lintas kelompok
sosial dan tempat. Besarnya jaringan penyuntikan, Tipe Jaringan Seksual Penasun
stabilitas dan angka pertukaran pasangan, pasangan Pertanyaan terbuka tentang pasangan seksual
penasun yang kemudian menjadi pasangan penasun telah menghasilkan gambaran tentang serangkaian
lain dari berbagai daerah dan karakteristik demografis hubungan yang didasarkan pada aspek emosional,
serta frekuensi praktik penyuntikan berisiko akan keterlibatan sosial, aktivitas seksual dan perilaku
membentuk suatu profil risiko jaringan penyuntikan.23 berisiko. Lebih jauh lagi, hubungan-hubungan ini juga
Jaringan penasun dalam penelitian ini umumnya bervariasi dalam hal usia, keanggotaan kelompok
terdiri dari 2-5 anggota tetap dengan sebagian besar sosial dan profil risiko, sehingga mencerminkan pola
adalah teman. Terdapat beberapa penasun yang “pencampuran pasangan seksual” (sexual mixing)
memiliki jaringan penyuntikan yang besar berkisar dan karakteristik jaringan yang bertindak sebagai

4
Profil risiko melibatkan jumlah dan jenis hubungan seksual dan pemakaian napza suntik, angka pasangan yang akrab atau yang
anonim, tingkat pergantian pasangan dan frekuensi seks tanpa pelindung atau praktik pemakaian napza suntik berisiko.

Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 23, No. 3, September 2007 l 109


Ignatius Praptoraharjo, dkk.: Jaringan Seksual dan Perilaku Berisiko Pengguna Napza Suntik

“jembatan” dan sumber pajanan untuk kelompok pasangan seksual paling banyak di temukan di
sosial yang “tidak berhubungan”(unconnected’).26 Di kelompok penasun. Meskipun demikian, ada
kalangan penasun, hubungan seksual mereka kecenderungan bahwa waktu pacaran di antara
berkisar dari satu indivdu yang tidak pernah mereka relatif pendek. Aktivitas seksual dalam
berhubungan seks selama satu tahun terakhir, ke hubungan tersebut sangatlah bervariasi, bergantung
beberapa individu yang mengatakan bahwa mereka pada sifat hubungan tersebut. Misalnya, hubungan
melakukan monogami, menuju praktik yang lebih seksual dengan pacar yang ‘main-main’
umum yaitu memiliki banyak pasangan seksual dan (berlangsung dalam hitungan hari sampai beberapa
hubungan seks yang dilakukan beberapa kali dalam minggu) lebih didasarkan pada kepuasan seksual
satu minggu. Pola keseluruhan dari pasangan sebagai faktor yang memotivasi hubungan tersebut.
seksual berada dalam domain hubungan risiko Hubungan semacam ini berbeda dengan hubungan
seksual yang telah dikenal dengan baik dan bersifat dengan pasangan dalam pernikahan dan hubungan
umum seperti yang diidentifikasi dalam penelitian- serius dengan pacar yang menempatkan hubungan
penelitian epidemiologis mengenai IMS dan HIV yaitu dan komitmen sebagai unsur paling penting.
pasangan tetap, pasangan tidak tetap, dan pekerja
Istri saya mengatakan: “Mas, jangan main
seks. Dalam domain-domain luas tersebut terdapat perempuan. Kalau Mas mau mabuk, itu
kategori-kategori yang bersifat spesifik untuk terserah Mas. Tapi yang paling penting,
jangan mencari perempuan lain” (Laki-laki,
konteks sosial Indonesia. Norma dan perilaku yang 28 tahun, Denpasar).
terlibat dalam hubungan khusus ini menjadi dasar
perspektif untuk makna dan konteks hubungan dan Perbedaan hubungan semacam ini
perilaku seksual berisiko. mempengaruhi risiko seksual HIV dan perilaku
Penasun dalam penelitian ini relatif muda, protektif mereka. Jaringan seks ini juga melibatkan
berusia antara 20-24 tahun, sebagian besar baru pasangan seksual lain di luar pasangan yang tetap
mulai menyuntik dalam dua atau tiga tahun terakhir (pacar atau menikah). Pada umumnya, relasi dengan
sehingga belum terisolasi secara sosial dan pasangan tetap biasanya melibatkan harapan dan
psikofisik seperti halnya pengguna heroin jangka dorongan untuk saling percaya dan setia dan dalam
panjang. Mereka dapat berpartisipasi dalam hubungan seksual sehingga dalam berhubungan
keluarga, masyarakat, kehidupan sekolah dan seksual adalah tidak masuk akal untuk
mengembangkan interaksi sosial, seksual dan menggunakan kondom. Dengan banyaknya penasun
pemakaian napza secara heterogen. Kehidupan yang berstatus HIV positif, hubungan pada tipe
sosial mereka sehari-hari mencerminkan suatu jaringan ini mampu mempercepat penyebaran HIV
budaya anak muda yang tengah berubah menuju ke kategori pasangan seksual yang bermacam-
budaya yang lebih terbuka dan lebih bereksperimen macam.
secara seksual. Kehidupan sosial dan seksual yang Pasangan tidak tetap (casual sex partners) juga
aktif di kalangan penasun ini mendorong sebagian merupakan kategori pasangan seks penting di
besar dari mereka untuk memiliki pasangan seksual kalangan para penasun. Pasangan tidak tetap ini
yang beragam dan seringkali melibatkan hubungan merupakan pasangan yang paling beragam, cepat
seks tidak aman. berganti dan hanya berlangsung sangat singkat.
Studi ini mengungkap berbagai bentuk relasi dan Termasuk dalam kategori ini adalah teman,
struktur jaringan serta norma-norma budaya yang seseorang yang ditemui di suatu tempat tertentu,
memiliki potensi untuk memicu epidemi HIV keluar dan perempuan eksperimen (perek).
dari kelompok ini. Sebagian besar hubungan seksual
“Ya, biasanya setelah menyuntik bersama,
penasun yang umum adalah dengan pasangan seks kami berhubungan seks. Kita sudah dekat
yang tetap (regular sex partners) yaitu pasangan satu sama lain. Biasanya setelah menyuntik
napza, dia jadi pingin berhubungan...lalu
dalam pernikahan atau pacar. Pasangan tetap berarti terjadilah, kami berhubungan seks, kami
hubungan yang berlangsung dalam jangka panjang, tidak terlalu sering bertemu...sampai kami
butuh...tetapi hubungan kami lebih dari
melibatkan komitmen pribadi terhadap hubungan pertemanan. Kami merasa bebas satu sama
tersebut dan disertai dengan aktivitas seksual. Perlu lain. Aku ingin telanjang di depan dia dan dia
juga ingin telanjang di depan aku....oleh sebab
diungkapkan di sini bahwa pacar merupakan kategori itu aku bilang bahwa kami bebas bersenang-

110 l Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 23, No. 3, September 2007


Berita Kedokteran Masyarakat
halaman 106 - 118
Vol. 23, No. 3, September 2007

senang...seperti katanya, “aku suka kamu perek). Dengan demikian, terdapat risiko ganda
karena aku bisa ngobrol apa aja sama
kamu”...tetapi kami memutuskan kita nggak tertular HIV antara pekerja seks dengan penasun
mungkin bareng-bareng...cara keluarga dia dan penasun dengan pasangan seksual lain yang
mandang saya jelek, sama juga dengan
pandangan keluarga saya pada dia” (Laki-laki, beragam. Ini pun juga berlaku bagi sementara
27 tahun, Jakarta). penasun yang menyatakan telah sangat mengurangi
jumlah pasangan seks mereka, sejarah perjalanan
Termasuk dalam kategori ini adalah sejumlah seksual mereka dengan pekerja seks, wanita
pasangan seks yang kurang banyak dimiliki di jalanan, kenalan dan pacar gelap tetap menempatkan
kalangan penasun seperti waria dan pasangan seks pasangan mereka saat ini, terutama istri dan pacar
yang lebih tua (Tante/Oom). Penasun biasanya mereka, dalam risiko terkena penyakit akibat perilaku
bertemu dengan pasangan seks ini di jalan, di mal, seksual yang tidak aman di masa lalu yang tidak
di kampus atau di tempat banyak anak muda diungkapkan. Lebih jauh lagi, hanya sebagian kecil
berkumpul. Banyak juga dari mereka terlibat dalam penasun menyatakan pernah dites HIV, sehingga
hubungan seks dengan orang-orang yang tidak cukup sulit untuk menentukan ukuran-ukuran yang
diketahui namanya. Hal ini karena mereka cenderung lebih jelas tentang perilaku yang protektif. Untuk
untuk tidak merencanakan hubungan seks dengan beberapa individu yang menemukan diri mereka HIV
orang-orang dalam kategori ini, maka hubungan seks positif, pemakaian kondom mereka pun masih baru
yang dilakukannya seks cenderung menjadi tidak tahap awal atau masih sangat tidak konsisten.
aman. Akibatnya adalah munculnya situasi yang Meskipun penasun laki-laki mendominasi dalam
akan menempatkan pasangan-pasangan ini dalam komunitas studi ini, ada delapan orang penasun
kondisi berisiko tertular HIV. Demikian pula pasangan perempuan yang bisa direkrut menjadi subjek studi.
dari pasangan (partner’s partners) mereka juga Dari semua subjek penasun perempuan, lima di
menghadapi risiko yang sama. antaranya, atau duapertiganya adalah pekerja seks.
Tipe jaringan seks yang lain adalah wanita Di antara para pekerja seks ini, tiga orang memiliki
pekerja seks. Studi ini memperlihatkan bahwa hampir pasangan seks tetap (biasanya pacar), ditambah
dua per tiga penasun pria melakukan seks dengan dengan pelanggan mereka selama satu tahun
pekerja seks dalam jangka waktu satu tahun terakhir. Penasun perempuan yang juga pekerja
terakhir. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, seks terlibat dalam pekerjaan seks untuk menutup
hubungan-hubungan ini seringkali melibatkan penggunaan heroin mereka dan juga sekaligus untuk
sejumlah hubungan seksual setiap bulan, seringkali memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Tingkat
dengan pekerja seks yang berbeda dalam setiap konsumsi heroin dan kebutuhan akan uang sangat
hubungan, sehingga terjadi perubahan pasangan bervariasi bagi para penasun perempuan ini. Ada yang
seks pekerja seks yang sangat cepat. Jelas juga menggunakan dalam beberapa kali dalam satu
terlihat bahwa sebagian besar penasun pria memiliki minggu dan ada juga yang menggunakan napza
pasangan seksual lain yaitu dengan pasangan tetap suntik sampai empat paket per harinya..
dan pasangan tidak tetap sementara mereka tetap
berhubungan dengan pekerja seks. “Dalam jangka waktu satu minggu, kadang-
kadang aku jarang keluar. Kalo lagi pengen,
aku nggak keluar selama dua hari...(tapi) aku
“Dengan pekerja seks, aku ngelakuin dua kali ngelayanin 5 orang setiap minggu...3-4-nya
sebulan (tapi) tergantung kalo aku punya duit. pasangan tetap, aku ngelayanin mereka
Aku ke sana dan bersenang-senang...aku setiap minggu.” (Wanita, 23 tahun, Jakarta).
serius sama pacar aku (seks dengan dia)
cuma ciuman. Aku cinta dia. Aku ingin kita
ngelakuinnya setelah nikah…setelah aku Demikian pula, pekerja seks ini juga memiliki
make, aku ngelakuin seks...enak rasanya
ngelakuin seks setelah make....”(Pria, 25 variasi dalam hal berapa banyak uang yang mereka
tahun, Surabaya) dapat per pelanggan dengan kisaran kasar dari
Rp150.000,00 sampai Rp300.000,00 dengan jumlah
Salah satu aspek risiko HIV yang dimiliki oleh yang lebih kecil atau lebih besar yang kadang-kadang
penasun adalah kecenderungan untuk memiliki mereka terima untuk pelayanan mereka. Jumlah
banyak pasangan seks baik dari kalangan pekerja pelanggan yang dilayani juga sangat bervariasi antara
seks maupun orang-orang di lingkungan penasun individu. Salah seorang di antara mereka menyatakan
(yaitu dengan pacar, teman biasa, “jalanan” atau mencoba untuk melayani dua pelanggan sehari,

Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 23, No. 3, September 2007 l 111


Ignatius Praptoraharjo, dkk.: Jaringan Seksual dan Perilaku Berisiko Pengguna Napza Suntik

sedangkan yang lain melayani 4-5 pelanggan dalam Bandung (yaitu Jakarta, Sukabumi, Cianjur dan Bali)
satu minggu, dan yang lain melayani 5 pelanggan dan di tempat-tempat tersebut ia sering menyuntik
per hari dan di hari berikutnya tidak dapat dengan penasun lain dan berhubungan seks dengan
menemukan pelanggan. Dengan demikian, ada pekerja seks yang ada di kota-kota tersebut. Kedua
tidaknya pelanggan bervariasi dalam kesehariannya. individu ini tidak pernah menggunakan kondom dan
Sejumlah penasun pernah terlibat dalam seks individu terakhir berstatus HIV positif. Dengan
berkelompok atau “pesta seks” dalam suatu masa demikian, keterlibatan dalam perilaku berisiko tinggi
dalam kehidupan mereka. Bentuk seks ini bisa ketika bepergian ke populasi dan daerah geografis
berupa seks antara pasangan seks yang terpisah lain berpotensi untuk menyebar infeksi HIV ke
atau berurutan. Mereka melakukan seks di ruangan kisaran yang lebih luas menuju populasi
yang sama dengan banyak pasangan atau kadang- heteroseksual Indonesia.
kadang melakukan seks dengan mengantri satu
perempuan yang sama. Hubungan seks semacam Karakteristik Struktural Jaringan Seksual
ini terjadi dengan cara yang bervariasi seperti di antara Penasun
sekelompok penasun yang berteman dan bergabung Berdasarkan gambaran tentang tipe-tipe jaringan
bersama-sama untuk menggunakan heroin dan seksual yang telah dipaparkan di atas, bisa dilihat
setelahnya melakukan seks bersama-sama. beberapa karakteristik struktural yang tampak pada
relasi sosial yang ada di dalam jaringan tersebut.
“Kita lagi nggak ada kerjaan, terus kita ngeliat
ada cewek-cewek jadi kita suit-suit, Beberapa karakteristik struktural dapat menunjukkan
ngegangguin mereka dan nanya dari mana mekanisme penyebaran HIV ke pasangan seks atau
asalnya. Cewek-cewek itu bilang mereka
datang dari desa karena susah hidup di desa, ke populasi lain. Karakteristik pertama adalah
jadi mereka datang ke kota. Kita minta dia monogami berurutan (serial monogamous):
buat ke hotel bareng kita-kita...waktu itu ada
2 cewek dan 10 cowok. Kita ngambil 2 kamar
monogami berurutan berlangsung dari satu hubungan
trus ngebagi si cewek, jadi satu cewek lima eksklusif ke hubungan eksklusif lain dan berlangsung
cowok di satu kamar trus satu cewek sama
lima cowok lagi di kamar lain. Kita gantian,
dalam waktu yang relatif pendek serta seringkali
tapi buka-bukaan jadi kita bisa nonton. melibatkan hubungan seks yang tidak aman dengan
Mereka ngelakuin di sana, kita duduk di sini, setiap pasangan seks. Dalam hubungan semacam
nggak bareng-bareng ngelakuannya tapi
satu-satu. Kita bayar cewek-cewek itu. ini, risiko dan potensi penularan pasangan yang
Mereka bukan pemake, kalo mereka pemake sebelumnya dapat mempengaruhi pasangan saat ini
kita pasti harus bayar pake heroin.” (Pria, 29
tahun, Medan). dan selanjutnya. Kerangka waktu dalam hubungan
ini bisa bervariasi dari beberapa minggu atau bulan
Bentuk tambahan dari tipe jaringan risiko hingga bertahun-tahun. Dengan demikian, potensi
penasun adalah berhubungan seks dan pajanan terhadap HIV ada dalam hubungan dan
menggunakan napza dengan pasangan di luar perilaku sebelumnya. Sebagai contoh, dalam studi
komunitasnya. Penasun yang bepergian untuk tujuan ini seorang penasun pria telah melakukan seks yang
rekreasi, untuk membeli napza, atau untuk alasan tidak aman secara teratur dengan seorang pekerja
lain biasanya terlibat dalam praktik seks dan seks selama satu tahun sebelum akhirnya memulai
pemakaian napza berisiko. Perilaku yang semacam suatu hubungan monogami dengan seorang wanita
ini akan menjadi sebuah mekanisme penularan lain yang berhubungan seks yang tidak aman
yang menghubungkan satu kelompok individu dengan dengannya, serta menggunakan peralatan suntik
kelompok individu lain yang jika tidak karena bersama-sama. Hubungan serial semacam ini pada
peristiwa tersebut tidak akan berhubungan secara dasarnya berisiko karena banyak dari pasangan
geografis dengan potensi HIV yang berbeda-beda. penasun mengasumsikan dirinya berada dalam
Sebagai gambaran, seorang penasun muda (Pria, suatu hubungan monogami yang aman dan mereka,
19 tahun, Jakarta) menggambarkan dirinya pergi dari serta pasangan mereka tidak mengetahui status HIV-
Jakarta ke Bali ketika ia “...libur...selama satu nya.
minggu dan membayar 50 ribu …” untuk seks dari Karakteristik yang kedua adalah hubungan yang
seorang pekerja seks. Individu lain (pria, 24 tahun, terjadi pada saat yang sama (concurrence): sifat
Bandung) seringkali bepergian ke daerah di luar struktural dari jaringan seks ini adalah terlibatnya

112 l Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 23, No. 3, September 2007


Berita Kedokteran Masyarakat
halaman 106 - 118
Vol. 23, No. 3, September 2007

sejumlah hubungan yang terjadi pada saat yang …tapi, yah, kalo lagi sama pacar aku nggak
pake kondom soalnya secara fisik dia
bersamaan. Hubungan ini dicirikan dengan perilaku kelihatannya sehat…aku nggak tahu…
memiliki lebih dari satu pasangan seks pada satu mungkin karena aku cinta dia...(dan) karena
dia nggak ngelakuin sama laki-laki lain...Itu
waktu yang sama. Konsekuesi dari karakteristik sebabnya aku berani nggak pake kondom
jaringan seksual ini adalah terjadinya hubungan seks sama dia. Tapi kalo seandainya dia perempuan
yang suka main seks sama banyak laki-laki,
yang tidak aman dengan pasangan-pasangan pasti aku pake kondom....(Pria, 22 tahun,
tersebut pada waktu yang kurang lebih berbarengan. Bandung).
Proses ini meningkatkan kemungkinan penularan
HIV karena pasangan seks yang satu dapat terinfeksi Gambaran di atas menunjukkan betapa lemahnya
oleh pasangan seks yang lain dalam jangka waktu persepsi terhadap risiko dan kebutuhan pemakaian
yang sama. Hal ini karena banyak penasun telah kondom oleh penasun dan pasangan seks tetap
berstatus HIV positif, maka mereka akan berperan mereka. Situasi ini ditambah dengan pandangan
sebagai sumber infeksi yang mampu menularkan negatif mengenai pengaruh kondom dalam
dan mempercepat penyebaran HIV melalui jaringan berhubungan seks. Meskipun demikian, sebagian
hubungan seksual yang bervariasi dan saling terkait. besar penasun sudah mengetahui sifat penularan
Karakteristik ketiga adalah pencampuran HIV dan bagaimana mengurangi risiko. Seperti
pasangan seksual (sexual mixing): pola seorang penasun mengatakan:
pencampuran pasangan seksual di kalangan “Kita harus main aman, pake kondom, atau
penasun merujuk ke karakteristik dan struktur nggak main seks sama banyak orang, nggak
ganti-ganti pasangan” (Pria, 24 tahun,
hubungan jaringan seks dan napza yang mendorong Bandung). Tetapi, orang yang sama juga
penyebaran HIV di dalam dan lintas hubungan dari menyatakan tidak pernah menggunakan
kondom, “Nggak sekalipun…aku nggak
berbagai latar belakang demografi dan profil risiko. pernah mikirin. Aku pikir buat apa pake
Dengan cara ini, banyak penasun dan pasangannya kondom soalnya pacar aku pake pil KB biar
nggak hamil...”.
berhubungan secara tidak langsung dengan penasun
dan pasangan seks yang lain melalui hubungan seks
Meskipun demikian, ia mengatakan bahwa ia HIV
dan pemakaian napza. Proposisi kunci dari
positif.
pencampuran pasangan seksual dalam studi ini
Dalam seks dengan banyak pasangan tidak
adalah terbentuknya sumber penularan HIV dan
tetap seperti teman, kenalan, waria, perek dan
kelompok yang menjembataninya. Proses
seringkali pekerja seks, banyak penasun tidak
pembentukan terjadi ketika perilaku berisiko tinggi
pernah merencanakan hubungan tersebut, sehingga
dari kelompok sosial tertentu mengarahkan
tidak merencanakan membeli atau memakai
kelompok yang kurang berisiko menjadi terinfeksi
kondom. Sejumlah penasun menggunakan kondom
dengan cepat dan bertindak sebagai penampung
meskipun secara tidak konsisten ketika mereka ingat
(reservoir) atau kelompok yang menjadi sumber
untuk membawanya ke lokalisasi atau ketika mereka
penularan HIV menginfeksi kelompok lain.
diberi kondom oleh pekerja seks. Secara umum,
Hambatan dalam pemakaian kondom
sebagian besar penasun tidak memiliki kebiasaan
berdasarkan pada berbagai tipe jaringan sosial dan
menggunakan kondom. Mereka memiliki persepsi
seksual penasun serta sikap terhadap pemakaian
bahwa hubungan seks yang mereka lakukan tidak
kondom. Penasun merasa tidak mampu membahas
memungkinkan untuk menularkan atau tertular HIV.
atau menegosiasikan pemakaian kondom dengan
Penasun yang bekerja sebagai pekerja seks
pasangan tetap seperti suami/istri dan pacar karena
mengatakan bahwa hak prerogatif untuk memakai
diasumsikan bahwa hubungan mereka bersifat
kondom biasanya berada di tangan pelanggan
monogami sementara pada kenyataannya sebagian
mereka seperti yang mereka katakan “Mereka yang
besar penasun memiliki pasangan lain dalam waktu
bayar”.
bersamaan. Penasun dalam hubungan ini merasa
harus terlibat dalam seks yang tidak aman akibat “Kalau aku main sama pelanggan yang udah
punya istri dan nggak pernah sama
takut dicurigai dan akibatnya bisa membahayakan perempuan lain, kita nggak pake kondom.
hubungan mereka. Aku pake kondom kalo sama orang yang

Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 23, No. 3, September 2007 l 113


Ignatius Praptoraharjo, dkk.: Jaringan Seksual dan Perilaku Berisiko Pengguna Napza Suntik

nggak kenal....biasanya aku manggil perilaku di atas menunjukkan bahwa praktik-praktik


pelangganku, “Papa”. Jadi “Pah, mau nggak
beliin aku rokok sama sarung (kondom).” hubungan seks dan perilaku menyuntik yang berisiko
Mereka suka bilang, “Kenapa aku butuh sangat nyata di dalam populasi ini dan pada sisi
sarung? Nggak enak rasanya.” Mereka
seringkali nggak mau beli kondom, jadi kita yang lain upaya-upaya untuk pengurangan risiko
nggak berhubungan seks. Aku takut kena tampaknya masih sangat terbatas. Hasil ini pada
gonore (GO)”. (Wanita, 21 tahun, Bandung).
dasarnya telah mengkonfirmasikan berbagai studi
yang telah dilakukan sebelumnya baik melalui
Untuk penasun pekerja seks, terdapat kebutuhan
penelitian, survei surveilans dan penilaian cepat pada
memperoleh uang untuk membeli napza agar
kelompok penasun.8,27,28,29,30 Apa yang baru dari studi
terhindar dari rasa sakit karena keinginan
ini adalah adanya pemahaman tentang kompleksitas
menggunakan napza (withdrawl/sakau) dan
jaringan sosial penasun (baik jaringan penggunaan
menopang hidup mereka, sehingga menganggu
napza maupun jaringan seksual) dan bagaimana
kemampuan mereka untuk bernegosiasi dalam
jaringan sosial ini berkontribusi terhadap
praktik seks yang lebih aman.
kemungkinan penularan HIV. Informasi ini menjadi
Terdapat mitos dan sikap yang mendukung
sangat kritis untuk memberikan kerangka bagi
tentang suatu anggapan bahwa seseorang tidak
pengembangan intervensi untuk mengendalikan
dapat memperoleh kepuasan seks jika memakai
penularan HIV dari penasun kepada pasangan
kondom karena akan mengurangi pengalaman dan
seksnya. Pada studi ini juga secara jelas
kenikmatan dalam berhubungan seks. Pandangan
menunjukkan bahwa upaya penyediaan kondom
ini diyakini oleh sebagian besar penasun dan
untuk setiap perilaku berisiko yang telah dilakukan
sejumlah besar pasangan seks mereka.
oleh banyak pihak hingga saat ini dampaknya masih
“Rasanya aneh. Tau nggak, kalo kita pake sangat kecil, khususnya pada kelompok penasun.
kondom waktu main seks…aku ngerasa
aneh…temen-temen bilang kita bakal jadi Setiap upaya yang sungguh-sungguh untuk
nggak puas. Cewek-cewek juga bilang mempengaruhi secara signifikan penularan HIV
bahwa mereka ngerasa nggak puas kalo kita
pake kondom”. (Pria, 26 tahun, Medan) melalui hubungan seks menuntut diterapkannya
suatu pendekatan yang memperhitungkan tentang
Bahaya lain adalah bahwa sebagian besar hal-hal yang menjadi perhatian, berbagai macam
penasun tidak mengetahui status HIV mereka dan motivasi dan praktik-praktik penggunaan napza dan
secara tidak sadar membuat pasangan mereka hubungan seks dari populasi penasun pada tingkat
berada dalam posisi berisiko tertular HIV ketika tidak lokal.
menggunakan kondom. Meskipun terdapat
pengetahuan umum tentang cara penularan HIV dan Penerapan untuk Intervensi
pencegahannya yang telah disebarkan oleh pekerja Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian
lapangan dari LSM yang melakukan penjangkauan ini pada satu sisi dan melihat tingkat infeksi HIV di
untuk mendukung penurunan risiko tertular AIDS, kalangan penasun pada sisi yang lain menunjukkan
ternyata pesan-pesan ini tidak disadari oleh penasun kebutuhan yang sangat mendesak untuk melakukan
dalam mempersepsikan risiko pribadi mereka. upaya pencegahan yang berfokus pada penularan
HIV secara seksual yang intensif dan meluas di
Diskusi dan Implikasi Terhadap Intervensi populasi penasun. Fokus ini harus menjadi strategi
Temuan studi ini menunjukkan situasi yang tingkat pertama untuk mencegah penyebaran virus
mengkhawatirkan karena potensi penasun yang ke populasi umum. Karakteristik jaringan berisiko
sangat besar sebagai populasi yang menjadi sumber penasun yang beranekaragam dan rumit serta
penularan HIV ke masyarakat yang lebih luas. praktik-praktik berisiko menunjukkan pentingnya
Sebenarnya semua kondisi untuk bergeser menuju agar intervensi dirancang sesuai dengan tipe jaringan
epidemi heteroseksual sudah tersedia dan ini akan berisiko penasun dan karakteristik struktural dari
segera berlangsung dengan cepat ketika HIV mulai jaringan tersebut. Intervensi-intervensi di bawah ini
ditularkan ke pasangan seks penasun yang dalam direkomendasikan sebagai suatu upaya untuk
ini akan menjadi jembatan terjadinya penularan ke mengembangkan intervensi pencegahan HIV
populasi yang lebih luas. Beberapa gambaran berdasarkan pada tipe pasangan seks penasun.

114 l Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 23, No. 3, September 2007


Berita Kedokteran Masyarakat
halaman 106 - 118
Vol. 23, No. 3, September 2007

Intervensi yang diusulkan ini pada dasarnya ketahui namanya, di luar komunitas mereka selama
merupakan suatu intervensi yang belum pernah satu tahun terakhir. Oleh karena itu, hubungan
dilakukan atau modifikasi dari intervensi yang sudah dengan pasangan seks tidak tetap penasun
dilakukan selama ini. memperlihatkan adanya gambaran risiko ganda,
sehingga sangat penting untuk meningkatkan
a. Pasangan Tetap kesadaran di kalangan penasun dan pasangan seks
Frekuensi tertinggi untuk pasangan seks tidak tetap mereka tentang risiko tertular HIV. Cara-
penasun adalah pasangan tetap (80%). Mayoritas cara yang bisa dikembangkan untuk menjangkau
hubungan ini adalah hubungan dengan pacar pasangan tidak tetap antara lain: pertama, bagi profil
meskipun seperlima dari hubungan ini adalah dengan pasangan tidak tetap, seperti perek, dapat
suami/istri penasun. Sebagian besar penasun (75%) dikembangkan dengan cara memasukkan berbagai
dari yang terlibat dalam hubungan ini memiliki pengalaman penasun dengan kelompok ini dan risiko
hubungan dengan pasangan seks lain dalam waktu penularan dari hubungan tersebut ke dalam bahan
bersamaan. Terdapat sejumlah usulan yang diajukan KIE. Bahan-bahan ini kemudian dapat disebarkan
oleh studi ini yang bisa diterapkan ke dalam program ketika melakukan penjangkauan, di kantor lapangan
intervensi yang ada saat ini di kalangan penasun di (drop in center) dan digunakan dalam sesi konseling.
Indonesia. Untuk pasangan seks tetap, strategi Cara kedua adalah melalui kampanye media massa
tambahan yang diajukan pertama, protokol konseling yang harus direncanakan dengan cermat untuk
pasca test pada program volunteer counseling and meningkatkan kesadaran terhadap risiko HIV dalam
testing (VCT) perlu dimodifikasi untuk menekankan hubungan seksual dengan pasangan yang tidak
potensi klien menularkan HIV secara seksual dan dikenal (tidak tetap). Ketiga, melakukan identifikasi
untuk bertanggung jawab untuk mencegah hal ini tempat-tempat hiburan tertentu atau lokasi
terjadi. Kedua, klien yang berstatus HIV positif harus berkumpul penasun (misalnya di jalan tertentu,
didorong untuk membuka status mereka dengan diskotik, kafe, tempat billiard) untuk menargetkan
pasangan seks mereka saat ini atau baru-baru ini. individu di daerah tersebut sebagai subjek pemberian
Hal ini bisa dilakukan dengan dua cara yaitu informasi pengurangan risiko dan bahan-bahan
pelacakan kontak pasangan (partner notification). informasi untuk meningkatkan kesadaran mereka
Dalam proses ini klien diberi pilihan untuk memberi serta perilaku protektif terhadap risiko HIV yang
tahu pasangan mereka mengenai status mereka. ditularkan melalui hubungan seksual di kalangan
Ini juga bisa dilakukan dengan cara meminta pekerja penasun ini serta pasangan tidak tetap mereka.
lapangan untuk mendekati pasangan tetap mereka
bahwa yang bersangkutan ada kemungkinan telah c. Penasun Pekerja Seks dan Pasangan
terpajan oleh pasangan seks yang berstatus HIV Pekerja Seks
positif dan didorong untuk memanfaatkan layanan Hampir dua per tiga (60%) dari penasun pria
VCT. Merupakan keharusan bahwa cara-cara untuk sering mengunjungi pekerja seks. Sementara itu,
memastikan kerahasiaan harus diterapkan. Cara hampir dua per tiga penasun wanita (63%) terlibat
kedua adalah dilakukannya konseling pasangan dalam pekerjaan seks dalam studi ini. Mayoritas
(couple counseling) untuk mengidentifikasi dan untuk penasun (72%) yang mengunjungi pekerja seks tidak
sama-sama menyetujui cara untuk menyampaikan menggunakan kondom secara konsisten sementara
kemungkinan penularan HIV ini pada pasangan tidak ada wanita pekerja seks yang menggunakan
seksualnya. kondom dengan teratur sehingga menunjukkan
tingkat hubungan seks berisiko yang tinggi di antara
b. Pasangan Tidak Tetap para pekerja seks dan pelanggannya. Selain itu,
Hampir setengah dari penasun (47%) dalam hampir semua penasun (90%) yang melakukan
penelitian ini melakukan hubungan seks dengan hubungan seks dengan pekerja seks atau yang
pasangan tidak tetap. Hubungan seks ini merupakan pekerja seks (100%) memiliki banyak
memperlihatkan sejumlah besar risiko HIV dengan pasangan seks dalam waktu yang bersamaan.
mayoritas penasun terlibat dalam seks yang tidak Temuan-temuan ini memperlihatkan bahwa
aman (74%) dan hampir semua memiliki banyak keterlibatan penasun dengan pekerja seks
pasangan seks, bahkan dengan orang yang tidak menghasilkan jembatan untuk penyebaran pajanan

Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 23, No. 3, September 2007 l 115


Ignatius Praptoraharjo, dkk.: Jaringan Seksual dan Perilaku Berisiko Pengguna Napza Suntik

HIV dari pemakaian napza suntik ke pekerja seks bagi penasun karena hanya sedikit penasun yang
dan kemudian ke pasangan heteroseksual mereka. mengetahui status HIV mereka dan memiliki potensi
Meskipun terdapat program intervensi untuk secara tidak sengaja untuk membuat pasangan seks
penasun dan pekerja seks yang sedang berlangsung mereka terpajan HIV akibat kurangnya pemakaian
di berbagai kota, studi ini melihat adanya kebutuhan kondom di kalangan mereka. Perluasan layanan ini
untuk meningkatkan intervensi khususnya bagi perlu disertai dengan penguatan konseling, layanan
penasun pekerja seks dan penasun pria terhadap dukungan sosial dan akses ke perawatan klinis untuk
risiko untuk memperoleh dan menularkan HIV di individu HIV positif. Kedua, intervesi yang selama
kalangan pasangan seksnya. Intervensi dengan ini berjalan perlu menawarkan kepada penasun untuk
pekerja seks, terutama dengan pelanggan penasun, melakukan penilaian risiko pada tingkat kelompok
perlu untuk menjadi target di daerah yang paling sehingga bisa diketahui oleh setiap individu yang
umum dikunjungi oleh mereka. Upaya yang bisa ada dalam kelompok tersebut. Upaya-upaya preventif
dikembangkan antara lain: penasun laki-laki yang untuk mengurangi penggunaan napza suntik yang
terlibat hubungan dengan pekerja seks dan penasun berisiko harus dilanjutkan. Ketiga adalah ada upaya
pekerja seks perlu diminta informasinya tentang yang secara terus-menerus untuk memberikan
tempat-tempat tertentu yang menjadi tempat mereka informasi yang benar dan jujur tentang penggunaan
mencari seks komersial atau pelanggan untuk kondom sehingga bisa mengurangi mitos seputar
memperluas daerah yang saat ini menerima pemakaian kondom yang menyatakan bahwa
penjangkauan penurunan risiko. Studi ini pemakaian kondom membuat pengalaman dan
menunjukkan bahwa sebagian besar penasun pria kenikmatan seks berkurang, serta kemampuan
mencari pasangan seks dari lokalisasi, sementara untuk mencapai kepuasan seks.
penasun pekerja seks dilaporkan sering mencari Selain ketiga hal tersebut di atas, tidak kalah
pelanggan di jalan. pentingnya adalah melatih tenaga kesehatan
Upaya yang lain adalah memudahkan para masyarakat khususnya dalam memberikan layanan
pekerja seks untuk memperoleh akses informasi HIV dan meningkatkan kapasitas program HIV/AIDS
yang lebih banyak tentang HIV/AIDS dan informasi untuk mengurangi perilaku berisiko dan penularan
ini sebaiknya dirancang dengan bahasa yang di kalangan penasun dan pasangan seksualnya yang
sederhana, sehingga memudahkan mereka untuk beragam. Sangat penting untuk melakukan evaluasi
menyadari risiko terkena HIV dari pelanggannya yang lebih terfokus mengenai konteks, proses serta
terutama dengan adanya laju peningkatan infeksi hasil akhir dari intervensi dan modifikasi strategi
yang tinggi tanpa menstigmatisasi kelompok yang intervensi yang ada saat ini untuk menghasilkan
mungkin terlibat, seperti penasun. Upaya terakhir perilaku preventif pada jaringan seks penasun.
yang bisa diusulkan adalah petugas penjangkau Terdapat kebutuhan untuk mendokumentasikan
hendaknya selalu mengingatkan penasun untuk besar dan keluasan jaringan seks penasun, serta
menyadari risiko mereka menularkan HIV melalui perilaku berisiko tekait dan peran mereka sebagai
perilaku seksual berisiko dan hubungan jaringan kelompok inti dan kelompok yang menjembatani
seksual mereka dan bahwa mereka bertanggung dalam peningkatan epidemi heteroseksual. Aktivitas
jawab untuk mencegah penyebaran HIV lebih lanjut. dan informasi ini akan berperan terhadap
Tujuan ini dapat dicapai melalui modifikasi protokol perancangan dan implementasi intervensi yang lebih
penjangkauan dan VCT untuk meningkatkan efektif.
kesadaran akan peran penasun dalam mencegah
penyebaran HIV melalui penularan seksual. KESIMPULAN
Studi ini telah mengidentifikasi sejumlah faktor
d. Penasun yang mendasari pertumbuhan epidemi HIV
Diperlukan tambahan strategi intervensi untuk heteroseksual di Indonesia. Peningkatan infeksi HIV
semua penasun berdasarkan pada temuan dalam secara tajam di kalangan penyuntik napza yang
penelitian ini dan yang telah ditunjukkan oleh strategi- disertai dengan proporsi tinggi penasun yang
strategi intervensi di atas. Beberapa cara yang bisa membeli seks, kurangnya pemakaian kondom dan
dilakukan antara lain, pertama, memperluas layanan penasun yang secara bersamaan atau secara serial

116 l Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 23, No. 3, September 2007


Berita Kedokteran Masyarakat
halaman 106 - 118
Vol. 23, No. 3, September 2007

terlibat dengan banyak pasangan seks yang Education and Prevention.2004;16(A):78-90.


beragam telah menciptakan jembatan antara 7. Latka, M., and Frye, V (eds). Special Issue on
kelompok terinfeksi HIV rendah dengan kelompok Men’s Role in the Heterosexual HIV Epidemic,
terinfeksi HIV tinggi. Kombinasi faktor-faktor ini Journal of Urban Health.2006.
menjadi kekuatan yang mendorong peningkatan HIV 8. Irwanto. Rapid Assessment and Response on
yang tak dapat dihindari di kalangan pekerja seks IDU in 9 cities in Indonesia, PKPM Unika Atma
dan pelanggannya. Pada tahap selanjutnya, rantai Jaya, Jakarta.2000.
penularan ini pada gilirannya akan berdampak pada 9. Direktorat Jenderal P2PL, Depkes RI, Kasus
kelompok sosial yang kurang berisiko di masyarakat. HIV/AIDS di Indonesia yang Dilaporkan sampai
Temuan dari penelitian ini memperlihatkan Maret 2005.
bahwa diperlukan suatu intervensi yang disesuaikan 10. Depkes R.I., Dirjen P2PL., Estimasi Nasional
dengan tipe pasangan seks dalam jaringan tersebut, Infeksi HIV Dewasa 2002, Jakarta.2003.
mendorong terbentuknya sikap yang lebih positif 11. Pisani, E., et al. “AIDS in ASIA: Face the Facts,”
terhadap penggunaan kondom sehingga dapat MAP Report. 2004.
mengubah norma perilaku dan praktik yang selama 12. Neaigus, A. The Network Approach and
ini mereka lakukan, dan meningkatkan kewaspadaan Interventions to Prevent HIV among Injecting
mengenai risiko menularkan dan tertular HIV. Upaya- Drug Users. Public Health Reports.
upaya ini akan menghasilkan pengaruh penting 1998;113(Supplement 1):140-150.
dalam penyebaran infeksi HIV di Indonesia. 13. Center for AIDS Prevention Studies (CAPS).
How do Sexual Networks affect HIV/STD
KEPUSTAKAAN Prevention. “CAPS Fact Sheet.” University of
1. Santo, MEG do Espirito and Etheredge GD. California, San Francisco, 2004. http://
Male Clients of Brothel Prostitutes as a Bridge www.caps.ucsf.edu/cpsweb/networks.html
for HIV Infection between High Risk and Low 14. Morris, M., and Kretzschmar, M. Concurrent
Risk Groups of Women in Senegal. Sexually Partnerships and the Spread of HIV.
Transmitted Infections. 2005;81:342-4. AIDS.1997;11:641-8.
2. Lowndes, C.M., Alary, H.M., Grintoungbe, 15. Miller, M. The Dynamics of Substance Use and
C.A.B., Jukenge-Tshibaka, L., ADjovi, C., Buve, Sex Networks in HIV Transmission. Journal of
A., et al. Role of Core and Bridging Groups in Urban Health: Bulletin of the New York Academy
the Transmission Dynamics of HIV and STIs in of Medicine. 2003;80(4):Supplement:iii88-iii96.
Cotonou, Benin, West Africa. Sexually 16. Trotter RT 2nd, Weller SC, Baer RD, Pachter
Transmited Infections.2006;78 (Supp 1): i69-i71.. LM, Glazer M, Garcia de Alba Garcia JE, Klein
3. Podhista, C., Morris, M., and Wawer, M. Bridge RE. Consensus theory model of AIDS/SIDA
Populations in the Spread of HIV/AIDS in beliefs in four Latino populations. AIDS Educ
Thailand. Int Conf AIDS.1994;Aug 7-12(10):298 Prev. 1999 Oct;11(5):414-26.
(abstract no. PC0120). 17. Watters, J., Biernacki, P. Targeted Sampling
4. Pisani, E., Dadun, P.K.S., Janzan, S. Sexual Options for the Study of Hidden Populations.
Behavior among Injecting Drug Users in Three Social Problems.1989;36:416-30.
Indonesian Cities Carries a High Potential for 18. Wiebel, W.W. “Sampling Issues for Natural
HIV to Spread to Non-injectors. Journal of AIDS. History Studies Including IV Drug Users” in
2003;34(4):403-406. National Institute on Drug Abuse Research
5. Saidel, T.J., Des Jarlais, D., Peerapatanapokin, Monograph #109 Longitudinal Studies of HIV
W., Dorabjee, J., Singh,S., Brown,T. Potential Infection in Intravenous Drug Users 1991; DHHS
Impact of HIV among IDUs on Heterosexual #(ADM)91-1786:51-62.
Transmission in Asian Settings: Scenarios from 19. Carey, J.W., Wenzel, P.H., Reilly, C., Sheridan,
the Asian Epidemic Model. International Journal J. and Steinberg, J.M. CED EZ-Text Software
of Drug Policy.2003;14:63-74. for Collection, Management and Analysis of
6. Riono, P., and Saiful, J. “The Current Situation Semistructured Qualitative Databases (Version
of the HIV/AIDS Epidemic in Indonesia,” AIDS 3.05). Centers for Disease Control and
Prevention. Atlanta, GA.1997.

Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 23, No. 3, September 2007 l 117


Ignatius Praptoraharjo, dkk.: Jaringan Seksual dan Perilaku Berisiko Pengguna Napza Suntik

20. Bernard, H.R. Research Methods in 26. Aral, S.O., Hughes, J., Gorbach, P., Stoner, B.,
Anthropology. Qualitative and Quantitative Manhart, L., Garnett, G., et al. The Seattle
Approaches. Altamira Press. Walnut Creek, “Sexual Mixing,” “Sexual Networks” and “Sexual
CA.1995. Partnering Types” Studies. In Martina Morris
21. Agar, M.H. Re-Casting the ‘Ethno’ in (Ed.). Network Epidemiology: A Handbook for
Epidemiology. Medical Anthropology. Survey Design and Data Collection (pp 139-171).
1996;16:391-401. Oxford University Press. Oxford. 2004.
22. Clatts, M., Welle, D., and Goldsamt, L.A. 27. Irwanto. Indonesia Facing Illicit Drug Abuse
Reconceptualizing the Interaction of Drug and Challenges. Paper Presented at the
Sex among MSM: Towards an Ethno- International Conference on “Illicit Drugs and
Epidemiology. AIDS and Behavior.2002;5(2):115- Development: Critical Issues for Asia and the
30. Pacific.” Development Studies Network,
23. Rothenberg, R.B., Potterat, J.J., Woodhouse, Australian National University, Canberra,
D.E., Muth, S.Q., Darrow, W.W., Klovdahl, A.S. Australia. 2005;August: 15-17.
Social Network Dynamics and HIV 28. Family Health International. Behavioral
Transmission. AIDS.1998;12:1529-36. Surveillance Survey (BSS) Indonesia 2002-2003,
24. Koester, S. The Process of Drug Injection: Family Health International, Indonesia, with
Applying Ethnography to the Study of HIV Risk Badan Pusat Statistic and Departemen
among IDUs. In Tim Rhodes and Richard Kesehatan. 2003.
Hartnoll (Eds.). AIDS, Drugs and Prevention. 29. Ernawan, Yusuf, Toetik, Kusbardiati and
Perspectives on Individual and Community Pranata, Setia. Ethnograpic Study on Injecting
Action. Routledge, London.1996. Drug Users in Surabaya submitted to Family
25. Friedman, Samuel, R., Neagius, Alan, Jose, Health International. University of Airlangga,
Benjamin. Sociometric Risk Networks and HIV Surabaya.2004.
Infection. American Journal of Public Health. 30. Susilowati, Ellya and Dianasari, Eka Lenggang.
1997;87:1289-96. Bahtera Foundation, Ethnographic Study Report
on Social Network of Injecting Drug Users in
Bandung, Submitted to Family Health
International.2004:January.

118 l Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 23, No. 3, September 2007

You might also like