You are on page 1of 19

BAB II

PEMBAHAHASAN

A. Deskripsi BPBD Provinsi Sumatera Barat


1. Sejarah Singkat BPBD Provinsi Sumatera Barat
2. Struktur Organisasi BPBD Provinsi Sumatera Barat

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi tersebut di atas, berdasarkan


Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata
Kerja Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Sumatera Barat, struktur
organisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Sumatera Barat
terdiri atas:

a. Kepala, Sekretaris Daerah (ex-officio)


Tugas pokok:
Menyelenggarakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang
Penanggulangan Bencana.
Fungsi:
1) Perumusan dan penetapan kebijakan Penanggulangan Bencana dan
penanganan pengungsi;
2) Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan Penanggulangan Bencana secara
terencana, terpadu dan menyeluruh;
3) Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugasnya.

b. Unsur Pengarah
Tugas pokok dan fungsinya diatur dan ditetapkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
c. Unsur Pelaksana
Unsur Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah dipimpin oleh Kepala
Pelaksana yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan
Penanggulangan Bencana Daerah.
1)Kepala Pelaksana
Tugas pokok:
Membantu Kepala Badan dalam hal menyelenggarakan penyusunan dan

4
pelaksanaan kebijakan daerah di bidang penanggulangan Bencana daerah.
Fungsi:
a) Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan;
b) Pengelolaan urusan umum dan administrasi kepegawaian;
c) Pengelolaan keuangan;
d) Pengkoordinasian dan penyusunan program serta pengolahan dan
penyajian data;
e) Pengelolaan dan pembinaan organisasi dan atat laksana; dan
f) Penyelenggaraan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugasnya.

2) Sekretariat Pelaksana
Tugas pokok:
Mengkoordinasikan perencanaan, pembinaan, dan pengendalian terhadap program,
administrasi dan sumber daya serta kerja sama.
Fungsi:
a) Pengkoordinasian, sinkronisasi, dan integrasi di lingkungan BPBD;
b) Pengkoordinasian, perencanaan, dan perumusan kebijakan teknis BPBD;
c) Pembinaan dan pelayanan administrasi ketatausahaan, hukum, dan
peraturan perundang-undangan, organisasi, ketatalaksanaan, kepegawaian,
keuangan, persandian, perlengkapan, dan rumah tangga BPBD;
d) Pembinaan dan pelaksanaan hubungan masyarakat dan protokol di
lingkungan BPBD;
e) Pembinaan fasilitasi tugas dan fungsi Unsur Pengarah BPBD;
f) Pengkoordinasian dalam penyusunan laporan BPBD, dan
g) Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugasnya.
Sekretariat Pelaksana membawahi:
- Sub BagianUmum dan Kepegawaian, mempunyai tugas pokok:
Memberikan pelayanan dan dukungan administrasi kepegawaian, peralatan,
perlengkapan, pemeliharaan asset, persuratan dan kerumah tanggaan BPBD.
- Sub Bagian Program, mempunyai tugas pokok:
Mengumpulkan bahan dan mengelola penyusunan program, penyajian data dan
penyusunan laporan kinerja.

5
- Sub BagianKeuangan, mempunyai tugas pokok:
Menghimpun bahan dan mengelola administrasi keuangan meliputi penyusunan
anggaran, penggunaan, pembukuan, pertanggung-jawaban dan pelaporan.
3) Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan
Tugas pokok:
a) Melaksanakan kegiatan pencegahan melalui pendekatan hokum dan
pengawasan pelaksanaan dari peraturan perundang-undangan tentang
keamanan dan keselamatan yang berlaku dan melakukan segala upaya
kegiatan pelatihan, penyiapan sarana dan prasarana serta dukungan
logistic untuk menghadapi kemungkinan kegiatan penanganan bencana.
b) Fungsi:
c) Perumusan rencana dan pelaksanaan pengkajian, pengembangan,
pemantauan dan pemantapan Penanggulangan Bencana;
d) Penyiapan perumusan kebijakan teknis pencegahan dan kesiapsiagaan
terhadap penanggulangan bencana;
e) Penyiapan pelatihan penanggulangan bencana alam;
f) Penyiapan sarana dan prasarana serta dukungan logistik dan peralatan
untuk menghadapi kemungkinan kegiatan penanganan bencana; dan
g) Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugasnya.
Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan membawahi:
- Sub Bidang Pencegahan, mempunyai tugas pokok:
Melakukan sebagian tugas pokok Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan
dalam mengurangi risiko bencana melalui kegiatan pencegahan.
- Sub Bidang Kesiapsiagaan, mempunyai tugas pokok:
Melakukan sebagian tugas pokok Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan
dalam penyiapan pelatihan, sarana dan prasarana serta dukungan logistic dalam
rangka kesiapsiagaan dari kemungkinan terjadinya bencana.
4) Bidang Kedaruratan dan Logistik,
Tugas pokok:
Mengkoordinasikan dan melaksanakan kegiatan tanggap darurat Penanggulangan
Bencana, mengumpulkan data korban dan kerusakan di lokasi bencana, serta
mengadakan, menerima, menyiapkan, dan menyalurkan bantuan logistic saat

6
terjadi.
Fungsi:
a) Perumusan rencana dan pelaksanaan kegiatan kedaruratan dan logistik
penanggulangan bencana;
b) Penyiapan perumusan kebijakan teknis penyelenggaraan komando tanggap
darurat bencana;
c) Pelaksanaan evaluasi pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana; dan
d) Pelaksanaan tugas kedinasan sesuai dengan bidangnya.
Bidang Kedaruratan dan Logistik membawahi:
- Sub Bidang Kedaruratan, mempunyai tugas pokok:
Melakukan sebagian tugas pokok Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik dalam
melakukan tindakan koordinasi penyelamatan, kesehatan, pekerjaan umum, social
dan keamanan saat terjadi bencana di lokasi terjadinya bencana.

- Sub Bidang Logistik, mempunyai tugas pokok:


Melakukan sebagian tugas pokok Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik dalam
rangka penyiapan dukungan logistic untuk kejadian bencana.
5) Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi
Tugas pokok:
Mengkoordinasikan dan melaksanakan kegiatan menganalisis, mengevaluasi
rehabilitasi fisikterbatas, rehabilitasi mental, penyiapan rancangan konstruksi
tahan gempa dalam rangka Penanggulangan Bencana.

Fungsi:
a) Perumusan rencana dan pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi;
b) Penyiapan perumusan kebijakan teknis rehabilitasi dan rekonstruksi
terhadap bencana;
c) Pelaksanaan evaluasi pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi;
dan
d) Pelaksanaan tugas kedinasan lain sesuai dengan bidang tugasnya.
Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi membawahi:
- Sub Bidang Rehabilitasi, mempunyai tugas pokok:

7
Melaksanakan sebagian tugas pokok Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi
dalam kegiatan rehabilitasi serta pengendalian dan evaluasi kegiatan rehabilitasi
akibat bencana.
- Sub Bidang Rekonstruksi, mempunyai tugas pokok:
Melakukan sebagian tugas pokok Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi
dalam kegiatan rekonstruksi serta pengendalian dan evaluasi kegiatan rekonstruksi
akibat bencana.
6) Satuan Tugas (Fungsional) Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan
Bencana (Pusdalops PB).

Tugas pokok:
Membantu Kepala Badan dalam menyelenggarakan komunikasi, koordinasi,
komando, kendali secara efektif dan efisien melalui pengumpulan,
pengolahan/analisis, verifikasi, pendistribusian data/informasi secara cepat, tepat
dan akurat dalam pelaksanaan operasi penanggulangan bencana pada tahap
prabencana, saat tanggap darurat, dan pasca bencana.
Fungsi:
a) Pemantauan dan deteksi dini terhadap semua gejala, ancaman dan kejadian
bencana di wilayah Provinsi selama 24 jam/hari, 7 hari/minggu, serta
secara terus-menerus membuat catatan dan laporan harian;
b) Pengumpulan, pengolahan dan penyajian data/informasi serta
perkembangan mutakhir situasi ancaman dan kejadian bencana,
selanjutnya dilaporkan kepada Kepala Badan sebagai bahan pertimbangan
guna menentukan kebijakan lebih lanjut dalam rangka pelaksanaan
penyelenggaraan penanggulangan bencana;
c) Menyampaikan secara luas (diseminasi) peringatan dini bencana atas
otorisasi dari Kepala Badan kepada instansi/dinas terkait, stakeholder dan
masyarakat daerah terancam bencana melalui semua sarana media
informasi dan komunikasi;
d) Penyelenggaraan dukungan koordinasi dan komando antar
instansi/lembaga yang terkait dalam pelaksanaan penanggulangan bencana
pada pra bencana, saat bencana, tanggap darurat dan pasca bencana;
e) Penyelenggaraan sistem komunikasi data/informasi guna mendukung

8
operasi penanggulangan bencana;
f) Pada status keadaan darurat bencana, Pusdalops PB ditingkatkan fungsinya
menjadi Posko Tanggap Darurat Bencana di bawah kendali operasi Kepala
Bidang Kedaruratan dan Logistik.

3. Visi dan Misi BPBD Provinsi BPBD Sumatera Barat


a. Visi Misi BPBD Provinsi BPBD Sumatera Barat

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Sumatera Barat telah


merumuskan sebagai berikut:

“Mewujudkan Sumatera Barat Siaga, Tanggap, Tangguh dan Tawakal


Dalam Menghadapi Bencana”

b. Misi BPBD Provinsi BPBD Sumatera Barat


1) Mengintegrasikan Pengurangan Risiko Bencana dan
Penanggulangan Bencana dalam perencanaan pembangunan dan
penganggaran daerah;

2) Menyusun Rencana Penanggulangan Bencana Daerah, rencana aksi


daerah, peta risiko bencana, kebijakan, prosedur dan standar
operasional yang dibutuhkan pada saat pra bencana, saat bencana
dan pasca bencana;

3) Mengurangi risiko bencana dengan melaksanakan kegiatan


pencegahan secara terencana dan terpadu;

4) Menciptakan sistem kesiapsiagaan dan peringatan dini menghadapi


bencana di Sumatera Barat;

5) Peangkajian dampak bencana secara cepat dan tepat serta


penentuan status keadaan darurat bencana;

6) Menjalankan fungsi komando dan koordinasi serta melakukan


kegiatan penyelamatan, evakuasi, pemenuhan kebutuhan dasar
masyarakat terkena bencana dan perlindungan terhadap kelompok

9
rentan;

7) Pemulihan dengan segera sarana dan prasarana vital dalam


kerangka pemulihan awal (early recovery);

8) Analisis kerusakan dan kerugian akibat bencana dengan


memperhatikan aspirasi masyarakat (DaLA, HRNA dan PDNA);

9) Melakukan perencanaan, pengawasan dan mengkoordinir kegiatan


rehabilitasi dan rekonstruksi untuk memulihkan dampak bencana
dalam segala aspek.

B. Tanah Longsor
Tanah longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering
menimbulkan kerugian, baik berupa korban jiwa maupun materi. Longsor sendiri
merupakan perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan
rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar
lereng. Longsor sangat dipengaruhi oleh gaya gravitasi. Menurut Vulcanological
Survey of Indonesia (2010), proses terjadinya longsor diawali oleh meresapnya air
yang akan menambah berat tanah. Jika air menembus sampai tanah kedap air yang
berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan
di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan keluar lereng.

Jenis tanah pelapukan yang sering dijumpai di Indonesia adalah hasil


letusan gunung api. Tanah ini memiliki komposisi sebagian besar lempung
dengan sedikit pasir dan bersifat subur. Tanah pelapukan yang berada di atas
batuan kedap air pada perbukitan/punggungan dengankemiringan sedang hingga
terjal berpotensi mengakibatkan tanah longsor pada musim hujan dengan curah
hujan berkuantitas tinggi. Jika perbukitan tersebut tidak ada tanaman kerasberakar
kuat dan dalam, maka kawasan tersebut rawan bencana tanah longsor. Pada
kebanyakan peristiwa longsor (rainfall triggering landslides), keruntuhan lereng
selalu terjadi ketika musim penghujan atau ketika terjadi badai taifun yang
membawa curah hujan yang sangat tinggi hingga mencapai lebih dari 1000 mm. I
Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng
Eurasia, lempeng Pasifik,dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk.

10
Akibat tumbukan antara lempeng itu maka terbentuk daerah penunjaman
memanjang di sebelah Barat Pulau Sumatera, sebelah Selatan Pulau Jawa hingga
ke Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara, sebelah Utara Kepulauan Maluku, dan
sebelah Utara Papua. Konsekuensi lain dari tumbukan itu maka terbentuk
palungsamudera, lipatan, punggungan dan patahan di busur kepulauan, sebaran
gunungapi, dan sebaran sumber gempabumi. Dengan demikian Indonesia rawan
terhadap bencan gempabumi Tanah longsor dapat pula terjadi ketika terjadi
gempa bumi. Dalam hal ini gempa bumi sebagai pemicu terjadinya longsor
(earthquake triggering landslides).
1. Jenis Tanah Longsor

Ada 6 jenis tanah longsor, yakni: longsoran translasi, longsoran rotasi,


pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah dan aliran bahan rombakan. Jenis
longsoran translasi dan rotasi paling banyak terjadi di Indonesia. Sedangkan
longsoran yang paling banyak memakan korban jiwa manusia adalah aliran bahan
rombakan.
a. Longsoran Translasi.
Longsoran translasi adalah bergeraknya masa tanah dan bantuan pada bidang
gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.
b. Longsoran Rotasi.
Longsoran rotasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir
berbentuk cekung.
c. Pergerakan Blok.
Pergerakan blok adalah perpindahan batuan yang bergerak pada bidang gelincir
berbentuk rata. Longsoran ini disebutbjuga longsoran translasi blok batu.
d. Runtuhan Batu.
Runtuhan batu terjadi ketika sejumlah besar batuan atau material lain bergerak ke
bawah dengan cara jatuh bebas. Umumnya terjadi pada lereng yang terjal hingga
menggantung terutama didaerah pantai. Batu-batu besar yang jatuh dapat
menyebabkan kerusakan yang parah.
e. Rayapan Tanah.
Rayapan tanah adalah jenis tanah longsor yang bergerak lambat. Jenis tanahnya
berupa butiran kasar dan halus. Jenis tanah longsor ini hamper tidak dapat

11
dikenali. Setelah waktu yang cukup lama longsor jenis rayapan ini bias
menyebabkan tiang-tiang telepon, pohon atau rumah miring ke bawah.
f. Aliran Bahan Rombakan.
Jenis tanah longsor ini terjadi ketika massa tanah bergerak di dorong oleh air.
Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air dan
jenis materialnya. Gerakannya terjadi disepanjang lembah dan mampu mencapai
ratusan meter jauhnya. Di beberapa tempat bias sampai ribuan meter seperti di
daerah aliran sungai di sekitar gunung api. Aliran tanah ini dapat menelan korban
cukup banyak.
2. Gejala Umun Tanah Longsor
Gejala-gejala umum yang biasanya timbul sebelum terjadinya bencana tanah
longsor adalah:
a. Munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing.
b. Biasanya terjadi setelah hujan.
c. Munculnya mata air baru secara tiba-tiba.
d. Tebing rapuh dan krikil mulai berjatuhan.

3. Faktor Penyebab Tanah Longsor


Pada prinsipnya tanah longsor terjadi bila gaya pendorong pada lereng lebih besar
daripada gaya penahan. Gaya penahan umumnya dipengaruhi oleh kekuatan
bantuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya pendorong dipengaruhi oleh
besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis tanah batuan.
a. Hujan.
Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November karena
meningkatnya intensitas curah hujan. Musim kering yang panjang akan
menyebabkan terjadinya penguapan air di permukan tanah dalam jumlah besar.
Hal ini mengakibatkan munculnya pori-pori atau rongga tanah hingga terjadi
retakan dan merekahnya tanah permukaan. Ketika hujan, air akan menyusup ke
bagian yang retak sehingga tanah dengan cepat mengembang kembali. Pada awal
musim hujan, intesitas hujan yang tinggi biasanya sering terjadi, sehingga
kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat.
Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor, karena melalui tanah

12
yang merekah air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga
menimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepohonan di permukaanya, tanah longsor
dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga akan
berfungsi mengikat tanah.
b. Lereng terjal.
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang
terjal terbentuknya karena pengikisan air sungai, mata air, air laut dan angin.
Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180 apabila ujung
lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar.
c. Tanah yang kuramg padat dan tebal.
Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanh liat dengan
ketebalan lebih dari 2.5 m dan sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini
memilki potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan. Selain
itu tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek
terkena air dan pecah ketika hawa terlau panas.
d. Batuan yang kurang kuat.
Batuan endapan gunung api dan batuan sedimen berukuran pasir dan
campuran antara kerikil, pasir dan lempung umumnya kurang kuat. Batuan
tersebut akan mudah menjadi tanah bila mengalami proses pelapukan dan
umumnya rentan terhadap tanah longsor bila terjadi pada lereng yang terjal.
e. Jenis tata lahan.
Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan dan
adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya kurang
kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh
dengan air sehingga mudah menjadi longsor. Sedangkan untuk daerah
perladangan penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus
bidang longsoran yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsor lama.
f. Getaran.
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempa bumi, ledakan, getaran
mesin dan getaran lalu lintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah
tanah, badan jalan, lantai dan dinding rumah menjadi retak.

13
g. Susut muka air danau atau bendungan.
Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan lereng
menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220 mudah terjadi lonsoran dan
penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.
h. Adanya beban tambahan.
Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng dan kendaraan
akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama disekitar
tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan
dan retakan yang arahnya kearah lembah.
i. Pengikisan/erosi.
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai kea rah tebing, selain itu akibat
penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal.
j. Adanya material timbunan pada tebing.
Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya
dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada
lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada
dibawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian
diikuti dengan retakan tanah.
k. Bekas longsoran lama.
Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi pengendapan
material gunung api pada lereng yang relative terjal atau pada saat atau sesudah
terjadi patahan kulit bumi.

14
C. Longsor Yang Terjadi Di Kabupaten Agam

Menurut data yang penulis dapatkan di BPBD Provinsi Sumatera Barat


daerah kabupaten agam merupakan daerah yang rawan longsor berikut data yang
didapatkan :

Tabel 1. Data Longsor Kabupaten Agam Hingga 30 Juni Tahun 2018

Jumlah Taksiran Mengungsi Meninggal


NO Tanggal/ Kecamatan
Kejadian kerugian (Tot) (Tot)
1 10-Feb-18 1 0 0
Palupuh 0 0
2 27-Feb-18 1 0 0
Malalak
3 01-Mar-18 1
Palupuh
Tanjung Raya
4 05-Mar-18 1 0 0
IV Koto 0 0
5 18-Apr-18 1
Matur
6 19-Apr-18 1
Matur
7 24-Apr-18 1
Palembayan
Palupuh
8 06-May-18 1
IV Koto
9 07-May-18 1
Sungai Pua
10 26-May-18 1 1
Baso
11 29-May-18 1

15
Tanjung Raya
12 24-Jun-18 1
Tanjung Mutiara
13 26-Jun-18 1
Tanjung Raya
Grand Total 13 0 1
Sumber : BPBD Provinsi Sumatera Barat

Berdasarkan data diatas dapat kita ketahui longsor di Kabupaten


Agam hingga 30 Juni tahun 2018 terjadi sebanyak 13 kali. Dan korban
yang meninggal akibat longsor 30 juni 2018 hanya satu orang. Dibawah
ini adalah tabel Rekapitulasi Kejadian Bencana Longsor Hingga 30 Juni
2018 :
Tabel 2. Rekapitulasi Kejadian Bencana Longsor Hingga 30
Juni 2018

NO KABUPATEN KOTA JUMLAH


1 Kabupaten Agam 13
2 Kabupaten 2
Dhamasraya
3 Kabupaten Kepulauan 5
Mentawai
4 Kabupaten Lima 8
Puluh Kota
5 Kabupaten Padang 1
Pariaman
6 Kabupaten Pasaman
7 Kabupaten Pasaman 2
Barat
8 Kabupaten Pesisir 1
Selatan
9 Kabupaten Sijunjung 6

16
10 Kabupaten Solok 3
11 Kabupaten Solok 1
Selatan
12 Kabupaten Tanah 5
Datar
13 Kota Bukittinggi 4
14 Kota Padang 2
15 Kota Padang Panjang 2
16 Kota Payakumbuh
17 Kota Sawah Lunto 6
18 Kota Solok
19 Kota Pariaman
Pusdalops PB BPBD Provinsi Sumatera Barat

Berdasarkan tabel diatas kabupaten Agam merupakan daerah yang paling


banyak terjadi longsor dibandingkan Kabupaten Kota lainnya.

Dibawah ini akan diuraikan longsor yang terjadi di kabupaten Agam :

1. Kecamatan IV Koto
Longsor terjadi pada tanggal 5 maret 2018. Ini terjadi di pendakian
Jambak kawasan Lambah Ngarai Sianok, Anam Suku, IV koto Kabupaten Agam,
Sumatera Barat yang mengakibatkan tumpukan material longsor yang memakan
badan jalan tersebut.

2. Kecamatan Palupuh
Longsor ini terjadi pada tanggal 24 April 2018 pada hari selasa. Tingginya
curah hujan akhir-akhir ini khususnya di wilayah Agam dan Bukittinggi
mengakibatkan longsor yang mengakibatkan terganggunya arus lalu lintas.
Longsor terjadi di Jalan Raya Nasonal Lintas Propinsi KM 10 Jorong Muaro,
Nagari Koto Rantang, Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam, wilayah hukum
Polres Bukittinggi Selasa (24/4/2018) pukul 06.40 wib.
3. Kecamatan Baso

17
Longsor ini terjadi pada tanggal 26 Mei 2018. Tanah longsor ini menimpa
korban pada pukul 11.30 Wib di Kasiak jorong Baruah Nagari Padang Tarok
Kecamatan Baso Kabupaten Agam dengan 1 orang korban jiwa tertimbun
longsoran tebing setinggi 5 meter yang ada di dekat rumahnya Data Korban
Nama : Ahmad Mufadel Afif Umur : 4 tahun Alamat : kasiak jorong
baruah nagari padang tarok kecamatan baso Penduduk 1 kk / 4 jiwa.
4. Kecamatan Tanjung Raya
Longsor ini terjadi pada tanggal 29 Mei 2018 pada hari Selasa sekitar
pukul 13.17 WIB. Curah hujan yang cukup tinggi disertai angin kencang
mengakibatkan terjadinya longsor di Kelok 3, Jorong Lasa Maninjau, Kecamatan
Tanjung Raya, Kabupaten Agam. Longsor ini tidak ada korban namun akses jalan
dari Lubuk Basung menuju Bukittingi mengalami lumpuh total. Material longsor
berupa tanah dan pohon menimbun badan jaln.

5. Kecamatan Sungai Pua


Longsor terjadi pada tanggal 7 Mei 2018 sekitar pukul 21.30 WIB. Longsor
terjadi akibat banjir yang disebabkan oleh meluapnya air dari drainase ke
pemukiman masyarakat mencapai 1 meter, sehingga jalan penghubung di daerah
tersebut lumpuh total tidak dapat di lewati kendaraan apapun.
6. Kecamatan Tanjung Mutiara
Longsor ini terjadi pada tanggal 24 Juni 2018. Longsor ini terjadi disebabkan
oleh hujan lebat disertai angin kecang mengakibatkan banjir dan longsor di
sejumlah tempat. Di Bukit Malintang, Nagari Tiku Utara, Kecamatan Tanjung
Mutiara jalan ambrol dan tertimbun longsoran sehingga hubungan Cacang Tinggi
Bukik Malintang putus total.

18
D. Daerah Rawan Longsor di Sumatera Barat

Gambar 1. Peta Rawan Longsor di Sumatera Barat

Berdasarkan peta diatas daerah rawan tanah longsor adalah Tanjung Balik,
50 Kota dengan simbol di peta LGR1, Palupuh, Agam dengan simbol LGR2,
Panti,Pasaman dengan simbol LGR3, Maninjau, Agam dengan simbol LGR4,
Kelok 9, 50 Kota dengan simbol LGR5, Lembah Anai, Padang Panjang dengan
simbol LGR6, Sitinjau laut, Kota Padang-Solok dengan simbol LGR7, Surian –

19
Air Dingin, Pesisir Selatan dengan simbol LGR8, Bungus, Kota Padang dengan
simbol LGR9, Sungai Selasih,Solok Selatan dengan simbol LGR10, Tanjung
Gadang, Sijunjung dengan simbol LGR11, Muaro Takung, Dhamasraya dengan
simbol LGR12, Bawan Agam dengan simbol LGR13. Daerah paling rawan
longsor berdasarkan peta titik rawan terdapat pada daerah Kabupaten Agam.

1. Daerah Rawan Longsor di Kabupaten Agam

Gambar.2 Peta Potensi Bencana Longsor Kabupaten Agam

Potensi bencana longsor Kabupaten Agam. Ada delapan titik rawan


longsor di Kabupaten Agam, ke delapan titik daerah rawan longsor itu
diantaranya, sepanjang ruas jalan kelok 44 di Kecamatan Tanjung Raya, jalan
raya Panta di Kecamatan Matur, ruas jalan Sungai Landia, Sungai Jariang dan
Ngarai Sianok di Kecamatan IV Koto, sepanjang ruas jalan Malalak di
Kecamatan Malalak, sepanjang ruas jalan Palupuah di Kecamatan Palupuh dan
sepanjang ruas jalan Palembayan di Kecamatan Palembayan. Keberadaan titik

20
rawan longsor kebanyakan berada di area perbukitan sehingga pergerakan
masih dinilai rawan.

2. Pergerakan tanah di Kabupaten Agam


Tabel.3 Wilayah Yang Terjadi Pergerakan Tanah Di Provinsi Sumbar

Tabel diatas merupakan wilayah terjadi pergerkan tanah, dimana wilayah tersebut
akan rawan terjadi longsor pergerakan tanah ada yang menengah, dan ada yang
tinggi. ategori menengah mengacu pada kondisi di suatu daerah yang memiliki

21
potensi menengah terjadi gerakan tanah yang disebabkan oleh curah hujan di atas
normal, terutama pada daerah berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing
jalan.Sementara itu pada kategori tinggi mengacu pada kondisi dengan curah
hujan di atas normal dan gerakan tanah lama dapat aktif kembali, ujarnya.

B. Antisipasi Mengurangi Tingkat Tanah Longsor


1. Hal Yang Jangan Dilakukan
a. Mendirikan bangunan diatas lereng rawan longsor.
b. Mencetak kolam atau sawah beririgasi diatas dan pada lereng
rawan longsor.
c. Melakukan penggalian disekitar kaki lereng yang rawan longsor
d. Menebang pohon sembarangan pada dan disekitar lereng yang
rawan longsor
e. Tinggal di bawah lereng rawan longsor.
2. Hal yang harus dilakukan
a. Melaporkan ke aparat desa atau kelurahan setempat.
b. Tutup retakan tanah dengan lempung atau material kedap air
lainnya.
c. Hindari air meresap ke dalam lereng dan atur drainase lereng:
1) Buat parit untuk mengatur air hujan menjauhi lereng tancapkan
bumbu-bumbu yang dilubangi kedua ujungnya kedalam lereng
2) Apabila rembesan/aliran air bercampur lumpur muncul
semakin deras pada lereng, segera tinggalkan lereng.

22

You might also like