Professional Documents
Culture Documents
Abstract
The purpose of this research was to identify and analyse macrovascular and microvascular complications among with
diabetes mellitus patients in Arifin Achmad Hospital Pekanbaru. The samples was 72 patients with diabetes mellitus
sampling used purposive sampling method. The research instrument used the observation sheet. The analysis used
univariate and OR. Some respondent on late adulthood experienced macrovascular complications (44.6%) and
microvascular (80%) with the OR 3.467, which means late adulthood are at risk for complications 3.467 times larger
than early adulthood. OR for long suffered from DM category obtained that some respondents who long suffered from
diabetes <5 years had macrovascular complications (64.3%) and microvascular (45%) and the respondents with long
suffered from DM>5 years had macrovascular complications (35.7%) and microvascular (55%) with the odds ratio
2.200, which means long suffering from DM <5 years are at risk for macrovascular and microvascular complications
2,200 times more than the respondents with long suffered from DM>5 years. The results of this reserach can provide
information for patients in improving the quality of life and prevent complications caused by diabetes.
570
pada pasien diabetes mellitusdiruang rawat inap b. Sekolah Menengah
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Pertama (SMP) 30 41,7
c. Sekolah Menengah
Atas (SMA) 16 22,2
METODE 4. Pekerjaan
a. Ibu Rumah Tangga 38 52,8
Desain; penelitianadalah deskriptif (IRT)
dengan rancangan cross sectional b. Wiraswasta 14 19,4
c. Swasta 19 26,4
Sampel: Metode pengambilan sampel d. PNS 1 1,4
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purpossivesamplingdengan jumlah sampel 5. Diit Pasien
sebanyak 72 orang. a. MB 37 51,4
Instrument: Alat pengumpul data yang b. MB Diet DM 9 12,5
digunakan berupa lembar observasi.Bagian c. ML Diet DM 24 33,3
d. MC 2 2,8
pertama berisi data demografi (nama inisial, 6. Tipe DM
umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, a. DM Tipe 1 0 0
alamat saat ini, lama menderita DM dan tipe b. DM Tipe 2 72 100
DM). Bagian kedua berisi komplikasi 7. Lama menderita DM
makrovaskuler(penyakit arteri koroner (infark a. < 1 tahun 1 1,4
b. 1-5 tahun 42 58,3
miokardhipertensi), penyakit serebrovaskuler c. 6-10 tahun 27 37,5
(stroke), penyakit vaskuler perifer (Ganggren d. >10 tahun 2 2,8
diabetic foot)) dan mikrovaskuler (Retinopati 8. Kontrol kepelayanan
diabetika, neuropati diabetika, neprofati kesehatan
diabetika) yang sedang dialami oleh pasien DM a. Tidak Pernah 21 29,2
b. 1 x dalam sebulan 28 38,9
pada saat ini. c. 2 x dalam sebulan 11 15,3
Analisa Data: Univariatdengan d. 3 x dalam sebulan 1 1,4
menggunakan Odds Ratio. Analisa data e. 4 x dalam sebulan 2 2,8
Univariat digunakan untuk memberikan f. Kadang-kadang 9 12,5
gambaran distribusi frekuensi terhadap 9. Penatalaksanaan DM
a. Obat dari dokter 41 56,9
karakteristik responden, sedangkan Odds Ratio
b. Hemodialisa dan obat 13 18,1
digunakaan untuk mengetahui berapa besar dari dokter
kemungkinan resiko komplikasi yang disebabkan c. Perawatan luka dan 17 23,6
oleh DM (Diabetes Mellitus). obat dari dokter
d. Amputasi, perawatan 1 1,4
luka dan obat dari
HASIL PENELITIAN
dokter
571
n % n % n % tahun mengakibatkan perubahan anatomis,
a. Dewasa 13 46,4 4 20 17 35,4 fisiologis dan biokimia. Perubahan dimulai dari
Awal tingkat sel, berlanjut pada tingkat jaringan dan
(21-45
3,467
akhirnya pada tingkat organ yang dapat
tahun) mempengaruhi fungsi homeostasis. Komponen
0,923
b. Dewasa 15 44,6 16 80 31 63,6 tubuh yang dapat mengalami perubahan adalah
Akhir -
13,025 sel beta pankreas yang menghasilkan hormon
(>45
insulin, sel-sel jaringan target yang
tahun)
Total
menghasilkan glukosa, sistem saraf, dan hormon
28 100 20 100 48 100
lain yang mempengaruhi kadar glukosa.
Tabel 3 Hasil penelitian ini sesuai dengan
Odds ratio rentang usia denganjenis komplikasi penelitian Hasneli (2009) yang meneliti tentang
makrovaskuler dan mikrovaskuler the effect a Health Belief Model based Education
Program to prevent Diabetes Complications on
Makrovask Mikrovas
Total Dietary Behaviors of Indonesia Adults with type
Lama DM uler kuler OR
2 Diabetes Mellitus, dimana didapatkan hasil
% n % n %
bahwa, dari 40 orang responden ditemukan usia
a. <5 18 64,3 9 45 27 56,3 2,20
Tahun
responden >35-55 tahun sebanyak 18 orang
0,68 (45%).
b. ≥5 10 35,7 11 55 21 43,7
Tahun –
Total 28 100 20 100 48 100 7,10 Jenis Kelamin
572
sebanyak 138 pasien DM tipe-2 di Poliklinik Rumah Tangga (IRT) sebanyak 38 orang
Endokrin RSU Prof.Dr.R.D. Kandou Manado, (52,8%).Kurangnya aktifitas merupakan salah
dimana dari 138 kasus tersebut, 78 pasien (57%) satu faktor yang ikut berperan dalam
adalah wanita dan 60 pasien (43%) adalah pria. menyebabkan resistensi insulin pada DM tipe II
Menurut peneliti wanita lebih tinggi (Soegondo, 2007). Mekanisme aktifitas fisik
resiko terkena DM dibandingkan pria karena dapat mencegah atau menghambat
wanita mempunyai beban pekerjaan yang lebih perkembangan DM tipe II yaitu penurunan
tinggi dari pria, sehingga wanita cendrung resistensi insulin, peningkatan toleransi glukosa,
mengalami stres. Pada keadaan yang stres terus penurunan lemak adipose, pengurangan lemak
menerus dalam jangka waktu lama dapat sentral, perubahan jaringan otot. Semakin jarang
menyebabkan terjadinya peningkatan hormon seseorang melakukan aktivitas fisik maka gula
kortisol yang konstan, terus menerus, dan yang dikonsumsi juga akan semakin lama
menyebabkan ketidakseimbangan tubuh. Hal ini terpakai, akibatnya prevalensi peningkatan kadar
dapat menyebabkan terjadinya obesitas, gula dalam darah juga akan semakin tinggi
resistensi insulin dan peningkatan profil lipid (Kriska, 2007).
dalam darah. Jika berlangsung terus maka akan Hasil penelitian ini sesuai dengan
berlanjut menjadi DM tipe 2. penelitian yang telah dilakukan oleh Setyorogo
dan Trisnawati (2013). Penelitian ini menyatakan
Pendidikan bahwa jenis pekerjaan erat kaitannya dengan
kejadian DM. Pekerjaan seseorang
Hasil penelitian menunjukan bahwa rata- mempengaruhi tingkat aktivitas fisiknya. Hasil
rata pendidikan responden sebagian besar analisis univariat, sebagian besar responden
berpendidikan SMP yaitu 30 orang (41,7%). penderita DM adalah kelompok tidak bekerja.
Tingkat pendidikan memiliki pengaruh terhadap Hal ini dikarenakan kebanyakan responden
kejadian penyakit DM Tipe 2. Orang yang dalam penelitian ini adalah kelompok yang tidak
tingkat pendidikannya tinggi biasanya akan bekerja dan juga berjenis kelamin perempuan.
memiliki banyak pengetahuan tentang kesehatan.
Dengan adanya pengetahuan tersebut orang akan Diit Pasien
memiliki kesadaran dalam menjaga
kesehatannya (Irawan, 2010). Berdasarkan hasil penelitian yang telah
Hal ini sesuai dengan pernyataan dilakukan didapatkan data bahwa sebagian besar
Handayani (2012) yang menyatakan bahwa diit responden selama di rumah adalah makanan
tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor biasa (MB) yakni sebanyak 37 responden
predisposisi yang mempengaruhi pemanfaatan (51,4%). Penurunan kalori berupa karbohidrat
pelayanan kesehatan oleh individu.Status dan gula yang diproses secara berlebihan,
pendidikan berpengaruh terhadap pemanfaatan merupakan faktor eksternal yang dapat merubah
pelayanan kesehatan karena status pendidikan integritas dan fungsi sel beta individu yang
akan mempengaruhi kesadaran dan pengetahuan rentan (Prince & Wilson, 2007). Individu yang
tentang kesehatan. obesitas harus melakukan diet Menurut peneliti
Hasil penelitian ini sesuai dengan pengaturan diit sangat menentukan kejadian dan
penelitian yang telah dilakukan oleh Setyorogo penatalaksaan pada DM, karena diit yang baik
dan Trisnawati (2013)tentang faktor risiko merupakan kunci keberhasilan terapi DM. DM
kejadian DM tipe II di Puskesmas Kecamatan tidak bisa disembuhkan tetapi kadar glikosa
Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012yang dapat dikontrol dalam batas normal dengan cara
menunjukkan bahwa pendidikan sebagian besar salah satunya menjaga diit.
responden adalah berpendidikan rendah (SD dan
SMP). Lama menderita DM
573
penelitian ini tidak sama dengan pernyataan tercapainya target pengendalian glukosa darah
Smaltzer dan Bare (2010) yang menyatakan sedangkan penatalaksanaan DM jangka panjang
bahwakomplikasi biasanya terjadi dalam kurun bertujuan untuk mencegah dan menghambat
waktu lima sampai dengan sepuluh tahun setelah progresivitas penyulit mikroangiopati,dan
diagnosis ditegakkan (Smeltzer & Bare, 2008). neuropati.
Menurut peneliti banyaknya penderita DM yang
sebelumnya tidak mengetahui dan tidak
menyadari kalau dirinya menderita DM karena
tanda dan gejala tidak dirasakan, akibat Komplikasi DM
tingginya glukosa darah dalam waktu lama
mempercepat terjadinya komplikasi sehingga Komplikasi makrovaskuler adalah
banyak penderita DM mengalami komplikasi terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah
kurang dari 5 tahun. besar seperti di jantung dan diotak yang sering
mengakibatkan kematian serta penyumbatan
Kontrol Pelayanan Kesehatan pembuluh darah besar diekstremitas bawah yang
mengakibatkan ganggren dikaki sehingga
Berdasarkan hasil penelitian yang telah banyak penerita DM yang kehilangan kaki
dilakukan terhadap 72 responde didapatkan data karena harus diamputasi, sedangkan komplikasi
bahwa sebagian besar responden melakukan mikrovaskuler adalah terjadinya penyumbatan
kontrol kepelayanan kesehatan sebanyak 1x pada pembuluh darah kecil seperti di ginjal yang
dalam sebulan sebanyak 28 orang (38,9%), dan dapat menyebabkan penderita mengalami
yang tidak pernah melakukan kontrol gangguan ginjaldan di mata dapat
kepelayanan kesehatan 21 orang (29,2%). mengakibatkan penderita mengalami gangguan
Kontrol pelayanan kesehatan erat kaitannya penglihatanbahkan kebutaan.
dengan edukasi yang akan diterima oleh Hasil analisis menunjukkan bahwa dari
penderita DM tentang penanganan DM selama 72 responden, sebagian responden menderita
dirumah. Menurut PERKENI (2011) salah satu penyakit arteri koroner saja yaitu (16,7%),
pilar dalam penanganan DM adalah pendidikan penyakit arteri koroner disertai dengan retinopati
kesehatan. Perawat merupakaneducator dan diabetik sebanyak 12 orang (16,7%), penyakit
counselor bagi pasien, perawat dapat vaskuler perifer saja 9 orang (12,5%), paskuler
memberikan bantuan kepada pasien dalam perifer disertai retinopati 6 orang (8,3%) dan
bentuk supportive-educative dengan memberikan vaskuler perifer disertai neuropati 1 orang
pendidikan dengan tujuan agar pasien mampu (1,4%).sebagian responden mengalami
melakukan perawatan secara mandiri. Peran komplikasi makrovaskuler saja yakni sebanyak
perawat sebagai educator dan counselor adalah 28 orang (38,9%), dimana sebagian responden
memberikan pengetahuan tentang penyakitnya, mengalami komplikasi makrovaskuler tersebut
ketrampilan dalam perawatan diri sehingga selama <3 bulan sebanyak 9 orang (32%) dan
mereka siap dalam menjalani program perawatan lama menderita komplikasi mikrovaskuler <1
DM selama dirumah secara mandiri. tahun sebanyak 13 orang (65%).
Komplikasi makrovaskuler dan
Penatalaksanaan DM mikrovaskuler yang dialami oleh pasien DM ini
pernah diteliti oleh Amalia (2010), dengan judul
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penelitiannya yakni gambaran distribusi
dilakukan didapatkan data bahwa komplikasi kronik gangguan vaskuler pada
penatalaksanaan DM selama pasien dirawat penderita Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat
adalah obat-obatan dari dokter sebagian besar inap RSUD Dr.Soetomo Surabaya diketahui
responden yakni sebanyak 42 responden (56,9 bahwa pada saat ini 96,93% pasien dengan DM
%). Penatalaksanaan DM jangka pendek dan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya memiliki
jangka panjang sangat diperlukan oleh penderita komplikasi vaskular. Komplikasi mikrovaskuler
DM. Penatalaksanaan jangka pendek bertujuan paling terjadi pada pasien tersebut adalah
untuk menghilangkan keluhan, tanda dan gejala nefropati (58,4%). Komplikasi yang paling
DM, mempertahankan rasa nyaman dan makrovaskuler adalah gangren (37,1%). Lainnya
574
komplikasi yang sering muncul berturut-turut
adalah retinopati (32,1%), hipertensi (24,4%), Berdasarkan hasil analisis didapatkan
penyakit jantung koroner (12,7%), neuropati data bahwa dari 48 responden, sebagian
(10,9%), stroke (10,4%), dan yang terakhir responden yang lama menderita DM nya <5
adalah infark myokard (3,2%). tahun mengalami komplikasi makrovaskuler
seperti penyakit arteri koroner (infark miokard,
hipertensi), penyakit serebrovaskuler (stroke)
dan penyakit vaskuler perifer (GanggrenDiabetik
2. Analisa Odd Ratio Foot)(64,3%) dan yang lama DM nya ≥ 5 tahun
mengalami komplikasi mikrovaskuler seperti
Odds Ratio rentang usia dengan jenis retinopati diabetika (gangguan penglihatan),
komplikasi yang diderita pasien DM Neuropati diabetika (gangguan sensoris pada
organ tubuh), Nefropati diabetika (kerusakan
Berdasarkan hasil analisis didapatkan ginjal)(55%). Odds Ratio antara lama DM <5
data bahwa dari 48 responden, sebagian tahun dengan lama DM ≥5 tahun dengan
responden dewasa akhir (>45 tahun) mengalami komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler
komplikasi makrovaskuler seperti penyakit arteri yang dideritapasien adalah 2, 200 yang artinya
koroner (infark miokard, hipertensi), penyakit lama DM <5 tahun memiliki risiko untuk
serebrovaskuler (stroke) dan penyakit vaskuler mengalami komplikasi 2,200 kali lebih besar
perifer (GanggrenDiabetik Foot)(44,6%) dibandingkan responden yang lama DM nya ≥5
sedangkan untuk pasien lainnya mengalami tahun.
komplikasi mikrovaskuler seperti Retinopati Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa
Diabetika (gangguan penglihatan), Neuropati pada umumnya 50% penderita DMyang terdata
Diabetika (gangguan sensoris pada organ tubuh), sudah disertai komplikasi pada saat didiagnosa
Nefropati Diabetika (kerusakan ginjal) (80%). DM untuk pertama kalinya. Hal ini dikarenakan
Odds ratio antara rentang usia dengan individu tidak menyadari adanya gejala penyakit
komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler DM pada awal perjalanan penyakit namun mulai
yang dideritapasien adalah 3,467 yang artinya merasakan gejala DM pada saat sudah terjadi
dewasa akhir memiliki risiko untuk mengalami komplikasi (Rudi, 2007). Sedangkan menurut
komplikasi 3,467 kali lebih besar dibandingkan Smeltzer & Bare(2008), komplikasi biasanya
responden dewasa awal (25-45 tahun). terjadi dalam kurun waktu lima sampai dengan
Hal ini sesuai dengan pernyataan sepuluh tahun setelah diagnosis ditegakkan. Hal
D’Adamo (2008) bahwa faktor resiko dan ini terjadi keterlambatan dalam menegakkan
komplikasi DM muncul setelah seseorang diagnosa DM karena gejala dan tanda DM tidak
memasuki usia rawan yaitu setelah usia 40 tahun. dirasakan oleh penderita sebelum terjadinya
Hal ini terjadi karena orang pada usia ini kurang komplikasi.Komplikasi DM timbul karena kadar
aktif, berat badan akan bertambah dan masa otot glukosa tidak terkendali dan tidak tertangani
akan berkurang serta akibat proses menua yang dengan baik sehingga menyebabkan timbulnya
mengakibatkan penyusutan sel-sel beta yang komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler.
progresif. Hasil yang sama juga diperoleh pada
penelitian yang dilakukan oleh Zahtamal (2007) Odds Ratio jenis kelamin dengan komplikasi
terhadap 152 responden yang menunjukkan makrovaskuler dan mikrovaskuler yang
bahwa hubungan antara usia dengan kejadian diderita pasien DM.
DM Tipe 2 pada pasien yang dirawat di RSUD
Arifin Achmad Provinsi Riau bermakna secara Sebagian responden yang berjenis
statistik, dimana orang yang berusia ≥40 tahun kelamin perempuan mengalami komplikasi
21memiliki risiko 6 kali lebih besar terkena makrovaskuler seperti penyakit arteri koroner
penyakit DM Tipe 2. (infark miokard, hipertensi), penyakit
serebrovaskuler (stroke) dan penyakit vaskuler
Odds Ratio lama menderita DM dengan perifer (GanggrenDiabetik Foot) (64,3%) dan
komplikasi makrovaskuler dan responden yang berjenis kelamin laki - laki
mikrovaskuler yang diderita pasien DM. mengalami komplikasi mikrovaskuler seperti
575
retinopati diabetika (gangguan penglihatan), dibandingkan responden usia dewasa awal.
Neuropati diabetika (gangguan sensoris pada Sedangkan berdasarkan hasil Odd Ratio untuk
organ tubuh), Nefropati diabetika (kerusakan kategori lama menderita DM didapatkan data
ginjal) (55%). Odds ratio antara jenis kelamin bahwa sebagian responden yang lama menderita
dengan komplikasi makrovaskuler dan DM nya <5 tahun mengalami komplikasi
mikrovaskuler yang diderita pasien adalah 2,200 makrovaskuler (64,3%) dan mikrovaskuler
yang artinya jenis kelamin perempuan memiliki (45%) dan yang lama DM nya ≥5 tahun
risiko untuk mengalami komplikasi mengalami komplikasi makrovaskuler (35,7%)
makrovaskuler dan mikrovaskuler 2,200 kali dan mikrovaskuler (55%) dengan odd ratio 2,200
lebih besar dibandingkan responden responden yang artinya lama DM <5 tahun memiliki risiko
berjenis kelamin laki-laki. untuk mengalami komplikasi makrovaskuler dan
Distribusi penderita diabetes mellitus mikrovaskuler 2,200 kali lebih besar
menurut jenis kelaminsangat bervariasi. Di dibandingkan responden yang lama DM nya ≥5
Amerika Serikat penderita diabetesmellitus lebih tahun.
banyak terjadi pada perempuan daripada laki-
laki. Namun, mekanisme yang menghubungkan SARAN
jenis kelamin dengan kejadian diabetes mellitus
belum jelas. Penelitian ini mengkaitkan antara Hasil penelitian ini dapat dijadikan
kejadian obesitas pada wanita dan pria sebagai bahan masukan untuk rumah sakit dalam
dihubungkan dengan kejadian DM, dimana rangka meningkatkan mutu rumah sakit dan
diketahui bahwa Lebih dari 8 diantara 10 dapat menentukan kebijakan terkait identifikasi
penderita diabetes tipe 2 adalah mereka yang dan analisis komplikasi makrovaskuler dan
mengalami kegemukan. Makin banyak jaringan mikrovaskuler yang terjadi pada pasien diabetes
lemak, jaringan tubuh danotot akan makin mellitus dirumah sakit saat ini. Perawat
resisten terhadap kerja insulin, terutama bila disarankan aktif dalam memberikan program
lemak tubuh atau kelebihan berat badan pendidikankesehatan(penyuluhan kesehatan)
terkumpul didaerah sentral atau perut. Lemak ini terkait pencegahan komplikasi
akan memblokir kerja insulin sehingga glukosa makrovaskulerdan mikrovaskuler pada pasien
tidak dapat diangkut ke dalam sel dan diabetes mellitus.
menumpuk dalam peredaran darah (Lestari,
2012).
Tugas perawat dalam hal ini adalah DAFTAR PUSTAKA
membantu penderitamenyesuaikan pola diet
sebagaimana yang disarankan ahli gizi, ADA. (2012). American Diabetes Association:
mencegah danmengendalikan komplikasi yang Standart of medical care in diabetes 2012,
mungkin timbul, mencegah danmengendalikan diabetes care. January 2012.
efek samping obat, memberikan rekomendasi
penyesuaianrejimen dan dosis obat yang harus Ambarwati, W.N. (2013). Konseling pencegahan
dikonsumsi penderita bersama-samadengan dan penatalaksanaanPenderita diabetes
dokter yang merawat penderita, yang mellitus. Diperoleh pada tanggal 01 Januari
kemungkinan dapat berubah dariwaktu ke waktu 2015 dari ambarwati76@gmail.com.
sesuai dengan kondisi penderita.
Arisman. (2010). Obesitas, diabetes mellitus &
KESIMPULAN dislipidemia. Jakarta: EGC.
Armstrong, D & Lawrence, A. (2007). Diabetic
Berdasarkan hasil Odds Ratiosebagian Foot Ulcer Prevention Diagnosis and
responden usia dewasa akhir mengalami Classification. Jakarta: EGC.
komplikasi makrovaskuler (44,6%) dan
mikrovaskuler (80%) dengan odd ratio 3,467 Awad, N, Langi, Y, dan Pandelaki, K.
yang artinya dewasa akhir memiliki risiko untuk (2011).Gambaran faktor resiko pasien
mengalami komplikasi makrovaskuler dan diabetes melitus tipe II di poliklinik
mikrovaskuler 3,467 kali lebih besar endokrin bagian/SMF FK-UNSRAT RSU
576
Prof.Dr. R.D Kandou Manado periode Mei Hidayat, A. A. (2008). Riset Keperawatan dan
2011 - Oktober 2011. Diperoleh pada Tehnik Penulisan Ilmiah, Salemba
tanggal 01 Januari 2015 dari Medika. Jakarta.
download.portalgaruda.org/article.php?ar
ticle=15116&val=1008. International Diabetes Federation.(2008). IDF
clinical guidelines task force. brussels:
Burn, N., & Grove, S.K. (2005). The practice of global guideline for type 2 diabetes.
nursing research: conduct, crique, and
utilization. (5 th ed). Missouri: Elsevier Inzucchi, S. (2005). The diabetes mellitus
Sounders. manual. Singapura: The MC Graw Hill
Companies.
Cavallerano, J. (2009). Optometri Clinical
Practice Guideline: Care of the Patien Irawan, I. (2010). Makovaskuler dan
with Diabetes Mellitus. Edisi 3. St.louis: Mikrovaskuler Reduction Type Diabetes
Lindbergh blvd., 34. Melllitus. Diperoleh pada tanggal 01
Januari 2015 dari
D’adamo, P. J.(2008). Diet Sehat Diabetes http://penelitian.unair.ac.id/artikel_dosen_
sesuai Golongan Darah. Yogyakarta: MACROVASVULAR%20&%20MICRO
Delapratasa. VASCULAR%20EVENT%20%20REDU
CTION%20IN%20TYPE%202%20DIAB
Dinas Kesehatan Provinsi Riau (2012). Profil ETES%20MELLITUS_3415_2066.
kesehatan provinsi Riau Tahun 2011.
Pekanbaru: Dinas Kesehatan Provinsi Jeffcoate, W.J., Harding, K.G. (2003). Diabetic
Riau. Foot Ulcers. Departement od Diabetes
and Endrocrinology, City Hospital,
Embi, A. M (2008). Cabaran dunia pekerjaan. Nottingham : The Lancet. Online
KualaLumpur: PRIN-AD SDN.BHD. Published February, 2003.February 10,
2010.
Hasneli, Y. N. (2009). The effects of a health
belief model based education program to Jelantik, G.I & Haryati, E. (2013). Hubungan
prevent diabetes complications on dietary faktor risiko umur, jenis kelamin,
behaviors of Indonesian Adults with type kegemukan dan hipertensi dengan
diabetes mellitus. Prince of Songkla kejadian Diabetes Mellitus tipe II di
University. wilayah kerjaPuskesmas Mataram. Media
Bina Ilmiah39: ISSN No. 1978-
Hastuti, R.T. (2008). Faktor-Faktor RisikoUlkus 3787.Diperoleh pada tanggal 01 Januari
Diabetika Pada Pemderita 2015 dari
DiabetesMellitus(Studi Kasus diRSUD lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-
Dr.Moewardi 20314761.pdf.
Surakarta).Surakarta.Diperoleh pada
tanggal 01 Januari 2015 dari Kelana, K.D. (2011). Metodologi penelitian
eprints.undip.ac.id/18866/1/Rini_Tri_Hast keperawatan (pedoman melaksanakan dan
uti.pdf. menerapkan hasil penelitian). Jakarta:
Trans Info Medika Jakarata.
Handayani, D.E. (2012). Pemanfaatan pos Kementrian Kesehatan RI. (2013). Jumlah
pembinaan terpadu terhadap lanjut usia di penderita diabetes indonesia rangking ke-
Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. 4 di dunia. Jakarta: Kemenkes RI.
Diperoleh pada tanggal 20 Mei 2014 dari
www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20300 Lestari, T. C. A. (2012). Efektiitas jus jambu biji
600-S42008-Dewi%20Eka%. dalam menurunkan glukosa darah.
Diperoleh pada tanggal 01 Januari 2015
dari
577
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/ act=8&ved=0CBwQFjAA&url=http%3A
32451/4/Chapter%20II.pdf. %2F%2Flib.ui.ac.id%2Ffile%3Ffile%3Ddi
gital%2F20334094-T32540-
Manaf, A. (2013). Insulin: Mekanisme Sekresi Okti%2520Sri%2520Purwanti. pdf&ei=-
dan Aspek Metabolisme. Dalam: Buku Ajar jv_U9r5JcadugSk2oDwCw&usg=AFQjCN
Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: FApwg4pgnEsRAdhG YPuG3XkIXJ5A.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Reis, D. (2008). Five Domain of Interpersonal
Manajemen Modern dan Kesehatan Masyarakat Competence in Peer Relationships. Journal
(2011).Diabetes mellitus dan of Personality and Social Psychology. 55
penatalaksanaannya. Diperoleh pada (6), 991-1008.
tanggal 01 Januari 2014 dari
http://www.academia.edu/6877856/free_pd Rizal, N. B. (2008). Faktor-faktor yang
f_- berhubungan dengan kejadianpjk pada
Manajemen_Modern_dan_Kesehatan_Mas penderita DM tipe 2 di RSUP DR. M.
yarakat_1. Djamil Padang. Skripsi. Padang: Program
Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Maulana, M. (2009). Mengenal Diabetes Andalas Padang.
Mellitus: Panduan Praktis Menangani
Penyakit Kencing Manis. Jogjakarta: Rudi. (2007). Seri kesehatan Diabetes. Jakarta:
Penerbit Kata Hati. PT Dian.
Medikal Record RSUD Arifin Achmad Sastroasmoro & Ismael. (2008). Dasar-dasar
Pekanbaru. (2014). Data Komplikasi metodologi penelitian klinis. Edisi ke 3.
Diabetes Mellitus tahun 2012 sampai Jakarta: Sagung Seto.
dengan 2014. Pekanbaru: RSUD Arifin
Achmad Pekanbaru. Satari, M.H., & Wirakusumah, F.F. (2011).
Konsistensi penelitian dalam bidang
Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan kesehatan. Bandung: PT Refika Aditama.
metodologi penelitian
keperawatan.Jakarta: Salemba Medika. Setiadi. (2007). Konsep & penulisan riset
keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Setyorogo, S.K dan Trisnawati, K. (2013).
Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus
PERKENI. (2011). Konsesus pengelolaan dan
Tipe II Di Puskesmas Kecamatan
pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di
Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012
indonesia 2011. Jakarta: PERKENI.
Diperoleh pada tanggal 01 Januari 2015
dari Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1); Jan
Prihastuti, D.S (2010). Penduduk Indonesia.
2013.lp3m.thamrin.ac.id/.../artikel%202.%
Warta demografi. Th/ 31.no 1.
20vol%205%20no%201_shara.pdf.
Price, A. S., Wilson M. L. (2007). Patofisiologi
Smeltzer & Bare. (2010). Textbook of medical
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit .
surgical nursing vol.2. Philadelphia:
Alih Bahasa: dr. Brahm U. Penerbit.
Linppincott.
Jakarta: EGC.
Soewondo, P., Soegondo, S., Suastika, K.,
Purwanti (2013). Analisis faktor-faktor risiko
Pranoto, A., Soeatmaji, D.W.,
ulkus kaki pada pasien diabetes mellitus di
Tjokroprawiro, A. (2010). The diabcare
RSUD Dr. Moewardi. Diperoleh pada
asia 2008 study –outcomes on control and
tanggal 21 April 2014 dari
complications of type 2 diabetic patients in
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q
=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&u
578
indonesia, Med J Indonesia,19,. 4,
November 2010.
579