You are on page 1of 12

Jurnal Pendidikan IPS Vol. I. No. 1.

Juni 2014
FKIP Universitas Palangka Raya

Penggunaan Metode Proyek dalam Pendekatan Tematik


pada Pembelajaran IPS dan Bahasa Indonesia di Kelas II SD

Dina Mardiana
Dosen FKIP Universitas Palangkaraya

Abstract

This observation study was carried out based on learning atmosphere and a learning
output of students on the subject of social science (IPS). The learning output before the study
conducted showed that students’ grades was under standard of minimal completeness where
only 15% students were complete or their average grade only reached 5.8. In this regard, this
study is aimed to improve students’ learning-output on the subject of IPS thematicized with
the learning of Bahasa Indonesia by using a “project method”. The study findings showed
that the project method had a significant effect to the improvement of students’ learning-
output on the thematic learning of IPS and Bahasa Indonesia at second grade students of
primary school. It is proved by the average score attained by the students after a teacher
made a classroom-action in cyclus I; that score was 6.6 or 35% complete of which in the
initial data only 5.8 or 15% complete. After the teacher made the classroom-action in cyclus
II, the learning output was more improved. The students’ score reached 8.1in average by
completing 100% students. Accordingly, the learning of IPS and Bahasa Indonesia through
the thematic approach by using the project method is able to improve students’ learning-
output significantly.

Keywords: project method, thematic approach, learning of IPS and Bahasa Indonesia,
2nd grade of primary school.

1. Pendahuluan

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di
tingkat sekolah dasar/ madrasah ibtidaiyah/ sekolah dasar luar biasa (SD/MI/SDLB). IPS
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu
sosial. Pada jenjang SD/MI, mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi,
dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga
masyarakat yang menghargai nilai-nilai sosial, bertanggung jawab, mencintai lingkungan
alam, dan menjadi warga dunia yang cinta damai.

Mengacu kepada tujuan pembelajaran IPS yang tercantum di dalam Standar Isi dan
Standar Kompetensi Lulusan, Rosdijati dkk., (2010:58) menyatakan bahwa pembelajaran IPS
dilakukan agar peserta didik dapat mencapai kompetensi-kompetensi berikut.
a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya.
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,
memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat
yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

82
Jurnal Pendidikan IPS Vol. I. No. 1. Juni 2014
FKIP Universitas Palangka Raya

Walau memiliki tujuan yang sangat mulia, kualitas pembelajaran IPS seringkali jauh
dari harapan. Para guru menghadapi masalah klasik, seperti rendahnya prestasi siswa serta
kurangnya motivasi atau keingintahuan terhadap pelajaran IPS di sekolah. Hal ini terjadi
karena para siswa umumnya menganggap pelajaran IPS adalah pelajaran yang susah karena
banyak materi yang harus dihafalkan.

Persepsi seperti ini ‘sah-sah’ saja apabila kita melihat proses kegiatan belajar yang
disajikan guru IPS. Umumnya para guru menyajikan IPS dengan kaku dan cenderung
membosankan. Guru hanya menyampaikan informasi yang dibacanya dari buku sementara
siswa diminta mendengar atau mencatat. Guru tidak mendorong siswa untuk menggali strategi
sendiri.

Terlihat bahwa persoalan utama adalah pada metode belajar mengajar. Metode
mengajar yang bervariasi dapat digunakan oleh guru agar kegiatan belajar mengajar (KBM)
dapat berjalan efektif dan menyenangkan bagi siswa. Namun, hendaknya seorang guru harus
tepat dalam memilih metode pembelajaran. Salah satu jenis metode pembelajaran yang tepat
dan dapat menstimulus daya kreasi siswa adalah metode proyek. Pembelajaran melalui
metode proyek dapat memanfaatkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik
melalui pemanfaatan hasil kerja siswa. Hasil kerja tersebut dapat berupa gambar, diagram,
puisi, opini, karangan, dan lain sebagainya.

Di samping penggunaan metode yang kurang sesuai, pada pembelajaran di kelas II SD


ini, guru juga tidak menerapkan pendekatan tematik yang harusnya digunakan dalam
melaksanakan pembelajaran di kelas rendah sekolah dasar. Padahal, pembelajaran IPS di
kelas II SD akan lebih menyenangkan kegiatannya jika ditematikkan dengan pembelajaran
lainnya, misalnya ditematikkan dengan pembelajaran Bahasa Indonesia yang memiliki topik
selaras.

Berkenaan dengan uraian tersebut, pembelajaran IPS di kelas II SD pada materi


“Dokumen Peristiwa Berkesan Bagi Keluarga” sebagai mata pelajaran yang bertujuan untuk
membentuk pribadi yang baik bagi siswanya agar dapat berperilaku cinta terhadap
keluarganya merupakan ciri belajar yang menggali apresiasi diri sendiri kepada keluarga.
Cara menggali kemampuan apresiasi diri sendiri kepada keluarga ini erat kaitannya dengan
hasil kerja di metode proyek dalam pendekatan tematik (IPS dan Bahasa Indonesia).

Melalui metode proyek dalam pendekatan tematik, guru dapat menggali apresiasi siswa
kepada keluarga melalui cerita yang diungkapkan dalam sebuah karangan pendek bergambar,
hingga ia mampu mencintai keluarganya dan kelak dapat mengasihi sesama seperti ia
mengasihi anggota keluarganya. Metode proyek dalam pendekatan tematik yang diberikan
dapat berupa karya mengarang tentang peristiwa berkesan yang terjadi bersama keluarga
dengan memanfaatkan media foto keluarga (dokumen keluarga) sebagai sarana mengimajinasi
penceritaannya.

Namun, kenyataan selama ini, metode proyek dalam pendekatan tematik hampir tidak
pernah digunakan guru di sekolah dasar (SD) terutama di kelas II SD pada pembelajaran IPS.
Padahal, penggunaan metode pembelajaran selain memandang dari sisi inovatif dan efektif,
juga tepat guna dan menyenangkan bagi siswa. Akibat dari hal tersebut, penyampaian konsep
sebuah materi pembelajaran tidak berterima bagi siswa. Siswa kurang tertarik mengikuti
pelajaran dan kurang berminat menyimak apa yang dijelaskan guru di depan kelas.

83
Jurnal Pendidikan IPS Vol. I. No. 1. Juni 2014
FKIP Universitas Palangka Raya

Kekurangberminatan siswa terhadap materi yang dijelaskan guru memberi dampak negatif
terhadap hasil belajar IPS di kelas II SDN-6 Bukit Tunggal.

Sebagai salah satu bukti ketidakberhasilan pembelajaran IPS di kelas II SDN-6 Bukit
Tunggal Kota Palangkaraya adalah data awal yang diperoleh peneliti dari guru kelas di
sekolah tersebut, yaitu: perolehan nilai untuk mata pelajaran IPS siswa kelas II SDN-6 Bukit
Tunggal sungguh memprihatinkan, sebanyak 7 orang (35%) siswa memperoleh nilai 5; 10
orang (50%) siswa memperoleh nilai 6; dan hanya 3 orang (15%) siswa memperoleh nilai 7.
Padahal, sesuai ketentuan dari pihak sekolah yang mengacu pada ketetapan Dinas Pendidikan
Kota Palangkaraya, bahwa standar minimal ketuntasan belajar mata pelajaran IPS, PKn, dan
Bahasa Indonesia adalah di atas rata-rata 7,0 dengan ketuntasan jumlah siswa sebanyak 85%.

Dengan adanya fakta ini, ada tiga faktor yang menjadi kemungkinan kenapa rendahnya
prestasi siswa pada pembelajaran tersebut. Pertama, guru mungkin tidak menggunakan
metode yang variatif dan sesuai, kedua siswa tidak termotivasi mengikuti pembelajaran
karena kegiatan pembelajaran tidak mengutamakan hasil kerja atau kemampuan siswa secara
individu, dan ketiga pendekatan yang digunakan dalam KBM bukan pendekatan tematik yang
harusnya diterapkan di kelas rendah sekolah dasar. Jadi, bakat dan kemampuan siswa tidak
berkembang dengan baik, hingga hasil belajarnya pun kurang baik.
Berdasarkan situasi belajar dan fakta hasil belajar tersebut maka peneliti tertarik
melakukan sebuah penelitian observasi yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar
siswa pada mata pelajaran IPS yang ditematikkan dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia,
untuk materi “Dokumen Peristiwa Berkesan Bagi Keluarga ” di kelas II SD. Untuk itu,
peneliti bekerja sama dengan guru kelas melaksanakan sebuah penelitian dengan judul:
Penggunaan Metode Proyek dalam Pendekatan Tematik pada Pembelajaran IPS dan
Bahasa Indonesia di Kelas II SD.

2. Landasan Teoretis

Di dalam melaksanakan penelitian ini digunakan beberapa teori para ahli sebagai
landasan berpikir, yakni teori metode proyek, pendekatan tematik, dan hakikat pembelajaran
IPS dan Bahasa Indonesia di Kelas II Sekolah Dasar.

2.1 Metode Proyek

Metode proyek adalah salah satu dari sekian banyak metode pembelajaran yang dapat
digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Metode proyek
merupakan metode pembelajaran yang bertujuan untuk menilai kemampuan siswa secara
kontekstual dalam menerapkan konsep dan pemahaman mata pelajaran tertentu. Penilaian
dilakukan terhadap hasil kerja (proyek yang dihasilkan) siswa dalam waktu singkat
(penugasan di kelas).

Dalam pembelajaran di sekolah pada tingkatan atas, metode proyek bersifat investigasi
(Rosdijati, 2006:54). Dalam hal ini, penugasan memuat tahapan-tahapan seperti berikut: (1)
Perencanaan; (2) Pengumpulan data; (3) Pengolahan data; dan (4) Penyajian data. Sedangkan
untuk penerapan di tingkatan sekolah dasar tahapan-tahapan tersebut sifatnya lebih kepada
penghargaan terhadap kemampuan dan bakat siswa untuk dapat berkarya, menghasilkan kerja
tentang suatu konsep materi pembelajaran. Namun, empat tahapan tersebut tetap dapat
diterapkan di sekolah dasar, dan sifatnya lebih kepada organisir (keteraturan hasil kerja).

84
Jurnal Pendidikan IPS Vol. I. No. 1. Juni 2014
FKIP Universitas Palangka Raya

Manfaat dari penerapan metode proyek itu sendiri dalam pembelajaran adalah: (1) untuk
memberikan pengalaman belajar yang lebih luas kepada siswa baik di dalam maupun di luar
kelas; (2) untuk memberikan pilihan aktivitas yang sesuai dengan minat, bakat, dan
kemampuan siswa; dan (3) aktivitas dalam metode proyek akan menghasilkan beragam karya
siswa yang dapat dibanggakan dan dipajang di kelas, seperti hiasan, puisi, karangan, tulisan
laporan, dan lukisan.

Aktivitas-aktivitas dalam metode pembelajaran proyek dapat dilaksanakan dengan


pendekatan lintas disiplin ilmu (Rosdijati, 2007:45). Guru dapat memberikan sebuah topik
berkaitan dengan materi pembelajaran lain (seperti pendekatan tematik) untuk dihubungkan
dengan tema pelajaran yang dilaksanakan saat itu atau siswa dapat mengemukakan idenya
dapat ditinjau dari segi ilmu apa saja.

2.2 Pendekatan Tematik dalam Pembelajaran di Kelas Rendah SD/MI/SDLB

Hartati (2006) dalam modul Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Menyeluruh


(Whole Language) dan Model Pembelajaran Terpadu menguraikan tentang pendekatan
tematik di kelas rendah SD/MI yang lazim dikenal dengan penerapan Model Jaring Laba-laba
(webbed), yakni model pembelajaran yang menggunakan pembelajaran terpadu.
Pengembangan model ini dimulai dengan menentukan tema tertentu. Tema bisa ditetapkan
dengan negosiasi antara guru dan siswa. Setelah terjadi kesepakatan dalam pemilihan tema,
sub-sub temanya dikembangkan dengan memperhatikan kaitannya dengan bidang studi. Dari
sub-sub tema ini dikembangkanlah aktivitas belajar siswa.

Prinsip-prinsip pengajaran dalam pendekatan tematik di antaranya adalah: (1)


hendaknya tema terkait langsung dengan pengalaman kehidupan nyata anak-anak dan harus
dikembangkan atas dasar pengetahuan yang telah mereka miliki; (2) setiap tema harus
menyajikan konsep untuk diselidiki dan ditemukan oleh anak-anak.; (3) guru harus membantu
siswa membangun konsep yang berhubungan dengan tema; (4) setiap tema harus didukung
oleh bahan yang cocok untuk diteliti oleh siswa; dan (5) setiap tema merupakan pengikat dari
isi/ bahan dan proses belajar.

Melalui berbagai kegiatan yang menyenangkan dalam pembelajaran yang


menggunakan pendekatan tematik, ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh baik oleh
guru maupun siswa, seperti: (a) meningkatkan perkembangan konsep anak; (b)
mengintegrasikan isi dan proses belajar; (c) anak-anak memiliki kesempatan untuk
menemukan informasi-informasi penting melalui berbagai cara; dan (d) memungkinkan anak-
anak untuk memahami lebih dari bidang-bidang studi yang dipelajarinya.

2.3 Pembelajaran IPS dan Bahasa Indonesia di Kelas II Sekolah Dasar

a. Pembelajaran IPS
Mata pelajaran IPS di sekolah dasar (SD) disusun secara sistematis, komprehensif, dan
terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan di dalam kehidupan
di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut, diharapkan peserta didik akan memperoleh
pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

85
Jurnal Pendidikan IPS Vol. I. No. 1. Juni 2014
FKIP Universitas Palangka Raya

Tujuan pembelajatan IPS seperti yang tercantum dalam standar isi dan standar
kompetensi lulusan (SI dan SKL), diharapkan siswa dapat mencapai kompetensi-kompetensi
berikut ini.
1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya, 2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin
tahu, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, 3) Memiliki
komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, 4) Memiliki
kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetensi dalam masyarakat yang
majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. (Rosdijati, 2010: 58).

Di dalam membimbing siswa agar secara nyata memiliki keterampilan dasar IPS dan
memahami konsep-konsep IPS, guru diharapkan dapat memberi tugas kepada siswa berupa
kegiatan-kegiatan belajar aktif IPS. Dalam melakukan kegiatan itu, siswa diarahkan untuk
memanfaatkan berbagai sumber belajar IPS yang tersedia di sekolah dan terjangkau dalam
lingkungan fisik, sosial, budaya di sekitarnya. Di antara sumber belajar yang terjangkau
tersebut adalah penggunaan buku-buku di perpustakaan dan pendekatan kontekstual dalam
pembelajaran. Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran dapat dilakukan melalui diskusi
kelas, sosiodrama, bermain peran, tutor sebaya, penggunaan metode unjuk kinerja seperti
metode proyek, demonstrasi, dan model-model pembelajaran lainnya yang berada dalam
ruang lingkup sekolah, kelas, dan diri siswa itu sendiri.

Di dalam silabus pengajaran IPS untuk kelas II di SD/MI pada materi “Dokumen
Peristiwa Berkesan Bagi Keluarga”, standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus
dikuasai oleh peserta didik adalah: (1) Memahami peristiwa penting dalam keluarga secara
kronologis (1.1) Memelihara dokumen dan koleksi benda berharga miliknya. Indikator
pembelajaran yang harus dikuasai siswa terkait dengan standar kompetensi dan kompetensi
dasar di atas adalah: (1.1.2) Siswa diharapkan mampu menceritakan peristiwa berkesan
bersama keluarga (KTSP Tahun 2006).

Berdasarkan indikator pembelajaran inilah maka penelitian ini difokuskan pada


indikator pembelajaran di atas. Dalam hal ini apakah siswa kelas II SD Negeri-6 Bukit
Tunggal Kota Palangkaraya sudah mampu menceritakan peristiwa berkesan bersama keluarga
seperti pada tujuan pembelajaran berikut ini: (1) siswa mampu mengidentifikasi/menunjukkan
dokumen peristiwa berkesan bersama keluarga; dan( 2) siswa mampu menceritakan dengan
kalimat sederhana peristiwa berkesan bersama keluarga berdasarkan dokumen foto keluarga.

Berkenaan dengan metode pembelajaran, diharapkan melalui penggunaan metode


proyek, guru IPS dapat dengan mudah memberikan pengertian tentang konsep menghargai
dokumen peristiwa berkesan yang terjadi dalam keluarga kepada siswa kelas II SD karena
memanfaatkan keaktivan dan bakat dalam diri siswa itu sendiri.

b. Pembelajaran Bahasa Indonesia


Kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk Keterampilan Menulis di
kelas II sekolah dasar berdasarkan KTSP tahun 2006 salah satu indikator pembelajarannya
adalah ‘menulis pengalaman dengan huruf sambung dengan memperhatikan ketepatan dan
kecepatan’. Berdasarkan indikator pembelajaran tersebutlah penelitian ini difokuskan, yakni
pada materi pembelajaran menulis pengalaman sendiri dengan tema “Diri Sendiri” dan sub
materi pelajaran: “Menulis kalimat sederhana menggunakan huruf sambung tentang

86
Jurnal Pendidikan IPS Vol. I. No. 1. Juni 2014
FKIP Universitas Palangka Raya

pengalaman sendiri” yang direferensikan dari buku Saya Senang Berbahasa Indonesia untuk
Sekolah Dasar Kelas 2 (Nurcholis dan Mafrukhi, 2006).

Pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas II SD, sebagaimana isi KTSP 2006 yang salah
satu kompetensi dasarnya menghendaki siswa untuk mampu menulis pengalaman sendiri
melalui kegiatan belajar menulis karangan pendek tentang pengalaman sendiri hendaknya
dipadukan dengan penggunaan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai. Metode
pembelajaran yang tepat dan sesuai adalah metode yang digunakan guru saat mengajar yang
sesuai dengan materi pokok pembelajaran yang dirancang dengan kreatif dan inovatif tanpa
mengesampingkan tahap perkembangan peserta didik.

Metode proyek sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, adalah salah satu metode yang
dapat digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang menggunakan pendekatan
tematik. Melalui metode proyek ini guru dapat memanfaatkan ruang kelas sebagai lingkungan
belajar yang menarik melalui pemanfaatan hasil kerja siswa pada pembelajaran Bahasa
Indonesia yang ditematikkan dengan pembelajaran IPS yang bertemakan “Diri Sendiri”. Hasil
kerja dalam metode proyek tersebut berupa karangan tentang “Dokumen Peristiwa Berkesan
Bagi Keluarga”.

3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini adalah metode
kualitatif (Sugiyono 2008) dengan mengambil lokasi di SDN-6 Bukit Tunggal Kota
Palangkaraya. Penelitian dilaksanakan dalam waktu tiga bulan, yakni dimulai pada bulan Juli
sampai dengan bulan September tahun 2013.

Wujud data dalam penelitian ini adalah, (1) hasil analisis telaah dokumen RPP
mengenai rencana pelaksanaan pembelajaran yang dirancang guru dengan menggunakan
metode proyek; (2) hasil pengamatan pelaksanaan tindakan kelas pada pembelajaran IPS dan
Bahasa Indonesia dengan pendekatan tematik yang menggunakan metode proyek di kelas III
SD; dan (3) nilai hasil belajar IPS dan Bahasa Indonesia dengan pendekatan tematik yang
menggunakan metode proyek yang diperoleh dari hasil telaah dokumen nilai siswa.

Instrumen yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini adalah (1) Lembar
Pedoman Pengamatan untuk mencatat hasil pengamatan pelaksanaan tindakan kelas pada
pembelajaran di kelas; (2) Lembar Pedoman Telaah Dokumen untuk mencatat hasil belajar
siswa dan RPP yang dirancang guru pada pembelajaran IPS dan Bahasa Indonesia dengan
pendekatan tematik yang menggunakan metode proyek di kelas III SD.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu,
observasi dan telaah dokumen. Untuk kegiatan analisis data dilakukan melalui teknik
deskriptif kualitatif terhadap data hasil observasi dan data hasil telaah dokumen. Adapun
kegiatan pengamatan terhadap tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus, setiap siklusnya
ada empat tahap, yaitu tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap
pengamatan, dan tahap refleksi.

87
Jurnal Pendidikan IPS Vol. I. No. 1. Juni 2014
FKIP Universitas Palangka Raya

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan


4.1 Data Hasil Penelitian

Penelitian observasi ini dilaksanakan di SDN-6 Bukit Tunggal Jalan Intan Km. 4 Kota
Palangkaraya, untuk mata pelajaran IPS dan Bahasa Indonesia yang menggunakan metode
proyek dalam pendekatan tematik di kelas II. Penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan,
yaitu mulai bulan Juli sampai bulan September 2013. Penentuan waktu penelitian mengacu
pada kalender akademik sekolah karena penelitian ini merupakan penelitian pengamatan
terhadap tindakan perbaikan hasil belajar oleh guru kelas II di SD tersebut yang memerlukan
beberapa siklus dan membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif di kelas.

Dari data awal yang diperoleh, ditemukan sebanyak 17 siswa yang memperoleh nilai
5 dan 6 dan siswa-siswa ini masih dikategorikan belum menguasai indikator pembelajaran
karena memperoleh nilai < 7. Sementara itu, jumlah nilai rata-rata siswa yang sudah mencapai
angka 7 hanya dicapai oleh 3 siswa atau 15% dari siswa keseluruhan. Jumlah ini masih
kurang dari 85% standar ketuntasan minimal. Dengan melihat hasil yang diperoleh tanpa
mengabaikan faktor-faktor lain yang ikut menentukan pencapaian tujuan pembelajaran maka
secara ketuntasan belajar maupun rata-rata nilai evaluasi siswa dapat disimpulkan bahwa
masih ada kendala bagi siswa dalam menguasai materi pembelajaran dimaksud.

Atas dasar data awal inilah, peneliti merasa perlu melakukan kerja sama perbaikan hasil
belajar siswa melalui penelitian pengamatan terhadap tindakan kelas yang dilakukan guru
dalam dua siklus untuk materi pembelajaran “Dokumen Peristiwa Berkesan Bagi Keluarga”
melalui jenis tindakan menggunakan Metode Proyek sebagai salah satu teknik peningkatan
mutu pembelajaran IPS yang ditematikkan dengan pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas II
SD.

Berdasarkan data yang diperoleh, nilai rata-rata hasil belajar siswa pada data awal
hanya 5,8 di mana masih banyak siswa yang memperoleh nilai 5 dan 6. Namun, setelah
dilakukannya tindakan pada Siklus I, nilai rata-rata hasil belajar siswa sudah naik menjadi 6,6
meskipun masih belum memperoleh nilai rata-rata 7 tetapi sudah tidak ada lagi yang
memperoleh nilai 5. Setelah dilakukannya Siklus II, nilai rata-rata hasil belajar siswa naik
lebih tinggi menjadi 8,1. Hal ini ditandai oleh ketuntasan belajar sebanyak 100% atau
sebanyak 20 orang siswa memperoleh nilai 10, 9, 8, dan 7. Dengan demikian, melalui
pendekatan Metode Proyek nilai hasil belajar siswa yang sebelumnya hanya 5,8 dapat
ditingkatkan menjadi menjadi 8,1. Untuk lebih jelas deskripsi mengenai perolehan data
tersebut dapat dilihat dalam rekapitulasi data pada tabel berikut ini.

88
Jurnal Pendidikan IPS Vol. I. No. 1. Juni 2014
FKIP Universitas Palangka Raya

Tabel 1
Rekapitulasi Perbandingan Persentase Ketuntasan
Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPS dan Bahasa Indonesia
dalam Pendekatan Tematik dengan Menggunakan Metode Proyek

Nilai Rata-rata Persentase Ketuntasan


Perbandingan
No. Hasil Evaluasi Tidak
Hasil Belajar Siswa Tuntas
Belajar Tuntas
1. Data Awal 5,8 15% 85%
2. Pasca-tindakan Siklus I 6,6 35% 65%
3. Pasca-tindakan Siklus II 8,1 100% -

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap tindakan kelas yang dilakukan guru di Siklus
I, diperoleh hasil analisis pada nilai hasil belajar siswa yang lebih tinggi dibandingkan dengan
nilai hasil belajar siswa pada data awal. Begitu pula halnya dengan nilai hasil belajar siswa
pada Siklus II terlihat signifikan sekali perbedaannya bila dibandingkan dengan Siklus I dan
data awal. Gambar grafik berikut ini adalah deskripsi perbandingan nilai siswa sebelum
dilakukannya tindakan (data awal) dan sesudah tindakan dilakukan (Siklus I dan Siklus II).

9.0
8.0
7.0
6.0
5.0
4.0 8.1
6.6
3.0 5.8
2.0
1.0
0.0
Data Awal Siklus I Siklus II

Gambar 1. Grafik Perbandingan Hasil Belajar Siswa


Pada Data Awal, Siklus I, dan Siklus II

Data pada Gb. 1 di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai hasil belajar
siswa dari data awal dan setelah tindakan yang dilakukan guru pada Siklus I, hingga setelah
pada Siklus II. Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada data awal hanya 5,8 di mana masih
banyak siswa yang memperoleh nilai 5 dan 6. Namun, setelah dilakukannya tindakan yang
dilakukan guru pada Siklus I, nilai rata-rata hasil belajar siswa sudah naik menjadi 6,6
meskipun masih belum memperoleh nilai rata-rata 7 tetapi sudah tidak ada lagi yang
memperoleh nilai 5. Setelah tindakan yang dilakukan guru pada Siklus II, nilai rata-rata hasil

89
Jurnal Pendidikan IPS Vol. I. No. 1. Juni 2014
FKIP Universitas Palangka Raya

belajar siswa naik lebih tinggi menjadi 8,1.. Hal ini ditandai oleh ketuntasan belajar sebanyak
100% atau sebanyak 20 orang siswa memperoleh nilai 10, 9, 8, dan 7. Dengan demikian,
berdasarkan hasil amatan terhadap tindakan yang dilakukan guru kelas dalam pembelajaran
IPS dan bahasa Indonesia melalui pendekatan tematik dengan menggunakan m metode proyek
ini, nilai hasil belajar
elajar siswa yang sebelumnya hanya 5,85, dapat ditingkatkan menjadi menjadi
8,1.

Sementara itu, untuk melihat peningkatan persentase ketuntasan belajar siswa


berdasarkan angka persentase ketuntasan minimal, gambar grafik berikut ini adalah deskripsi
hasil analisis perbandingan persentase ketuntasan belajar siswa pada pengamatan di data awal,
(sebelum tindakan), Siklus I dan Siklus II (sesudah tindakan).

100.0% 0.0%

80.0%
Persentase Ketuntasan

65.0%
60.0% 85.0%
100.0%
40.0% Tidak tuntas
Tuntas
20.0% 35.0%
15.0%
0.0%
Data Awal Siklus I Siklus II

Masa Evaluasi Hasil Belajar

Gambar 2. Grafik Perbandingan Persentase Ketuntasan Siswa


Pada Data Awal, Siklus I, dan Siklus II

Data pada Gb. 2 di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persentase ketuntasan
hasil belajar siswa yang dicapai pada Data awal, Siklus I, dan Siklus II. Pada awalnya,
sebelum guru melakukan tindakan kelas ini,ini persentase ketuntasan belajar siswa hanya 15%
di mana angka ini masih belum mencapai angka ketuntasan minimal yang 85%. Selanjutnya,
setelah dilakukan tindakan pada siklus I persentase ketuntasan belajar mengalami sedikit
peningkatan, yakni 35% % siswa yang
yang dinyatakan tuntas. Namun, pencapaian ini masih belum
maksimal karena menurut angka persentase ketuntasan minimal masih dikategorikan sebagai
hasil belajar yang belum tuntas.

Untuk memperbaiki keluaran hasil belajar ini, peneliti bersama guru kelas beke
bekerja
sama melakukan beberapa modifikasi cara penyampaian bahan pelajaran pada siklus II.
Setelah dilakukan perbaikan pada teknik pembelajaran di siklus II, maka terjadi peningkatan
hasil belajar yang sangat signifikan yakni 100% % siswa telah dinyatakan tunta
tuntas hasil belajar
atau 49 orang siswa. Dengan demikian melalui Metode Proyek pada pendekatan tematik
untuk pembelajaran IPS dan bahasa Indonesia untuk “Diri Sendiri”” mampu ditingkatkan
persentase ketuntasan hasil belajarnya hingga lebih dari 85%.

90
Jurnal Pendidikan IPS Vol. I. No. 1. Juni 2014
FKIP Universitas Palangka Raya

Untuk melihat
ihat deskripsi terhadap aktivitas guru dan siswa selama proses
pembelajaran, berikut adalah rangkuman hasil rekapitulasi pengamatan yang dilakukan
peneliti.

Kinerja Guru Siklus II


3.6

Kinerja Guru Siklus I


2.6

Aktivitas Siswa Siklus II


3.6

Aktivitas Siswa Siklus I


2.4

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4


Skor Pengamatan

Hasil Observasi

Gambar 3. Rekapitulasi Hasil Observasi terhadap Aktivitas Guru dan Siswa

Berdasarkan deskripsi pada gambar 3, hasil observasi di atas, kinerja guru dalam
menyampaikan materi pelajaran pada siklus I masih pada kisaran skor 2. Namun setelah
melalui tindakan pada Siklus II, kinerja guru dalam menyampaikan materi pelajaran sudah
pada
da kisaran skor di atas 3 tepatnya 3,6 yang artinya sudah tergolong “baik”. Berdasarkan
skor rata-rata
rata hasil pengamatan mulai dari Siklus I hingga Siklus II ini peningkatan skor
kinerja guru meningkat secara signifikan sehingga membawa perubahan terhadap pprestasi
hasil belajar siswa.

Sementara itu, skor pengamatan terhadap aktivitas siswa selama Siklus I masih di
bawah 2,5. Namun setelah melalui tindakan pada Siklus II, skor terhadap aktivitas siswa
dalam mengikuti pembelajaran IPS dan bahasa Indonesia dalam lam pendekatan tematik melalui
penggunaan Metode Proyek sudah naik menjadi 3,6 yang dapat dikategorikan sebagai capaian
yang “baik”.. Berdasarkan skor rata-rata
rata rata hasil pengamatan mulai dari Siklus I hingga Siklus II
ini menunjukkan bahwa peningkatan skor aktivitasaktivitas siswa meningkat secara signifikan
sehingga membawa perubahan terhadap prestasi hasil belajar yang mereka raih hingga 100%
tuntas.

Melihat pencapaian akhir dan pencapaian per siklus tersebut maka dapat dinyatakan
bahwa pembelajaran IPS dan bahasa Indonesia dalam pendekatan tematik melalui
penggunaan Metode Proyek untuk tema “Diri Sendiri” secara signifikan dapat meningkatkan
kualitas hasil belajar siswa kelas II SDN-6 Bukit Tunggal Kota Palangkaraya dengan sangat
baik. Dengan demikian, pemilihan metode
metode proyek dalam pembelajaran tematik dan teknik
penyampaian guru dalam membawakan materi pelajaran pada proses pembelajaran IPS dan

91
Jurnal Pendidikan IPS Vol. I. No. 1. Juni 2014
FKIP Universitas Palangka Raya

bahasa Indonesia telah berpengaruh signifikan terhadap peningkatan hasil belajar yang
dicapai.

5. Penutup

Dari hasil pengamatan terhadap tindakan kelas yang dilakukan guru ini, dapat
disimpulkan bahwa penggunaan Metode Proyek pada pendekatan tematik dalam pembelajaran
IPS dan bahasa Indonesia untuk tema “Diri Sendiri” dapat meningkatkan hasil belajar siswa
dan partisipasi siswa di Kelas II SDN-6 Bukit Tunggal Kota Palangkaraya tahun pelajaran
2012/2013 dengan sangat signifikan. Oleh karena itu, kepada guru disarankan dalam
melakukan pembelajaran pada materi “Dokumen Peristiwa Berkesan Bagi Keluarga”
alangkah baiknya menggunakan Metode Proyek sebagai metode pengajarannya dan selalu
menerapkan pendekatan tematik untuk strategi pembelajaran di kelas rendah sekolah dasar.

6. Daftar Pustaka

Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan


Menengah. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar. Jakarta:
BSNP.

__________. 2006. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

__________. 2006. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi


Lulusan untuk Sekolah Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

__________. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar: Model Silabus
Tematik Kelas II. Jakarta: BSNP.

Hartati, Tatat. 2006. Modul 4: Pendekatan dan Metode Pembelajaran Bahasa di Sekolah
Dasar..http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/19530312197
9032N._TATAT_HARTATI/Penelitian/HOLISTIK/2HALAMAN_PENGESAHAN. pdf.
diakses pada tanggal 28 Januari 2010. Bandung: PGSD Bumi Siliwangi FIP UPI.

Kusuma, Wijaya dan Dedi Dwitagama. 2010. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Indeks.

Nurcholis, Hanif dan Mafrukhi. 2007. Saya Senang Berbahasa Indonesia untuk Sekolah
Dasar Kelas II. Jakarta: Erlangga.

Rosdijati, Nani, dkk. 2010. Panduan Paikem IPS untuk SD: Bacaan Wajib untuk Guru.
Jakarta: Erlangga.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan


R&D. Bandung: Alfabeta.

TIM BKG. 2007. IPS Terpadu untuk SD Kelas II. Jakarta: Erlangga.

92

You might also like