You are on page 1of 7

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UTILISASI PELAYANAN

KESEHATAN GIGI DI PUSKESMAS KABUPATEN TABANAN

I Gede Surya Kencana1, I Nyoman Gejir2, I Gusti Ayu Raiyanti3

Abstract. Behavior in seeking dental treatment by community members can be


influenced bay various factors such as ; proximity from homes, price, service
satisfaction, pain perception, age, gender, education, etc. The objective of this
research is to identify factors influencing the dental care utilization in dental care
Unit of Puskesmas in Tabanan Regency. This research is non experimental research
with cross sectional design being being conducted in districts in Tabanan Regency.
The size of the sample of this research is 100 persons from an accidental sampling.
The finding of this research shows that there is a significant influence between length
education and dental care service utilization in dental care Unit of Puskesmas in
Tabanan Regency with beta coefficient of -0.502 and statistic -4.322 within
significance level of 0.00. Age variable, gender, proximity from home, dental pain
perception and caries status do not have significant correlation with dental care
utilization at Dental Care Unit of Puskesmas in Tabanan Regency. Based of the
research, it can be conclused that the longer education length, the less the utilization
of the dental care utilization of the dental care service utilization in dental care Unit
of Puskesmas, and the higher the level satisfaction, the higher the utilization of the
Dental Care Unit of Puskesmas in Tabanan Regency.
Keywords : Utilization, Dental Care Unit, Community Health Care (Puskesmas).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Angka Decay, Missing, Filling (DMF-T) di
Republik Indonesia Nomor : 128/MENKES/ Provinsi Bali diperoleh data yaitu rata-rata
SK/II/2004, tentang Kebijakan Dasar Pusat Decay Teeth 0,77, rata-rata Missing Teeth
Kesehatan Masyarakar disebutkan bahwa 3,66 dan rata-rata Filling Teeth 0,08,
puskesmas bertanggung jawab atas sehingga angka DMF-T untuk provinsi Bali
kesehatan perorangan dan kesehatan adalah 4,73. %2.
masyarakat. Upaya kesehatan yang dapat Hasil Sensus Kesehatan Rumah Tangga (
dilaksanakan oleh puskesmas adalah upaya SKRT) 1995 dilaporkan bahwa 63%
kesehatan wajib dan upaya kesehatan penduduk Indonesia menderita karies gigi aktif
pengembangan. Upaya kesehatan gigi dan atau kerusakan pada gigi yang belum
mulut di puskesmas merupakan salah satu dari ditangani. Menurut Survey Kesehatan
delapan upaya kesehatan pengembangan1. Nasional (Susenas) 1998, keluhan sakit gigi
Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS, menduduki urutan ke 6 dari penyakit-penyakit
2007) yaitu tentang prevalensi penduduk yang dikeluhkan masyarakat dalam satu bulan
menunjukkan bahwa masalah pada gigi dan terakhir, dimana 62,4% dari yang mengeluh
mulut di provinsi Bali diperoleh data sebagai sakit gigi menyatakan terganggunya
berikut: bermasalah pada gigi dan mulut pekerjaan, sekolah, kegiatan sehari-hari
sebanyak 22,5%, menerima perawatan dari selama 3-7 hari. Dalam hal ini juga dinyatakan
tenaga medis gigi dalam 12 bulan terakhir bahwa masyarakat yang mengeluh sakit gigi
sebanyak 42,4% dan penduduk yang datang berobat ke fasilitas pelayanan
kehilangan seluruh gigi aslinya sebanyak 1,7%. kesehatan gigi sudah dalam keadaan

1,2,3 Dosen Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Denpasar


60
Surya Kencana, Gejir, Raiyanti (Faktor-faktor yang...)

terlambat, dan ini terlihat dari rata-rata 6,4 dan menulis, bersedia dijadikan responden.
gigi yang rusak, 4,4 gigi sudah dicabut. Metode pengambilan sampel dalam penelitian
Keadaan ini didukung oleh susenas 1998, ini dengan dengan teknik Sampling
yang menyatakan bahwa 87% masyarakat Insidental. Sampling insidental adalah
yang mengeluh sakit gigi dan tidak mencari tehnik penentuan sampel berdasarkan
pengobatan yang semestinya, sedangkan kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti
yang berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan dapat digunakan sebagai sampel, bila
gigi hanya 12,3%, serta masyarakat yang dipandang orang yang ditemui tersebut cocok
mencari pengobatan tradisional 0,7%3. sebagai sumber data5. Jumlah kecamatan di
Perilaku pencarian pengobatan bagi Kabupaten Tabanan sebanyak sepuluh, maka
masyarakat dapat dipengaruhi oleh berbagai pada masing-masing kecamatan diambil
faktor, seperti ; faktor jarak antara fasilitas sepuluh sampel dari BPG masing-masing
pelayanan kesehatan dengan masyarakat puskesmas, maka besar sampel dalam
yang terlalu jauh, faktor tarif yang tinggi, faktor penelitian ini adalah 100 sampel.
kepuasan dalam pelayanan, persepsi atau Data yang telah terkumpul selanjutnya
konsep masyarakat tentang sakit, umur, jenis dianalisis melalui tiga tahapan seperti berikut
kelamin, pendidikan, dan sebagainya4. : 1) Deskripsi hasil penelitian, yaitu
Kabupaten Tabanan merupakan salah satu mendiskripsikan variabel yang telah ditabulasi
kabupaten dengan jumlah perawat gigi dan melihat distribusi frekuensi responden
terbanyak di Provinsi Bali, dengan jumlah serta memberikan penjelasan tentang
puskesmas sebanyak 20 unit. Berdasarkan besarnya nilai yang muncul. Deskripsi hasil
hasil wawancara dengan beberapa perawat penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan
gigi yang bertugas di puskesmas Kabupaten disertai narasi. 2) Uji korelasi Pearsons
Tabanan, diperoleh hasil bahwa kunjungan Product Moment, yaitu untuk mengetahui
pasien ke Balai Pengobatan Gigi (BPG) ada tidaknya hubungan dan keeratan
Puskesmas tidak merata, bahkan ada yang hubungan masing-masing variabel bebas
memiliki kunjungan relatif sedikit. Sehubungan dengan variable terikat. 3) Analisis Regresi
dengan keadaan tersebut, maka kami ingin berganda (Multiple Regression), yaitu untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mengetahui hubungan antara variabel bebas
utilisasi pelayanan kesehatan gigi di BPG secara bersama-sama dengan pemanfaatan
Puskesmas Kabupaten Tabanan. pelayanan kesehatan gigi.
Metode Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini merupakan penelitian non Kondisi lokasi penelitian
eksperimental yang observasinya dilakukan
terhadap sejumlah ciri subyek menurut Tabanan merupakan salah satu kabupaten
keadaan sebenarnya, tanpa ada manipulasi yang ada di Provinsi Bali dengan luas wilayah
dan intervensi dari peneliti. Rancangan Kabupaten Tabanan adalah 839,33 km2,
penelitian ini menggunakan cross sectional yang terdiri dari daerah pegununungan dan
study. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas pantai. Batas-batas wilayah Kabupaten
pada 10 kecamatan di Kabupaten Tabanan, Tabanan adalah ; di sebelah timur berbatasan
mulai Agustus sampai dengan Oktober 2011. dengan Kabupaten Badung dengan batas
Populasi penelitian adalah pasien yang tukad Yeh Sungi, tukad Yeh Ukun, dan Tukad
memanfaatkan fasilitas Balai Pengobatan Gigi Yeh Penet, di sebelah selatan dibatasi oleh
di Puskesmas Kabupaten Tabanan, dengan Samudera Hindia, dan di sebelah barat
kriteria inklusi sampel adalah sebagai berikut: berbatasan dengan Kabupaten Jembrana
umur pasien minimal 15 tahun, bisa membaca dengan batas tukad Yeh Let6.

61
Jurnal Skala Husada Volume 9 Nomor 1 April 2012 : 60 - 66

Kabupaten Tabanan terdiri dari 10 kesehatan gigi di puskesmas, status karies gigi,
kecamatan, yaitu ; Kecamatan Kediri, dan pemanfaatan BPG puskesmas.
Tabanan, Marga, Penebel, Selemadeg,
Tabel 2
Selemadeg Barat, Selemadeg Tumur, Pupuan,
Sebaran jarak rumah responden
Baturiti, dan Kerambitan. Penelitian dilakukan dengan puskesmas
di 10 kecamatan yang ada di Kabupaten
Tabanan melalui puskesmas. Pada setiap Jarak Rumah f %
kecamatan diambil 10 responden, sehingga Dekat 77 77%
diperoleh responden sebanyak 100 orang. Sedang 11 11%
Jauh 12 12%
Karakteristik responden Jumlah 100 100%
Berdasarkan hasil pengumpulan data
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar
terhadap 100 responden, maka dapat
jarak rumah responden dengan puskesmas
diketahui karakteristik responden seperti
dalam kategori dekat mencapai 77%, dan
tersaji pada tabel 1.
hanya 12% jarak rumah responden dengan
Tabel 1 puskesmas dalam kategori jauh.
Sebaran karakteristik responden
Tabel 3
Karakteristik Kategori f % Sebaran tingkat persepsi sakit
Kelompok Umur 15 - 30 25 25% responden
(thn) 31 - 54 62 62%
> 54 13 13% Tingkat Persepsi f %
Jenis Kelamin Laki-laki 35 35% Tidak Baik 2 2%
Perempuan 65 65% Kurang Baik 71 71%
Lama Waktu 1-6 12 12% Cukup Baik 22 22%
Pendidikan (thn) 7 - 12 12 12% Baik 5 5%
> 12 76 76% Jumlah 100 100%
Jumlah 100 100%
Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar
Tabel 1 menunjukkan bahwa kelompok umur responden memiliki persepsi sakit dalam
responden antara 31 sampai 54 tahun kategori kurang baik yaitu mencapai 71%, dan
jumlahnya paling banyak yaitu mencapai 62%, hanya 5 % responden yang memiliki persepsi
sedangkan responden dengan umur di atas sakit dengan kategori baik.
54 tahun paling sedikit yaitu hanya 13%. Tabel 4 menunjukkan bahwa tidak ada
Responden dengan jenis kelamin perempuan responden yang merasa kurang puas maupun
lebih banyak daripada laki-laki, yaitu sebesar tidak puas terhadap pelayanan kesehatan gigi
65% sedangkan laki-laki hanya 35%. di BPG puskesmas se-kabupaten Tabanan.
Sebagian besar responden menempuh Responden sebagian besar merasa sangat
pendidikan lebih dari 12 tahun, yaitu mencapai puas dengan pelayanan kesehatan gigi pada
76%. Responden yang menempuh BPG puskesmas, yaitu mencapai 59%,
pendidikan antara 1 sampai 6 tahun, dan 7 sedangkan 41% merasa puas.
sampai 12 tahun masing-masing hanya 12%. Tabel 4

Hasil pengamatan terhadap obyek Sebaran tingkat kepuasan resonden


terhadap pelayanan BPG Puskesmas
penelitian
Hasil pengamatan terhadap obyek penelitian
Tingkat kepuasan f %
yang akan disajikan pada bagian ini adalah :
Puas 41 41%
jarak rumah dengan puskesmas, persepsi Sangat Puas 59 59%
sakit, tingkat kepuasan terhadap pelayanan Jumlah 100 100%

62
Surya Kencana, Gejir, Raiyanti (Faktor-faktor yang...)

Tabel 5 Tabel 7
Sebaran angka DMF-T Responden Hasil analisis pearson correlation antara variabel bebas
(X) dan variabe terikat (Y)
Angka DMF-T f %
Variabel Terikat (Y)
≤2 30 30% Variabel Bebas (X)
r p
>2 70 70%
Umur (X1) -0.003 0.488
Jumlah 100 100% Jenis Kelamin (X2) -0.013 0.447
Lama Waktu Pendidikan (X3) -0.379 0.000
Tabel 5 menunjukkan bahwa responden Jarak Rumah (X4) -0.088 0.191
dengan angka DMF-T lebih besar dari 2 Persepsi Sakit Gigi (X5) -0.108 0.143
frekuensinya lebih banyak, yaitu mencapai 30 Tingkat Kepuasan (X6) 0.379 0.000
Status Karies (X7) 0.170 0.045
orang (30%), sedangkan yang lebih kecil atau
sama dengan 2 hanya 30%. Sedangkan variabel umur, jenis kelamin, jarak
rumah, persepsi sakit gigi, dan status karies
Tabel 6 gigi tidak berkorelasi secara signifikan, karena
Sebaran tingkat pemanfaatan
mempunyai nilai signifikansi di atas 0.05.
pelayanan kesehatan gigi oleh
responden Selanjutnya dilakukan uji regresi berganda
terhadap seluruh variabel bebas dengan
Tingkat variabel terikat. Hasil uji regresi berganda
f %
Pemanfaatan disajikan pada tabel 8.
Jarang 2 2%
Sedang 4 4% Tabel 8
Sering 49 49% Hasil analisis regressi berganda
Sangat Sering 45 45%
Variabel (β) tstatistik Sig
Jumlah 100 100%
Umur (X1) -0.008 -0.241 0.810
Tabel 6 menunjukkan bahwa pemanfaatan Jenis Kelamin (X2) -0.077 -0.085 0.933
Lama Waktu Pendidikan (X3) -0.562 -3.974 0.000
pelayanan kesehatan gigi di BPG puskesmas Jarak Rumah (X4) 0.081 0.545 0.587
oleh responden mayoritas dalam kategori Persepsi Sakit Gigi (X5) 0.249 1.392 0.167
sering yaitu mencapai 49%, dan hanya 2 % Tingkat Kepuasan (X6) 0.246 4.220 0.000
Status Karies (X7) 0.113 0.930 0.355
responden yang jarang memanfaatkan Konstanta 19.458
pelayanan kesehatan gigi di BPG puskesmas.
Tabel 8 menunjukkan bahwa koefisien
Analisis kuantitatif korelasi (R) sebesar 0.549 ; R2 sebesar 0.301
Analisis kuantitatif bertujuan untuk mengetahui ; Fstatistik sebesar 5.673, dengan nilai (p)
hubungan antara variabel-variabel bebas, yaitu kurang dari 0.05. Hasil ini menunjukkan
dalam hal ini adalah ; umur (X1), jenis kelamin bahwa terdapat hubungan yang signifikan
(X2), lama waktu pendidikan (X3), persepsi secara bersama-sama antara variabel bebas
sakit gigi (X4), jarak rumah dengan puskesmas dengan variabel terikat pada pemanfaatan
(X5), tingkat kepuasan (X6), dan status karies pelayanan kesehatan gigi di BPG puskesmas
gigi (X7) terhadap variabel terikat, yaitu se-Kabupaten Tabanan. Tabel 11 juga
utilisasi pelayanan kesehatan gigi (Y). Hasil menunjukkan bahwa variabel bebas yang
yang diperoleh dari uji korelasi dengan tidak berhubungan secara signifikan dengan
pearson correlation disajikan pada tabel 7. variabel terikat adalah ; umur (X1), jenis
Tabel 7 menunjukkan bahwa dari tujuh kelamin (X2), jarak rumah (X4), persepsi
variabel bebas yang diuji, ternyata hanya dua sakit gigi (X5), dan status karies (X7).
pasang variabel yang memiliki nilai probabilitas Variabel bebas yang berhubungan secara
(p) lebih kecil dari 0,05, yaitu ; variabel ; lama signifikan hanya variabel lama waktu
waktu pendidikan, dan tingkat kepuasan. pendidikan (X3) dan tingkat kepuasan (X6).

63
Jurnal Skala Husada Volume 9 Nomor 1 April 2012 : 60 - 66

Analisis selanjutnya dilakukan metode diantara kelompok umur yang lain. Hal ini
backward, yaitu tanpa mengikutkan variabel mungkin disebabkan karena pada rentang usia
bebas yang memiliki korelasi tidak signifikan tersebut, penyakit-penyakit gigi dan mulut
dengan variabel terikat (Y). Hasil regresi semakin banyak terjadi, salah satu faktor
dengan metode backward adalah sebagai penyebab terjadinya karies gigi adalah faktor
berikut usia, semakin bertambah usia seseorang
cenderung akan terjadi karies lebih banyak.
Tabel 9
Responden perempuan lebih banyak
Hasil analisis regressi berganda dengan metode
backward daripada laki-laki, yaitu mencapai 65%7.
Rata-rata karies gigi pada perempuan lebih
Variabel (β) tstatistik Sig tinggi daripada laki-laki, sehingga dengan lebih
Lama Waktu Pendidikan (X3) -0.502 -4.322 0.000 tingginya karies pada perempuan tersebut
Tingkat Kepuasan (X6) 0.234 0.372 0.000
Konstanta 24.258
kemungkinan lebih sering datang ke BPG
puskesmas8. Salah satu karakteristik pasien
Hasil analisis regresi dengan metode yang juga mempengaruhi pemanfaatan
backward pada tabel 9 menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan adalah jenis kelamin,
koefisien korelasi (R) sebesar 0.531 ; R2 dalam penelitian tersebut diperoleh bahwa
adalah 0.282 ; Fstatistik adalah 19.036, dengan wanita lebih sering memanfaatkan pelayanan
nilai (p) kurang dari 0.05. Hasil ini kesehatan daripada laki-laki. Lama masa
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang pendidikan responden sebagian besar (76%)
signifikan secara bersama-sama antara lebih dari 12 tahun9.
variabel bebas dengan variabel terikat pada Jarak rumah dengan puskesmas sebagian
pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi di BPG besar (77%) kategori dekat, hal ini mungkin
puskesmas se-Kabupaten Tabanan. disebabkan karena jumlah puskesmas di
Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh Kabupaten Tabanan relatif banyak yaitu
perhitungan konstanta dan koefisien beta pada mencapai 20 unit. Keberadaan puskesmas
masing-masing variabel, sehingga dapat tersebut akan memberikan kemudahan bagi
disusun persamaan regresi sebagai berikut : masyarakat dalam memanfaatkan puskesmas,
Y = 24.258 - 0.502X3 + 0.234X6 karena jarak antara puskesmas dengan
rumah-rumah penduduk relatif dekat.
Hasil estimasi persamaan regresi tersebut Hasil analisis Pearson Correlation antara
diperoleh koefisien determinasi berganda variabel bebas dengan variabel terikat
(Rsquare) sebesar 0.282. Hal ini menunjukkan diperoleh bahwa terdapat lima variabel bebas
bahwa faktor lama waktu pendidikan dan tidak berkorelasi secara signifikan, yaitu ;
tingkat kepuasan pasien secara bersama- umur, jenis kelamin, jarak rumah, persepsi
sama mampu menjelaskan bahwa sakit gigi, dan status karies. Variabel yang
pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi BPG berkorelasi adalah lama pendidikan dan
puskesmas se-Kabupaten Tabanan sebesar tingkat kepuasan. Hasil analisis regresi dengan
28.2% sedangkan sisanya sebesar 71.8% metode backward menunjukkan bahwa
dijelaskan oleh variabel lain. terdapat hubungan yang signifikan secara
Pembahasan bersama-sama antara variabel bebas, yaitu ;
lama waktu menempuh pendidikan dan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, tingkat kepuasan pasien dengan variabel
diperoleh bahwa karakteristik responden terikat pada utilisasi pelayanan kesehatan gigi
dengan rentang usia antara 31 sampai 54 di BPG puskesmas se-Kabupaten Tabanan.
tahun paling banyak datang ke BPG
puskesmas yaitu mencapai 62%, terbanyak
64
Surya Kencana, Gejir, Raiyanti (Faktor-faktor yang...)

Lama waktu pendidikan dapat mempengaruhi Kesimpulan dan saran


utilisasi pelayanan kesehatan gigi di Berdasarkan karakteristik, pasien yang paling
puskesmas Kabupaten Tabanan, dengan nilai banyak berkunjung ke BPG puskesmas
koefisien beta (â) ; - 0.502 dan tsatatistik adalah Kabupaten Tabanan adalah dengan rentang
– 4.322, pada tingkat signifikansi 0.000. Hal umur antara 31 sampai 54 tahun, pasien
ini berarti bahwa semakin lama menempuh perempuan lebih banyak daripada laki-laki,
pendidikan, semakin jarang memanfaakan dan sebagian besar pasien memiliki masa
pelayanan kesehatan gigi di puskesmas pendidikan lebih dari 12 tahun. Jarak rumah
Kabupaten Tabanan. Tingkat pendidikan dengan puskesmas sebagian besar dalam
mempunyai korelasi yang sangat bermakna kategori dekat, persepsi sakit gigi sebagian
terhadap pelayanan kesehatan10. Pendidikan besar kurang baik, tidak ada pasien yang
yang lebih tinggi akan memungkinkan merasa tidak puas ataupun kurang puas
seseorang memahami tentang gangguan- terhadap pelayanan kesehatan gigi di
gangguan kesehatan, sehingga dengan puskesmas, sebagian besar merasa sangat
pemahaman tersebut kemungkinan kejadian puas, status karies gigi (Angka DMF-T)
penyakit gigi akan lebih rendah, dengan sebagian besar lebih dari 2, serta mayoritas
demikian akan jarang berkunjung ke responden menyatakan sering memanfaatkan
puskesmas untuk berobat4. puskesmas untuk memperoleh pengobatan
Tingkat kepuasan pasien juga dapat gigi. Faktor-faktor yang berhubungan secara
mempengaruhi utilisasi pelayanan kesehatan signifikan dengan utilisasi pelayanan
gigi di puskesmas Kabupaten Tabanan, kesehatan gigi di BPG puskesmas adalah
dengan nilai koefisien beta (â) ; 0.234 dan faktor lama waktu pendidikan dan tingkat
tsatatistik adalah 0.372, pada tingkat signifikansi kepuasan. Semakin lama waktu pendidikan,
0.000. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi maka semakin jarang memanfaatkan
tingkat kepuasan pasien, maka semakin tinggi pelayanan kesehatan gigi di BPG puskesmas.
pula pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi Semakin tinggi tingkat kepuasan, maka
BPG puskesmas di Kabupaten Tabanan, semakin sering memanfaatkan pelayanan
demikian juga sebaliknya. Kepuasan kesehatan gigi di BPG puskesmas.
merupakan perasaan senang atau kecewa Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat
yang muncul setelah membandingkan antara disarankan hal-hal sebagai berikut Kepada
harapan dengan kenyataan yang diterima11. petugas kesehatan puskesmas umumnya,
Pelanggan akan merasa puas apabila tenaga kesehatan gigi pada khususnya agar
memperoleh hasil sesuai dengan harapan12. mempertahankan tingkat kepuasan pasien
Terdapat hubungan yang bermakna antara yang telah dirasakan selama ini, sehingga
kepuasan pasien dengan pemanfaatan puskesmas benar-benar menjadi pelayanan
pelayanan kesehatan gigi. Dalam penelitian kesehatan tingkat pertama yang
tersebut juga dinyatakan bahwa persepsi diprimadonakan oleh masyarakat di wilayah
kepuasan pasien dapat mempengaruhi kerja puskesmas. Bagi peneliti lain,
pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi13. disarankan agar untuk mengembangkan
Hasil wawancara dengan beberapa pasien penelitian ini baik dengan menganalisis faktor-
yang datang ke BPG puskesmas di faktor lain yang kemungkinan mempengaruhi
Kabupaten Tabanan, juga diperoleh informasi utilisasi pelayanan kesehatan gigi, maupun
bahwa tenaga kesehatan gigi yang bertugas memperdalam penelitian ini secara kualitatif.
di BPG tersebut, baik dokter gigi maupun
perawat gigi ramah-ramah, serta memberikan
pelayanan relatif cepat.

65
Jurnal Skala Husada Volume 9 Nomor 1 April 2012 : 60 - 66

Daftar Pustaka 10. Faida dan Suprihanto,J., 1999, Analisis


Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
1. Depkes RI., 2006, Keputusan Menteri Keputusan Konsumen dalam
Kesehatan RI, Nomor 128/MENKES/ Memanfaatkan Jasa Pelayanan
SK/II/2004,Depkes RI, Jakarta Kesehatan Poli Umum di Rumah Sakit
2. Depkes,RI, 2008, Riset Kesehatan Pemerintah dan Swasta sebagai Dasar
Dasar 2007, Badan penelitian dan Penyusunan Strategi Pemasaran, J.
pengembangan Kesehatan, Jakarta Manajemen Pelayanan Kesehatan, 02
3. Depkes, RI., 2000, Pedoman upaya (10): 19-23
pelayanan kesehatan gigi dan Mulut, 11. Kotler,P., 2002, Manajemen
Direktorat Kesehatan Gigi, Jakarta Pemasaran (terj.), Prehalindo, Jakarta.
4. Notoatmojo,S., 1997, Pendidikan dan 12. Djuwitawati,A., Emilia, O.,
Perilaku Kesehatan, EGO, Jakarta Kusnanto,H., 1998, Hubungan
5. Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Kualitas Pelayanan dan Promosi
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, CV terhadap Hasil Pelayanan Kesehatan
Alfabeta, Bandung Gigi dan Mulut di BPG Puskesmas Dati
6. www.tabanankab.go.id/ selayang II Blora, J. Manajemen Pelayanan
pandang, diunduh Oktober 2011 Kesehatan, 1 (1):9-17.
7. Kidd, E.A.M., dan Bechal., 1992, 13. Yenti,A., 2003, Faktor-Faktor yang
Dasar Dasar Karies Penyakit dan mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan
Penanggulangannya, EGC, Jakarta Kesehatan Gigi di Klinik Gigi SPRG
8. Suwelo, I. S., 1992, Karies pada Gigi Depkes Bukit Tinggi, Tesis,
Anak dengan Pelbagai Etiologi., EGC, Pascasarjana, UGM, Yogyakarta.
Jakarta.
9. Relliyani, 2000, Hubungan Persepsi
Mutu dan Pemanfaatan Rawat Inap
Bagi Pasien Peserta Askes di RSUD
Jend.A.Yani Metro, Tesis,
Pascasarjana, UGM, Yogyakarta.

66

You might also like