You are on page 1of 9

Sholehhudin, et al, Hubungan Sanitasi Lingkungan, Perilaku Pengendalian Jentik dan Nyamuk…

Hubungan Sanitasi Lingkungan, Perilaku Pengendalian Jentik


dan Nyamuk, dan Kepadatan Penduduk dengan Penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Jember
(Relationship of Environmental Sanitation, Mosquito and Larva
Control Behavior, and Population Density with Dengue
Haemoraghic Fever /DHF in Jember)
Mochammad Sholehhudin, Isa Ma’rufi, Ellyke
Bagian Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Keselamatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Jember
Jln. Kalimantan 37 Kampus Tegal Boto Jember 68121
e-mail korespondensi : mssholhud@gmail.com

Abstract
Dengue Haemorhagic Fever (DHF) is a public health problem in Indonesia which has
the number of sufferers always be increase and spread more widely. East Java is one
dengue endemic areas. One of the districts in East Java that dengue endemic is
Jember. The number of dengue cases continued to increase from year 2008 to 2012.
In 2010 an outbreak (KLB) with the number of case is 1.494 and the incident rate is 62
per 100.000 poppulation. This study aim to describe environmental sanitation,
mosquito and larva control (PJN) behavior, and population density. Beside there to
analyze the relationship between environmental sanitation, mosquito and larvae
control behavior, and population density with dengue haemorhagic fever in Jember.
The Method is observational research use a cross sectional design. Test analysis use
the association of asymmetry lambda and association somers’d. The results and
conclution of the study showed the environmental sanitation and PJN behavior in the
middle category. Based on statistic test showed that there was no significant
relationship between environmental sanitation (ρ=0,483), mosquito and larva control
behavior (ρ=0,157), and population density (ρ=0,500) with DHF incidence in Jember.

Keywords: DHF, Environmental Sanitation, Mosquito Control, Population Density.

Abstrak
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia yang memiliki jumlah penderita yang selalu meningkat dan menyebar lebih
luas. Jawa Timur merupakan salah satu daerah endemis DBD. Salah satu kabupaten
di Jawa Timur yang endemik demam berdarah adalah Kabupaten Jember. Jumlah
kasus DBD terus meningkat dari tahun 2008 sampai 2012. Pada tahun 2010 terjadi
KLB dengan jumlah kasus 1.494 dengan incident rate 62 per 100.000 penduduk.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi sanitasi ligkungan, perilaku
pengendalian jentik dan nyamuk (PJN), dan kepadatan penduduk. Selain itu juga
menganalisis hubungan antara sanitasi lingkungan, perilaku PJN, dan kepadatan
penduduk dengan DBD di Jember. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan
menggunakan rancang bangun cross sectional. Pengujian menggunakan asosiasi
asimetri lambda dan asosiasi somers'd. Hasil dan kesimpulan penelitian menunjukkan
kondisi sanitasi lingkungan dan perilaku PJN dalam kategori sedang. Berdasarkan uji
statistik tidak ada hubungan yang signifikan antara sanitasi lingkungan (ρ=0,483),
perilaku pengendalian jentik dan nyamuk (ρ=0,157), dan kepadatan penduduk
(ρ=0,500) dengan kejadian DBD di Kabupaten Jember.

Keywords: DBD, Sanitasi Lingkungan, Pengendalian Nyamuk, dan Kepadatan


Penduduk.

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 3), September 2014 476


Sholehhudin, et al, Hubungan Sanitasi Lingkungan, Perilaku Pengendalian Jentik dan Nyamuk…

Pendahuluan mencapai 62 per 100.000 penduduk. Tahun


2011 kondisi DBD cukup bagus karena terjadi
Penyakit demam berdarah dengue
penurunan yang cukup signifikan dan hanya
(DBD) merupakan salah satu masalah
terjadi 77 kasus dengan CFR 1,30%. Namun,
kesehatan masyarakat di Indonesia yang
pada tahun 2012 kembali meningkat dengan
jumlah penderitanya cenderung meningkat
jumlah 260 kasus dan CFR 1,92%.
dan penyebarannya semakin luas [1]. Kondisi
lingkungan sangat menentukan bagaimana Penyakit Demam Berdarah Dengue
perkembangbiakan dan transmisi vektor adalah penyakit menular yang disebabkan
penyakit DBD. Berbagai upaya telah dilakukan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk
mulai dari pengendalian di masing-masing aedes sp yang ditandai dengan demam
negara endemis DBD sampai tingkat global. mendadak dua sampai tujuh hari tanpa
Namun, sampai saat ini DBD menjadi masalah penyebab yang jelas, lemah atau lesu,
kesehatan masyarakat yang menyumbang gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda
besarnya jumlah kematian. perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan
(petechiae), lebam (ecchymosis), atau ruam
DBD sudah dikenal di Indonesia sejak
(purpura), kadang-kadang mimisan, berak
tahun 1968, penyakit ini pertama kali
darah, muntah darah, kesadaran menurun
dilaporkan terjadi di Surabaya, Jawa Timur [2].
atau renjatan (shock)[6].
Sejak saat itu, DBD menyebar hingga ke
seluruh Indonesia. Selama tahun 1996-2005 Penyakit DBD terjadi karena multi
tercatat 334.685 kasus DBD dengan jumlah faktor. Penelitian-penelitian tentang demam
penderita yang meninggal 3.092 orang [3]. berdarah telah dilakukan, baik yang
Tahun 2006, Indonesia berkontribusi berhubungan dengan faktor etiologik,
menyumbang nilai kasus DBD tertinggi di Asia diagnostik dan prognostik dari penyakit
Tenggara dengan 125.045 kasus per-tahun. tersebut. Beberapa faktor etiologik yang
ditemukan berhubungan dengan penyakit
Provinsi Jawa Timur merupakan salah
demam berdarah adalah faktor host (umur,
satu daerah endemik DBD. Berdasarkan
jenis kelamin, mobilitas), faktor lingkungan
mapping inseden DBD Provinsi Tahun 2012,
(kepadatan rumah, adanya tempat perindukan
Jawa Timur termasuk ke dalam Provinsi
nyamuk, tempat peristirahatan nyamuk,
berwarna merah yang berarti Provinsi dengan
kepadatan nyamuk, angka bebas jentik, curah
insiden KLB (Kejadian Luar Biasa) [4].
hujan), faktor perilaku (pola tidur, kegiatan
Menurut Dinas Komunikasi dan Informatika
pemberantasan sarang nyamuk, menguras,
Jawa Timur pada tahun 2012 [5], terdapat 7
membuang/mengubur sarang nyamuk) [7].
kota di Jawa Timur yang termasuk dalam kota
KLB DBD. Daerah itu antara lain Kab. Kediri, Penelitian Widiyanto [8] tentang
Kab. Sumenep, Kab. Jember, Kab. Lamongan, Kajian Manajemen Lingkungan terhadap
Kab. Mojokerto, Kota Madiun, dan Kabupaten Kejadian DBD di Purwokerto Jawa Tengah,
Pamekasan. Kondisi ini semakin menunjukkan bahwa terdapat hubungan
memperparah reputasi Jawa Timur di bidang antara kelembaban, tempat perindukan
kesehatan. nyamuk, tempat istirahat nyamuk, keberadaan
jentik, faktor lingkungan fisik, biologik, dan
Kabupaten Jember adalah satu dari 7
sosial terhadap kasus demam berdarah
kota KLB DBD. Sejak tahun 2008-2012 jumlah
dengue. Mahardika [9] dalam hasil
kasus DBD di Jember terus mengalami
penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat
peningkatan kecuali pada tahun 2011.
hubungan antara perilaku kesehatan dengan
Berdasarkan data Dinas Kesehatan
kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di
Kabupaten Jember, kondisi di Jember pada
wilayah kerja Puskesmas Cepiring tahun
tahun 2008 terdapat 780 kasus dan meningkat
2009. Selain faktor-faktor tersebut, DBD juga
pada tahun 2009 sebesar 983 kasus. Pada
dipengaruhi oleh kepadatan penduduk yang
tahun 2010 terjadi KLB dengan jumlah 1.494
kasus. Incident Rate pada tahun 2010

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 3), September 2014 477


Sholehhudin, et al, Hubungan Sanitasi Lingkungan, Perilaku Pengendalian Jentik dan Nyamuk…

berdampak kepada kepadatan pemukiman Hasil Penelitian


[10].
Berdasarkan hasil observasi, mayoritas
Berdasarkan data tersebut, penyakit menunjukkan kondisi sanitasi sedang sebesar
DBD tidak bisa dianggap ringan. Terjadinya 51% (51 responden). Angka ini hampir
seimbang dengan kondisi sanitasi lingkungan
kasus yang sangat besar dan kematian akibat
yang baik sebesar 48% (48 responden).
DBD yang selalu meningkat perlu mendapat Hasil penilaian kondisi sanitasi
perhatian khusus. Penelitian ini bertujuan lingkungan berdasarkan status DBD
untuk meneliti lebih dalam terkait korelasi responden dan hasil analisis uji statistik:
sanitasi lingkungan, perilaku pengendalian
jentik dan nyamuk, dan kepadatan penduduk Status Kondisi Sanitasi Lingkungan
Baik Sedang Buruk Total
dengan penyakit demam berdarah dengue di DBD
(%) (%) (%)
Kabupaten Jember. Besar harapan peneliti DBD 53% 45% 2% 100%
hasil dari penelitian ini akan menjadi masukan Bukan 100%
43% 57% 0%
dalam perumusan pengendalian DBD di DBD
Kabupaten Jember yang lebih efektif. r (value) = 0,102 ρ (sig.) = 0,483

Sebagian besar responden penderita


Metode Penelitian DBD yang memiliki kondisi sanitasi baik
sebesar 53% (27 responden). Angka tersebut
Penelitian ini merupakan penelitian lebih tinggi daripada kondisi sanitasi buruk
analitik kuantitatif. Jenis penelitian ini yang dimiliki penderita DBD, hanya 2% (1
tergolong dalam penelitian observasional responden). Hasil uji statistik menunjukkan ρ
dengan rancang bangun cross sectional. (sig.) = 0,483 yang berarti tidak terdapat
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Jember hubungan yang signifikan antara sanitasi
dengan mengambil sampel 3 kecamatan lingkungan dengan kejadian DBD.
dengan jumlah kasus DBD terbesar tahun Hasil observasi dan wawancara perilaku
2012 yakni Kecamatan Kaliwates, Kecamatan pengendalian jentik dan nyamuk (PJN):
Wuluhan, dan Kecamatan Sumbersari.
Populasi penelitian ini adalah seluruh
0,1 0,15
penduduk Kabupaten Jember dengan besar
sampel 100 responden. buruk
Teknik pengambilan sampel yang sedang
digunakan dalam penelitian ini adalah baik
Multistage Random Sampling yakni
pengambilan sampel dengan teknik yang 0,75
dilakukan berdasarkan tingkat wilayah secara
bertahap. Adapun wilayah yang diambil
sebagai sampel tingkat wilayah terendah Mayoritas responden penelitian memiliki
adalah adalah Kelurahan Tegal Besar, status sedang pada perilaku PJN sebesar
Kelurahan Kaliwates, Kelurahan Sumbersari, 75% (75 responden). Sedangkan status baik
Desa Kesilir dan Desa Tanjungrejo. hanya 15% (15 responden).
Teknik pengambilan data pada Hasil penilaian status Perilaku
penelitian ini dengan melakukan observasi, Pengedalian Jentik dan Nyamuk berdasarkan
wawancara untuk memperoleh informasi status DBD responden dan analisis uji
khusus tentang DBD, dan dokumentasi. statistik:
Teknik analisis data yang digunakan dalam
Status Status Perilaku PJN
penelitian ini adalah Asosiasi Asimetri Lambda Baik Sedang Buruk
DBD Total
Statistik LB dan Aosiasi Somers’d. Uji statistik
(%) (%) (%)
dengan kemudian ditabulasikan dengan
DBD 13% 83% 4% 100%
interval kepercayaan 95% atau α = 0,05 Bukan 100%
dimana apabila diperoleh ρ < 0,05 16% 68% 16%
DBD
menunjukkan ada hubungan yang bermakna/ r (value) = 0,143 ρ (sig.) = 0,157
signifikan. Analisis juga dilakukan dengan
mendeskripsikan dan menarasikan beberapa Penderita DBD memiliki status baik
informasi khusus dari responden tentang pada perilaku PJN sebesar 13% (7
riwayat terkena DBD yang kemudian responden) lebih tinggi daripada status buruk
dihubungkan dengan teori yang ada. sebesar 4% (2 responden). Baik penderita
DBD atau bukan, mayoritas memiliki status

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 3), September 2014 478


Sholehhudin, et al, Hubungan Sanitasi Lingkungan, Perilaku Pengendalian Jentik dan Nyamuk…

perilaku PJN sedang. Hasil uji statistik baik 48%. Nilai tersebut masih belum bisa
menunjukkan ρ (sig.) = 0,157 yang berarti memenuhi dan mendukung pencapaian target
tidak terdapat hubungan yang signifikan MDG’s 2015 tujuan ketujuh poin ketiga yakni
antara perilaku PJN dengan DBD. proporsi rumah tangga dengan akses
Hasil data sekunder kepadatan berkelanjutan terhadap sanitasi dasar dan
penduduk di wilayah penelitian: layak di perkotaan dan perdesaan sebesar
62,41% [11]. Kondisi sanitasi lingkungan
Luas Jumlah Kepadatan Jember dalam penelitian ini masih dibawah
Wilayah Wilayah Penduduk Penduduk target MDG’s tersebut. Meskipun selisih
(Km ) 2
(Jiwa) (Jiwa/Km2) angkanya tidak terlalu besar, namun
Kelurahan membutuhkan usaha keras untuk memenuhi
4,65 36.227 7.790,5 target di tahun 2015. Keadaan tersebut
Sumbersari
Kelurahan dikarenakan kurangnya kesadaran
7,62 14.742 1.934,6 masyarakat dan tingginya kebiasaan buruk
Tegal Besar
Kelurahan masyarakat Kabupaten Jember yang menjadi
3,71 13.964 3.763,8 sebuah budaya dalam lingkungannya
Kaliwates
Desa Kesilir 12,03 16.285 1.353,7 terutama di wilayah pedesaan. Hal tersebut
Desa berhubungan dengan paradigma masyarakat
10,83 15.053 1.389,9 yang salah terhadap berperilaku sehat dalam
Tanjungrejo
Sumber: Data sekunder BPS Jember konteks sanitasi lingkungan yang perlu
mendapatkan pengolahan untuk dilinierkan
Kepadatan penduduk tertinggi dimiliki
dengan tujuan kesehatan. Hal tersebut
oleh Kelurahan Sumbersari sebesar 7.790,5
didukung kajian pustaka WASPOLA Facility
jiwa/km2. Sedangkan kepadatan penduduk
[12] yakni di pedesaan ketersediaan tempat
terendah dimiliki Desa Kesilir sebesar 1.353,7
bisa dikatakan tidak bermasalah, akan tetapi
jiwa/km2.
kebiasaan masyarakat BAB di sembarang
Hasil klasifikasi kepadatan penduduk
tempat telah menjadi perilaku yang telah
dan jumlah kasus DBD setiap wilayah
internalized (mendarah daging) sehingga
penelitian dan analisis uji statistik:
Jumlah Kepadata perubahannya lebih sulit lagi karena harus
kasus n
merubah mindset (pola pikir) masyarakat yang
Wilayah
DBD
Kategori
Penduduk
Kategori telah menjadi kesadaran klektif.
Pada tabel penilaian kondisi sanitasi
(orang) (jiwa/km2)
Kel. lingkungan berdasarkan status DBD dapat
Sangat dilihat bahwa responden DBD memiliki kondisi
Sumbersa 47 Tinggi 7.790,5
Padat sanitasi lingkungan yang baik (53%) lebih
ri tinggi daripada kondisi yang buruk (2%).
Kel. Tegal Tidak
50 Tinggi 1.934,6 Berdasarkan analisis uji statistik menunjukkan
Besar padat bahwa tidak terdapat hubungan yang
Kel.
10 Rendah 3.763,8 Padat signifikan antara sanitasi lingkungan dengan
Kaliwates penyakit DBD.
Desa Tidak
14 Rendah 1.353,7 Hasil pnelitian ini berbeda dengan
Kesilir padat penelitian Zulkarnaini dkk. [13], menyebutkan
Desa
Tidak bahwa ada hubungan antara kondisi sanitasi
Tanjungre 13 Rendah 1.389,9 lingkungan rumah tangga dengan adanya
padat
jo jentik dengue yang menyebabkan terjadinya
r (value) = 0,286 ρ (sig.) = 0,500 penyakit demam berdarah dengue. Penelitian
lain yang juga memiliki hasil yang berbeda
Jumlah kasus DBD dan kepadatan penduduk adalah penelitian Yuniati [14] yang
diklasifikasikan menjadi 3 kategori yakni kasus menunjukan bahwa ada hubungan dan
DBD rendah, tinggi, dan sangat tinggi; dan pengaruh yang signifikan antara sanitasi
kepadatan penduduk tidak padat, padat, dan lingkungan (sampah, SPAL, tempat
sangat padat. Hasil uji statistik menunjukkan ρ perindukan nyamuk, pencahayaan dan
(sig.) = 0,500 yang berarti tidak terdapat kelembaban, dan ventilasi) terhadap kejadian
hubungan yang signifikan antara kepadatan DBD di DAS Deli kota Medan.
penduduk dengan DBD. Perbedaan hasil penelitian sekarang
dengan peneliti sebelumnya mengindikasikan
Pembahasan bahwa terdapat trend epidemiologi DBD yang
berbeda di Kabupaten Jember. Berdasarkan
Hasil observasi menunjukkan bahwa
pengamatan peneliti, keadaan tersebut
kondisi sanitasi lingkungan pada penelitian ini
dikarenakan kondisi lingkungan sekitar rumah
mayoritas kategori sedang 51% dan sudah

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 3), September 2014 479


Sholehhudin, et al, Hubungan Sanitasi Lingkungan, Perilaku Pengendalian Jentik dan Nyamuk…

yang tidak terkontrol. Meskipun kondisi hanya 15%. Nilai tersebut merupakan
sanitasi lingkungan rumah baik, namun kondisi pencapaian yang tidak memuaskan.
sanitasi di lingkungan sekitar masih buruk. Pencapaian PJN berimplikasi pada
Masyarakat kurang memperhatikan pencapaian ABJ. Rendahnya pencapaian
kebersihan lingkungan sekitar, terutama di tersebut sejalan dengan data Dinas
daerah pedesaan. Banyak tempat yang Kesehatan Jember dalam pencapaian Angka
ditemukan di sekitar rumah responden yang Bebas Jentik (ABJ) di wilayah penelitian pada
memiliki kebersihan dan perawatan kurang bulan Januari hingga Mei 2014 yang kurang
baik. Kondisi tesebut diantaranya terdapat memuaskan yakni sebesar 91,73% [16].
semak-semak yang tidak dipotong dan Pencapaian ABJ tersebut belum mencapai
dibersihkan, terdapat badan air (sungai) yang target harapan ABJ sebesar 95%. Kondisi ini
ditumpuki oleh sampah, banyak tanah lapang diakibatkan karena kurangnya edukasi kepada
yang digunakan untuk menumpuk sampah, masyarakat tentang perilaku pemberantasan
banyak kandang-kandang hewan peliharaan nyamuk yang lebih kompleks. Selama ini
(sapi dan kambing) di belakang rumah yang masyarakat hanya diberikan informasi tentang
tidak dirawat dengan baik dan terdapat 3M. Padahal untuk mengurangi kejadian DBD
beberapa tempat makan (warung) yang perlu ada pengendalian yang lebih kompleks
memiliki pembuangan air limbah kurang baik. baik pengendalian jentik maupun nyamuk,
Buruknya kondisi sanitasi lingkungan tersebut seperti pengendalian pada tempat istirahatnya
berpotensi menjadi tempat feeding habbit, dan pengendalian terhadap pola aktivitasnya,
resting habbit, dan breeding habbit nyamuk sehingga 3M saja tidak cukup. Karena itu
aedes sp. diperlukan diperlukan edukasi yang baik dan
Pernyataan di atas didukung oleh kompleks agar masyarakat dapat
penemuan terbaru BBTKLPP [15] yang meningkatkan keikutsertaannya dalam
menyatakan bahwa jenis kontainer yang mengontrol keberadaan jentik dan nyamuk,
berpeluang menjadi tempat perindukan mengingat bahwa Jember merupakan daerah
nyamuk aedes sp. tidak hanya bak mandi dan endemis DBD. Sesuai dengan arahan WHO
tempayan plastik, namun juga tempat minum [17] bahwa pendidikan kesehatan sangat
burung/ ayam, dan vas/pot bunga. Sedangkan penting dalam keberhasilan pastisipasi
kontainer non buatan di luar rumah yang baru komunitas. Hal tersebut merupakan proses
ditemukan antara lain bekas potongan bambu, jangka panjang yang akan merubah perilaku
batang pisang, tempurung kelapa, kelopak manusia dan akan menjadi dasar yang kuat
bunga pisang yang jatuh, ketiak daun pisang, dan kontinyu. Jika negara tidak memiliki
lubang kayu, dan sampah-sampah plastik sumber daya manusia yang cukup, maka yang
kemasan air mineral di kebun-kebun luar diutamakan adalah daerah yang endemik dan
rumah. Adapun tempat resting di luar rumah memiliki faktor resiko tinggi terkena DBD.
antara lain di tangkai daun, pelepah daun, Pada prinsipnya jika PJN buruk maka
semak-semak yang teduh dan tidak terkena dapat meningkatkan terjadinya penularan
sinar matahari langsung. DBD. Namun pada penelitian ini ditunjukkan
Selain itu, kejadian DBD di Kabupaten bahwa penderita DBD memiliki status PJN
Jember diindikasikan menyebar karena baik sebesar 13% yakni lebih tinggi dari
buruknya sanitasi tempat umum. Hal tersebut penderita DBD status PJN buruk sebesar 4%.
didukung beberapa pernyataan responden Berdasarkan analisis uji statistik menunjukkan
yang menyebutkan bahwa responden tergigit bahwa tidak terdapat hubungan yang
nyamuk sebelum menderita DBD di tempat- signifikan antara perilaku PJN dengan
tempat umum diantaranya adalah sekolah, kejadian penyakit DBD.
warung, tempat kerja, dan lingkungan kos. Hasil tersebut berseberangan dengan
Kondisi ini sesuai dengan teori bahwa salah penelitian Suhardiono [18] yang menunjukkan
satu pusat penularan DBD adalah tempat ada hubungan sikap dan tindakan masyarakat
umum. Tempat-tempat umum merupakan
dengan kejadian DBD. Berbeda pula dengan
tempat berkumpulnya orang-orang yang
datang dari berbagai wilayah, sehingga penelitian Sitio [19] yang menunjukkan hasil
kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa bervariatif diantara variabel yang diteliti.
tipe virus dengue cukup besar [6]. Terdapat variabel yang menunjukkan adanya
Pengendalian jentik dan nyamuk hubungan dan tidak ada hubungan yang
merupakan perilaku yang dilakukan untuk bermakna. Beberapa variabel yang
mencegah, mengontrol, dan menghilangkan menunjukkan adanya hubungan bermakna
jentik dan nyamuk melalui berbagai metode
adalah kebiasaan menggunakan anti nyamuk
(termasuk 3M plus). Hasil penelitian
menunjukkan pencapaian status PJN baik di siang hari dan kebiasaan menggantungkan

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 3), September 2014 480


Sholehhudin, et al, Hubungan Sanitasi Lingkungan, Perilaku Pengendalian Jentik dan Nyamuk…

baju. Sedangkan variabel yang menunjukkan Kelurahan Sumbersari dengan Desa Kesilir.
tidak ada hubungan adalah sikap dan Kondisi tersebut dikarenakan perbedaan
pengetahuan tentang PSN, praktek PSN, karakteristik wilayah dimana Kel. Sumbersari
kebiasaan tidur siang, dan kebiasaan adalah wilayah perkotaan dan Desa Kesilir
menggunakan kelambu. merupakan pedesaan. Perbedaan tersebut
Perbedaan yang mendasari penelitian memicu terjadinya urbanisasi yang cukup
ini dengan penelitian sebelumnya adalah cara besar. Hal ini karena di kota terdapat banyak
analisis pada penelitian ini seluruh perilaku kesempatan untuk mendapatkan taraf hidup
dipusatkan menjadi satu sebagai variabel yang lebih tinggi melalui lapangan pekerjaan,
perilaku pengendalian jentik dan nyamuk agar pendidikan, dan wilayah yang strategis dekat
terjadi homogenitas perilaku yang utuh. dengan kantor-kantor pemerintahan.
Sedangkan pada penelitan sebelumnya Pernyataan tersebut didukung oleh Todaro
menganalisis komponen setiap perilaku. Pada [22] yang mengatakan bahwa terdapat faktor
penelitian ini perilaku merupakan sekumpulan penarik masyarakat melakukan perpindahan
tindakan yang muncul karena kesadaran dan ke kota diantaranya adalah adanya
kebiasaan sehingga tidak bisa dipisahkan kesempatan memperoleh pendidikan yang
antara perilaku satu dengan yang lainnya. lebih baik, adanya aktivitas-aktivitas di kota
Artinya bahwa terdapat peran dan hubungan besar, tempat-tempat hiburan, pusat
yang saling menguatkan dan melemahkan kebudayaan sebagai daya tarik bagi orang-
antar perilaku yang biasa dilakukan oleh orang daerah lain untuk bermukim di kota
masyarakat. Hal ini diperdalam bahwa perilaku besar, dan adanya harapan akan memperoleh
merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas kesempatan untuk memperbaiki taraf hidup.
seseorang, yang merupakan hasil bersama
atau resultance antara berbagai faktor, baik Berdasarkan analisis uji statistik
internal maupun eksternal [20]. menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara kepadatan penduduk
Selain itu dalam kondisi ini dengan penyakit DBD. Hasil uji statistik
dipengaruhi oleh rendahnya partisipasi penelitian ini tidak sependapat dengan
masyarakat dalam berperilaku dan mengajak penelitian Sholehhudin [23] yang membahas
anggota masyarakat lain dalam berperilaku kejadian DBD pada tahun 2012. Penelitian
PJN. Ini telihat masih terdapat 4% memiliki tersebut menyatakan bahwa terdapat korelasi
status PJN buruk. Padahal setiap satu nyamuk antara kepadatan penduduk dengan kasus
DBD di Kabupaten Jember. Perbedaan pada
bertelur dapat mengahasilkan lebih dari 200
penelitian tersebut yakni menggunakan
telur. Jika 1% saja PJN buruk, dapat metode deskriptif crosstabs yang hanya
berpotensi meningkatkan perkembangbiakan mengetahui presentase korelasi setiap
dan persebaran nyamuk. Pentingnya variabel.
partisipasi masyarakat ini didukung oleh Penelitian yang sekarang juga
Notoatmodjo yang menyatakan bahwa berseberangan dengan penelitian Setianingsih
partisipasi masyarakat adalah pendekatan [24] yang menyatakan dalam penelitiannya
bahwa terdapat hubungan yang bermakna
terbaik untuk memecahkan masalah
antara kepadatan penduduk dan kepadatan
kesehatan di negara berkembang [20]. rumah dengan kejadian penyakit DBD. Selain
Kepadatan penduduk di setiap wilayah itu penelitian Suyasa [25] menyebutkan ada
pada penelitian ini menunjukkan tingkat hubungan antara kepadatan penduduk
kepadatan penduduk yang berbeda. dengan kejadian penyakit DBD dimana
Kepadatan penduduk tertinggi dimiliki oleh wilayah yang padat penduduk memudahkan
Kelurahan Sumbersari sebesar 7.790,5 terjadinya penularan penyakit DBD.
Perbedaan kondisi ini dikarenakan
jiwa/km2. Sedangkan kepadatan penduduk
adanya perbedaan penentuan sampel
terendah dimiliki Desa Kesilir sebesar 1.353,7 walaupun dalam 1 kabupaten yang sama,
jiwa/km2. Berdasarkan UU No.56 tahun 1960 perbedaan uji analisis yang digunakan,
seluruh wilayah tersebut termasuk dalam ataupun diakibatkan karena penentuan
kategori sangat padat yakni lebih dari 401 klasifikasi kepadatan penduduk belum
jiwa/km2 [21]. Meskipun memiliki tingkat memiliki aturan yang pasti dalam bentuk
kepadatan yang sama-sama tinggi, terdapat kategorial. Persebaran kejadian DBD di
Kabupaten Jember bisa dikarenakan faktor
jarak yang sangat jauh antara kepadatan

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 3), September 2014 481


Sholehhudin, et al, Hubungan Sanitasi Lingkungan, Perilaku Pengendalian Jentik dan Nyamuk…

demografi yang lain yakni urbanisasi dan Sumbersari Kecamatan Sumbersari;


mobilitas yang tidak terkontrol serta kegiatan Kelurahan Kaliwates dan Kelurahan Tegal
transportasi yang meningkat. Jember Besar Kecamatan Kaliwates; dan Desa Kesilir
merupakan kota sentra industri pertanian dan dan Desa Tanjungrejo Kecamatan Wuluhan,
perkebunan yang membuat orang dari luar wilayah yang memiliki kepadatan tertinggi
kota menuju ke Jember untuk melakukan adalah Kelurahan Sumbersari Kecamatan
transaksi bisnis komoditi pertanian di kota ini. Sumbersari. Sedangkan wilayah yang memiliki
Begitupun juga dengan pengusaha yang kepadatan terendah adalah Desa Kesilir
berada di Jember yang melakukan pengiriman Kecamatan Wuluhan; 4) Tidak terdapat
produk ke luar kota. Pada kegiatan tersebut hubungan bermakna antara sanitasi
dimungkinkan terjadi transmisi penularan dari lingkungan dengan kejadian demam berdarah
kota lain atau nyamuk terbawa alat dengue di Kabupaten Jember (p=0,483); 5)
transportasi yang menuju ke Jember atau Tidak terdapat hubungan bermakna antara
orang Jember bisa terjangkit virus dengue perilaku pengendalian jentik dan nyamuk
saat berada di kota lain. dengan kejadian demam berdarah dengue di
Kondisi tersebut dibuktikan dari Kabupaten Jember (p=0,157); 6) Tidak
pernyataan beberapa responden yang terdapat hubungan bermakna antara
menyebutkan bahwa responden tergigit kepadatan penduduk dengan kejadian demam
nyamuk sebelum DBD, saat berada di berdarah dengue di Kabupaten Jember
Surabaya dan Malang ketika berlibur ke rumah (p=0,500).
saudara, liburan, dan melakukan transaksi Adapun beberapa saran dari
bisnis. penelitian ini adalah Pemerintah dan Dinas
Selain itu kota Jember merupakan Kesehatan membentuk Jumantik Kecil yang
kota pendidikan dengan mahasiswa yang berasal dari siswa-siswa SD. Selain itu juga
sebagian besar adalah pendatang. Hal ini perlu meningkatkan kegiatan PSN di setiap
berpotensi menyebabkan terjadinya wilayah, meningkatkan kapasistas juru
penyebaran nyamuk aedes sp dan virus pemeriksa jentik melalui Pembuatan Jumantik
dengue semakin mudah ketika terjadi arus Kit. Perlu pendekatan terhadap tokoh
mudik saat mahasiswa pulang ke kota masing- masyarakat dan tokoh agama di Kabupaten
masing dan kembali ke Jember. Kondisi ini Jember terkait perencanaan program
dialami oleh salah satu responden mahasiswa penanggulangan DBD.
yang mengaku sudah sakit saat di kota asal Perguruan tinggi perlu penelitian
dan ketika di Jember semakin parah dan lanjutan terhadap sanitasi lingkungan di
opname. tempat-tempat umum untuk mengetahui
Kondisi ini sesuai dengan teori kondisi tingkat kebersihan dan kesehatan di
peningkatan dan penyebaran DBD yang tempat umum. Diperlukan juga
ditinjau secara demografi tidak hanya pengembangan metode penelitian yang
disebabkan oleh kepadatan penduduk. Namun berbeda untuk menganalisis hubungan DBD
juga ditentukan oleh mobilitas penduduk, dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya
succeptibilitas penduduk, dan kepadatan terutama pengembangan pengambilan sampel
rumah [10]. Selain itu, faktor penyebaran bebasis wilayah bukan individu. Selain itu
kasus DBD menurut Widoyono [1] yaitu masyarakat perlu meningkatkan pengetahuan,
pertumbuhan penduduk, urbanisasi yang tidak kewaspadaan dan respon individu terhadap
terkontrol, dan sarana transportasi yang gejala lingkungan dan gejala klinis yang
semakin meningkat. menjadi bentuk tanda manifestasi terhadap
penyakit demam berdarah dengue.
Simpulan dan Saran
Daftar Pustaka
Simpulan dalam penelitian ini adalah 1)
[1] Widoyono. Penyakit Tropis: Demam
Kondisi sanitasi lingkungan di Kabupaten
Berdarah Dengue. Edisi Kedua. Jakarta:
Jember dengan sampel Kecamatan
Penerbit Erlangga; 2011.
Sumberari, Kecamatan Kaliwates, dan
[2] Bermawie N. Mengatasi demam berdarah
Kecamatan Wuluhan sebagian besar
dengan tanaman obat. Jurnal Warta
menunjukkan kondisi sedang; 2) Kondisi
Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
perilaku pengendalian jentik dan nyamuk di
2006: 28(6): 26-29.
Kabupaten Jember dengan sampel
[3] Widyawati, Nitya, Syaukat, Tambunan,
Kecamatan Sumberari, Kecamatan Kaliwates,
Soesilo. Penggunaan Sistem Informasi
dan Kecamatan Wuluhan sebagian besar
Geografis Efektif Memprediksi Potensi
menunjukkan status perilaku PJN sedang; 3)
Demam Berdarah di Keluarahan Endemik.
Berdasarkan kepadatan penduduk di
Makara, Kesehatan. 2011. 15 (1): 21-30.
Kabupaten Jember dengan sampel Kelurahan

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 3), September 2014 482


Sholehhudin, et al, Hubungan Sanitasi Lingkungan, Perilaku Pengendalian Jentik dan Nyamuk…

[4] Indonesia. Direktorat Jenderal Environmental Science. 2009: Volume 2:


Pengendalian Penyakit dan Penyehatan 115-124.
Lingkungan: Kaleidoskop Direktorat [14] Yuniati. Pengaruh Sanitasi Lingkungan
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Permukiman terhadap Kejadian Demam
Penyehatan Lingkungan Tahun 2012. Berdarah Dengue (DBD) di Daerah Aliran
Kementerian Kesehatan RI Ditjen PP & Sungai Deli Kota Medan. Tesis. Medan:
PL; 2013. Universitas Sumatera Utara; 2012.
[5] Dinas Informatika dan Komunikasi [15] Surabaya. BBTKLPP-Surabaya: Laporan
[Internet]. Kominfo Prov. Jatim: Kajian Iklim dan Bionomik Vektor DBD di
KominfoJatimprov; 2013 [cited 2013 Kabupaten Alor NTT Tahun 2013.
September 14]. Available form: Surabaya: BBTKLPP Surabaya; 2013.
http://kominfo.jatimprov.go.id/ [16] Jember. Dinas Kesehatan: Laporan PSN
[6] Indonesia. Departemen Kesehatan Minggungan Puskesmas. Jember: Dinkes
Republik Indonesia: Petunjuk Tehnis Jember; 2014.
Pemberantasan Nyamuk Penular Demam [17] Regional Officer for South-East Asia.
Berdarah Dengue. Jakarta: DitJen PPM & World Health Organization: Comprehens-
PLP Dep.Kes. RI; 1992. ive guidelines for prevention and control of
[7] Wahyono, Haryanto, Mulyono, dan dengue and dengue haemorrhagic fever-
Adiwibowo. Faktor-faktor yang .Revised and expanded edition . India:
Berhubungan dengan Kejadian Demam SEARO Technical Publication.
Berdarah dan Upaya Penanggulangannya [18] Suhardiono. Sebuah Analisis Faktor
di Kecamatan Cimanggis, Depok, Jawa Resiko Perilaku Masyarakat Terhadap
Barat. Buletin Jendela Epidemiologi: Pusat Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD)
Data dan Surveilans Epidemiologi di Kelurahan Helvetia Tengah, Medan,
Kementerian Kesehatan RI. Agustus 2010: Tahun 2005. Jurnal Mutiara Kesehatan
Volume 2. Indonesia. Desember 2005: 1 (2).
[8] Widiyanto T. Kajian Manajemen [19] Sitio A. Hubungan Perilaku tentang
Lingkungan terhadap Kejadian Demam Pemberantasan Sarang Nyamuk dan
Berdarah Dengue (DBD) di Kota Kebiasaan Keluarga dengan Kejadian
Purwokerto Jawa Tengah. Tesis. Demam Berdarah Dengue di Kecamatan
Semarang: Program Pasca Sarjana Medan Perjuangan Kota Medan Tahun
Universitas Diponegoro; 2007. 2008. Tesis. Semarang: Program Pasca
[9] Mahardika W. Hubungan Antara Perilaku Sarjana Universitas Diponegoro; 2008.
Kesehatan dengan Kejadian Demam [20] Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan &
Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Ilmu Perilaku: Partisipasi Masyarakat.
Puskesmas Cepiring Kecamatan Cepiring Edisi Pertama. Jakarta: Rineka Cipta;
Kabupaten Kendal Tahun 2009. Skripsi. 2007.
Semarang: Universitas Negeri Semarang; [21] UU. No. 56 tahun 1960.
2009. [22] Todaro, Michael P, dan Stephen C, Smith,
[10] Amiruddin R. Kebijakan dan Respon Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga
Epidemik Penyakit Menular: Penyebaran Edisi Kedelapan. Jakarta: Penerbit
DBD. Edisi Pertama. Bogor: IPB Press; Erlangga; 2003.
2012. [23] Sholehhudin M. Factors Caused Dengue
[11] Indonesia. BAPPENAS RI: Ringkasan Haemoraghic Fever Case Study Jember-
Peta Jalan Percepatan Pencapaian East Java. Journal of IPCBEE. 2013:
Tujuan Pembangunan Milenium di Volume (59): 131-136.
Indonesia. Jakarta: Kementerian PPN; [24] Setianingsih R. Hubungan Kepadatan
2010. Penduduk, Kepadatan Rumah, Kepadatan
[12] Indonesia Water Supply and Sanitation Jentik, dan Ketinggian Tempat dengan Ke-
Policy and Action Planning Facility jadian Penyakit DBD di Kota Semarang
[internet]. WASPOLA: Studi Pustaka Tahun 2007 dengan pendekatan spasial I.
Sanitasi Lingkungan: 2012. [cited 2014 Skripsi. Semarang: Universitas Dipone-
July 9] Available from: goro; 2009.
http://www.waspola.org [25] Rahayu M., Baskoro T., Wahyudi B. Studi
[13] Zulkarnaini, Siregar Y.I, Kohort Kejadian Penyakit DBD di Wilayah
Dameria.Hubungan Kondisi Sanitasi
Lingkungan Rumah Tangga dengan
Kecamatan Sawahan Kota Surabaya
Keberadaan Jentik Vektor Dengue di Tahun 2010. Prosiding Seminar Nasional
Daerah Rawan Demam Berdarah Dengue Kesehatan Jurusan Kesehatan
Kota Dumai tahun 2008. Journal of Masyarakat FKIK UNSOED; 2012.

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 3), September 2014 483


Sholehhudin, et al, Hubungan Sanitasi Lingkungan, Perilaku Pengendalian Jentik dan Nyamuk…

e-Jurnal Pustaka Kesehatan, vol. 2 (no. 3), September 2014 484

You might also like