You are on page 1of 1

REVIEW CERPEN “KUMO NO ITO”

Cerpen Kumo no Ito memiliki latar agama yang kuat hal ini digambarkan dengan adanya dua tokoh
yaitu Buddha dan Kandata, selain itu juga cerpen mempunyai latar surga dan neraka dimana hal-hal tersebut
menggambarkan tentang kehidupan setelah kematian. Pesan besar yang hendak disampaikan oleh
pengarang cerita adalah mengenai setiap perbuatan manusia pasti akan mendapakan balasan yang setimpal.
Konsep ini juga sesuai dalam ajaran Buddha seperti yang tercantum dalam buku Filsafat dan Ajaran Buddha
dari : Tat Mo Co Su / Bodhidharma (Zen) yaitu “ Manusia adalah makhluk terbesar, termulia dan terbaik.
Hanya saja hati manusia begitu kotor penuh dengan keserakahan dan kemelekatan tiada beda antara
manusia dan hewan jika tidak punya hati nurani sendiri berbuat, sendiri mendapat akibat mengapa
menyalahkan alam semesta tiada yang tahu kebesaran alam tanpa batas dan tanpa ruang semuanya hati
nurani yang menentukan baik buruk kehidupan ini “. Maksud dari kutipan di atas adalah, ajaran Budha
Menolong manusia tidak membedakan baik atau jahat tetap harus dibantu dan ditolong, bisa merubah
mereka yang berbuat jahat menjadi sangatlah baik.1 Konsep ajaran Buddha ini sangat cocok dengan cerita
Kumo No Ito di mana Budda teringat dengan kebaikan Kandata dan memberikan kesempataan bagi
Kandata untuk bisa keluar dari neraka, kemudian kesempatan itu hilang ketika Kandata hanyut dalam
keegoisannya.
Mengingat cerpen dengan Juddul Kumo No ito Karya Akutagawa Ryūnosuke pertama kali
diteritkan oleh majalah anak Akai Tori pada tahun 1918. Tentu saja karya ini adalah karya yang bagus,
karena meski dengan konsep ajaran Buddha yang rumit, pesan moral yang hendak disampaikan oleh penulis
bisa dipahami dengan mudah oleh anak-anak, karena digambarkan dengan sederhana dan menarik.
Di sisi lain, Cerpen ini lahir di Era Taisho yang juga di kenal sebagai era Keemasan Jepang dalam
hal budaya, banyak perkembangan pesat dari segi musik hingga film. Dlam segi sastra Akutagawa
Ryūnosuke merupakan salah satu pengarang terkenal di masa itu, meski demikian karya-karyanya juga
mendapatkan banyak kritik dan pujian dari para penulis di masa Taisho. Tidak semua penulis atau bahkan
kerabat dekat Akutagawa Ryūnosuke mendukung karya-karyanya. Hal ini mungkinkan adanya pesan tidak
langsung yang juga ingin disampaikan oleh penulis. Pada bagian ke tiga cerpen Kumo No Ito yang
merupakan bagian penutup, di gambarkan Buddha yang merasa sedih setelah melihat Kandata yang kembali
jatuh ke Neraka, akan tetapi digambarkan pula bunga teratai yang seolah tidak peduli dengan kejadian yang
ada. Pada bagian akhir ini seperti ada sebuah fenomena yang hendak di sampaikan pengarang, selain
menyampaikan pesan moral tentang ajaran Buddha mengenai setiap perbuatan akan mendapatkan balasan,
cerita ini juga menyampaikan kesedihan dan kekecewaan Buddha. Kekecewaan ini yang mungkin juga
menggambarkan kekecewaan Akutagawa Ryūnosuke pada masa itu. Saat di mana Akutagawa Ryūnosuke
sudah melakukan suatu hal untuk merubah keadaan akan tetapi kesempatan itu tidak terwujud sesuai
harapannya dan keadaan kembali seperti semula.

1
WhiteLotus : FILSAFAT DAN AJARAN BUDDHA (http://sutrabuddha.blogspot.com/2015/03/filsafat-dan-ajaran-buddha.html) diakses pada
28/08/2018

You might also like