You are on page 1of 4

MATA KULIAH PENGENDALIAN VEKTOR DAN BINATANG PENGGANGGU

LAPORAN PRAKTIKUM UJI BIO ASSAY TERHADAP LARVA


NYAMUK

Dosen :

Nugroho Budi Santoso, SKM. MSi

Disusun Oleh:

Azhaar Darin Mardhiyah- Kelompok 4 (P23133115004)

Tingkat III Program Studi D IV Jurusan Kesehatan Lingkungan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA II

Jl. Hang Jebat III Blok F-3 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12120

TA. 2018/2019
A. Latar Belakang

Penyakit DBD maupun malaria merupakan penyakit yang marak terjadi di Indonesia.
Penyebab utama maraknya penyakit tersebut adalah kecocokan agen penyakit pada habitatnya di
Indonesia terutama kecocokan dengan jenis iklim di negeri kita ini. Kecocoksn agen dengan
habitatnya menyebabkan agen mudah berkembang dan bertambah banyak di berbagai tempat.
Agen penyakit DBD dan malaria bukan menyebar dengan sendirinya. Tetapi penyebarannya
dibantu oleh nyamuk baik Aedes sp. maupun Malariae. Nyamuk ini mudah sekali di temukan di
berbagai daerah di Indonesia. Kepadatan jumlah nyamuk ini sangat mengganggu tingkat
kesehatan manusia.
Peningkatan jumlah penderita penyakit demam berdarah di daerah-daerah endemik
memunculkan banyak usaha pencegahan yang dilakukan. Usaha pencegahan yang selama ini
dilakukan lebih mengarah pada pengendalian vektor penyebarnya yaitu nyamuk Aedes aegypti
L. Hal ini dilakukan karena usaha pencegahan melalui vaksin belum efektif (Soedarmo, 1988).
Usaha pencegahan yang selama ini rutin dilakukan di antaranya pengendalian lingkungan dan
pengendalian secara kimia.
Penggunaan insektisida kimia memang memberikan hasil yang efektif dan optimal,
namun banyak dampak negatif yang ditimbulkan baik terhadap organisme hidup maupun
lingkungan sekitar. Banyaknya dampak negatif dari penggunaan insektisida kimia memunculkan
penelitian baru dalam pengendalian vektor yang lebih aman, sederhana, dan berwawasan
lingkungan. Insektisida selain dapat digunakan untuk memberantas keberadaan nyamuk juga
dapat memberantas keberadaan stadium larvanya.
Larva nyamuk sebagai stadium muda pada siklus hidup nyamuk sebelum akhirnya
menjadi nyamuk dewasa. Larva dapat ditemukan keberadaannya pada tempat-tempat yang
tergenang air. Karena keberadaan genangan air di lingkungan masyarakat sangat banyak dan
sulit untuk dimonitoring maka perlu dilakukan pencegahan dengan memberantas stadium larva
nyamuk ini. insektisida sangat cocok untuk membantu memberantas keberadaan larva di
lingkungan masyarakat.
Sebelum melakukan penggunaan insektisida untuk memberantas larva, perlu diadakan uji
coba resistensi larva terhadap jenis pestisida yang akan dipakai. Jenis pengujian yang sering
dilakukan adalah Bio Assay.
B. Hasil Pengamatan
Berikut adalah tabel hasil pengamatan kematian larva setelah diberi pestisida jenis Abate
0,5 g:

Jumlah Larva Jumlah Larva


Pengecekan Waktu
Nyamuk yang diuji Nyamuk Mati

BEAKER GLASS 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Ke- 1 10 menit 25 25 25 25 25 1 0 2 0 0
Ke-2 10 menit 24 25 23 25 25 0 0 1 0 0
Ke-3 10 Menit 24 25 22 25 25 1 2 0 2 0
Ke-4 10 Menit 23 23 22 23 25 1 3 7 3 0
Ke- 6 10 Menit 22 20 15 19 25 2 6 1 4 0
Ke-6 10 Menit 20 14 14 13 25 10 7 2 6 0
Ke- 7 24 Jam 10 7 12 7 25 10 7 12 7 8

 Suhu sebelum 24 jam : 32oC


 Kelembaban sebelum 24 jam : 65%
 Kelembaban setelah 24 jam : 55%
 Suhu maksimal setelah 24 jam : 340
 Suhu minimal setelah 24 jam : 300
C. Pembahasan
Dari hasil yang ada dapat dijelaskan bahwa pada saat praktikum dilakukan, jumlah larva
nyamuk yang dimasukkan pada setiap beaker glass sebanyak 25 ekor. Lalu pada setiap beaker
glass dimasukkan larvasida (abate) sebanyak 0,05 gram. Setelah dimasukkan abate ke dalam
beaker glass maka masukkan larva nyamuk lalu biarkan selama 10 menit dan lakukan pengecekan
jumlah nyamuk yang mati. Pada 10 menit pertama hanya larva di beaker 1 dan 3 yang mati
sejumlah yang tertera pada table hasil pengamatan. Dan pada waktu 24 jam larva pada beaker glass
1, 2, 3, dan 4 semua mati. Sedangkan pada beaker glass 5 (kontrol) hanya mati 8 ekor dan bersisa
17 ekor.
Dan dapat di simpulkan bahwa larvasida (abate) yang digunakan kecepatannya agak lambat
dikarenakan pada 10 menit pertama jumlah larva yang mati tidak berjumlah setengah dari larva
yang ada.

D. Kesimpulan

Dari pembahasan yang ada dapat disimpulkan bahwa setelah praktikum uji Bio Assay terhadap
larva diamati bahwa larvasida (abate) yang digunakan efektif karena larva nyamuk yang mati dari
24 jam lebih dari 80%. Larvasida jenis abate ini layak umtuk digunakan sebagai salah satu metode
efektif dalam pengendalian larva nyamuk. Suhu dan kelembapan baik maksimum maupun
minimum juga baik sebelum dan setelah diberikan abate sangat mempengaruhi tingkat kematian
abate.

You might also like