You are on page 1of 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plasenta Previa

2.1.1 Pengertian

Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada

tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi

sebagian atau seluruh permukaan jalan lahir (Ostium uteri Internal) dan oleh

karenanya bagian terendah sering kali terkendala memasuki pintu atas

panggu (PAP) atau menimbulkan kelainan janin dalam rahim (Fauziyah,

2012).

Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada

tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi

sebagian atau seluruh permukaan jalan lahir (Ostium uteri Internal).

Normalnya, plasenta berimplantasi dibagian uterus, yaitu pada bagian dalam

belakang (60%) dan depan (40%) (Setyaningrum, 2013).

Plasenta previa ialah plasenta yang ada di depan jalan lahir. Artinya

plasenta yang implementasinya tidak normal ialah rendah sekali hingga

menutupi seluruh atau sebagian ostium internum (FK Unpad, 2008)

Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada

segmen bawah rahim (SBR) sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari

ostium uteri internum. Sejalan dengan bertambah besarnya segmen bawah

rahim (SBR) ke arah proksimalme mungkinkan plasenta yang berimplantasi

pada segmen bawah rahim (SBR) ikut berpindah mengikuti perluasan

segmen bawah rahim (SBR) seolah plasenta tersebut berimigrasi. Ostium

6
7

Uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan kala I bisa

mengubah luas permukaan serviks yang tertutup oleh plasenta.

(Prawirohardjo, 2010).

Menurut Wiknjosastro (2002), Placenta Previa adalah plasenta yang

letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus sehingga menutupi

sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.

2.1.2 Insiden

Insiden terjadinya plasenta previa lebih banyak pada kehamilan

dengan paritas tinggi dan pada usia di atas 30 tahun, juga sering terjadi pada

kehamilan ganda dari pada kehamilan tunggal. Uterus bercacat ikut

mempertinggi angka kejadiaanya. Pada beberapa Rumah Sakit Umum

pemerintah dilaporkan insiden terjadinya plasenta previa berkisaran 1,7%

sampai dengan 2,9%. Di Negara maju insiden terjadinya plasenta previa

lebih rendah yaitu < 1% mungkin disebabkan kuranngnya wanita hamil

dengan paritas tinggi (Prawirohardjo, 2010).

2.1.3 Klasifikasi

Menurut De Snoo, berdasarkan pada pembukaan 4-5 cm yaitu :

a. Plasenta previa sentralis (totalis), bila pada pembukaan 4-5 teraba

plasenta menutupi seluruh ostium.

b. Plasenta previa lateralis, bila pada pembukaan 4-5 cm sebagian

pembukaan ditutupi oleh plasenta, adapun pembagian dari plasenta

previa lateralis yaitu plasenta previa lateralis posterior bila sebagian


8

menutupi ostium bagian belakang, yang kedua plasenta previa lateralis

anterior bila menutupi ostium bagian depan.

c. Plasenta previa marginalis bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostium

yang ditutupi plasenta

Menurut Browne, klasifikasi plasenta previa dibagi menjadi :

a. Tingkat I : Lateral Plasenta Previa pinggir bawah plasenta berinserasi

sampai ke segmen bawah rahim, namun tidak sampai ke pinggir

pembukaan.

b. Tingkat II : Marginal Plasenta Previa plasenta mencapai pinggir

pembukaan (ostium).

c. Tingkat III : complete plasenta previa plasenta menutupi ostium waktu

tertutup, dan tidak menutupi bila pembukaan hampir lengkap.

d. Tingkat IV : central plasenta previa plasenta menutupi seluruhnya pada

pembukaan hampir lengkap (Fauziyah, 2012).

2.1.4 Patofisiologi

Plasenta terbentuk dari jaringan maternal yaitu bagian disidua basalis

yang bertumbuh menjadi bagian dari uri. Dengan melebarnya isthmus uteri

menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi di situ

sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada disidua

sebagai tapak plasenta. Demikian pula pada waktu servik mendatar

(effacement) dan membuka (dilatation) ada bagian tampak plasenta yang

terlepas, pada tempat laserasi itu akan terjadi perdarahan yang berasal dari

sirkulasi maternal yaitu dari ruangan intervillus dari plasenta. Perdarahan

ditempat itu relatif dipermudah dan diperbanyak oleh karena segmen bawah
9

rahim dan servik tidak mampu berkontraksi dengan kuat karena elemen otot

yang dimilikinya sangat minimal sehingga pembuluh darah tidak tertutup

dengan sempurna (Prawirohardjo, 2010).

Dengan berkembangnya segmen bawah uterus dan dengan

menipisnya serta membukanya servik, plasenta terlepas dari dinding uterus.

Keadaan ini disertai ruptur pembuluh darah yang terletak dibawahnya. Jika

pembuluh darah yang pecah berukuran besar, maka perdarahan yang terjadi

akan banyak sekali. Keadaan yang menyertai yaitu, kegagalan penurunan

bagian terendah janin, lebih sering terjadi presentasi abnormal seperti

presentasi bokong dan letak lintang, mungkin karena plasenta terletak

dibawah segmen uterus. Anomali fetus congenital, plasenta accareta,

insidennya lebih tinggi dari pada kalau plasenta tertanam pada bagian atas

uterus. Lebih sering dijumpai perdarahan postpartum (Oxorn, 2010).

Belum diketahui pasti. Frekuensi plasenta previa meningkat pada

grande multipara, primigravida tua, bekas seksio sesarea, bekas aborsi

kelainan janin, mioma uteri (Nugroho, 2010).

2.1.5 Diagnosa dan Gambaran Klinik

Keluhan utama atau keluhan satu-satunya adalah perdarahan

pervaginam tanpa rasa nyeri. Pada kebanyakan kasus, perdarahan tidak

diketahui sebabnya namun mungkin didahului oleh troma atau coitus.

Perdarahan pertama hampir tidak pernah membawa kematian. Perdarahan

ini dapat berhenti dan kemudian mulai terjadi lagi. Kadang-kadang darah

menetes terus menerus sehingga pasien menjadi anemis. Keistimewaan dari


10

plasenta previa adalah derajat anemia dan shock setara dengan jumlah darah

yang hilang (Oxorn, 2010).

Diagnosa ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinik dan beberapa

pemeriksaan yaitu :

a. Anamnesis

Dengan anamnesis pasien dengan plasenta previa dapat ditemukan gejala

pertama yang membawa si sakit kedokter atau rumah sakit ialah

perdarahan pada kehamilan 28 minggu atau pada kehamilan lanjut

(trimester III). Sifat perdarahan tanpa sebab (causeless), tanpa nyeri

(painless), dan berulang (recurrent). Peradarah timbul sekonyong-

konyong tanpa sebab apapun. Kadang-kadang perdarahan terjadi sewaktu

bangun tidur, pagi hari tanpa disadari tempat tidur sudah dipenuhi darah.

Perdarahan cenderung berulang dengan volume lebih banyak dari

sebelumnya. Sebab dari perdarahan ialah karena ada plasenta dan

pembuluh darah yang robek karena (a) terbentuknya segmen bawah

rahim; (b) terbukanya ostium atau oleh manipulasi intervaginal atau

rectal. Sedikit atau banayaknya perdarahan tergantung pada besar dan

banyaknya pembuluih darah yang robek dan plasenta yang lepas.

Biasanya wanita mengatakan banyak perdarahan dalam berapa kain

sarung, berapa gelas, dan adanya darah-darah beku (stolsel).

b. Inspeksi

Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam : banyak, sedikit, darah

beku, dan sebagainya. Kalau telah berdarah banyak maka ibu kelihatan

pucat/anemis.
11

c. Palpasi Abdomen

Pada palpasi abdomen siring ditemukan janin belum cukup bulan, jadi

fundus uteri masih rendah. Sering dijumpai kesalahan letak janin. Bagian

terbawah janin belum turun, apabila letak kepada, biasanya kepala masih

goyang atau terapung (floating)atau diatas pintu atas panggul. Bila cukup

pengalaman (Ahli), dapat dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah

rahim, terutama pada ibu yang kurus.

d. Pemeriksaan Inspekulo

Pemeriksaan dengan memakai inspekulo harus secara hati-hati dilihat

dari mana asal perdarahan, apakah dari dalam uterus, atau dari kelainan

serviks, vagina, varises pecah, dan lain-lain.

e. Pemeriksaan radio-isotop

Pemeriksaan radio-isotop dilakukan dengan cara plasentografi jaringan

lunak (soft tissue placentography) yaitu membuat foto dengan sinar

rontgen lemah untuk mencoba melokolisir plasenta. Hasil foto dibaca

oleh ahli radiologi yang berpengalama. Sitorafi, mula-mula kandung

kemih dikosongkan, lalu dimasukan 40 cc larutan NaCL 12,5%, kepala

janin ditekan kearah pintu atas panggul, lalu dibuat foto. Bila jarak

kepala dari kandung kemih berselisih lebih dari 1 cm, maka terdapat

kemungkinan plasenta previa. Plasentografi indirek yaitu membuat foto

seri lateral dan anteroposterior yaitu ibu dalam posisi berdiri atau duduk

setengah berdiri, lalu foto dibaca oleh ahli radiologi berpengalaman

dengan cara menghitung jarak antara kepala-simpisis dan kepala

promotorium. Anteriografi, dengan memasukan zat kontras kedalam


12

arteri femoralis. Karena plasenta sangat kaya akan pembuluh darah, maka

ia akan banyak menyerap zat kontras, ini akan jelas terlihat dalam foto

dan juga lokasinya. Amniografi, dengan memasukan zat kontras kedalam

rongga amnion, lalu dibuat foto dan dilihat dimana terdapat daerah

kosong ( di luar janin) dalam rongga rahim. Radio-isotop plasentografi,

dengan menyuntikan zat radio aktif , biasanya RISA ( radiodinated

serum albumin) secara intravena, lalu diikuti dengan dokter GMC.

f. Ultrasonografi

Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografi sagat tepat dan tidak

menimbulkan bahaya radiasi terhadap janin. Cara ini sudah banyak

dipakai di Indonesia.

g. Pemeriksaan Dalam

Pemeriksaan dalam adalah senjata paling ampuh di bidang obstetric

untuk diagnosis plasenta previa.. Walaupun ampuh namun kita harus

hati-hati ,karena bahaya sangat besar. Bahaya pemeriksaan dalam dapat

menyebabkan perdarahan yang hebat. Hal ini sangat berbahaya bila

sebelumnya kita tidak siap dengan pertolongan segera. Dalam buku-buku

disebut “membangunkan harimau tidur” (to awake a sleeping tiger),

terjadi infeksi, menimbulkan his dan kemudian terjadilah partus

prematurus (Mochtar, 2012).


13

2.1.6 Diagnosis Deferensial

Menurut Oxorn (2010) diagnosis deferensial dari plasenta previa

adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Diagnosis Deferensial Dari Plasenta Previa

Plasenta Previa Abruptio Plasenta


Mulainya Perlahan-lahan dan Mendadak dan nyata sekali
tidak jelas
Perdarahan External External dan tersembunyi

Warna darah Merah muda Gelap sebagai darah vena

Anemia =Darah yang hilang >Darah hilang yang tampak

Shock =Darah yang hilang >Darah hilang yang tampak

Toxemia Tidak ada Mungkin ada

Nyeri Hanya kalau dalam Berat dan tidak henti-hentinya


persalinan
Nyeri tekan uterus Tidak ada Ada
Tonus uterus Lembek dan lemas Kaku sampai keras seperti
batu
Bentuk uterus Normal
Dapat membesar dan berubah
Denyut jantung anak Biasanya terdengar bentuknya
Terdengar atau tidak
Penurunan bagian terendah Tidak ada terdengar
janin
Mungkin abnormal Dapat terjadi
Presentasi
Tidak ada hubungan

2.1.7 Komplikasi Plasenta Previa

Ada beberapa komplikasi yang bila terjadi pada ibu hamil dengan

plasenta previa, yaitu :

a. Komplikasi pada ibu

1. Dapat terjadi anemi bahkan syok

2. Dapat terjadi robekan pada serviks dan segmen bawah rahim yang

rapuh.

3. Infeksi pada perdarahan yang banyak


14

b. Komplikasi pada janin

1. Kelainan letak janin

2. Prematuritas, morbiditas dan mortalitas yang tinggi

3. Asfiksia intauterine sampai dengan kematian (Manuaba, 2008).

Menurut Mochtar (2012), komplikasi plasenta previa antara lain yaitu:

a. Prolaps tali pusat

b. Prolaps plasenta

c. Plasenta melekat sehingga harus dikeluarkan manual dan bila perlu

dibersihkan dengan kerokan

d. Robekan jalan lahir karena tindakan

e. Perdarahan post partum

f. Infeksi karena perdarahan yang banyak

g. Bayi prematur atau lahir mati

2.1.8 Penatalaksanaan

Penderita dengan plasenta previa datang dengan keluhan adanya

perdarahan pervagina pada kehamilan trismeter kedua dan tresmeter ketiga.

Penatalaksanaan plasenta previa tergantung usia gestasi penderita dimana

akan di lakukan penatalaksanaan aktif yaitu mengakhiri kehamilan ataupun

akspektatif yaitu mempertahankan selama mungkin (Fauziyah, 2012).

a. Terapi Ekspektatif (pasif)

Terapi ekspektatif yaitu supaya janin tidak terlahir premature, penderita

di rawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam. Adapun syarat terapi

ekspektatif adalahkehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang


15

kemudian berhenti, belum ada tanda- tanda in partu, keadaan umum ibu

cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal), dan janin masih

hidup.

b. Terapi Aktif

Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarhan pervagim yang aktif

dan banyak harus sudah di tatalaksana secara aktif tanpa memandang

muturitas janin. Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta

previa berupa:

1. Seksio Caesarea yaitu menyelamatkan ibu, walaupun janin

meninggal atau tidak ada harapan untuk hidup tindakan ini masih

tetap dilakukan.

2. Melahirkan pervaginam yaitu perdarahan akan berhenti jika ada

penekanan pada plasenta. Ada beberapa cara yaitu: amniotomi dan

aklselerasi, versi brakton hicks, dan traksi dengan cunam willet.

Plasenta previa dengan perdarahan merupakan keadaan darurat

kebidanan yang memerlukan penanganan, antara lain:

a. Segera melakukan operasi persalinan untuk dapat menyelamatkan ibu

dan anak untuk mengurangi kesakitan dan kematian.

b. Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk

dapat melakukan pertolongan lebih lanjut.

c. Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil

sikap melakukan rujukan ketempat pertolongan yang mempunyai fasilitas

cukup (Fauziyah, 2012).


16

2.1.9 Faktor Yang Mempengaruhi Plasenta Previa

Etiologi tidak diketahui, namun plasenta previa lebih sering dijumpai

pada multipara dan kalau plasentanya lebar serta tipis. Diperkirakan kalau

terdapat difisiensi endometrium dan deciduas pada segmen atas uterus,

maka plasenta akan meluas dalam upayanya untuk mendapat suplai darah

yang lebih memadai (Oxorn, 2010).

Menurut Manuaba (2008) faktor-faktor yang dapat meningkatkan

angka kejadian plasenta previa adalah sebagai berikut :

a. Umur Penderita

Umur penderita yang mengalami plasenta previa yaitu wanita dengan

umur <20 tahun dan > 35 tahun. Wanita dengan umur < 20 tahun dapat

mengalami plasenta previa karena endometrium di fundus uteri belum

siap untuk menerima hasil pembuahan, hal ini menyebabkan implantasi

plasenta tidak pada corpus uteri. Sedangkan wanita usia> 35 tahun dapat

mengalami plasenta previa karena pada usia lebih dari 35 tahun terjadi

penurunan fungsi reproduksi dari ibu ke janin sehingga menyebabkan

pembuluh darah merah pecah dan menyebabkan retro plasenta.

b. Paritas

Pada paritas yang tinggi kejadian plasenta previa semakain besar karena

endometrium belum tumbuh. Mekanisme terjadinya plasenta previa pada

multigravida adalah corpus uteri merupakan bagian atas rahim yang

mempunyai dinding otot paling tebal, sehingga dalam keadaan normal

plasenta berimplantasi pada daerah corpus uteri, pada kehamilan

berikutnya keadaan endometrium pada daerah corpus uteri mengalami


17

kemunduran fungsi dan kekurangan vaskularisasi. Hal ini terjadi

dikarenakan degenerasi dan nekrosis pada bekas luka implantasi plasenta

sewaktu kehamilan sebelumnya diendometrium pada corpus uteri.

c. Endometrium yang cacat

Endometrium yang cacat dapat disebabkan karena adanya bekas operasi,

bekas kuretase dan plasenta manual. Selain itu mioma uterin atau polip

juga menyebabkan terjadinya perubahan endometrium, dan pada keadaan

yang malnutrisipun dapat terjadi plasenta previa karena plasenta mencari

tempat implantasi yang lebih subur. Disamping itu bekas persalinan yang

berulang dengan jarak yang pendek juga dapat menyebabkan plasenta

previa.

Menurut Mochtar (2012), sebab terjadinya plasenta previa antara lain:

a. Umur dan paritas

- Pada primigravida dan umur diatas 35 tahun lebih sering

- Lebih sering pada paritas tinggi daripada paritas rendah

b. Hipoflasia endometrium, bila kawin dan hamil pada umur muda

c. Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas operasi,

kuretase dan manual plasenta

d. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap

menerima hasil konsepsi

e. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium

f. Kadang-kadang pada malnutrisi


18

Menurut Fauziyah (2012), penyebab plasenta previa itu belum di

ketahui secara pasti, namun di sini di temukan beberapa faktor yang

meningkatatkan kemungkinan terjadinya plasenta previa yaitu umur,

banyaknya jumlah kehamilan dan persalinan (paritas), hipoplasia

endometrium, korpus luteum bereaksi lambat, tumor-tomur (seperti mioma

uteri, polip endometrium), endometrium cacat, sectio cesarea, kuretase dan

manual plasenta, kehamilan kembar serta riwayat plasenta previa

sebelumnya.

a. Umur pada ibu

Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa mur aman untuk

kehamilan dan persalinan adalah 20-35 thn. Wanita umur kurang dari 20

tahun mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk mengalami plasenta

previa karena endrometrium masih belum matang, dan kejadian plasenta

previa juga sering terjadi pada ibu yang berumur di atas 35 tahun karena

tumbuh endrometrium yang kurang subur (Fauziyah, 2012).

b. Banyak jumlah kehamilan dan persalinan (paritas)

Plasenta previa lebih sering pada paritas tinggi dari paritas rendah,

plasenta previa terjadi 1,3 kali lebih sering pada ibu yang sudah beberapa

kali melahirkan dari pada ibu yang baru sekali melahirkan

(primipara).paritas 1-3 merupakan paritas paling aman bila di tinjau dari

sudut kematian ibu. (Fauziyah, 2012).

c. Riwayat kehamilan sebelumnya

Persalinan yang dialami oleh ibu dengan persalinan premature,

keguguran, bekas persalinan berulang dengan jarak pendek, persalinan


19

dengan berat badan lahir rendah (BBLR), bayi lahir mati, cedera dalam

uterus atau jalan lahir yang ditimbulkan oleh proses kehamilan dan

persalinan terdahulu dapat berakibat buruk pada kehamilan yang sedang

dialami (Fauziyah, 2012).

1. Riwayat Persalinan premature

Persalinan premature adalah persalinan yang berlangsung pada umur

kehamilan 20-37 minggu dihitung dari hari pertama haid terahir

(Prawirohardjo, 2010).

2. Riwayat Abortus

Abortus merupakan kehamilan yang berahir secara spontan sebelum

janin dapat bertahan yaitu pada saat embrio atau janin seberat 500

gram atau kurang, yang biasanya sesuai dengan usia janin (usia

kehamilan) dari 20 hingga 22 minggu atau kurang (Fauziyah, 2012).

3. Riwayat persalinan berulang dengan jarak pendek

Usaha pengaturan jarak kelahiran akan membawa dampak positif

terhadap kesehatan ibu dan janin.Interval kelahiran adalah selang

waktu antara dua persalinan. Komplikasi kehamilan sering terjadi

pada ibu dengan interval kelahiran pendek (<2 tahun) (Manuaba,

2008).

4. Riwayat sectio caesaria

Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin

dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim

dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500

gram. Endometrium yang cacat dapat disebabkan karena adanya


20

bekas operasi. Plasenta akan mencari tempat implantasi yang lebih

subur (Manuaba, 2008).

5. Riwayat retensio plasenta

Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi

waktu setengah jam. Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang

banyak , artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas sehingga

memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera (Manuaba,

2008).

2.2 Penelitian Terkait

Menurut hasil penelitian pendahulu yang dilakukan oleh Nengan

Runiari (2013) tentang hubungan usia dan paritas dengan kejadian plasenta

previa di RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2013 diperoleh hasil penelitian

bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara usia dan paritas dengan

kejadian plasenta previa di RSUP Sanglah Denpasar, dengan p-value=0,000.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Zena Fatresi (2012)

tentang hubungan umur dan paritas ibu bersalin dengan kejadian plasenta

previa di RSUD Prof. dr. MA Hanafiah SM Batusangkar Tahun 2012

diperoleh hasil penelitian bahwa terdapat hubungan bermakna antara unur dan

paritas ibu bersalin dengan kejadian plasenta previa dimana p value < 0,05

yaitu p value=0,000.

Menurut hasil penelitian pendahulu yang dilakukan oleh Eniola

(2002), tentang faktor risiko plasenta previa di Nigeria Selatan. Hasil

penelitian menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara riwayat retensio

plasenta dengan plasenta previa (p value= 0,02, OR=6,7), terdapat hubungan


21

antara riwayat sectio caesaria dengan plasenta previa (p value= 0,001,

OR=4,7), ), terdapat hubungan antara riwayat abortus dengan plasenta previa

(p value= 0,001, OR=2,9), terdapat hubungan antara paritas dengan plasenta

previa (p value= 0,001, OR=1,9), terdapat hubungan antara usia dengan

plasenta previa (p value= 0,002, OR=1,4).

2.3 Kerangka Teori

Kerangka teori adalah ringkasan dari tinjauan pustaka yang digunakan

untuk mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti (diamati) yang

berkaitan dengan konteks ilmu pengetahuan yang digunakan untuk

mengembangkan kerangka konsep penelitian (Notoatmodjo, 2012). Kerangka

teori disusun berdasarkan tema masalah dalam penelitian yang terdiri dari

faktor-faktor, antara lain sebagai berikut:

Gambar 2.2
Kerangka Teori

Faktor Predisposisi:
a. Umur pada ibu
b. Banyak jumlah kehamilan dan
persalinan (paritas)
c. Riwayat kehamilan sebelumnya Plasenta Previa
- Riwayat persalinan premature
- Riwayat abortus
- Riwayat persalinan berulang
dengan jarak pendek
- Riwayat sectio caesaria
- Riwayat retensio plasenta

(Sumber: Fauziyah, 2012)


22

2.4 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah merupakan abstraksi yang terbentuk oleh

generalisasi dari hal-hal khusus (Notoatmodjo, 2012). Berdasarkan uraian

diatas, maka dapat dibuat kerangka konsep sebagai berikut :

Gambar 2.3
Kerangka Konsep
Variabel independen Variabel dependen

Riwayat Abortus

Riwayat Sectio Caesaria Plasenta Previa

Riwayat Retensio Plasenta

Penulis mengambil variabel riwayat abortus, riwayat sectio caesaria

dan riwayat retensio plasenta sebagai variabel penelitian karena berdasarkan

penelitian yang telah dilakukan oleh Eniola (2002), tentang faktor risiko

plasenta previa di Nigeria Selatan menyebutkan bahwa ketiga variabel

tersebut memiliki nilai OR yang tertinggi dibanding variabel lain, yaitu

riwayat retensio plasenta (OR=6,7), riwayat sectio caesaria (OR=4,7) dan

riwayat abortus (OR=2,9)

2.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara peneliti, petokan duga,

atau dalil sementara, yang kebenaranya akan dibuktikan dalam penelitian

tersebut. Setelah melalui pembuktian dari hasil penelitian maka hipotesis ini
23

dapat benar dan salah, dapat diterima atau ditolak (Notoatmodjo, 2012).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Ho= Tidak ada hubungan antara riwayat abortus dengan kejadian

plasenta previa di RSUD Pringsewu Tahun 2015.

Ha= Ada hubungan antara riwayat abortus dengan kejadian plasenta

previa di RSUD Pringsewu Tahun 2015.

2. Ho= Tidak ada hubungan antara riwayat sectio caesaria dengan kejadian

plasenta previa di RSUD Pringsewu Tahun 2015.

Ha= Ada hubungan antara riwayat sectio caesaria dengan kejadian

plasenta previa di RSUD Pringsewu Tahun 2015.

3. Ho= Tidak ada hubungan antara riwayat retensio plasenta dengan

kejadian plasenta previa di RSUD Pringsewu Tahun 2015.

Ha= Ada hubungan antara riwayat retensio plasenta dengan kejadian

plasenta previa di RSUD Pringsewu Tahun 2015.

You might also like