Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Pengertian
obyek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
dan mungkin ini menyangkut tentang mengikat kembali sekumpulan bahan yang
luas dari hal-hal terperinci oleh teori, tetapi apa yang diberikan menggunakan
ingatan akan keterangan yang sesuai (Ngatimin, 2008). Pengetahuan adalah kesan
2008).
2. Tingkat Pengetahuan
a. Tahu (Knowledge)
kembali hal-hal atau keterangan yang pernah berhasil dihimpun atau dikenali
(recall of facts).
b. Memahami (Compreshension)
yang sudah kita kenali. Karena sudah memahami hal yang bersangkutan maka
juga sudah mampu mengenali hal tadi meskipun diberi bentuk lain. Termasuk
c. Menerapkan (Aplication)
d. Analisa (Analysis)
e. Sintesis (Syntesis)
atau unsur-unsur tadi menjadi suatu keseluruhan yang mengandung arti tertentu.
9
f. Evaluasi (Evaluation)
bersangkutan dengan hal-hal serupa atau setara lainnya, sehingga diperoleh kesan
pengetahuan, yaitu:
kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba
Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) and error (gagal atau
dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran apakah yang
otoritas pemimpin agama, maupun ahli-ahli ilmu pengetahuan. Prinsip ini adalah,
orang lain menerima pendapat uang dikemukakan oleh orang yang mempunyai
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah, pepatah ini
sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah”, atau
adalah:
a. Umur
mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses
perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan tahun.
b. Intelegensi
abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar.
Intelegensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk berpikir dan
c. Lingkungan
seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-
hal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang
seseorang.
12
d. Sosial budaya
karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar dan memperoleh
suatu pengetahuan.
e. Pendidikan
pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Tingkat pendidikan turut pula menentukan
peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin semakin baik
pula pengetahuannya.
f. Pengalaman
pengetahuan.
dengan cara orang yang bersangkutan hal-hal yang diketahui dalam menentukan
13
bukti dan jawaban baik lisan maupun tulisan. Pengukuran Pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi
yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman Pengetahuan
yang ingin kita ketahui atau ukur dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat
B. Balita
pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya.
Anak balita ini justru merupakan kelompok umur yang paling sering menderita
akibat kekurangan zat gizi karena masih dalam taraf perkembangan dan kualitas
C. Toilet training
Toilet training adalah suatu usaha untuk melatih anak agar mampu
mengontrol dalam melakukan buang air kecil ( BAK) dan buang air besar ( BAB)
buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) secara benar dan teratur
(Zaivera, 2008). Toilet training adalah sebuah pembiasaan pelatihan buang air (
Koraag, 2007).
training adalah sebuah usaha pembiasaan mengontrol buang air kecil ( BAK) dan
buang air besar (BAB) secara benar dan teratur. Latihan ini termasuk dalam
otot pada daerah pembuangan kotoran ( anus dan saluran kemih). Latihan ini
hendaknya dimulai pada waktu anak berusia 15 bulan dan kurang bijaksana bila
anak pada usia kurang dari 15 bulan dilatih karena dapat menimbulkan
pertama kali diterima anak dan sangat berpengaruh pada perkembangan moral
seperti membiasakan menggunakan toilet pada anak untuk buang air, dengan
membiasakan anak masuk ke dalam WC anak akan cepat lebih adaptasi. Anak
juga perlu dilatih untuk duduk di toilet meskipun dengan pakaian lengkap dan
15
jelaskan kepada anak kegunaan toilet. Lakukan secara rutin kepada anak ketika
anak terlihat ingin buang air. Anak dibiarkan duduk di toilet pada waktu – waktu
tertentu setiap hari, terutama 20 menit setelah bangun tidur dan seusai makan, ini
bertujuan agar anak dibiasakan dengan jadwal buang airnya. Anak sesekali
enkopresis (mengompol) dalam masa toilet training itu merupakan hal yang
normal. Anak apabila berhasil melakukan toilet training maka orang tua dapat
memberikan pujian dan jangan menyalahkan apabila anak belum dapat melakukan
kesiapan anak, persiapan dan perencanaan serta toilet training itu sendiri:
Salah satu pertanyaan utama tentang toilet training adalah kapan waktu
yang tepat bagi orang tua untuk melatih toilet training. Sebenarnya tidak patokan
umur anak yang tepat dan baku untuk toilet training karena setiap anak
mempunyai perbedaan dalam hal fisik dan proses biologisnya. Orang tua harus
mengetahui kapan waktu yang tepat bagi anak untuk dilatih buang air dengan
benar. Para ahli menganjurkan untuk melihat beberapa tanda kesiapan anak itu
sendiri, anak harus memiliki kesiapan terlebih dahulu sebelum menjalani toilet
training. Bukan orang tua yang menentukan kapan anak harus memulai proses
toilet training akan tetapi anak harus memperlihatkan tanda kesiapan toilet
training, hal ini untuk mencegah terjadinya beberapa hal yang tidak diinginkan
seperti pemaksaan dari orang tua atau anak trauma melihat toilet.
16
Prinsipnya ada 4 aspek dalam tahap persiapan dan perencanaan. Hal yang
perlu diperhatikan hal – hal sebagai berikut gunakan istilah yang mudah
dimengerti oleh anak yang menunjukkan perilaku buang air besar (BAB) / buang
air kecil (BAK) misalnya poopoo untuk buang air besar (BAB) dan peepee untuk
Orang tua dapat memperlihatkan penggunaan toilet pada anak sebab pada
usia ini anak cepat meniru tingkah laku orang tua. Orang tua hendaknya segera
mungkin mengganti celana anak bila basah karena enkopresis (mengompol) atau
terkena kotoran, sehingga anak akan merasa risih bila memakai celana yang basah
dan kotor. Meminta pada untuk memberitahu atau menunjukkan bahasa tubuhnya
apabila ia ingin buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB) dan bila anak
mampu mengendalikan dorongan buang air maka jangan lupa berikan pujian pada
Selain itu ada juga persiapan dan perencanaan yang lain seperti:
Orang tua bisa menunjukkan dan menekankan bahwa pada anak kecil
memakai popok dan pada anak besar memakai celana dalam. Orang tua
juga bisa membacakan cerita tentang cara yang benar dan tepat ketika
buang air.
Orang tua harus melakukan sesuai dan jenis kelamin anak ( ayah dengan
anak laki – laki dan ibu dengan anak perempuan). Orang tua juga bisa
kelamin).
Pispot ini digunakan untuk melatih anak sebelum ia bisa dan terbiasa
dewasa, ada kemungkinan anak akan takut karena lebar dan terlalu tinggi
untuk anak atau tidak merasa nyaman. Pispot disesuai dengan kebutuhan
anak, diharapkan dia akan terbiasa dulu buang air di pispotnya baru
dudukan pispotnya atau bisa memilih warna, gambar atau bentuk yang ia
sukai.
Suatu proses panjang dan tidak mudah seperti toilet training ini, seringkali
reward yang tepat. Anak juga bisa melihat sendiri kalau dirinya bisa
tuntutan untuknya sehingga hal ini akan menambah rasa mandiri dan
percaya dirinya. Orang tua bisa memilih metode peluk cinta serta pujian di
depan anggota keluarga yang lain ketika dia berhasil melakukan sesuatu
atau mungkin orang tua bisa menggunakan system stiker / bintang yang
yaitu toilet training. Proses toilet training ada beberapa hal yang perlu
dilakukan yaitu Membuat jadwal untuk anak Orang tua bisa menyusun
jadwal dengan mudah ketika orang tua tahu dengan tepat kapan anaknya
biasa buang air besar (BAB) atau buang air kecil ( BAK). Orang tua bisa
memilih waktu selama 4 kali dalam sehari untuk melatih anak yaitu pagi,
siang, sore dan malam bila orang tua tidak mengetahui jadwal yang pasti
BAK ( buang air kecil ) atau BAB ( buang air besar) anak.
Orang tua sebaiknya tidak memupuk impian bahwa anak akan segera
menguasai dan terbiasa untuk duduk di pispot dan buang air disitu.
Orang tua bisa memulai memberikan rewardnya ketika anak bisa duduk
pispotnya untuk BAK maka reward yang diberikan oleh orang tua harus
diperlihatkan oleh anak Misalnya anak hari ini pukul 09.00 pagi anak
buang air kecil (BAK) di popoknya maka esok harinya orang tua
sebaiknya membawa anak ke pispotnya pada pukul 08.30 atau bila orang
tua melihat bahwa beberapa jam setelah buang air kecil (BAK) yang
terakhir anak tetap kering, bawalah dia ke pispot untuk buang air kecil
(BAK). Hal yang terpenting adalah orang tua harus menjadi pihak yang
pro aktif membawa anak ke pispotnya jangan terlalu berharap anak akan
19
langsung mengatakan pada orang tua ketika dia ingin buang air besar
g. Buatlah bagan untuk anak supaya dia bisa melihat sejauh mana kemajuan
yang bisa dicapainya dengan stiker yang lucu dan warna – warni, orang
tua bias meminta anaknya untuk menempelkan stiker tersebut di bagan itu.
Anak akan tahu bahwa sudah banyak kemajuan yang dia buat dan orang
tua bisa mengatakan padanya orang tua bangga dengan usaha yang telah
disimpulkan sebagai berikut orang tua selayaknya melihat kesiapan anak untuk
dengan anak agar anak tidak merasa terpaksa melakukannya. Membiasakan anak
menggunakan toilet untuk buang air, ini agar anak beradaptasi terlebih dahulu dan
orang tua dapat memperlihatkan penggunaan toilet untuk menarik perhatian anak
apabila anak ingin buang air dan menggunakan istilah seperti poopoo untuk buang
air besar ( BAB) dan peepee untuk buang air kecil ( BAK), bila anak berhasil
yaitu:
20
a. Minat
mereka. Kedua, mereka belajar melalui identifikasi dengan orang yang dicintai
atau dikagumi atau anak-anak mengambil operminat orang lain itu dan juga pola
pada tubuhnya sendiri dan perbedaan antara tubuhnya dengan tubuh teman sebaya
dengan orang dewasa, sehingga dengan adanya bimbingan dan pengarahan dari
orang tua maka sangatlah mungkin seorang anak dapat melakukan toilet training
b. Pengalaman
c. Lingkungan
4. Hal yang penting yang perlu diperhatikan dalam latihan toilet training
Menurut Imam (2003) hal yang penting perlu diperhatikan dalam toilet
training adalah
a. Berikan penghargaan
Anak bila berhasil menahan buang air besar atau buang air kecil, berilah
penghargaan pada anak. Anak akan memahami tujuan dari toilet training yang
sedang dilaksanakannya.
Orang tua jangan marah bila anak belum bisa menahan kencing atau
Orang tua perlu menjelaskan kepada anak bahwa apada umur dia
sekarang sudah harus dapat buang air di tempatnya dengan benar dan tidak
Orang tua memperhatikan siklus buang air anak dengan begitu pelatihan
buang air dapat berjalan dengan baik dan lancar tanpa ada pemaksaan dari orang
tua. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hal yang harus
reward pada anak bila anak dapat menahan kencing dan berhasil melakukan
buang air dengan benar. Orang tua juga tidak perlu marah bila anak belum
berhasil melakukan buang air dengan benar karena pada umur 2 tahun anak belum
mampu mengontrol kandung kemih dan sfingter ani yang dengan baik, wajar bila
22
anak masih enkopresis (mengompol). Perlu juga orang tua menjelaskan tentang
toilet training, agar anak paham apa yang akan orang tua lakukan pada dia dan
menangani tidak terjadi penolakan. Orang tua juga perlu memperhatikan siklus
Dampak yang paling umum dalam kegagalan toilet training seperti adanya
perlakuan atau aturan yang ketat bagi orang tua kepada anaknya yang dapat
cenderung bersikap keras kepala bahkan kikir. Hal ini dapat dilakukan oleh orang
tua apabila sering memarahi anak pada saat buang air besar atau kecil atau
melarang anak saat bepergian. Bila orang tua santai dalam memberikan aturan
dalam toilet training maka anak akan dapat mengalami kepribadian eksprensif
dimana anak lebih tega, cenderung ceroboh, suka membuat gara – gara, emosional
Berdasarkan uraian tentang dampak latihan toilet training diatas maka dapat
Anak – anak yang telah mampu melakukan toilet training dapat dilihat dari
psikologi anak mampu melakukan toilet training sebagai berikut anak tampak
kooperatif, anak memiliki waktu kering periodenya antara 3 – 4 jam, anak buang
23
air kecil dalam jumlah yang banyak, anak sudah menunjukkan keinginan untuk
buang air besar dan buang air kecil dan waktu untuk buang air besar dan kecil
sudah dapat diperkirakan dan teratur. Kemampuan fisik dalam melakukan toilet
training yaitu anak dapat duduk atau jongkok tenang kurang lebih 2 – 5 menit,
anak dapat berjalan dengan baik, anak sudah dapat menaikkan dan menurunkan
celananya sendiri, anak merasakan tidak nyaman bila mengenakan popok sekali
pakai yang basah atau kotor, anak menunjukkan keinginan dan perhatian terhadap
kebiasaan ke kamar mandi, anak dapat memberitahu bila ingin buang air besar
atau kecil, menunjukkan sikap kemandirian, anak sudah memulai proses imitasi
mencontoh atau mengikuti orang tua atau saudaranya dan anak tidak menolak dan
dapat bekerjasama saat orang tua mengajari buang air. Kemampuan kogitif anak
bila anak sudah mampu melakukan toilet training seperti dapat mengikuti dan
menuruti instruksi sederhana, memiliki bahasa sendiri seperti peepee untuk buang
air kecil dan poopoo untuk buang air besar dan anak dapat mengerti reaksi
tubuhnya bila ia ingin buang air kecil atau besar dan dapat memberitahukan bila
a. Praktik Lisan
Usaha untuk melatih anak dengan cara memberikan instruksi pada anak
dengan kata – kata sebelum atau sesudah buang air kecil dan besar. Cara ini
merupakan hal biasa yang dilakukan pada orang tua akan tetapi apabila kita
24
perhatikan bahwa teknik lisan ini mempunyai nilai yang cukup besar dalam
memberikan rangsangan untuk buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB)
dimana dengan lisan ini persiapan psikologis pada anak akan semakin matang dan
akhirnya anak mampu dengan baik dalam melaksanakan buang air kecil (BAK)
Usaha melatih anak dalam melakukan buang air besar dengan cara meniru
untuk buang air besar atau memberikan contoh. Cara ini juga dapat dilakukan
dengan memberikan contoh – contoh buang air kecil (BAK) dan buang air besar
(BAB) atau membiasakan buang air kecil (BAK) dan besar secara benar. Teknik
memberi contoh ini dapat dilakukan dengan cara seperti anak mengamati orangtua
dengan jenis kelamin yang sama atau saudaranya yang sedang buang air (
Hidayat, 2008).
Selain dapat menggunakan metode praktik yang diatas ibu juga dapat
seperti boneka.
duduk diatas kloset sebentar dalam keadaan berpakaian lengkap. Anak diminta
menit. Ibu memberikan pujian pada anak bila anak dapat melakukan dengan baik.
25
Metode ini efektif untuk anak – anak yang memiliki jadwal buang air besar
Anak telah menunjukkan tanda kesiapan untuk latihan buang air, kemudian
anak diajrkan toilet training menggunakan boneka sebagai model. Orang tua
memberikan contoh lewat boneka kemudian orang tua meminta anak untuk
menirukan proses toilet training dengan boneka secara berulang – ulang dan anak
D. Kerangka Teori
Gambar 2.10
Kerangka Teori
Faktor predisposisi
- Pengetahuan
- Sikap
- Kepercayaan
- Keyakinan
- Nilai-nilai
Faktor pendukung
- Lingkungan Perilaku Kesehatan
- Sarana dan (Praktek toilet training
pada anak)
prasarana
Faktor pendorong
- Sikap dan perilaku
petugas kesehatan
perilaku kesehatan
E. Kerangka Konsep
Kerangka konsep yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.11