You are on page 1of 17

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Perilaku

a. Pengertian

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang

dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar

(Notoatmodjo, 2012). Menurut Bloom dalam Notoatmodjo 2012 perilaku

dibagi kedalam 3 ranah atau kawasan, yaitu :

1)Pengetahuan

a)Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi

setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yaitu:

indrapenglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan peraba. Tetapi

sebagian besar pengetahuan manusia diperleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang ( Overt behavior )

(Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan merupakan dasar terbentunya suatu perilaku.

Seseorang dikatakan kurang pengetahuan apabila dalam suatu

kondisi ia tidak mampu mengenal, menjelaskan dan menganalisis

9
10

suatu keadaan. Notoatmojo(2007) menjelaskan bahwapengetahuan

dalam domain kognitif memiliki enam tingkatan, antara lain :

1) Tahu

Tahu diartikan sebagai pengingat akan suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat

ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari.Oleh karena itu tahu merupakan

tingkat prngetahuan yang paling rendah.

2) Memahami (comprehension)

Memahami yaitu suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan

materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill

(sebenarnya).

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di

dalam suatu stuktur organisasi dan masih ada kaitannya satu

sama lain.
11

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi (evaluation)

Evalusi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

b) Pengukuran Pengetahuan

Menurut Bloom dalam Notoatmodjo 2007 mengemukakan

pengukuran pengetahuan bisa di ketahui melalui cara menanyakan

kepada seseorang agar ia mengungkapkan apa yang diketahui dalam

bentuk buku atau jawaban lisan maupun tulisan. Pengukurannya bisa

menggunakan kuesioner atau wawancara.

2) Sikap

a) Pengertian

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup

dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.Sikap secara nyata

menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus

tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang

bersifat emosional terhadap stimulus social. Sikap belum merupakan

suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi

tindakan suatu perilaku (Notoatmodjo, 2012).


12

b) Tingkatan Sikap

Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri atas berbagai

tingkatan sebagai berikut (Notoatmodjo, 2003) :

1) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang mau dan memperhatikan

stimulasi yang diberikan.

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan merupakan suatu indikasi

dari sikap.

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

c) Pengukuran sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai

pernyataan sikap seseorang.Pernyataan sikap adalah rangkaian

kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai obyek sikap yang

hendak diungkap.Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan

hal-hal yang positif mengenai obyek sikap, yaitu kalimatnya bersifat

mendukung atau memihak pada obyek sikap (Wawandkk, 2010).


13

3) Tindakan

a) Pengertian

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu

tindakan (overt behavior).Untuk mewujudkan sikap menjadi

suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendudkung atau suatu

kondisi yang memungkinkan seperti fasilitas. Praktik ini

mempunyai beberapa tingkatan sebagai berikut (Notoatmodjo,

2003) :

1) Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan

tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama

2) Respon terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan

sesuai dengan contoh merupakan indicator praktik tingkat kedua

3) Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar

secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan,

maka ia sudah mencapai praktik tingkat ketiga.

4) Adopsi (adaption)

Adaptasi merupakan suatu praktik atau tingkatkan yang sudah

berkembang dengan baik.

b) Pengukuran tindakan

Pengukuran bisa dilakukan menggunakan dua cara, yaitu

secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran perilaku yang


14

paling baik adalah melakukan pengukuran secara langsung

dengan pengamatan (observasi) yaitu mengamati tindakan dari

subjek dalam rangka memelihara kesehatannya (Notoatmodjo,

2010).Pengukuran perilaku secara tidak langsung adalah dengan

mengingat kembali (recall). Pengukuran ini dilakukan melalui

pertanyaan –pertanyaan terhadap subjek tentang apa yang

dilakukan berhubungan dengan objek tertentu.

2. Anak Usia Pra Sekolah

a. Pengertian

Anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun.

Mereka biasanya mengikuti program prasekolah. Sedangkan di

Indonesia, umumnya mereka mengikuti program tempat penitipan anak

(3 bulan – 5 tahun) dan kelompok bermain (usia 3 tahun), sedangkan

pada usia 4-6 tahun biasanya mereka mengikuti program taman kanak-

kanak (Patmonodewo, 2000). Beberapa ciri perkembangan anak pada

masa ini adalah :

1) Perkembangan motorik : dengan bertambah matangnya

perkembangan otak yang mengatur system syaraf otot

(neuromuskuler ) memungkinkan anak – anak usia ini lebih

lincah dan aktif bergerak. Dengan meningkatnya usia Nampak

perubahan dari gerakan kasar mengarak ke gerakan lebih halus

yang memerlukan kecermatan dan control otot – otot yang lebih

halus serta koordinasi. Keterampilan koordinasi harus dilatih


15

dalam hal kecepatannya, letepatannya dan keluwesannya(

Gunarsa, 2008).

2) Perkembangan bahasa dan berpikir : sebagai alat komunikasi

dan mengerti dunianya, kemapuan berbahasa lisan pada anak

akan berkembang karena selain terjadi oleh pematangan dari

organ – organ bicara dan fungsi berpikir, juga karena lingkungan

ikut membantu perkembangannya. Didalam segi berpikir, anak

berada pada tahap praoperasional dan egosentris. Dengan

bertambahnya usia, egosentris akan berkurang dan ditambah

dengan kefasihan berbicara, anak makin lama makin mampu

menggunakan simbol – simbol. Kemampuan ini diperlukan

karena pada usia ini anak mulai diperkenalkan dengan dunia

baru, yakni dunia formal (Gunarsa, 2008).

3) Perkembangan social : dunia pergaulan anak menjadi bertambah

luas. Keterampilan dan penguasaan dalam bidang fisik, motorik,

mental, emosi sudah lebih meningkat. Anak makin ingin untuk

melakukan bermacam – macam kegiatan. Pada masa ini anak

dihadapkan pada tuntutan social dan susunan emosi baru. Bila

orang tua atau lingkungan memberi cukup kebebasan dan

kesempatan untuk melakukan kegiatan, mereka mau menjawab

pertanyaan anak dan tidak menghambat fantasi dan kreasi dalam

bermain, dalam diri anak akan berkembang inisiatif. Sebaliknya,

karena pada masa ini mulai juga terpupuk kata hati, maka bila
16

ajaran moral dan disiplin ditanamkan terlalu keras dan kaku,

pada anak akan timbul perasaan bersalah ( Gunarsa, 2008 )

3. Karies

a. Pengertian Karies

Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan

kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi (pit, fisure dan daerah

interproksimal) meluas ke arah pulpa. Karies dapat dialami oleh setiap

orang dan dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih, serta dapat

meluas ke bagian yang lebih dalam dari gigi, misalnya dari email ke

dentin atau ke pulpa ( Tarigan, 2013)

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi karies gigi

Menurut Sekarsari 2012, penyebab karies gigi meliputi faktor

internal dan eksternal, yaitu :

1) Faktor internal

Ada 4 faktor penting yang saling berinteraksi dalam peran

terbentuknya karies gigi, yaitu :

a) Mikroorganisme

Dalam air ludah setiap orang mengandung 10 – 20 juta

bakteri.Jumlah maksimal bakteri ini adalah pada saat pagi hari

atau setelah makan.Keberadaan bakteri di rongga mulut, salah

satunya adalah di air ludah dan di plak, berikut ini adalah

karakteristik bakteri di plak maupun di air ludah (Tarigan,

2013).
17

b) Plak

Plak adalah suatu lapisan lengket yang tidak termineralisasi,

terisi bakteri beserta produk-produknya, serta terbentuk pada

semua permukaan gigi. Menurut Walsh (2008) produksi

asam oleh plak gigi merupakan faktor pencetus terjadinya

karies gigi, dan merupakan faktor resiko yang paling penting

terhadap proses demineralisasi gigi.

c) Air ludah atau saliva

Faktor yang paling berperan pada perbedaan keparahan

karies adalah pH saliva (Soeyonodkk, 2010). Faktor

kepekaan air ludah (viskositas saliva) sebagai bagian dari

host berpengaruh terhadap kesehatan rongga mulut karena

viskositas saliva yang lebih tinggi akan menurunkan laju

aliran (flow rate) saliva yang menyebabkan penumpukan

sisa-sisa makanan yang akhirnya dapat mengakibatkan

perkembangan karies Saliva dengan pH rendah juga dapat

menyebabkan hilangnya ion kalsium, fosfat dan hidroksil

dari Kristal hidroksiapatit. Saliva dengan pH kritis yaitu 5,5

dapat mengakibatkan disolusi hidroksiapatit yang disebut

demineralisasi pada gigi (Sulendradkk, 2013).

d) Gigi (Host)

Morfologi setiap gigi manusia berbeda-beda, permukaan

oklusal gigi memiliki lekuk dan fisur yang bermacam-macam

dengan kedalaman yang berbeda pula. Gigi dengan lekukan


18

yang dalam merupakan daerah yang sulit dibersihkan dari

sisa-sisa makanan yang melekat sehingga plak akan mudah

berkembang dan dapat menyebabkan terjadinya karies gigi

(Brown dan Dodds, 2008). Karies gigi sering terjadi pada

permukaan gigi yang spesifik baik pada gigi susu maupun

gigi permanen. Gigi susu akan mudah mengalami karies pada

permukaan yang halus sedangkan karies pada gigi permanen

ditemukan dipermukaan pit dan fisut (Ramayanti, 2013).

e) Makanan

Makanan sangat berpengaruh terhadap gigi dan mulut,

pengaruh ini dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

i) Isi dari makan yang menghasilkan energi misalnya

karbohidrat, protein, lemak, serta mineral. Unsur-unsur ini

mempengaruhi gigi geligi saat pra erupsi dan pasca erupsi.

ii) Fungsi makanan yang dimakan. Karies terjadi ketika proses

remineralisasi menjadi lebih lambat dibandingkan dengan

proses demineralisasi, serta adanya kehilangan mineral. Hal

ini dapat dicegah dengan menghindari makanan manis dan

menghilangkan plak (Tarigan, 2013).

f) Waktu

Karies merupakan penyakit yang berkembangnya

lambat dan keaktifannya berjalan bertahap serta merupakan

proses dinamis yang ditandai oleh periode demineralisasi dan

remineralisasi. Kecepatan karies anak-anak lebih tinggi


19

dibandingkan dengan kecepatan kerusakan gigi orang dewasa

(Brown dan Dodds, 2008).

2) Faktor eksternal

Selain faktor internal (faktor dalam) terdapat faktor eksternal

(faktor luar).Menurut Tarigan (2016), faktor-faktor yang

mempengaruhi terjadinya karies adalah:

a) Keturunan

Hasil penelitian terhadap 12 pasang orang tua dengan keadaan gigi

yang baik, terlihat bahwa anak-anak dari 11 pasang orang tua memeliki

keadaan gigi yang cukup baik, disamping itu dari 46 pasang orang tua

dengan persentase karies yang tinggi, hanya 1 pasang yang memiliki

anak dengan gigi yang baik, 5 pasang dengan persentase karies gigi

sedang, dan selebihnya 40 pasang lagi dengan persentase karis gigi

yang tinggi.

b) Ras

Pengaruh ras terhadap terjadinya karies gigi amat sulit ditentukan,

namun keadaan tulang rahang suatu ras bangsa mungkin berhubungan

dengan persentase karies yang semakin meningklat atau menurun.

Misalnya pada ras tertentu dengan rahang yang sempit sehingga gigi-

geligi pada rahang sering tumbuh tidak tertaur. Dengan keadaan gigi

yang tidak teratur ini akan mempersukar pembersihan gigi, dan ini akan

mempertinggi persentase karies pada ras tersebut.


20

c) Jenis kelamin

Dari pengamatan yang dilakukan oleh Milhahn-Turkeheim dalam

Putri dkk 2013 pada gigi M1 didapat hasil bahwa persentase karies gigi

pada wanita lebih tinggi dibanding dengan pria.

d) Usia

Sepanjang hidup dikenal 3 fase umur dilihat dari sudut gigi-geligi

i) Periode gigi campuran, disini molar 1 paling sering terkena karies

ii) Periode pubertas (remaja) antara 14-20 tahun, pada remaja

pubertas terjadi perubahan hormonal yang dapat menimbulkan

pembengkakan gusi, sehingga kebersihan mulut menjadi kurang

terjaga. Hal ini yang menyebabkan persentase karies gigi lebih

tinggi.

iii) Usia antara 40-50 tahun, pada usia ini sudah terjadi retraksi atau

menurunnya gusi dan papil sehingga sisa-sisa makanan sering lebih

sukar dibersihkan.

c. Tindakan pencegahan primer

Pencegahan karies merupakan proses yang kompleks dan

melibatkan beragam faktor-faktor yang tidak berkaitan. Tujuan utama

program pencegahan adalah untuk mengurangi jumlah bakteri

kariogenik. Pencegahan harus dimulai dengan mempertimbangkan

keseluruhan daya tahan pasien akan infeksi yang disebabkan oleh

bakteria kariogenik, meskipun kesehatan umum pasien, riwayat

pemajanan fluoride, dan fungsi sistem imun serta kelenjer saliva

memiliki suatu dampak yang signifikan pada resiko pasien akan


21

karies, namun pasien sendiri dapat memliki sedikit kontrol atau

faktor-faktor ini. Pasien umumnya mampu mengendalikan faktor-

faktor lainnya, seperti pola makan, kebersihan oral, penggunaan agen-

agen anti mikroba serta peralatan gigi (yang kemungkinan

melibaatkan penambalan dan restorasi).

Menurut Tarigan (2016), pencegahan karies dapat dilakukan

dengan beberapa cara:

1) Pengaturan diet

2) Kontrol plak

3) Penggunaan fluor

4) Keadaan PH mulut rendah

5) Kekurangan cairan saliva

6) Kontrol bakteri

7) Penutup fisur

Hal ini didukung oleh pendapat Duggal dkk (2014),

pencegahan karies gigi diantaranya:

1) Jangan mengonsumsi minuman yang mengandung pemanis

buatan dalam botol atau gelas minum

2) Hentikan mengonsumsi ASI yang sudah terlalu lama (kadar

laktosanya tinggi)

3) Sarankan minuman yang lebih aman (air mineral, susu, atau teh

tawar) tanpa tambahan gula

4) Sarankan cemilan yang lebih aman (buah, keju, roti, dan biskuit

tawar)
22

5) Batasi cemilan yang mengandung gula pada jam makan atau satu

hari dalam seminggu

6) Hindari makanan manis yang lengket, kenyal dan berkaramel.

Waspadai gula-gula yang tersembunyi (pada buah kering seperti

kismis, yoghurt, biskuit dengan perasa buatan, dan susu)

d. Status karies gigi anak

Instrumen yang dipakai untuk mengukur tingkat kesehatan

gigi dan mulut untuk gigi sulung adalah indeks def-t.Indeks def-t

adalah jumlah gigi sulung seluruhnya yang telah terkena karies.

Tujuan dari indeks def-t adalah untuk menentukan pengalaman

karies gigi yang terlihat pada gigi sulung dalam rongga mulut.

Untuk pencatatan def-t dilakukan dengan kriteria sebagai

berikut :

d = Decayed / Gigi karies

e = Indicated For Extracted / Indikasi untuk pencabutan

f = Filled / Gigi yang telah ditambal

Perhitungan def-t berdasarkan pada 20 gigi sulung. Adapun

gigi yang tidak dihitung adalah sebagai berikut :

1. Gigi yang hilang termasuk gigi yang belum erupsi dan

tidak ada karena kelainan genital

2. Gigi Supernumerary

3. Gigi tiruan yang disebabkan bukan karena karies gigi,

tidak dihitung sebagai filled (tambahan)


23

WHO memberikan kategori dalam perhitungan def-t berupa

derajat interval sebagai berikut :

Sangat rendah : 0,0 -1,1

Rendah : 1,2 – 2,6

Sedang : 2,7 – 4,4

Tinggi : 4,5 – 6,5

Sangat Tinggi : > 6,6 .


24

B. Kerangka Teori

Faktor Internal

1. Mikroorganisme
2. Host
KARIES GIGI
3. Makanan
4. Waktu
5. Waktu

Faktor Eksternal

1. Keturunan
2. Ras
3. Jenis Kelamin
4. Usia

Gambar 2.1. Kerangka Teori

Sumber :Tarigan, 2016


25

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis menyatakan jawaban sementara dari suatu penelitian.

Hipotesis juga dinyatakan sebagai jawaban sementara penelitian, patokan

dengan atau dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam

penelitian tersebut (Notoatmojo, 2007).

Berdasarkan kerangka konsep diatas maka hipotesis tindakan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak Ada Hubungan perilaku ibu terhadap karies gigi

dengan status karies gigi anak usia pra sekolah di paud

Srikandi kec. Wonosalam kab. Demak Tahun 2018

Ha : Ada Hubungan perilaku ibu terhadap karies gigi dengan

status karies gigi anak usia pra sekolah di paud Srikandi kec.

Wonosalam kab. Demak Tahun 2018

You might also like