You are on page 1of 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Edukasi

a. Definisi Edukasi

Edukasi atau pendidikan secara umum adalah segala upaya yang

direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau

masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku

pendidikan. Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di

dalam bidang kesehatan. Dilihat dari segi pendidikan, pendidikan kesehatan

adalah suatu pedagogik praktis atau praktek pendidikan, oleh sebab itu konsep

pendidikan kesehatan adalah konsep pendidikan yang diaplikasikan pada bidang

kesehatan. Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di

dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan

ke arah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu,

kelompok atau masyarakat (Notoadmodjo, 2003).

Menurut Maulana tahun 2009 bahwa pendidikan kesehatan adalah kegiatan

pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan

keyakinan sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga

mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.

9
10

b. Tujuan Edukasi

Edukasi kesehatan bertujuan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran

masyarakat untuk memelihara serta meningkatkan kesehatannya sendiri. Oleh

karena itu, tentu diperlukan upaya penyediaan dan penyampaian informasi untuk

mengubah, menumbuhkan, atau mengembangkan perilaku positif (Maulana,

2009). Tujuan pendidikan kesehatan menurut Undang–Undang Kesehatan No. 23

tahun 1992 maupun WHO adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan baik fisik, mental, dan sosialnya

sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial, pendidikan kesehatan

disemua program kesehatan baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi

lingkungan, gizi masyarakat pelayanan kesehatan maupun program kesehatan

lainnya.

c. Sasaran Edukasi

Sasaran edukasi kesehatan adalah mencakup individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat baik di rumah, di puskesmas, dan dimasyarakat secara terorganisir

dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku

seperti yang diharapkan dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal

(Effendy, 1998). Pendidikan kesehatan mengupayakan agar perilaku individu,

kelompok, atau masyarakat mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharaan

dan peningkatan kesehatan. Agar intervensi atau upaya tersebut efektif, maka

sebelum dilakukan intervensi perlu dilakukan analisis terhadap masalah perilaku

tersebut (Notoatmodjo, 2007).


11

d. Prinsip Edukasi Kesehatan

Menurut Mubarak tahun 2007 bahwa terdapat beberapa prinsip pendidikan

kesehatan adalah sebagai berikut:

1) Belajar mengajar berfokus pada klien, pendidikan klien adalah hubungan

klien yang berfokus pada kebutuhan klien yang spesifik.

2) Belajar mengajar bersifat menyeluruh, dalam memberikan pendidikan

kesehatan harus dipertimbangkan klien secara kesehatan tidak hanya berfokus

pada muatan spesifik saja.

3) Belajar mengajar negosiasi, pentingnya kesehatan dan klien bersama-sama

menentukan apa yang telah diketahui dan apa yang penting untuk diketahui.

4) Belajar mengajar yang interaktif, adalah suatu proses yang dinamis dan

interaktif yang melibatkan partisipasi dari petugas kesehatan dan klien.

5) Pertimbangan umur dalam pendidikan kesehatan, untuk menumbuh

kembangkan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran

sehingga perlu dipertimbangkan umur klien dan hubungan dengan proses

belajar mengajar.
12

2. Metode Jembatan Keledai

a. Definisi Jembatan Keledai

Metode mengajar adalah alat yang dapat merupakan bagian dari perangkat

alat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajar mengajar. Strategi belajar

mengajar merupakan sarana atau alat untuk mencapai tujuan belajar, maka metode

mengajar merupakan alat pula untuk mencapai tujuan belajar (Mubarak, 2007).

Jembatan keledai adalah sajak atau susunan kata-kata yang seluruh huruf awal

atau akhir tiap barisnya merupakan sebuah kata nama diri yang digunakan untuk

mengingat hal lain. Jembatan keledai itu sendiri adalah salah satu cara yang dapat

dilakukan oleh guru atau pendidik untuk memudahkan siswa untuk mengingat

sebuah materi yang diingat dengan cara menggunakan huruf awal, tengah, atau

akhir dalam sebuah kalimat atau frase tertentu (Colin, 2008).

b. Jenis Jembatan Keledai

Menurut Pherson tahun 2010 mengemukakan bahwa terdapat 2 jenis

mnemonik atau jembatan keledai yaitu:

1) Akronim adalah suatu gabungan huruf yang disusun membentuk sebuah kata.

Teknik ini berguna untuk mengingat kata-kata spesifik, sebagai contoh dalam

menghafal nama danau terbesar di Amerika yang terdiri dari Huron, Ontario,

Michigan, Superior dapat dilakukan dengan menyingkatnya menjadi

HOMES. Metode ini cukup baik untuk menghafal informasi yang tidak

banyak membutuhkan pemahaman yang rumit.

2) Akrostik adalah mengambil beberapa huruf pertama dari kata yang akan

dihafal kemudian dirangkai menjadi untaian kata yang menarik seperti Kings
13

Phil Came Over For The Games Special (Kingdom, Phylum, Class, Ordo,

Genus, Species).

Selain teknik tersebut diatas, menurut Matroji tahun 2004 terdapat teknik lain

dalam metode jembatan keledai yaitu teknik kata kunci. Teknik kata kunci

digunakan untuk mengingat kata inti dari informasi yang akan diingat, misalnya

untuk mengingat informasi tentang tugas Dewan Keamanan Liga Bangsa-Bangsa

yaitu cuckup menggunakan kata kuncinya yaitu seperti menyelesaikan

perselisihan-perselisihan internasional (perselisihan).

c. Tujuan Metode Jembatan Keledai

Menurut Kartika tahun 2013 tujuan dari metode jembatan keledai adalah

sebagai berikut:

1) Mempermudah orang dalam mengingat pengetahuan baik itu tempat, orang,

tanggal, dengan cara menghubungkan dan mengasosiasikannya dengan suatu

kejadian yang ada hubungannya atau dekat dengan dirinya.

2) Mempermudah orang dalam mengambil kembali pengetahuan yang sudah

lama sehingga dapat diungkap kembali, apabila diperlukan.

3) Mengefektifkan informasi dari short-term memory (memori jangka pendek)

menjadi long-term memory (memori jangka panjang) dengan berbagai cara

yang terdapat didalamnya.


14

d. Tahapan Belajar dalam Metode Jembatan Keledai

Menurut Joyce tahun 2009 mengungkapkan beberapa tahap yang dapat

meningkatkan daya ingat dalam metode jembatan keledai adalah sebagai berikut:

Tahap belajar pertama adalah menyediakan materi atau bahan yang akan

dipelajari, gunakan teknik menggaris bawahi atau membuat daftar hafalan. Tahap

kedua adalah membuat hubungan materi dalam tahap ini buatlah agar materi lebih

mudah untuk diingat dan dikembangkan dengan menggunakan teknik membuat

kata kunci, kata ganti, atau hubungan kata. Tahap berikutnya adalah mempertajam

daya ingat dalam hal ini dapat dapat menggunakan teknik yang dapat

mempertajam daya ingat misalnya dengan menggunakan kata-kata yang lucu dan

menggelikan atau melebih-lebihkan. Tahap terakhir adalah latihan mengulang

yaitu mengulangi materi sampai benar-benar dipahami.

3. Pengetahuan

a. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil

penggunaan panca inderanya. Berbeda sekali dengan kepercayaan, takhayul, dan

penerangan-penerangan yang keliru (Soekanto, 2003). Pengetahuan adalah hasil

mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami

baik secara disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau

pengamatan terhadap suatu objek tertentu. Perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak disadari oleh

pengetahuan, sebab perilaku ini terjadi akibat adanya paksaan atau aturan yang

mengharuskan untuk berbuat (Mubarak, 2006). Menurut penelitian Rogers tahun


15

1974 menyatakan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri

orang tersebut terjadi proses yang berurutan antara lain: Pertama, subyek

menyadari dan mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus. Kedua, subyek

tertarik terhadap stimulasi atau obyek tertentu. Ketiga, subyek mengevaluasi

terhadap baik dan tidaknnya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap

responden sudah lebih baik lagi. Keempat, subyek mulai mencoba melakukan

sesuatu dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. Kelima, subyek telah

berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap

stimulus.

b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Mubarak tahun 2007 bahwa terdapat enam tingkat pengetahuan yang

dicakup dalam domain kognitif:

1) Tahu adalah kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajai

sebelumnya, mengingat kembali termasuk terhadap suatu yang spesifik dari

seluruh bahan atau rangsangan yang telah diterima.

2) Memahami adalah kemampuan menjelaskan secara benar tetang objek yang

diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara luas.

3) Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari

pada situasi atau kondisi nyata.

4) Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek

kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi

tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.


16

5) Sintesis adalah kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-

bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau obyek.

c. Jenis Pengetahuan

Menurut Budiman dan Agus Riyanto tahun 2013 mengatakan bahwa

pemahaman masyarakat mengenai pengetahuan dalam konteks kesehatan sangat

beraneka ragam. Jenis pengetahuan diantaranya adalah sebagai berikut: Pertama,

pengetahuan implisit adalah pengetahuan yang masih tertanam dalam bentuk

pengalaman seseorang dan berisi beberapa faktor yang tidak bersifat nyata,

seperti keyakinan pribadi, perspektif, dan prinsip. Pengetahuan seseorang

biasanya sulit untuk ditransfer ke orang lain baik secara tertulis ataupun lisan.

Pengetahuan implisit sering kali berisi kebiasaan dan budaya bahkan bisa tidak

disadari. Kedua, pengetahuan eksplisit adalah pengetahuan yang telah

didokumentasikan atau disimpan dalam wujud nyata, bisa dalam wujud perilaku

kesehatan. Pengetahuan nyata dideskripsikan dalam tindakan-tindakan yang

berhubungan dengan kesehatan.

d. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Seseorang

Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku sebagai hasil

jangka menengah dari pendidikan kesehatan. Perilaku kesehatan akan

berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat sebagai keluaran

(outcome) pendidikan kesehatan (Notoatmodjo, 2011).


17

Menurut Mubarak tahun 2007 menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor

yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu:

1) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain

terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri

bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka

menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang

dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan

menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi

dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

2) Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman

dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

3) Umur

Bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan

psikologis. Pertumbuhan pada fisik secara garis besar ada empat kategori

perubahan, yang pertama adalah perubahan ukuran, yang kedua adalah

perubahan proporsi, yang ketiga adalah hilangnya ciri-ciri lama, yang

keempat adalah timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi

organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf berpikir seseorang semakin

matang dan dewasa.


18

4) Minat

Adanya suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu.

Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan

pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

5) Pengalaman

Suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan

lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang

akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap obyek

tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang

sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya, dan akhirnya

dapat pula membentuk sikap positif dalam kehidupannya.

6) Kebudayaan lingkungan sekitar

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam suatu wilayah mempunyai

budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin

masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan

lingkungan, karena lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan

sikap pribadi atau sikap seseorang (Saifuddin A, 2002).

7) Informasi

Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu

mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.


19

e. Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto tahun 2006 menyatakan bahwa membuat kategori tingkat

pengetahuan seseorang menjadi tiga tingkatan yang didasarkan pada nilai

persentase adalah sebagai berikut:

1) Tingkat pengetahuan kategori baik jika nilainya > 75%, apabila responden

mampu menjawab 11-15 pertanyaan dengan benar.

2) Tingkat pengetahuan kategori cukup jika nilainya 56-74%, apabila responden

mampu menjawab 6-10 pertanyaan dengan benar.

3) Tingkat pengetahuan kategori kurang jika nilainya < 55%, apabila responden

mampu menjawab 1-5 pertanyaan dengan benar.

4. Cuci Tangan

a. Definisi Cuci Tangan

Cuci tangan menurut WHO adalah suatu proses yang secara mekanik

melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun dan

air mengalir. Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi

dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh

manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Mencuci

tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit.

Hal ini dilakukan karena tangan seringkali menjadi agen yang membawa kuman

yang menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan

kotak langsung dan tidak langsung (Kemenkes RI, 2014).


20

Teknik mencuci tangan dengan benar menurut WHO tahun 2009 adalah

sebagai berikut:

1) Basahi tangan dengan air dan sabun antiseptik, gosok-gosok kedua

permukaan telapak tangan.

2) Gosok punggung tangan kiri dengan telapak tangan kanan dan sebaliknya.

3) Jari-jari kedua belah tangan saling digosokkan.

4) Gosok bagian luar jari-jari tangan kiri dengan telapak tangan kanan dan

sebaliknya.

5) Gosok seluruh bagian ibu jari satu persatu.

6) Gosokkan jari-jari tangan kanan ke telapak tangan kiri dan sebaliknya.

7) Lalu keringkan dengan handuk atau tisu sekali pakai dan gunakan handuk atau

tisu untuk menutup keran.

Gambar 1. Cara Mencuci Tangan (WHO, 2009).


21

b. Fakta Pentingnya Cuci Tangan

Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu cara paling efektif untuk

mencegah penyakit diare dan ISPA, yang keduanya menjadi penyebab utama

kematian anak-anak. Setiap tahun, sebanyak 3,5 juta anak-anak diseluruh dunia

meninggal sebelum mencapai umur lima tahun karena penyakit diare dan ISPA.

Mencuci tangan dengan sabun juga dapat mencegah infeksi kulit, mata, cacing

yang tinggal di dalam usus, SARS, dan flu burung (Kemenkes RI, 2014).

c. Jenis Sabun Untuk Cuci Tangan

Segala jenis sabun dapat digunakan untuk mencuci tangan baik itu sabun

mandi biasa, sabun antiseptik, ataupun sabun cair. Namun sabun antiseptik

seringkali dipromosikan lebih banyak pada publik. Hingga kini tidak ada

penelitian yang dapat membuktikan bahwa sabun antiseptik atau disinfektan

tertentu dapat membuat seseorang rentan pada organisme umum yang berada di

alam. Perbedaan antara sabun antiseptik dan sabun biasa adalah, sabun ini

mengandung zat anti bakteri umum seperti Triklosan yang memiliki datar panjang

akan resistensinya terhadap organisme tertentu. Namun zat ini tidak resistensi

untuk organisme yang tidak terdapat didaftar, sehingga mereka mungkin tidak

selektif apa yang diiklankan (Kemenkes RI, 2014). Penggunan alkohol untuk cuci

tangan dilakukan untuk menjaga kebersihan tangan dan membutuhkan waktu

sekitar 20-30 detik, sedangkan mencuci tangan dengan sabun dan air

membutuhkan waktu sekitar 40-60 detik (WHO, 2009).


22

d. Waktu yang Tepat dalam Cuci Tangan

Menurut Kemenkes RI tahun 2014 menyatakan bahwa waktu yang tepat

dalam mencuci tangan adalah sebagai berikut:

1) Sebelum menyiapkan makanan

2) Setiap kali tangan kotor

3) Setelah memegang uang

4) Setelah memegang binatang

5) Setelah berkebun

6) Setelah buang air besar

7) Setelah menceboki bayi/anak

8) Setelah menggunakan pestisida/insektisida

9) Sebelum menyusui bayi

5. Anak Usia Sekolah Dasar

Teori perkembangan kognitif yang banyak dianut pada saat ini adalah teori

perkembangan kognitif dari Piaget. Jean Piaget menyatakan bahwa anak-anak

berpikir dengan cara yang berbeda dibanding orang dewasa dan menetapkan suatu

teori pentahapan. Tahap perkembangan kognitif rentang usia anak 7-12 tahun

digambarkan dalam teori piaget sebagai berikut:

a. Tahap Operasional (usia 7-11 tahun)

Pada tahap operasional konkrit ini, anak dapat memusatkan berbagai aspek

dari situasi secara simultan. Sudah mengerti sebab akibat secara rasional dan

sistematis. Proses ini paling sering berlanjut dengan baik sampai usia remaja.
23

Anak dapat melakukan pengelompokan dari spesifik menjadi umum dan

sebaliknya.

b. Tahap Operasional Formal (mulai usia 11 tahun)

Pada tahap ini telah berkembang kemampuan penalaran abstrak dan imajinasi

pada anak.pengertian terhadap ilmu pengetahuan dan teori lebih mendalam. Hal

ini memungkinkan remaja untuk melewati dunia realitas yang konkrit ke dunia

kemungkinan dan untuk beroperasi secara logis pada simbol dan informasi yang

tidak selalu mengacu pada objek dan peristiwa di dunia nyata. Anak belajar

menciptakan ide baru, dan menggunakan ide tersebut. Anak dapat fokus pada

pernyataan verbal dan mengevaluasi validitas logis mereka tanpa membuat

petunjuk ke keadaan dunia nyata. Anak dapat berpikir seperti orang dewasa dan

memikirkan masa depannya.

6. Pengaruh edukasi cuci Tangan dengan metode jembatan keledai dalam

meningkatkan pengetahuan cuci tangan pada siswa sekolah dasar

Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu cara paling efektif untuk

mencegah penyakit diare dan ISPA, yang keduanya menjadi penyebab utama

kematian anak-anak. Setiap tahun, sebanyak 3,5 juta anak-anak diseluruh dunia

meninggal sebelum mencapai umur lima tahun karena penyakit diare dan ISPA.

Mencuci tangan dengan sabun juga dapat mencegah infeksi kulit, mata, cacing

yang tinggal di dalam usus, SARS, dan flu burung (Kemenkes RI, 2014).

Salah satu faktor untuk mencapai tujuan belajar dan menunjang keberhasilan

suatu edukasi atau pendidikan kesehatan pada siswa sekolah dasar adalah dengan

menggunakan metode mengajar. Penggunaan metode mengajar merupakan suatu


24

alat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajar (Mubarak, 2007). Edukasi

atau pendidikan dengan metode yang tepat dimana sesuai dengan perkembangan

anak usia sekolah dasar akan membuat pemberian pendidikan kesehatan menjadi

lebih efektif dan praktis diharapkan dapat menambah pengetahuan cuci tangan

pada siswa.

B. Kerangka Teori

Anak Usia Tingkat pengetahuan siswa


Sekolah Edukasi
tentang cuci tangan
Dasar

1.Definisi dan Faktor


teknik cuci pengetahuan
tangan dengan
metode
1. Pendidikan
jembatan 2. Pekerjaan
keledai
3. Umur
2.Fakta cuci
4. Minat
tangan
5. Pengalaman
3.Jenis sabun
cuci tangan 6. Kebudayaan

4.Waktu yang 7. Informasi


tepat dalam cuci
tangan

Gambar 2. Kerangka Teori (Modifikasi: Mubarak 2007 dan WHO 2009).


25

C. Kerangaka Konsep

Berdasarkan teori diatas dapat digambarkan kerangka konsep seperti:

1. Media Masa
2. Pelatihan
3. Papan Iklan
4. Gambar Cuci
Tangan

Edukasi Cuci Tangan Pengetahuan Cuci


Dengan Metode Tangan
Jembatan Keledai

Gambar 3. Kerangka Konsep

Keterangan:

Edukasi cuci tangan dengan metode jembatan keledai dan pengetahuan cuci

tangan adalah variabel yang diteliti. Dari penelitian ini variabel pengganggunya

adalah media masa, pelatihan, papan iklan, gambar cuci tangan merupakan

variabel yang tidak diteliti.

D. Hipotesis

Terdapat pengaruh edukasi cuci tangan dengan metode jembatan keledai

dalam meningkatkan pengetahuan cuci tangan pada siswa kelas V SDN

Ngrukeman dan SD IT Insan Utama di Bantul.

You might also like