You are on page 1of 15

REDUKSI KE LEVEL SURFACE

(Laporan Praktikum Eksplorasi Geomagnetik)

Oleh

Rian Pangestu
1615051027

LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
Judul Percobaan : Reduksi Ke Level Surface

Tanggal Percobaan : Senin, 14 Mei 2018

Tempat Percobaan : Gedung L Teknik Geofisika Universitas Lampung

Nama : Rian Pangestu

NPM : 1615051027

Fakultas : Teknik

Jurusan : Teknik Geofisika

Kelompok : IV (Empat)

Bandar Lampung, 21 Mei 2018


Mengetahui,
Asisten,

Rindi Antika Sari


NPM. 1515051027

i 3 cm
REDUKSI KE LEVEL SURFACE

Oleh

Rian Pangestu

ABSTRAK

Telah dilakukan praktikum Eksplorasi Geomagnetik mengenai Reduksi ke Level


Surface. Praktikum ini bertujuan agar dapat memberikan pemahaman kepada
mahasiswa urgensi penerapan transformasi ke bidang datar (level surface), dapat
menerapkan perhitungan matematis berdasarkan prinsip deret Taylor terhadap
data anomali magnetik serta agar mahasiswa dapat membedakan secara kualitatif
kontur anomali uneven surface dan level surface data anomali magnetik. Pada
praktikum ini mula-mula diberikan data anomali medan magnet berupa data excel
yang kemudian diolah menggunakan software surfer dan fortran. Dari data
anomali tersebut diolah dan direduksi terhadap topografinya. Hasil dari peta
anomali sebelum direduksi terhadap topografi dan setelah direduksi memiliki
beberapa perbedaan. Untuk pengolahan data awal pada grid data digunakan nilai x
of value nya 32 untuk t_anomali dan juga elevasinya. Untuk penampakan peta
kontur anomali yang sudah direduksi dengan topografi terlihat lebih teratur
dengan struktur yang seperti pada umumnya (bulat), sedangkan pada peta
topografi yang belum direduksi strukturnya terlihat lancip atau berbentuk seperti
segitiga. Dalam melakukan input data pada fortran, untuk pengisian data haruslah
teliti karena akan berpengaruh pada hasil output.

ii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. i
ABSTRAK ............................................................................................................ ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... iv

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Tujuan Percobaan........................................................................... 1

II. TEORI DASAR

III. METODOLOGI PRAKTIKUM


A. Alat dan Bahan ............................................................................... 4
B. Diagram Alir .................................................................................. 4

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


A. Data Pengamatan............................................................................ 6
B. Pembahasan.................................................................................... 6

V. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Metode geomagnet merupakan metode geofisika yang bersifat pasif. Metode
geomagnet memanfaatkan sifat kemagnetan dari bumi. Dengan menggunakan
metode ini akan diperoleh gambaran distribusi suseptibilitas batuan di bawah
permukaan bumi. Metode magnetik merupakan metode yang didasarkan pada
pengukuran variasi intensitas medan magnetik di permukaan bumi yang
disebabkan oleh adanya variasi distribusi benda termagnetisasi di bawah
permukaan bumi, misalnya struktur atau batu-batuan yang mempunyai
suseptibilitas magnetik yang terdapat di kerak bumi. Variasi intensitas medan
magnetik yamg terukur kemudian ditafsirkan dalam bentuk distribusi bahan
magnetik di bawah permukaan, kemudian dijadikan dasar bagi pendugaan
keadaan geologi yang mungkin teramati. Dalam survei dengan metode
magnetik yang menjadi target dari pengukuran adalah variasi medan
magnetik yang terukur di permukaan (anomali magnetik). Secara garis besar
anomali medan magnetik disebabkan oleh medan magnetik remanen dan
medan magnetik induksi. Anomali yang diperoleh dari survei merupakan
hasil gabungan medan magnetik remanen dan induksi, bila arah medan
magnet remanen sama dengan arah medan magnet induksi maka anomalinya
bertambah besar. Dalam suatu interpretasi anomali medan magnetik biasanya
dilakukan dengan menentukan kontras suseptibilitas batuan sumber anomali
dengan batuan sekitarnya. Data anomali yang akan dinterpretasi harus
dilakukan reduksi ke level surface terlebih dahulu karena salah satu
permasalahan umum dalam interpretasi dalam data anomali medan magnetik
adalah posisi data anomali yang akan diinterpretasi masih berada pada bidang
topografi, sehingga membuat kesulitan tersendiri khusunya pada saat
dilakukan pemodelan. Untuk menghilangkan pegaruh tersebut medan magnet
lokal harus dilakukan reduksi ke levelsurface, oleh sebab itu dilakkanlah
praktikum ini.
B. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pemahaman kepada mahasiswa urgensi penerapan
transformasi ke bidang datar (level surface).
2. Mahasiswa dapat menerapkan perhitungan matematis berdasarkan
prinsip deret Taylor terhadap data anomali magnetik.
3. Mahasiswa dapat membedakan secara kualitatif kontur anomali uneven
surface dan level surface data anomali magnetik.
II. TEORI DASAR

FORTRAN singkatan dari FORmula TRANslator, yang merupakan bahasa


tingkat tinggi dan berorientasi pada rumus-rumus (formula) atau ke
permasalahan teknik.Referensi pertama mengenai FORTRAN baru
dikeluarkan dalam bentuk laporan tahun1954 oleh Programming Research
Group, suatu divisi teknik terapan dari IBM baru pada tahun1957 diterapkan
pada komputer IBM 704.FORTRAN merupakan salah satu bahasa
pemrograman tingkat tinggi (high level language) yang berorientasi kepada
suatu masalah tertentu, khususnya masalah yang berkaitandengan bidang
matematika dan teknik. FORTRAN merupakan bahasa tingkat tinggi tertua
dan yang pertama. Sebelum hadir FORTRAN, bila seseorang akan
memprogram komputer, maka iaharrus menggunakan bahasa mesin yang
rumit.Bahasa ini cukup mudah dipahami dan efektif untuk digunakan.
Sehingga, bukan hal yang aneh apabila dengan cepat, bahasa ini berkembang
di masyarakat. Bahasa FORTRANditujukan terutama sebagai aplikasi di
bidang sains dan teknik. Namun saat ini, bahasa FORTRAN harus bersaing
dengan bahasa-bahasa pemrograman lain secara kompetiti (Thomson, 1976).

Medan anomali magnet merupakan bagian dari medan magnet bumi yang
ditimbulkan karena ketidakteraturan distribusi material magnetis di kerak
bumi bagian luar. Materi penyusun kerak bumi tidak homogen yang terlihat
dari adanya anomali sampaikedalaman beberapa puluh kilometer. Anomali
medan magnet bumi ini biasanya bersifat lokal sehingga tidak terlihat pada
peta-peta isomagnetik secara regional. Untuk kegiatan ekplorasi menggunakan
metode magnet bumi akan selalu berkaitan dengan anomalimedan magnet,
karena nilai anomali yang terdeteksi di lapangan akan diinterpretasiuntuk
mengidentifikasi penyebab anomali ini. Nilai medan magnet total yang
tercatat pada sensor magnet merupakan gabungan darimedan utama bumi,
variasi harian, dan medan anomali lokal. Sehingga, sebelum melakukan
interpretasi, data yang diperoleh dikoreksi atau direduksi terlebih
dahuluterhadap variasi harian (koreksi diurnal) dan medan utama bumi
(koreksi normal) untukmemperoleh nilai anomali lokalnya saja, seperti pada
rumusan di bawah ini :
ΔT = Tobs± Tvh – TIGRF.................................................. (2.1)
Tbasestasiun= Tbaseline ± Tvh................................................. (2.2)
ΔT = Tobs- Tbasestasiun....................................................... (2.3)
Dimana
ΔT : anomali magnet
Tobs: data pengamatan
3

Tvh : koreksi diurnal


TIGRF : koreksi normal
Tbasestasiun: data di base stasiun (Ardiansyah, 2014).

Dalam magnetik harus mempertimbangkan variasi arah dan besar vektor


magnetisasi. sedangkan dalam gravitasi hanya ditinjau variasi besar vektor
percepatan gravitasi. Data pengamatan magnetik lebih menunjukan sifat residual
yang kompleks. Dengan demikian, metode magnetik memiliki variasi terhadap
waktu jauh lebih besar. Pengukuran intensitas medan magnetik bisa dilakukan
melalui darat, laut dan udara. Metode magnetik sering digunakan dalam eksplorasi
pendahuluan minyak bumi, panas bumi, dan batuan mineral serta serta bisa
diterapkan pada pencarian prospeksi benda-benda arkeologi. (Blakely, 1995)

Untuk mempermudah proses pengolahan dan interpretasi data magnetik, maka


data anomali medan magnetik total yang masih tersebar di topografi harus
direduksi atau dibawa ke bidang datar. Proses transformasi ini mutlak dilakukan,
karena proses pengolahan data berikutnya mensyaratkan input anomali medan
magnetik yang terdistribusi pada biang datar. Beberapa teknik untuk
mentransformasi data anomali medan magnetik ke bidang datar, antara lain :
teknik sumber ekivalen (equivalent source), lapisan ekivalen (equivalent layer)
dan pendekatan deret Taylor (Taylor series approximaion), dimana setiap teknik
mempunyai kelebihan dan kekurangan (Sehan, 2010).

Interpretasi data anomali medan magnetik dilakukan dengan menentukan kontras


suseptibilitas batuan sumber anomali dengan batuan sekitarnya. Penentuan ini
diawali dengan melakukan pengukuran intensitas medan magnetik di permukaan
bumi. Akan tetapi data anomali yang siap untuk diinterpretasi seharusnya telah
dilakukan koreksi-koreksi ataupun reduksi terhadap variabel yang ikut terbaca
pada saat pengukuran. Akan tetapi masalah yang paling umum dalam interpretasi
data anomali medan magnetik adalah posisi data anomali yang akan diinterpretasi
masih berada pada bidang topografi, sehingga memberikan kesulitan tersendiri
khususnya pada saat dilakukan pemodelan. Transformasi data anomali medan
magnetik dari bidang topografi ke bidang datar (level surface) sangat membantu
dalam melakukan interpretasi langsung (Rasimeng, 2016).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat Praktikum
Adapun alat praktikum yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai
1. Satu set data anomaly magnetik
2. Subroutine program fortran untuk transformasi kebidang datar
3. Software Surfer
4. Laptop
5. Alat tulis

B. Diagram Alir
Adapun diagram alir pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut
Mulai

Menyiapkan data anomali magnetik total dan data totografi yang sesuai
titik anomali magnet total

Membuat peta kontur anomali dan topografi

Membuat program foltran untuk transformasi ke bidang datar

Melakukan griding data anomali dan topografi dengan basis n2

Menjalankan program foltran tersebut

Menampilkan hasil output program dalam bentuk


kontur
Selesai

Gambar A. Diagram Alir Praktikum


IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Data Pengamatan
Data pengamatan terlamapir di lampiran.

B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dibahas mengenai reduksi ke level surface. Pada
praktikum ini dimulai dengan melakukan gridding menggunakan software
Surfer pada data anomali magnetik dan elevasi. Pada praktikum ini, dibuat
batasan objek pengamatan, yaitu 32 x 32. Sehingga nilai anomali magnetik
maupun elevasi disetiap koordinat X dan Y yang diinput saat gridding hanya
sampai 1024 data. Setelah itu kedua hasil gridding tadi dibuka dan diubah
kedalam format .dat sehingga dapat diketahui nilai anomali dan elevasi
disetiap titik koordinat pengukuran. Informasi mengenai hasil grid yang telah
dibuat seperti size dan spasi dapat diketahui dengan menggunakan “grid info”.
Kedua nilai tersebut akan digunakan saat proses editing script program
fortran. Dari kedua data yang telah diubah kedalam format .dat tadi, yang
dibutuhkan hanyalah nilai anomali dan elevasi saja, sehingga nilai koordinat X
dan Y harus dihapus. Setelah itu kedua hasil gridding tadi dibuka dan diubah
kedalam format .dat sehingga dapat diketahui nilai anomali dan elevasi
disetiap titik koordinat pengukuran. Informasi mengenai hasil grid yang telah
dibuat seperti size dan spasi dapat diketahui dengan menggunakan “grid info”.
Kedua nilai tersebut akan digunakan saat proses editing script program
fortran. Dari kedua data yang telah diubah kedalam format .dat tadi, yang
dibutuhkan hanyalah nilai anomali dan elevasi saja, sehingga nilai koordinat X
dan Y harus dihapus. koordinat X dan Y yang diinput saat gridding hanya
sampai 1024 data.

Ubah data gridding kedalam format .dat sehingga dapat diketahui nilai
anomali dan elevasi disetiap titik koordinat pengukuran. Informasi mengenai
hasil grid yang telah dibuat seperti size dan spasi dapat diketahui dengan
menggunakan “grid info”. Kita juga harus menggabungkan data fortan
(LSR.for) dengan data gridding kedalam satu folder. Kedua nilai tersebut
untuk geometry nya X spacing sebesar 424.32258064516 dan Y spacing
sebesar 387.93548387097. Data spacing tersebut dimasukkan pada script
fortran untuk first iteration, second iteration dan juga third iteration. Setelah
itu kemudian build data dan pilih compile dan pilih execute LSR.exe. Jika
data yang diinput benar, maka pada bagian bawah akan terlihat jumlah error
6

dan warningnya. Pada praktikum ini, sebelumnya mengalami error, dimana


data hasil pengolahan tidak keluar, padahal semua data yang dibutuhkan telah
di masukan, untuk tetap dapat mendapatkan hasil reduksi akhirnya dilakukan
pengulangan pengolahan data dari awal, setelah itu muncul aplikasi dari
software fortran, lakukan pengeklikan duakali pada aplikasi tersebut lalu akan
muncul output dalam bentuk .dat, output ini erupakan data magnetic yang
telah dilakukan reduksi ke level surface, data ini digabungkan dengan
koordinat sebelumnya yang kemudian akan di gridding antara koordinat,
dengan nilai anomaly magnetic yang telah dilakukan reduksi ke level surface,
kemudian lakukan pembuatan kontur antara anomaly magnetic yang belum
dilakukan reduksi dengan anomaly yangtelah dilakukan reduksi, sehingga
kontur yang didapat bisa dilakuakan perbandingan sebelum dan sesudah
dilakukannya reduksi.

Proses reduksi ini berpengaruh dan penting untuk dilakukan karena kita akan
mencari perbedaan kontur peta anomali sebelum dan sesudah direduksi.
Transformasi dari hasil reduksi ini akan mempermudan interpretasi data
anomali magnetik karena dari yang sebelumnya masih berada pada bidang
topografi ditransformasi ke bidang datar (level surface). Terlihat jelas
perbedaan kontur yang sudah direduksi dan belum direduksi. Pada peta
anomali yang belum direduksi bentuknya masih kurang indah untuk
dipandang karena bentuknya yang seperti triangle lancip sedangkan peta
kontur anomali yang telah direduksi bentuknya seperti peta anomali biasanya
yang berbentuk bulat atau melengkung. Dapat kita lihat peta kontur anomali
setelah direduksi ke bidang datar, akan terlihat undulasi pengaruh dari
topografi telah tereduksi dan kontur anomaly terlihat lebih halus. Kedua peta
kontur ini memiliki skala yang sama dan letaknya juga sama, namun peta
kontur anomali ini terlihat rapi pada saat sudah direduksi. Skala warna pada
peta kontur ini terdiri dari beberapa warna. Proses transformasi ini mutlak
dilakukan, karena proses pengolahan data berikutnya mensyaratkan input
anomali medan magnetik yang terdistribusi pada bidang datar.

Ada beberapa teknik untuk mentransformasi data anomali medan magnetik ke


bidang datar, salah satunya yaitu pendekatan Taylor. Deret Taylor
menggunakan turunan sebuah fungsi yang dihitung pada suatu titik untuk
mengekstrapolasi fungsi terhadap titik yang berdekatan. Deret Taylor
diterapakan sebagai suatu teknik untuk memodifikasi bentuk benda penyebab
anomaly agar bisa memecahkan problem invers nonlinier. Deret Taylor juga
digunakan untuk memprediksi harga suatu medan potensial pada titik-titik
yang jauh dari permukaan observasi.
7

Data anomali medan magnet total direduksi ke kutub dengan tujuan dapat
melokalisasi daerah-daerah dengan anomali maksimum tepat berada di atas
tubuh benda penyebab anomali, sehingga dapat mempermudah dalam
melakukan interpretasi. Reduksi ke kutub dilakukan dengan cara membuat
sudut inklinasi benda menjadi 90˚ dan deklinasinya 0˚. Hal ini dilakukan
karena pada kutub magnetik arah dari medan magnet bumi ke bawah dan arah
dari induksi magnetisasinya ke bawah juga. Data hasil dari reduksi ke kutub
ini sudah dapat dilakukan interpretasi kualitatif. Metode reduksi ke kutub
magnetik bumi dapat mengurangi salah satu tahap yang rumit dari proses
interpratasi, dimana anomali medan magnetik menunjukkan langsung posisi
bendanya. Proses transformasi reduksi ke kutub dilakukan dengan mengubah
arah magnetisasi dan medan utama dalam arah vertikal, tetapi masih
disebabkan oleh sumber yang sama.Bentuk anomali magnetik bergantung
pada bentuk dan distribusi masa bagaimana diilustrasikan dengan distribusi
densitas batuan (ρ). Berbeda dengan anomali gravitasi, anomali magnetik
lebih kompak. Hal ini dikarenakan oleh bentuk anomali magnetik tidak hanya
bergantung pada bentuk bodi batuan dan kerentanan magnet (k), tetapi juga
bergantung pada arah kemagnetan dan arah medan regional daerah target.
V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari hasil praktikum yang telah dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Metode reduksi ke kutub magnetik bumi dapat mengurangi salah satu tahap
yang rumit dari proses interpratasi, dimana anomali medan magnetik
menunjukkan langsung posisi bendanya.
2. Kontur anomali setelah direduksi ke bidang datar, akan terlihat undulasi
pengaruh dari topografi telah tereduksi dan kontur anomaly terlihat lebih
halus. Peta kontur anomali ini terlihat rapi pada saat sudah direduksi. Skala
warna pada peta kontur ini terdiri dari beberapa warna.
3. Deret Taylor diterapakan sebagai suatu teknik untuk memodifikasi bentuk
benda penyebab anomaly agar bisa memecahkan problem invers nonlinier.
Deret Taylor juga digunakan untuk memprediksi harga suatu medan potensial
pada titik-titik yang jauh dari permukaan observasi.
4. Pada proses compile build ini tidak boleh dua kali karena data akan tertumpuk
dan tidak bisa ditampilkan nantinya. Dan pada saat pengisian data untuk script
pada fortran harus cermat dan teliti agar data tidak mengalami error.
DAFTAR PUSTAKA

Andre. 2015. Koreksi – Koreksi Pada Pengolahan Data Geofisika. UNPAD.

Blakely, R.J. 1995. Potensial Theory In Gravity and Magnetic Applications.


Cambridge University Press.

Rasimeng, S. 2005. Transformasi Data Anomali Medan Magnetik Pada Bidang


Topografi Ke Level Surface Dengan Menggunakan Pendekatan Deret
Taylor Studi Kasus : Data Anomali Medan Magnetik Daerah Potensi
Panas Bumi Ulubelu. Processing Seminar PPD HEDS BKS-PTN
Wilayah barat. Jakarta.

Rasimeng, S. 2008. Analisis Sesar Gunung Rajabasa Lampung Selatan Sebagai Daerah
Prospek Geothermal Berdasarkan Data Anomali Medan Magnet Total, Jurnal Sains
dan Teknologi MIPA. Edisi Khusus Vol. 13. Nomor 13. Universitas Lampung :
Bandar Lampung.

Renovita, Rosita. 2011. http://www.academia.edu/12623679/Laporan_Akhir_


Workshop_ Geofisika. diakses pada hari kamis, 29 Oktober 2015, pukul
20.00 WIB.

Rohayat, R. 2011. http://digilib.unila.ac.id/487/7/Rohayat_Bab%20IV.pdf.


diakses pada hari kamis, 20 Oktober 2015, pukul 20.30.
LAMPIRAN
Data Percobaan

Hasil praktikum

Sebelum reduksi Setelah reduksi

You might also like