Professional Documents
Culture Documents
Level Surface
Level Surface
Oleh
Rian Pangestu
1615051027
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
Judul Percobaan : Reduksi Ke Level Surface
NPM : 1615051027
Fakultas : Teknik
Kelompok : IV (Empat)
i 3 cm
REDUKSI KE LEVEL SURFACE
Oleh
Rian Pangestu
ABSTRAK
ii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. i
ABSTRAK ............................................................................................................ ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Tujuan Percobaan........................................................................... 1
V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metode geomagnet merupakan metode geofisika yang bersifat pasif. Metode
geomagnet memanfaatkan sifat kemagnetan dari bumi. Dengan menggunakan
metode ini akan diperoleh gambaran distribusi suseptibilitas batuan di bawah
permukaan bumi. Metode magnetik merupakan metode yang didasarkan pada
pengukuran variasi intensitas medan magnetik di permukaan bumi yang
disebabkan oleh adanya variasi distribusi benda termagnetisasi di bawah
permukaan bumi, misalnya struktur atau batu-batuan yang mempunyai
suseptibilitas magnetik yang terdapat di kerak bumi. Variasi intensitas medan
magnetik yamg terukur kemudian ditafsirkan dalam bentuk distribusi bahan
magnetik di bawah permukaan, kemudian dijadikan dasar bagi pendugaan
keadaan geologi yang mungkin teramati. Dalam survei dengan metode
magnetik yang menjadi target dari pengukuran adalah variasi medan
magnetik yang terukur di permukaan (anomali magnetik). Secara garis besar
anomali medan magnetik disebabkan oleh medan magnetik remanen dan
medan magnetik induksi. Anomali yang diperoleh dari survei merupakan
hasil gabungan medan magnetik remanen dan induksi, bila arah medan
magnet remanen sama dengan arah medan magnet induksi maka anomalinya
bertambah besar. Dalam suatu interpretasi anomali medan magnetik biasanya
dilakukan dengan menentukan kontras suseptibilitas batuan sumber anomali
dengan batuan sekitarnya. Data anomali yang akan dinterpretasi harus
dilakukan reduksi ke level surface terlebih dahulu karena salah satu
permasalahan umum dalam interpretasi dalam data anomali medan magnetik
adalah posisi data anomali yang akan diinterpretasi masih berada pada bidang
topografi, sehingga membuat kesulitan tersendiri khusunya pada saat
dilakukan pemodelan. Untuk menghilangkan pegaruh tersebut medan magnet
lokal harus dilakukan reduksi ke levelsurface, oleh sebab itu dilakkanlah
praktikum ini.
B. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pemahaman kepada mahasiswa urgensi penerapan
transformasi ke bidang datar (level surface).
2. Mahasiswa dapat menerapkan perhitungan matematis berdasarkan
prinsip deret Taylor terhadap data anomali magnetik.
3. Mahasiswa dapat membedakan secara kualitatif kontur anomali uneven
surface dan level surface data anomali magnetik.
II. TEORI DASAR
Medan anomali magnet merupakan bagian dari medan magnet bumi yang
ditimbulkan karena ketidakteraturan distribusi material magnetis di kerak
bumi bagian luar. Materi penyusun kerak bumi tidak homogen yang terlihat
dari adanya anomali sampaikedalaman beberapa puluh kilometer. Anomali
medan magnet bumi ini biasanya bersifat lokal sehingga tidak terlihat pada
peta-peta isomagnetik secara regional. Untuk kegiatan ekplorasi menggunakan
metode magnet bumi akan selalu berkaitan dengan anomalimedan magnet,
karena nilai anomali yang terdeteksi di lapangan akan diinterpretasiuntuk
mengidentifikasi penyebab anomali ini. Nilai medan magnet total yang
tercatat pada sensor magnet merupakan gabungan darimedan utama bumi,
variasi harian, dan medan anomali lokal. Sehingga, sebelum melakukan
interpretasi, data yang diperoleh dikoreksi atau direduksi terlebih
dahuluterhadap variasi harian (koreksi diurnal) dan medan utama bumi
(koreksi normal) untukmemperoleh nilai anomali lokalnya saja, seperti pada
rumusan di bawah ini :
ΔT = Tobs± Tvh – TIGRF.................................................. (2.1)
Tbasestasiun= Tbaseline ± Tvh................................................. (2.2)
ΔT = Tobs- Tbasestasiun....................................................... (2.3)
Dimana
ΔT : anomali magnet
Tobs: data pengamatan
3
A. Alat Praktikum
Adapun alat praktikum yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai
1. Satu set data anomaly magnetik
2. Subroutine program fortran untuk transformasi kebidang datar
3. Software Surfer
4. Laptop
5. Alat tulis
B. Diagram Alir
Adapun diagram alir pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut
Mulai
Menyiapkan data anomali magnetik total dan data totografi yang sesuai
titik anomali magnet total
A. Data Pengamatan
Data pengamatan terlamapir di lampiran.
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dibahas mengenai reduksi ke level surface. Pada
praktikum ini dimulai dengan melakukan gridding menggunakan software
Surfer pada data anomali magnetik dan elevasi. Pada praktikum ini, dibuat
batasan objek pengamatan, yaitu 32 x 32. Sehingga nilai anomali magnetik
maupun elevasi disetiap koordinat X dan Y yang diinput saat gridding hanya
sampai 1024 data. Setelah itu kedua hasil gridding tadi dibuka dan diubah
kedalam format .dat sehingga dapat diketahui nilai anomali dan elevasi
disetiap titik koordinat pengukuran. Informasi mengenai hasil grid yang telah
dibuat seperti size dan spasi dapat diketahui dengan menggunakan “grid info”.
Kedua nilai tersebut akan digunakan saat proses editing script program
fortran. Dari kedua data yang telah diubah kedalam format .dat tadi, yang
dibutuhkan hanyalah nilai anomali dan elevasi saja, sehingga nilai koordinat X
dan Y harus dihapus. Setelah itu kedua hasil gridding tadi dibuka dan diubah
kedalam format .dat sehingga dapat diketahui nilai anomali dan elevasi
disetiap titik koordinat pengukuran. Informasi mengenai hasil grid yang telah
dibuat seperti size dan spasi dapat diketahui dengan menggunakan “grid info”.
Kedua nilai tersebut akan digunakan saat proses editing script program
fortran. Dari kedua data yang telah diubah kedalam format .dat tadi, yang
dibutuhkan hanyalah nilai anomali dan elevasi saja, sehingga nilai koordinat X
dan Y harus dihapus. koordinat X dan Y yang diinput saat gridding hanya
sampai 1024 data.
Ubah data gridding kedalam format .dat sehingga dapat diketahui nilai
anomali dan elevasi disetiap titik koordinat pengukuran. Informasi mengenai
hasil grid yang telah dibuat seperti size dan spasi dapat diketahui dengan
menggunakan “grid info”. Kita juga harus menggabungkan data fortan
(LSR.for) dengan data gridding kedalam satu folder. Kedua nilai tersebut
untuk geometry nya X spacing sebesar 424.32258064516 dan Y spacing
sebesar 387.93548387097. Data spacing tersebut dimasukkan pada script
fortran untuk first iteration, second iteration dan juga third iteration. Setelah
itu kemudian build data dan pilih compile dan pilih execute LSR.exe. Jika
data yang diinput benar, maka pada bagian bawah akan terlihat jumlah error
6
Proses reduksi ini berpengaruh dan penting untuk dilakukan karena kita akan
mencari perbedaan kontur peta anomali sebelum dan sesudah direduksi.
Transformasi dari hasil reduksi ini akan mempermudan interpretasi data
anomali magnetik karena dari yang sebelumnya masih berada pada bidang
topografi ditransformasi ke bidang datar (level surface). Terlihat jelas
perbedaan kontur yang sudah direduksi dan belum direduksi. Pada peta
anomali yang belum direduksi bentuknya masih kurang indah untuk
dipandang karena bentuknya yang seperti triangle lancip sedangkan peta
kontur anomali yang telah direduksi bentuknya seperti peta anomali biasanya
yang berbentuk bulat atau melengkung. Dapat kita lihat peta kontur anomali
setelah direduksi ke bidang datar, akan terlihat undulasi pengaruh dari
topografi telah tereduksi dan kontur anomaly terlihat lebih halus. Kedua peta
kontur ini memiliki skala yang sama dan letaknya juga sama, namun peta
kontur anomali ini terlihat rapi pada saat sudah direduksi. Skala warna pada
peta kontur ini terdiri dari beberapa warna. Proses transformasi ini mutlak
dilakukan, karena proses pengolahan data berikutnya mensyaratkan input
anomali medan magnetik yang terdistribusi pada bidang datar.
Data anomali medan magnet total direduksi ke kutub dengan tujuan dapat
melokalisasi daerah-daerah dengan anomali maksimum tepat berada di atas
tubuh benda penyebab anomali, sehingga dapat mempermudah dalam
melakukan interpretasi. Reduksi ke kutub dilakukan dengan cara membuat
sudut inklinasi benda menjadi 90˚ dan deklinasinya 0˚. Hal ini dilakukan
karena pada kutub magnetik arah dari medan magnet bumi ke bawah dan arah
dari induksi magnetisasinya ke bawah juga. Data hasil dari reduksi ke kutub
ini sudah dapat dilakukan interpretasi kualitatif. Metode reduksi ke kutub
magnetik bumi dapat mengurangi salah satu tahap yang rumit dari proses
interpratasi, dimana anomali medan magnetik menunjukkan langsung posisi
bendanya. Proses transformasi reduksi ke kutub dilakukan dengan mengubah
arah magnetisasi dan medan utama dalam arah vertikal, tetapi masih
disebabkan oleh sumber yang sama.Bentuk anomali magnetik bergantung
pada bentuk dan distribusi masa bagaimana diilustrasikan dengan distribusi
densitas batuan (ρ). Berbeda dengan anomali gravitasi, anomali magnetik
lebih kompak. Hal ini dikarenakan oleh bentuk anomali magnetik tidak hanya
bergantung pada bentuk bodi batuan dan kerentanan magnet (k), tetapi juga
bergantung pada arah kemagnetan dan arah medan regional daerah target.
V. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari hasil praktikum yang telah dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Metode reduksi ke kutub magnetik bumi dapat mengurangi salah satu tahap
yang rumit dari proses interpratasi, dimana anomali medan magnetik
menunjukkan langsung posisi bendanya.
2. Kontur anomali setelah direduksi ke bidang datar, akan terlihat undulasi
pengaruh dari topografi telah tereduksi dan kontur anomaly terlihat lebih
halus. Peta kontur anomali ini terlihat rapi pada saat sudah direduksi. Skala
warna pada peta kontur ini terdiri dari beberapa warna.
3. Deret Taylor diterapakan sebagai suatu teknik untuk memodifikasi bentuk
benda penyebab anomaly agar bisa memecahkan problem invers nonlinier.
Deret Taylor juga digunakan untuk memprediksi harga suatu medan potensial
pada titik-titik yang jauh dari permukaan observasi.
4. Pada proses compile build ini tidak boleh dua kali karena data akan tertumpuk
dan tidak bisa ditampilkan nantinya. Dan pada saat pengisian data untuk script
pada fortran harus cermat dan teliti agar data tidak mengalami error.
DAFTAR PUSTAKA
Rasimeng, S. 2008. Analisis Sesar Gunung Rajabasa Lampung Selatan Sebagai Daerah
Prospek Geothermal Berdasarkan Data Anomali Medan Magnet Total, Jurnal Sains
dan Teknologi MIPA. Edisi Khusus Vol. 13. Nomor 13. Universitas Lampung :
Bandar Lampung.
Hasil praktikum