You are on page 1of 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Dasar Teori


a. Pengertian tablet
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak,
dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau
cembung, mengandung satu jenis obatatau lebih dengan atau tanpa zat
tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat
pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelicin, zat pembasah atau zat
lain yang cocok (Dirjen pom,1979).
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi.Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan
sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Tablet merupakan bentuk sediaan
farmasi yang paling banyak tantangannya didalam mendesain dan
membuatnya. Misalnya kesukaran untuk memperoleh bioavailabilitas
penuhdan dapat dipercaya dari obat yang sukar dibasahi dan
melarutkannya lambat, begitu juga kesukaran untuk mendapatkan
kekompakan kahesi yang baik dari zat amorf atau gumpalan.
Namun demikian, walaupun obat tersebut baik kempanya,
melarutnya, dan tidak mempunyai masalah bioavailabilitas, mendesain
dan memproduksi obat itu masih penuh tantangan, sebab masih banyak
tujuan bersaing dari bentuk sediaan ini (Dirjen pom,1995).
b. Tablet salut
Tablet salut gula adalah tablet kempa yang disalut dengan beberapa
lapisan tipis berturut-turut dengan larutan sukrosa dengan atau tanpa
pewarna. Penyalut ini berguna karena dapat melindungi bahan obat
dengan berperan sebagai barrier terhadap kelembaban dan udara,
menutupi bahan obat yang rasa dan baunya tidak enak dan memperbaiki
penampilan tablet. Salut dapat bervariasi dalam ketebalan dan warna dari
tambahan bahan-bahan celupan ke salut gula ( King, 1984 ).
Perbedaannya dengan salut gula adalah tablet salut gula merupakan
tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapis lapisan gula baik
berwarna maupun tidak. Supaya dapat menahan bantingan selama proses
penyalutan tablet inti harus memiliki resistensi dan kekerasan yang cukup
di dalam panci penyalut yang berputar terus menerus selama proses
berlangsung. Kekerasan yang cukup juga akan berperanan
memperlambat penyalut pada waktu dilakukan penyalutan dan sebaiknya
permukaan tablet berbentuk. Bentuk tablet inti yang ideal untuk disalut
ialah: sferis, elip, bikonvek bulat atau bikonvekoval. Tinggi antara
permukaan tablet sedapat mungkin agak rendah ( Ansel, 1989 ).
Tablet-tablet yang akan disalut harus mempunyai sifat fisik tertentu
yang sesuai. Dalam proses penyalutan, tablet-tablet bergulir di dalam
panci atau berhamburan dalam aliran udara dari suatu penyalut suspensi
udara ketika proses penyalutan berlangsung. Agar mampu menahan
benturan sesama tablet atau benturan tablet dengan dinding panci, maka
tablet harus tahan terhadap abrasi dan gumpil. Permukaan tablet yang
rapuh, yang lunak oleh pemanasan, atau yang rusak oleh campuran
penyalut, cenderung menjadi kasar pada tahap awal proses penyalutan
dan tidak cocok untuk disalut dengan lapisan tipis. Bahan penyalut yang
membentuk lapisan tipis melekat ke seluruh permukaan yang terpapar,
sehingga permukaan yang tidak sempurna akan disalut dan tidak
dibuang. Mutu dari penyalut lapisan tipis yang melekat pada tablet cetak
biasanya lebih banyak tergantung pada mutu tablet awal yang dipakai
dalam proses, daripada waktu yang dibutuhkan dalam penyalutan gula.
Penyalutan gula mengandung banyak zat padat, sehingga lebih
lambat mengering dan dapat mengisi banyak cacat kecil di permukaan
tablet yang dapat terjadi pada tahap awal proses penyalutan selain
permukaan yang halus, maka bentuk fisik tablet juga sangat penting.
Bentuk ideal tablet yang akan disalut adalah bulat, yang memungkinkan
tablet tersebut bergulir bebas di dalam panci penyalut, dengan kotak
sekecil mungkin sesama tablet (Augsburger, 2008).
Proses penyalutan tablet terbagi atas beberapa tahap yaitu:
protective, gum syrup, built up syrup, smoothing syrup, colouring syrup,
dan polishing. Lapisan penutup merupakan tahap pemberian lapisan
pelindung agar air dari larutan berikutnya tidak masuk ke dalam tablet
inti. Lapisan elastis merupakan lapisan dasar dari salut gula yang
bertujuan untuk melapisi gum syrup agar tablet tidak retak selama proses
atau selama penyimpanan. Bahan-bahan yang akan dituang diaduk lebih
dahulu, kemudian masukkan CaCO3 secukupnya, aduk kembali sampai
semua serbuk melapisi tablet baru kemudian dialirkan udara panas. Built
up syrup merupakan proses pemberian lapisan sebenarnya dari salut gula,
sedangkan smoothing syrup bertujuan untuk membuat permukaan tablet
licin sehingga zat warna dapat melapisi tablet secara merata. Colouring
bertujuan untuk memberikan warna pada permukaan tablet dan polishing
merupakan proses pengkilatan permukaan tablet sehingga menjadi
mengkilat ( Asmarini, 2007 )
c. Kelebihan dan kekurang Tablet
1. kelebihan tablet
a. Lebih mudah disimpan
b. Memiliki usia pakai yang lebih panjang dibanding obat bentuk
lainnya
c. Bentuk obatnya lebih praktis
d. Konsentrasi yang bervariasi.
e. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan
tertinggal ditenggorokan terutama bila tersalut yang
memungkinkan pecah atau hancurnya tablet tidak terjadi.
f. Bentuk sediaan oral untuk ketetapan ukuran serta variabilitas
kandungan yang paling lemah.
g. Bentuk pengobatan dengan menggunakan tablet lebih disukai
karena bersih, praktis dan efisien.
h. Sifat alamiah dari tablet tidak dapat dipisahkan, kualitas bagus
dan dapat dibawah kemana-mana, bentuknya kompak, fleksibel
dan mudah pemberiannya.
2. Kekurangan tablet
a. Tablet dan semua obat harus disimpan diluar jangkauan anak-
anak
b. Orang yang sukar menelan atau meminum obat
c. Beberapa obat tidak dapat dikepek menjadi padat dan kompak
d. Beberapa bahan obat sulit dikompresi (volumminous)
e. Obat-obat yang pahit dan berbau harus disalut.
II.2 Studi Preformulasi Zat Aktif
- Kelarutan : Sedikit larut dalam air, larut dalam alkohol, praktis
tidak larut dalam kloroform dan eter, sedikit larut
dalam aseton, bebas larut dalam metil alkohol
(Martindale, 2009)
- Pka : 4,2 ( Moffat etall, 2011
- Inkompatibilitas :-
- Stabilitas : Simpan pada suhu 30oc ( 86 of ) terlindung dari
kelembaban dan dalam wadah tertutup rapat (Lacy,
2011 )
- Koefisien partisi : 45 ( Moffat et all, 2011 )
- Dosis : 70 – 150 mg ( Moffat et all, 2011 )
- Efek farmakologi : Reversibel menghambat enzim Cycloxygenase 1
dan 2, yang berakibat pada penurunan
pembentukan prekursor prostaglandin, memiliki
sifat antipiretik, analgesik dan anti inflamasi
mekanisme lain tidak sepenuhnya dijelaskan
(mungkin berkontribusi) terhadap efek anti
inflamsi pada berbagai tingkat termasuk
menghambat agregasi laktivasi neutrefil dan
menurunkan tingkat silokin proinflamasi (Lacy,
2011 ).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
II.1.1 Definisi Tablet
Menurut farmakope Indonesia edisi III. Tablet adalah sediaan padat,
kompak, dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler,
kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih
dengan atau tanpa zat tambahan.
Dimana zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai bahan
pengisi, zat pengikat, zat pelincir, zat pengembang, zat pembasah atau zat lain
yang cocok.
Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau
granul menggunakan cetak baja. Tablet di buat dengan 3 cara umum yaitu
granulasi basah, granulasi kering dan kempa langsung. Tujuan granulasi basah
dan kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran atau kemampuan
kempa
Granulasi kering dilakukan dengan cara menekan masa serbuk pada
tekanan tinggi sehingga menjadi tablet besar yang tidak berbentuk
baik,kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran
partikel yang diinginkan. Keuntungan granulasi kering adalah tidak diperlukan
panas dan kelembaban dalam proses granulasi (Anonim, 1979)
Tablet adalah suatu sediaan padat baik yang mengandung maupun tidak
mengandung bahan-bahan tambahan seperti lubricant, disintegrant, diluents
atau zat pengisi, dan zat-zat tambahan yang lainnya. Ada beberapa macam
tablet berdasarkan proses pengerjaannya, yaitu : Tablet dengan Proses
Granulasi Basah (* Wet Granulation ), Tablet dengan proses Granulasi Kering
( Dry Granulation, dan juga dengan Direct Compress ( Kempa Langsung )).
Seluruh macam tablet tersebut memiliki karakteristik trsendiri. Dan juga
memiliki syarat-syarat tersendiri dalam pembuatannya. (Siregar, 2008)
Dalam pembuatan tablet, zat berkhasiat, zat lain kecuali zat-zat pelicin
dibuat granul (butiran kasar), karena serbuk halus tidak mengisi cetakan tablet
dengan baik, maka dibuat granul agar mudah mengalir (free flowing) mengisi
cetakan serta menjaga agar tablet tidak retak (caping).
Berdasarkan sifat fisika kimia dari bahan obat, maka tablet dapat dibuat dengan
berbagai cara :
1. Cara Basah
a. Granulasi basah
Merupakan cara yang paling umum dan banyak dilakukan, karena
hampir semua jenis bahan aktif dapat diproses secara granulasi basah.
Disebut granulasi basah karena di dalam proses pembuatan granulnya
mempergunakan larutan bahan pengikat, dimana campuran serbuk
ditambah dengan larutan bahan pengikat atau dalam bentuk mucilage
sampai terbentuk masa yang konsistensinya dapat dikepal.
Cara pembuatan tablet granulasi basah :
a) Menghaluskan bahan aktif / aktif / eksipien
b) Mencampur semua komponen untuk tablet
c) Membuat larutan pengikat
d) Mencampur larutan pengikat dengan campuran bahan komponen obat,
untuk membentuk masa yang basah.
e) Mengayak secara kasar masa basah, dengan ayakan ukuran mesh 14.
f) Mengeringkan granul basah
g) Mengayak granul kering melalui ayakan ukuran mesh 16
h) Mencampur granul kering yang sudah diayak dengan bahan pelincir
dan penghancur luar.
i) Pencetakat tablet.
b. Granulasi dasar
Tablet yang dibuat dengan granulasi dasar yaitu bahan obat yang
tidak stabil dengan adanya air atau terurai dengan adanya panas. Sifat
aliran dan daya kompresibilitasnya jelek, dimana tahap-tahap
pengerjaannya sama dengan cara granulasi basah. Hanya pada granulasi
dasar bahan obat tidak di granulasi bersama-sama dengan bahan
pembantu, seperti bahan pengisi, penghancur dalam tetapi ditambahkan
pada tahap lubrikasi dalam bentuk serbuk halus atau fine kedalam granul
bersama-sama dengan penghancur luar dan bahan lubrikan.
Pada cara granulasi dasar ini perlu diperhitungkan terlebih dahulu
jumlah fine dalam masa cetak ini karena dapat menimbulkan kesulitan
selama proses pencetakan. Fine dalam cara ini berasal dari bahan obat,
bahan penghancur luar, bahan lubrikan juga berasal dari hasil
pengayakan granul yang dikeringkan.
c. Cara-cara khusus
Cara-cara khusus ini juga bertujuan untuk menghasilkan granul
baik yang mengandung bahan obat sendiri maupun granul-granul dari
bahan pembantu tablet. Granul-granul yang dihasilkan dengan cara ini
digunakan untuk kondisi-kondisi tertentu karena harganya mahal.
Cara-cara khusus ini ada tiga cara pengerjaannya :
1. Soray congealing
Cara ini juga dikenal sebagai cara spray chilling yang mirip dengan
cara spray drying tetapi tanpa menggunakan panas.
Bahan obat yang dapat diproses dengan cara ini terlebih dahulu
dilarutkan atau disuspensikan dalam lelehan malam. Lelehan ini
disemprotkan kedalam udara yang mengalir, udara yang mengalir ini
sejuk / dingin tergantung pada titik beku dari produk, sebagai contoh
monogliserida memerlukan udara dingin sekitar 10oC. granul yang
dihasilkan dengan cara ini memiliki sifat mudah mengalir dan sifat
kemudahan dalam pencetakan.
2. Spray drying
Serbuk bahan obat / bahan-bahan pembantu tablet dalam keadaan
halus ditiup dengan angin turbulensi kemudian disemprotkan bahan
penyalut dalam bentuk larutan disperse secara berkala. Serbuk-serbuk
yang baru dibasahi ini dikeringkan dengan udara hangat yang telah
disaring terlebih dahulu kemudian hasil kering ini dibawa bersama
udara tersebut ketempat penampungan.
Bahan obat dalam bentuk padat ataupun cairan dapat dip roses
secara spray drying ini seperti Vitamin A dan Vitamin D yang larut di
dalam minyak dapat disalut dengan larutan bahan pengikat sehingga
tidak mudah terurai.
Bahan pembantu yang sering dip roses dengan cara ini adalah
laktosa dan pati, hasilnya berupa granul-granul yang dapat digunakan
sebagai bahan pengisi, bahan pengikat kering ataupun bahan
penghancur.
3. Speronisasi
Proses pembuatan masa granul basah sama dengan cara granulasi
basah dimana bahan obat, bahan pengisi (bila perlu) digranulasi
dengan larutan bahan pengikat, masa basah ini dilewatkan terlebih
dahulu kedalam alat Extrude machine untuk membentuk batang
silinder dengan diameter 0,5-12 mm, melalui ayakan ukuran mesh
tertentu baru dilewatkan kedalam Marumerizer dimana batang-batang
tersebut akan dirubah bentuknya menjadi bentuk spheris, akibat gya
sentrifugal dan gaya gesek dari ayakan yang berputar. Granul-granul
spheris ini kemudian dikeringkan.
Keuntungan cara spheronisasi ini adalah menghasilkan granul
dengan keseragaman bentuk dan ukuran disamping jumlah fine nya
minimal.
2. Cara kering
a) Cetak langsung
Yang dimaksud dengan cetak langsung disini adalah proses
pembuatan tablet yang dilakukan dengan mencetak langsung bahan obat
dengan atau tanpa penambahan bahan pembantu. Dimana cara ini dapat
digunakan untuk zat aktif yang mempunyai sifat seperti :
1. Mudah mengalir
2. Dapat dimampatkan
3. Mudah dibasahi
Dan untuk tablet yang mempunyai bahan aktif 10% dari bobot tablet,
maka sifat tablet tergantung dari sifat bahan pembantu, dan jika bahan
aktifnya <10% maka yang menentukan sifat tablet adalah sifat dari bahan
aktifnya.
Cara pembuatan tablet cetak langsung :
1. Menghaluskan bahan aktif / aktif / eksipien
2. Mencampur semua komponen untuk tablet
3. Pencetakan tablet
b). Granulasi kering / prekompresi
Cara ini merupakan proses pembuatan granul tanpa melibatkan air
sama sekali. Di manna campuran serbuk dicetak menjadi tablet besar dan
keras (slug), kemudian slug di ayak menjadi granul yang diinginkan.
Cara slugging ini sangat cocok untuk bahan aktif yang sifat alirnya
kurang baik, peka terhadap panas dan kelembaban.
Pada penyusunan formula untuk tablet yang dibuat dengan cara
prekompresi ini perlu dipertimbangkan bahn-bahan pembantu yang
dipilih haruslah dapat menghasilkan slug yang keras. Kegagalan akan
terjadi pada waktu membuat granul dari slug akan terbentuk serbuk
bukan granul.
Cara pembuatan tablet granulasi kering :
1. Menghaluskan bahan aktif / aktif / eksipien
2. Mencampur semua komponen untuk tablet
3. Mencetak menjadi tablet besar dan keras untuk membuat slug
4. Pengayakan slug menjadi granul
5. Mencampur granul dengan bahan penghancur dan pelincir
6. Pencetakan tablet ( Anonim. 2004)
Syarat-syarat tablet:
1. Memenuhi keseragaman ukuran
2. Memenuhi keseragaman bobot
3. Memenuhi waktu hancur
4. Memenuhi keseragaman isi zat berkhasiat
5. Memenuhi waktu larut (dissolution test) (Anief. 2007)
Bentuk luar tablet sangat mempengaruhi keutuhan tablet saat
transportasi dan penyimpanan. Jenis tablet dan penggunaannya : Tablet peroral,
tablet oral, meliputi tablet hisap, sublingual dan buchal, tablet parenteral,
meliputi tablet injeksi dan tablet implantasi. Serta tablet untuk penggunaan luar
meliputi tablet larut, mata, vaginal, dental resorpsi kerja lokal dipermukaan
tubuh dan lubang-lubang tubuh. (Voiqt,1984)
Tablet adalah bentuk sediaan farmasi yang paling banyak dibuat /
diproduksi karena memiliki banyak kelebihan dibandingkan dari bentuk
sediaan lainnya yaitu :
1. Takaran obat cukup teliti dan serba sama untuk setiap tablet.
2. Pembebasan obat dapat diatur sesuai dengan efek terapi yang
diinginkan
3. Rasa dan bau yang tidak menyenangkan dapat ditutupi dengan
penyalutan
4. Bahan obat yang dapat rusak oleh cairan atau enzim dalam saluran
pencernaan dapat diatasi dengan penyalutan.
5. Mudah dalam pengemasan, pengepakan, transportasi dan
penggunaannya
6. Biaya produksi relaatif mudah dibandingkan dengan bentuk sediaan
lain.
kerugian atau kelemahan yaitu :
1. Sukar diberikan pada anak-anak dan penderita yang sukar menelan
2. Biasanya efek terapi yang diinginkan lebih lambat
3. Bentuk yang menarik dan rasa yang enak dapat menyebabkan anak-
anak semaunya saja.
II.2 Studi Preformulasi
Kelarutan : mudah larut dalam air, pratis tidak larut dalam eter dan
dalam
kloroform, sukar larut dalam etanol (Dirjen POM, 1995)
Pka : 12,4
Ukuran partikel : -
Inkompatibilitas : metformin bila berinteraksi dengan acarbose dengan
mekanisme interaksi farmakokinetik, dimana acarbose
menurunkan kadar plasma metformin dalam darah
dengan menghambat penyerapan metformin dalam usus
(Handayani, 2015)
Stabilitas : stabil terhadap cahaya, suhu, dekomposisi pada suhu >
230oC
Dosis : dosis harus diperbesar secara perlahan-lahan satu tablet
500 mg 3 kali sehari atau satu tablet 850 mg 2 kali sehari,
seringkali cukup untuk mengendalikan penyakit diabetes.
Hal ini dapat dicapai dalam beberapa hari. Tetapi tidak
jarang efek ini baru dicapai dalam waktu 2 minggu.
Apabila efek yang digunakan tidak dicapai, dosis dapat
dinaikan secara berhati-hati sampai maksimum 3 gram
sehari. Pada gejala diabetes dapat dikontrol ada
kemungkinan dosis dapat diturunkan (Tjay, 2013)
Koefisien partisi : -
Efek farmakologi : metformin adalah zat anti hiperglikemik oral golongan
biquanid untuk penderita diabetes mellitus tanpa
ketergantungan terhadap insulin. Mekanisme kerja
metformin dapat memperbaiki sensitivitas epatik dan
periperol terhadap insulin serta menurunkan absorpsi
glukosa dari saluran lambung-usus. Metformin tidak
menyebabkan pertambahan berat badan bahkan
cenderung dapat kehilanga berat badan (Tjay, 2013)
II.3 Analisis Permasalahan
a. Ditinjau dari zat aktif metformin yang digunakan adalah metformin HCL
yang merupakan bentuk garamnya ini digunakan karena dilihat dari
kelarutannya. Metformin HCL lebih mudah larut dan paling banyak
dipasaran. Metformin yang digunakan adalah metformin HCL. Metformin
HCL ini diindikasi untuk penderita diabetes melitus tipe 2 yang mempunyai
kelebihan berat badan.
Metformin HCL dibuat dalam bentuk sediaan tablet karena metformin
HCL mudah diproduksi per oral dan sediaan tablet adalah sediaan yang
bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih. Tablet memberian
ketepatan yang tinggi dalam dosis. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah
besar dengan volume yang kecil serta merupakan sediaan yang kering
sehingga zat aktif lebih stabil.
Selanjutnya metformin HCL dibuat dalam bentuk tablet salut karena
ditinjau dari fungsi dan tujuan penyalutannya, salut dibedakan menjadi salut
gula, salut kempa dan salut enterik. Salut yang digunakan adalah salut
enterik. Ditinjau dari zat aktif yang absorpsinya terjadi diusus sehingga
dipilih salut enterik yang zat pelarutannya relative tidak larut dalam asam
lambung tetapi larut dalam usus halus.
Kadar yang digunakan pada sediaan ini adalah 500 mg zat aktif dalam
700 mg bobot tablet karena menurut katzung (2002), anjuran penggunaan
dosis itu efektif yang paling rendah. Dipilih bobot tablet 700 mg karena
idealnya tablet mengandung ¾ zat aktif dan ¼ nya adalah eksipien.
Dalam penentuan metode yang digunakan adalah ditinjau dari dosis yang
akan digunakan jika kecil <5% dicetak langsung saja. Kemudian jika
dosisnya besar ditinjau lagi bagaiamana kompaktibilitasnya dari metformin.
Karena kompaktibilitasnya jelek dan sifat alirannya jelek maka dilakukannya
metode granulasi basah. Dipilih granulasi basah dibandingkan granulasi
kering karena zat aktif memilki stabilitas yang tahan akan pemanasan dan
memiliki kelembapan yang higroskopis maka digunakan granulasi basah non
aqua.
b. Ditinjau dari zat aktif
1. Dalam pembuatan tablet dibutuhkan bahan pengikat (binder) yang
berfungsi memberikan daya adhesi pada massa serbuk sewaktu granulasi
serta menambah daya kohesi pada bahan pengisi. Bahan pengikat yang
digunakan adalah PVA karena tidak mengeras pada penyimpanan dan
dapat menghasilkan tablet dengan desintegran yang lebih cepat serta tidak
terlalu rentan dengan bakteri konsentrasi 3%.
2. Dalam pembuatan tablet dibutuhkan bahan pengisi (diluent) yang
berfungsi untuk memperbesar volume massa agar mudah dicetak atau
dibuat. Bahan pengisi ditambahkan jika zat aktifnya sedikit/sulit dikempa.
Bahan pengisi yang ditambahkan adalah manitol karena dapat digunakan
untuk metode kempa langsung dan granulasi basah.
3. Dalam pembuatan tablet dibutuhkan bahan penghancur (desintegran) yang
membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Bahan penghancur ada
penghancur dalam dan luar. Dimana penghancur dalam desintegran
dicampur dengan bahan lainnya sebelum ditambahkan dengan larutan
penggranul. Dan untuk penghancur luar desintegran. Bahan penghancur
yang digunakan AC-DI-SOL karena dapat digunakan baik dalam proses
kempa langsung maupun granulasi basah. Jika digunakan pada granulasi
basah maka AC-DI-SOL ditambahkan pada proses basah basah dan
kering. Sangat baik digunakan sebagai desintegran dalam konsentrasi (3%)
(Lachman, 1994).
4. Dalam pembuatan tablet dibutuhkan bahan pelincir (Lubrikan) yang
berfungsi mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet dan
berguna untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan. Lubrikan
yang digunakan adalah magnesium stearat karena dalam formulasi
farmasetika sebagai lubrikan dengan konsentrasi 3%.
5. Dalam pembuatan tablet dibutuhkan glidan untuk menunjang karakteristik
aliran dari granulasi atau menigkatkan aliran granul dan hoppe kedalam
die. Gildan yang ditambahkan adalah talk karena dalam formulasi tablet
dapat digunakan sebagai glidan dengan konsentrasi 2%.
6. Dalam pembuatan tablet yang absorpsinya terjadi di usus sehingga
dibutuhkan penyalut. Salut yang digunakan adalah salut enterik yan
ditujukan zat penyalutnya relative tidak larut dalam asam lambung, tetapi
larut dalam usus halus. Penyalut yang digunakan adalah acry-eze karena
mempunyai kemampuan dan kestabilan yang tinggi dalam menahan
masuknya cairan lambung, mulai larut pada pH 5,5. Dalam penyalutan
ditambahkan talk yang digunakan sebagai pelican, PEG 6000 pengikat,
titaniumdioksida sebagai pengkilap.
DAFTAR PUSTAKA

Adam, J.M.F. 2000. Klasifikasi dan kriteria diagnosis diabetes melitus


yang baru. Cermin Dunia Kedokteran No. 127.
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III : Jakarta. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Anonim. 2004. Buku Petunjuk Praktikum Formulasi dan Tekhnologi
Sediaan Solid : Jakarta. UMS
Departemen Kesehatan RI, 1975. Farmakope Indonesia, edisi III.
Direktorat Jendral, BPOM.
Departemen Kesehatan RI, 1995. Farmakope Indonesia edisi IV.
Direktorat Jendral BPOM
Herman, F. 1993. Penggunaan obat hipoglikemik oral pada penderita
diabetes melitus. Pharos Bulletin No.1.
Jones, D.B. and Gill, G.V. 1998. Insulin-Dependent Diabetes Mellitus : An
Overview . In J. Pickup and G. Williams (Eds): Textbook of
Diabetes. Vol.1. second Edition. Blackwell Science. United
Kingdom.
Katzung, G. Bertram. 2002. Farmakologi : Dasar dan Klinik. Buku 2:
Jakarta. Penerbit Salemba Medika
Kee, J.L. dan Hayes E. R. 1996. Farmakologi: Pendekatan Proses
Keperawatan : Jakarta .Alih Bahasa : Dr. Peter Anugrah.
Gramedia Pustaka Utama.
Moh. Anief. 2007. Farmasetika : Jakarta. Ghalia Indonesia
Moh. Anief. 1988 . Ilmu Meracik Obat :Yogyakarta. Gadjah Mada
University Press
Neal, M. J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis. Edisi Kelima: Jakarta.
Penerbit Erlangga
Voiqt.R. 1984. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi : Yogyakarta. UGM.

You might also like