Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
II.1.1 Definisi Tablet
Menurut farmakope Indonesia edisi III. Tablet adalah sediaan padat,
kompak, dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler,
kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih
dengan atau tanpa zat tambahan.
Dimana zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai bahan
pengisi, zat pengikat, zat pelincir, zat pengembang, zat pembasah atau zat lain
yang cocok.
Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau
granul menggunakan cetak baja. Tablet di buat dengan 3 cara umum yaitu
granulasi basah, granulasi kering dan kempa langsung. Tujuan granulasi basah
dan kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran atau kemampuan
kempa
Granulasi kering dilakukan dengan cara menekan masa serbuk pada
tekanan tinggi sehingga menjadi tablet besar yang tidak berbentuk
baik,kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran
partikel yang diinginkan. Keuntungan granulasi kering adalah tidak diperlukan
panas dan kelembaban dalam proses granulasi (Anonim, 1979)
Tablet adalah suatu sediaan padat baik yang mengandung maupun tidak
mengandung bahan-bahan tambahan seperti lubricant, disintegrant, diluents
atau zat pengisi, dan zat-zat tambahan yang lainnya. Ada beberapa macam
tablet berdasarkan proses pengerjaannya, yaitu : Tablet dengan Proses
Granulasi Basah (* Wet Granulation ), Tablet dengan proses Granulasi Kering
( Dry Granulation, dan juga dengan Direct Compress ( Kempa Langsung )).
Seluruh macam tablet tersebut memiliki karakteristik trsendiri. Dan juga
memiliki syarat-syarat tersendiri dalam pembuatannya. (Siregar, 2008)
Dalam pembuatan tablet, zat berkhasiat, zat lain kecuali zat-zat pelicin
dibuat granul (butiran kasar), karena serbuk halus tidak mengisi cetakan tablet
dengan baik, maka dibuat granul agar mudah mengalir (free flowing) mengisi
cetakan serta menjaga agar tablet tidak retak (caping).
Berdasarkan sifat fisika kimia dari bahan obat, maka tablet dapat dibuat dengan
berbagai cara :
1. Cara Basah
a. Granulasi basah
Merupakan cara yang paling umum dan banyak dilakukan, karena
hampir semua jenis bahan aktif dapat diproses secara granulasi basah.
Disebut granulasi basah karena di dalam proses pembuatan granulnya
mempergunakan larutan bahan pengikat, dimana campuran serbuk
ditambah dengan larutan bahan pengikat atau dalam bentuk mucilage
sampai terbentuk masa yang konsistensinya dapat dikepal.
Cara pembuatan tablet granulasi basah :
a) Menghaluskan bahan aktif / aktif / eksipien
b) Mencampur semua komponen untuk tablet
c) Membuat larutan pengikat
d) Mencampur larutan pengikat dengan campuran bahan komponen obat,
untuk membentuk masa yang basah.
e) Mengayak secara kasar masa basah, dengan ayakan ukuran mesh 14.
f) Mengeringkan granul basah
g) Mengayak granul kering melalui ayakan ukuran mesh 16
h) Mencampur granul kering yang sudah diayak dengan bahan pelincir
dan penghancur luar.
i) Pencetakat tablet.
b. Granulasi dasar
Tablet yang dibuat dengan granulasi dasar yaitu bahan obat yang
tidak stabil dengan adanya air atau terurai dengan adanya panas. Sifat
aliran dan daya kompresibilitasnya jelek, dimana tahap-tahap
pengerjaannya sama dengan cara granulasi basah. Hanya pada granulasi
dasar bahan obat tidak di granulasi bersama-sama dengan bahan
pembantu, seperti bahan pengisi, penghancur dalam tetapi ditambahkan
pada tahap lubrikasi dalam bentuk serbuk halus atau fine kedalam granul
bersama-sama dengan penghancur luar dan bahan lubrikan.
Pada cara granulasi dasar ini perlu diperhitungkan terlebih dahulu
jumlah fine dalam masa cetak ini karena dapat menimbulkan kesulitan
selama proses pencetakan. Fine dalam cara ini berasal dari bahan obat,
bahan penghancur luar, bahan lubrikan juga berasal dari hasil
pengayakan granul yang dikeringkan.
c. Cara-cara khusus
Cara-cara khusus ini juga bertujuan untuk menghasilkan granul
baik yang mengandung bahan obat sendiri maupun granul-granul dari
bahan pembantu tablet. Granul-granul yang dihasilkan dengan cara ini
digunakan untuk kondisi-kondisi tertentu karena harganya mahal.
Cara-cara khusus ini ada tiga cara pengerjaannya :
1. Soray congealing
Cara ini juga dikenal sebagai cara spray chilling yang mirip dengan
cara spray drying tetapi tanpa menggunakan panas.
Bahan obat yang dapat diproses dengan cara ini terlebih dahulu
dilarutkan atau disuspensikan dalam lelehan malam. Lelehan ini
disemprotkan kedalam udara yang mengalir, udara yang mengalir ini
sejuk / dingin tergantung pada titik beku dari produk, sebagai contoh
monogliserida memerlukan udara dingin sekitar 10oC. granul yang
dihasilkan dengan cara ini memiliki sifat mudah mengalir dan sifat
kemudahan dalam pencetakan.
2. Spray drying
Serbuk bahan obat / bahan-bahan pembantu tablet dalam keadaan
halus ditiup dengan angin turbulensi kemudian disemprotkan bahan
penyalut dalam bentuk larutan disperse secara berkala. Serbuk-serbuk
yang baru dibasahi ini dikeringkan dengan udara hangat yang telah
disaring terlebih dahulu kemudian hasil kering ini dibawa bersama
udara tersebut ketempat penampungan.
Bahan obat dalam bentuk padat ataupun cairan dapat dip roses
secara spray drying ini seperti Vitamin A dan Vitamin D yang larut di
dalam minyak dapat disalut dengan larutan bahan pengikat sehingga
tidak mudah terurai.
Bahan pembantu yang sering dip roses dengan cara ini adalah
laktosa dan pati, hasilnya berupa granul-granul yang dapat digunakan
sebagai bahan pengisi, bahan pengikat kering ataupun bahan
penghancur.
3. Speronisasi
Proses pembuatan masa granul basah sama dengan cara granulasi
basah dimana bahan obat, bahan pengisi (bila perlu) digranulasi
dengan larutan bahan pengikat, masa basah ini dilewatkan terlebih
dahulu kedalam alat Extrude machine untuk membentuk batang
silinder dengan diameter 0,5-12 mm, melalui ayakan ukuran mesh
tertentu baru dilewatkan kedalam Marumerizer dimana batang-batang
tersebut akan dirubah bentuknya menjadi bentuk spheris, akibat gya
sentrifugal dan gaya gesek dari ayakan yang berputar. Granul-granul
spheris ini kemudian dikeringkan.
Keuntungan cara spheronisasi ini adalah menghasilkan granul
dengan keseragaman bentuk dan ukuran disamping jumlah fine nya
minimal.
2. Cara kering
a) Cetak langsung
Yang dimaksud dengan cetak langsung disini adalah proses
pembuatan tablet yang dilakukan dengan mencetak langsung bahan obat
dengan atau tanpa penambahan bahan pembantu. Dimana cara ini dapat
digunakan untuk zat aktif yang mempunyai sifat seperti :
1. Mudah mengalir
2. Dapat dimampatkan
3. Mudah dibasahi
Dan untuk tablet yang mempunyai bahan aktif 10% dari bobot tablet,
maka sifat tablet tergantung dari sifat bahan pembantu, dan jika bahan
aktifnya <10% maka yang menentukan sifat tablet adalah sifat dari bahan
aktifnya.
Cara pembuatan tablet cetak langsung :
1. Menghaluskan bahan aktif / aktif / eksipien
2. Mencampur semua komponen untuk tablet
3. Pencetakan tablet
b). Granulasi kering / prekompresi
Cara ini merupakan proses pembuatan granul tanpa melibatkan air
sama sekali. Di manna campuran serbuk dicetak menjadi tablet besar dan
keras (slug), kemudian slug di ayak menjadi granul yang diinginkan.
Cara slugging ini sangat cocok untuk bahan aktif yang sifat alirnya
kurang baik, peka terhadap panas dan kelembaban.
Pada penyusunan formula untuk tablet yang dibuat dengan cara
prekompresi ini perlu dipertimbangkan bahn-bahan pembantu yang
dipilih haruslah dapat menghasilkan slug yang keras. Kegagalan akan
terjadi pada waktu membuat granul dari slug akan terbentuk serbuk
bukan granul.
Cara pembuatan tablet granulasi kering :
1. Menghaluskan bahan aktif / aktif / eksipien
2. Mencampur semua komponen untuk tablet
3. Mencetak menjadi tablet besar dan keras untuk membuat slug
4. Pengayakan slug menjadi granul
5. Mencampur granul dengan bahan penghancur dan pelincir
6. Pencetakan tablet ( Anonim. 2004)
Syarat-syarat tablet:
1. Memenuhi keseragaman ukuran
2. Memenuhi keseragaman bobot
3. Memenuhi waktu hancur
4. Memenuhi keseragaman isi zat berkhasiat
5. Memenuhi waktu larut (dissolution test) (Anief. 2007)
Bentuk luar tablet sangat mempengaruhi keutuhan tablet saat
transportasi dan penyimpanan. Jenis tablet dan penggunaannya : Tablet peroral,
tablet oral, meliputi tablet hisap, sublingual dan buchal, tablet parenteral,
meliputi tablet injeksi dan tablet implantasi. Serta tablet untuk penggunaan luar
meliputi tablet larut, mata, vaginal, dental resorpsi kerja lokal dipermukaan
tubuh dan lubang-lubang tubuh. (Voiqt,1984)
Tablet adalah bentuk sediaan farmasi yang paling banyak dibuat /
diproduksi karena memiliki banyak kelebihan dibandingkan dari bentuk
sediaan lainnya yaitu :
1. Takaran obat cukup teliti dan serba sama untuk setiap tablet.
2. Pembebasan obat dapat diatur sesuai dengan efek terapi yang
diinginkan
3. Rasa dan bau yang tidak menyenangkan dapat ditutupi dengan
penyalutan
4. Bahan obat yang dapat rusak oleh cairan atau enzim dalam saluran
pencernaan dapat diatasi dengan penyalutan.
5. Mudah dalam pengemasan, pengepakan, transportasi dan
penggunaannya
6. Biaya produksi relaatif mudah dibandingkan dengan bentuk sediaan
lain.
kerugian atau kelemahan yaitu :
1. Sukar diberikan pada anak-anak dan penderita yang sukar menelan
2. Biasanya efek terapi yang diinginkan lebih lambat
3. Bentuk yang menarik dan rasa yang enak dapat menyebabkan anak-
anak semaunya saja.
II.2 Studi Preformulasi
Kelarutan : mudah larut dalam air, pratis tidak larut dalam eter dan
dalam
kloroform, sukar larut dalam etanol (Dirjen POM, 1995)
Pka : 12,4
Ukuran partikel : -
Inkompatibilitas : metformin bila berinteraksi dengan acarbose dengan
mekanisme interaksi farmakokinetik, dimana acarbose
menurunkan kadar plasma metformin dalam darah
dengan menghambat penyerapan metformin dalam usus
(Handayani, 2015)
Stabilitas : stabil terhadap cahaya, suhu, dekomposisi pada suhu >
230oC
Dosis : dosis harus diperbesar secara perlahan-lahan satu tablet
500 mg 3 kali sehari atau satu tablet 850 mg 2 kali sehari,
seringkali cukup untuk mengendalikan penyakit diabetes.
Hal ini dapat dicapai dalam beberapa hari. Tetapi tidak
jarang efek ini baru dicapai dalam waktu 2 minggu.
Apabila efek yang digunakan tidak dicapai, dosis dapat
dinaikan secara berhati-hati sampai maksimum 3 gram
sehari. Pada gejala diabetes dapat dikontrol ada
kemungkinan dosis dapat diturunkan (Tjay, 2013)
Koefisien partisi : -
Efek farmakologi : metformin adalah zat anti hiperglikemik oral golongan
biquanid untuk penderita diabetes mellitus tanpa
ketergantungan terhadap insulin. Mekanisme kerja
metformin dapat memperbaiki sensitivitas epatik dan
periperol terhadap insulin serta menurunkan absorpsi
glukosa dari saluran lambung-usus. Metformin tidak
menyebabkan pertambahan berat badan bahkan
cenderung dapat kehilanga berat badan (Tjay, 2013)
II.3 Analisis Permasalahan
a. Ditinjau dari zat aktif metformin yang digunakan adalah metformin HCL
yang merupakan bentuk garamnya ini digunakan karena dilihat dari
kelarutannya. Metformin HCL lebih mudah larut dan paling banyak
dipasaran. Metformin yang digunakan adalah metformin HCL. Metformin
HCL ini diindikasi untuk penderita diabetes melitus tipe 2 yang mempunyai
kelebihan berat badan.
Metformin HCL dibuat dalam bentuk sediaan tablet karena metformin
HCL mudah diproduksi per oral dan sediaan tablet adalah sediaan yang
bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih. Tablet memberian
ketepatan yang tinggi dalam dosis. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah
besar dengan volume yang kecil serta merupakan sediaan yang kering
sehingga zat aktif lebih stabil.
Selanjutnya metformin HCL dibuat dalam bentuk tablet salut karena
ditinjau dari fungsi dan tujuan penyalutannya, salut dibedakan menjadi salut
gula, salut kempa dan salut enterik. Salut yang digunakan adalah salut
enterik. Ditinjau dari zat aktif yang absorpsinya terjadi diusus sehingga
dipilih salut enterik yang zat pelarutannya relative tidak larut dalam asam
lambung tetapi larut dalam usus halus.
Kadar yang digunakan pada sediaan ini adalah 500 mg zat aktif dalam
700 mg bobot tablet karena menurut katzung (2002), anjuran penggunaan
dosis itu efektif yang paling rendah. Dipilih bobot tablet 700 mg karena
idealnya tablet mengandung ¾ zat aktif dan ¼ nya adalah eksipien.
Dalam penentuan metode yang digunakan adalah ditinjau dari dosis yang
akan digunakan jika kecil <5% dicetak langsung saja. Kemudian jika
dosisnya besar ditinjau lagi bagaiamana kompaktibilitasnya dari metformin.
Karena kompaktibilitasnya jelek dan sifat alirannya jelek maka dilakukannya
metode granulasi basah. Dipilih granulasi basah dibandingkan granulasi
kering karena zat aktif memilki stabilitas yang tahan akan pemanasan dan
memiliki kelembapan yang higroskopis maka digunakan granulasi basah non
aqua.
b. Ditinjau dari zat aktif
1. Dalam pembuatan tablet dibutuhkan bahan pengikat (binder) yang
berfungsi memberikan daya adhesi pada massa serbuk sewaktu granulasi
serta menambah daya kohesi pada bahan pengisi. Bahan pengikat yang
digunakan adalah PVA karena tidak mengeras pada penyimpanan dan
dapat menghasilkan tablet dengan desintegran yang lebih cepat serta tidak
terlalu rentan dengan bakteri konsentrasi 3%.
2. Dalam pembuatan tablet dibutuhkan bahan pengisi (diluent) yang
berfungsi untuk memperbesar volume massa agar mudah dicetak atau
dibuat. Bahan pengisi ditambahkan jika zat aktifnya sedikit/sulit dikempa.
Bahan pengisi yang ditambahkan adalah manitol karena dapat digunakan
untuk metode kempa langsung dan granulasi basah.
3. Dalam pembuatan tablet dibutuhkan bahan penghancur (desintegran) yang
membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Bahan penghancur ada
penghancur dalam dan luar. Dimana penghancur dalam desintegran
dicampur dengan bahan lainnya sebelum ditambahkan dengan larutan
penggranul. Dan untuk penghancur luar desintegran. Bahan penghancur
yang digunakan AC-DI-SOL karena dapat digunakan baik dalam proses
kempa langsung maupun granulasi basah. Jika digunakan pada granulasi
basah maka AC-DI-SOL ditambahkan pada proses basah basah dan
kering. Sangat baik digunakan sebagai desintegran dalam konsentrasi (3%)
(Lachman, 1994).
4. Dalam pembuatan tablet dibutuhkan bahan pelincir (Lubrikan) yang
berfungsi mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet dan
berguna untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan. Lubrikan
yang digunakan adalah magnesium stearat karena dalam formulasi
farmasetika sebagai lubrikan dengan konsentrasi 3%.
5. Dalam pembuatan tablet dibutuhkan glidan untuk menunjang karakteristik
aliran dari granulasi atau menigkatkan aliran granul dan hoppe kedalam
die. Gildan yang ditambahkan adalah talk karena dalam formulasi tablet
dapat digunakan sebagai glidan dengan konsentrasi 2%.
6. Dalam pembuatan tablet yang absorpsinya terjadi di usus sehingga
dibutuhkan penyalut. Salut yang digunakan adalah salut enterik yan
ditujukan zat penyalutnya relative tidak larut dalam asam lambung, tetapi
larut dalam usus halus. Penyalut yang digunakan adalah acry-eze karena
mempunyai kemampuan dan kestabilan yang tinggi dalam menahan
masuknya cairan lambung, mulai larut pada pH 5,5. Dalam penyalutan
ditambahkan talk yang digunakan sebagai pelican, PEG 6000 pengikat,
titaniumdioksida sebagai pengkilap.
DAFTAR PUSTAKA