You are on page 1of 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/313414160

Pengaruh Flushing Berbasis Pakan Lokal terhadap Pertumbuhan dan Birahi


Kambing Kejobong Betina Dewasa

Article · February 2017


DOI: 10.20961/sainspet.v9i2.4784

CITATIONS READS

2 208

4 authors, including:

Ismaya Natawihardja I Gede Suparta (I.G.S.) Budisatria


Gadjah Mada University Gadjah Mada University
25 PUBLICATIONS   11 CITATIONS    98 PUBLICATIONS   224 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Kustantinah Adiwimarta
Gadjah Mada University
34 PUBLICATIONS   20 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Produktivitas dan Analisis Genetik Kambing Peranakan Etawah (PE) Ditinjau dari Perbedaan Warna Rambut View project

Genetic diversity of Indonesian goat breeds View project

All content following this page was uploaded by I Gede Suparta (I.G.S.) Budisatria on 16 February 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Sains Peternakan Vol. 9 (2), September 2011: 53-64
ISSN 1693-8828

Pengaruh Flushing Berbasis Pakan Lokal terhadap Pertumbuhan


dan Birahi Kambing Kejobong Betina Dewasa

Socheh, M1., Ismaya2, I.G.S. Budisatria2 dan Kustantinah2


1
Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
2
Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
E-mail: m_socheh1@yahoo.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh flushing berbasis pakan lokal
terhadap pertumbuhan, tanggap birahi, awal birahi, dan lama birahi kambing Kejobong betina
dewasa. Dua puluh ekor kambing Kejobong betina dewasa dengan rataan bobot hidup awal
26,6 ±1,7 kg digunakan di dalam penelitian ini. Seluruh ternak ditempatkan secara acak
kedalam dua perlakuan pakan, yaitu: perlakuan pakan non-flushing (p0) dan flushing (p1)
dengan ulangan sebanyak 10 kali. Peubah yang diamati adalah PBBH, tanggap birahi, awal
birahi dan lama birahi. Data yang diperoleh dianalisis dengan Uji t. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa PBBH pada kelompok flushing lebih tinggi (P≤0,05) daripada kelompok
non-flushing. Tanggap birahi kambing betina dewasa pada kelompok flushing dan non-
flushing menghasilkan masing-masing sebanyak 100%. Awal birahi kambing betina dewasa
pada kelompok flushing lebih cepat daripada ternak pada kelompok non-flushing (P≤0,05).
Birahi pada kelompok flushing (P≤0,05) lebih lama daripada kelompok non-flushing
(P≤0,05). Dapat disimpulkan bahwa flushing pada kambing Kejobong betina dewasa dapat
meningkatkan PBBH, mempercepat timbulnya awal birahi dan memperpanjang lama birahi.

Kata kunci: flushing, non-flushing, pertumbuhan, birahi, kambing Kejobong

The Effect of Flushing Based Local Feed on Growth and Estrous of Kejobong Doe

ABSTRACT

The purposes of this study were to: 1. Study whether flushing based local feed affect
growth of Kejobong doe. 2. Study whether flushing based local feed affect the response of
estrous, the initial of estrous, and the length of estrous. Twenty Kejobong does with average
initial live weight 26.6 ± 1.7 kg were used in this study. The animals were placed randomly
into two feed treatments, namely: non-flushing (p0) and flushing feed (p1) with 10 replicates
each. The observed variables were ADG, estrous response, the initial of estrous and the
length of estrous. The difference value observed for the treatment of non-flushing and flushing
analyzed by t test. The results showed that the growth of Kejobong doe at flushing group was
higher (P≤0.05) than non-flushing group. Response of estrous both in the group of non-
flushing and flushing were 100%. The initial of estrous of Kejobong doe from flushing group
was more quickly than non-flushing (P≤0.05). The length of estrous of flushing group was
longer (P≤0.05) than non-flushing group. It can br concluded that flushing on Kejobong doe
can improve growth, accelerate the initial of estrous and prolong the length of estrous.

Key words: flushing, non-flushing, growth, estrous, Kejobong doe

53
PENDAHULUAN konsentrat. Di daerah ini, kambing diberi
pakan yang utama adalah hijauan hasil
Kabupaten Purbalingga termasuk menyabit di lahan bukan pertanian, seperti
kedalam wilayah Eks Karesidenan rumput lapangan, daun gliriside, dan daun
Banyumas, dengan populasi kambing singkong yang pada musim kemarau
menempati urutan nomor dua setelah ketersediaannya terbatas. Kambing tidak
Kabupaten Banyumas, masing-masing pernah diberi pakan konsentrat baik sebelum
sebanyak 165.089 ekor dan 284.347 ekor maupun sesudah dikawinkan (flushing) dan
(Dinas Peternakan Propinsi Jawa Tengah, atau sebagai pakan tambahan.
2006). Pada umumnya, peternakan Muzani et al., (2000) menyatakan,
Kambing Kejobong di Kecamatan Kejobong flushing adalah upaya perbaikan kondisi
Kabupaten Purbalingga adalah se-bagai tubuh ternak melalui pemberian pakan
usaha sampingan dan bertani tanaman berkualitas tinggi pada waktu tertentu.
singkong sebagai usaha pokok. Tujuan Manfaat dari flushing ialah dapat
beternak kambing adalah untuk memperoleh meningkatkan hormon reproduksi,
penghasilan tambahan atau sebagai melancarkan birahi, dan meningkatkan
tabungan. Apabila peternak sedang butuh jumlah ovum yang dilepaskan dari ovarium.
uang untuk keperluan keluarga, peternak Karikari dan Blasu (2009) mengemukakan
tidak segan-segan menjual kambing betina bahwa, zat gizi pakan mempunyai peranan
di pasar lokal. Walaupun harga kambing yang sangat penting bagi pengaturan
betina pada saat itu sedang murah, misalnya reproduksi ternak. Menurut Johnson et al.,
pada saat men-jelang Hari Raya Idhul Adha, (1990); Molle et al., (1995); Christian dan
Konsumen utama dari kambing betina pada Jauhianen (2002), pada peternakan domba
saat itu adalah penjual sate kambing, sudah biasa memberikan energi yang
mengingat harga kambing jantan sangat berlebihan (flushing) pada 2-3 minggu
mahal. sebelum dan selama perkawinan.
Menurut Ginting (2005), pakan lokal Menurut Sabra dan Hassan (2008),
adalah setiap bahan baku yang merupakan flushing pada domba Barki betina selama
sumberdaya lokal Indonesia yang dapat satu bulan sebelum dikawinkan secara nyata
dimanfaatkan sebagai pakan berdaya guna dapat meningkatkan timbul-nya birahi dan
bagi kambing, baik sebagai pakan tambahan, memperpendek siklus birahi. Wildeus et al.,
bagian dari pakan konsentrat, atau pakan (1989) melaporkan bahwa flushing pada
dasar. Pakan lokal bagi kambing adalah domba bulu betina empat minggu sebelum
bahan-bahan yang belum umum kawin dapat memperlihatkan gejala birahi
dimanfaatkan (inkonvesional), seperti (1) lebih awal pada musim kawin daripada
hasil sisa tanaman (crop residues), (2) hasil domba betina non-flushing. Pemberian
ikutan/samping/limbah tanaman (crop-by flushing + injeksi PG-600 pada Domba
products), dan (3) hasil ikutan/ Barki betina, meningkatkan persentase
samping/limbah industri agro (agroindustry birahi pada domba betina (Abu El-Ella,
by products). 2006). Smith (1962) menunjukkan bahwa,
Kecamatan Kejobong sebagai salah domba yang diberi pakan dengan
satu wilayah kecamatan di Kabupaten konsentrasi energi yang lebih tinggi
Purbalingga merupakan penghasil singkong, menunjukkan gejala berahi yang lebih
di samping itu di daerah ini banyak dijumpai tinggi. Younis et al., (1978) menemukan
pabrik tepung tapioka yang banyak bahwa, domba Awassi yang diberi perlakuan
menghasilkan limbah industri berupa zat gizi tinggi siklus birahinya lebih cepat
onggok. Walaupun produksi onggok daripada domba dengan zat gizi sedang.
berlimpah namun demikian, tidak pernah Ibrahim (1993), Muna et al., (1998) dan El-
dimanfaatkan oleh peternak kambing Shamaa et al., (2003) melaporkan bahwa,
sebagai bahan pakan lokal penyusun perbedaan lama birahi pada antar perlakuan

54 Sains Peternakan Vol. 9 (2), 2011


mungkin disebabkan karena banyaknya 12 hari (Herdis et al., 2007). Hasil
estrogen dalam darah yang diproduksi oleh penelitian menunjukkan bahwa tanggap
penginduksian luteolisis; peningkatan birahi kambing betina masing-masing
konsentrasi estrogen dalam darah sebesar 100% dan 67%. Bret-zlaff et al.,
menyebabkan ternak menjadi birahi dan (1981), menyuntikan dosis ganda terhadap
memiliki pengaruh yang menekan pada kambing betina dengan prostaglandin F2α
progesteron. (PGF2α) masing-masing sebanyak 1,25; 2,5;
Menurut Robinson (1996); Bossis et 5,0 dan 7,5 mg, PGF2α memberikan awal
al., (1999); dan Butler (2000), konsumsi birahi tim-bul dari saat ternak disuntik
energi me-ningkatkan glukose darah dan adalah (47±3,3) jam; (42±4,3); (44±8,5) dan
insulin yang dapat meningkatkan getaran (43±5,5) jam.
sekresi LH dan memper-baiki tanggap Menurut Maryono (2007), kambing
ovarium terhadap stimulasi LH. di Kecamatan Kejobong mudah berkembang
Menurut Owen dan Goetsch (1988) biak dan memiliki daging yang lebih empuk
serta Aritonang (2009), pakan dengan daripada Kambing Kacang dan Kambing
konsentrasi energi tinggi akan menaikkan Peranakan Etawa (PE). Berdasarkan hal
rasa enak, sehingga akan mendorong ternak tersebut, Pemerintah Daerah Kabupaten
untuk mengkonsumsi pakan. Salim et al., Purbalingga menyebut kambing yang berasal
(2002) dan Marsetyo (2006) menyatakan, dari Kecamatan Kejobong adalah Kambing
penambahan konsentrat meningkatkan Kejobong. Listyarini et al., (1995);
bahan kering yang dimakan dan pemakaian Murdianto et al., (2007); Nugroho et al.,
bahan kering yang tinggi dapat (2007); dan Yanto et al., (2007) mengamati
meningkatkan pertambahan bobot badan Kambing Kejobong tentang sistim
harian atau PBBH. Menurut Crouse et al., pemeliharaan, jumlah kepemilikan ternak,
(1978); Owen dan Goetsch, (1988); dan jenis pakan yang dimakan, warna bulu, raut
Belanger, (2001), energi yang cukup dalam muka, ukuran tubuh, bobot tubuh kambing
pakan akan menaikkan penggunaan nitrogen dewasa berdasarkan jenis kelamin dan umur.
makanan untuk sintesis dan penempatan Belum ada keterangan yang diperoleh
protein tubuh. Sintesis protein dalam tubuh tentang pemanfaatan pakan lokal yang
akan mendorong pertumbuhan pada tubuh diberikan secara flushing serta pengaruhnya
ternak, yang ditunjukkan oleh pertambahan terhadap tanggap birahi, awal birahi, dan
bobot badan. Menurut Aritonang (2009), lama birahi kambing Kejobong betina
sintesis protein dalam tubuh akan dewasa.
menciptakan pertumbuhan pada tubuh Penelitian ini bertujuan penelitian ini
ternak, yang diujudkan dalam bentuk adalah untuk: 1. Mempelajari apakah
peningkatan bobot tubuh. flushing berbasis pakan lokal berpengaruh
Menurut Patterson dan Corah (1993); terhadap pertumbuhan (PBBH) kambing
Whittier et al., (1986); Suharyati, (1999); Kejobong betina dewasa. 2. Mempelajari
Adiati et al., (2006); Yudhie (2009), apakah flushing berbasis pakan lokal
penyerentakan birahi merupakan suatu usaha berpengaruh terhadap tanggap birahi, awal
untuk mengendalikan siklus birahi pada birahi, dan lama birahi kambing Kejobong
sekelompok ternak atau hewan betina betina dewasa.
dengan tujuan agar birahi terjadi dalam
waktu yang hampir bersamaan. MATERI DAN METODE
Juma et al., (2009) melaporkan
penyerentakan birahi pada kambing hitam Ternak kambing
dengan prosta-glandin (5 mg/dosis
Dinoprost thromethamine, Lutalyse) yang Ternak kambing yang diteliti ini
disuntikkan secara intramuskular se-banyak sebanyak 20 ekor kambing betina dewasa
dua kali dengan jarak waktu 11 hari atau 11- (2,5-3 tahun) dengan rataan bobot hidup

Pengaruh Flushing Berbasis Pakan Lokal .... (Socheh et al.) 55


Tabel 1. Komposisi dan kandungan nutrien pakan komplit
Bahan pakan p0 p1
-------------------------------(%)-----------------------------
Komposisi nutrien
Rumput lapangan 50 50
Daun singkong 30 30
Gliriside 20 20
Onggok - 65
Dedak padi - 35
Ultra Mineral1 (kg) - 2
Kandungan nutrien
BK 87,79 89,60
PK 13,12 9,88
TDN3 45,17 49,27
p0 = non-flushing
p1 = flushing
1
Setiap satu bungkus (1 kg) Ultra mineral produksi Eka Farma Semarang, Jawa Tengah
Indonesia, mengandung Calcium Carbonat 50,00%; Phosphor 25,00%; Mangganese 0,35%;
Jodium 0,20%; Kalium 0,10%; Cupprum 0,15%; Sodium Chlorine 23,05%; I r o n 0,80%;
Zincum 0,20%; Magnesium 0,15%
2
Kelompok pakan III (Hartadi et al., 1980)
3
%TDN = −54,820+1,951(CF)+0,601(EE)+1,602(NFE)+1,324(Pr) −0,027(CF)2
+0,032(EE)2 −0,021(CF)(NFE)+0,018(EE)(NFE)+0,035(EE)(Pr) −0,0008(EE)2(Pr)

awal 26,6 ±1,7 kg dengan siklus birahi yang padi. Dedak padi dan onggok mudah
normal. Di samping itu, digunakan pula dua diperoleh petani dalam jumlah yang cukup
ekor kambing pejantan yang bertindak dan dengan harga yang terjangkau.
sebagai pengusik dan pemacek. Kambing
tersebut ditempatkan pada kandang Prosedur Penelitian
panggung dengan ukuran 75 x 75 x 75 cm.
Pengelompokan ternak
Pakan Dua puluh ekor kambing betina
dewasa ditempatkan secara acak keda-lam
Pakan yang diberikan kepada ternak dua macam perlakuan pakan, yaitu:
terdiri dari hijauan dan konsentrat. Hijauan perlakuan pakan non-flushing (p0) dan
bertindak sebagai pakan basal dan diberikan flushing (p1). Kedua perlakuan pakan
kepada seluruh kambing betina dewasa tersebut masing-masing diulang sebanyak 10
dalam bentuk campuran yang meliputi kali. Komposisi dan kandungan nutrien dari
rumput lapangan, daun singkong, serta daun kedua perlakuan pakan tersaji pada Tabel 1.
gliriside. Hijauan tersebut diperoleh dari
ladang yang terletak di sekitar rumah tempat
tinggal petani. Tatalaksana pemberian pakan
Hijauan dipanen pukul 07.00 sampai Pakan basal masing-masing
dengan pukul 11.00, selanjutnya disimpan di diberikan baik kepada ternak kelompok p0
dalam karung dan diberikan kepada ternak maupun kelompok p1. Pakan basal yang
keesokan harinya pada pukul 15.00. diberikan kepada ternak kelompok p0 dan
Konsentrat yang diberikan kepada ternak kelompok p1 dalam bentuk segar masing-
merupakan campuran dari onggok dan dedak masing sebanyak 2,5 kg.

56 Sains Peternakan Vol. 9 (2), 2011


Konsentrat dalam bentuk pelet hanya pengusik digunakan untuk membantu
disajikan kepada ternak kelompok p1. pengamatan birahi ternak betina.
Jumlah konsentrat yang diberikan kepada
ternak kelompok p1 adalah 2,5 persen dari Tatalaksana perkawinan
bobot badan ternak per ekor per hari. Kambing betina yang birahi
Perbandingan pakan basal dan konsentrat dikawinkan dengan kambing pejantan (natu-
yang disajikan kepada ternak kelompok p1 rally mating systems) pada jam ke-36 selama
masing-masing sebesar 60%:40%. D0 (hari ke-18 atau D1). Perka-winan antara
Konsentrat yang ditambahkan pejantan dengan betina dilaksanakan di luar
kedalam pakan basal bertindak sebagai kandang pada waktu pagi hari, yakni antara
flushing, dan diberikan kepada ternak selama pukul 07.00 − 09.00. Pejantan dibiarkan
34 hari berturut-turut 17 hari sebelum dan 17 memilih betina yang birahi sampai terjadi
hari sesudah ternak dikawinkan, selanjutnya perkawinan. Kambing betina yang tidak
disebut dengan perlakuan flushing atau p1. birahi lagi (kemungkinan bunting) kemudian
Perlakuan non-flushing atau p0 yang dimasukkan kembali kedalam kandang
diberikan kepada kambing betina dewasa indivi-du.
berupa pakan hijauan atau pakan basal. Pada
hari yang ke-34 dan seterusnya, kambing Pengukuran PBBH
betina dewasa pada kelompok p0 dan Bobot badan kambing betina dewasa
kelompok p1 masing-masing hanya diberi ditimbang setiap minggu dalam kurun waktu
pakan basal secara ad libitum. 34 hari. Sebelum ternak ditimbang bobot
Konsentrat dan pakan basal disajikan badannya, terlebih dahulu semua ternak
kepada ternak sebanyak satu kali per ekor dipuasakan selama kurang lebih 13 jam.
per hari masing-masing pada pukul 07.00 Penimbangan ternak dilakukan sebelum
dan pukul 15.00. Air minum diberikan ternak diberi pakan.
kepada ternak secara ad libitum.
Peubah yang diukur
Penyerentakan birahi
Penyerentakan birahi dilakukan Peubah yang diamati adalah (1)
dengan menyuntikkan larutan steril Lutalyse konsumsi bahan kering, (2) konversi pakan
® (Dinoprost tromethamine) 100 ml © (FCR), (3) PBBH, (4) tanggap birahi, lama
Pharmacia & Upjohn Company Kalamazoo, birahi, dan awal birahi.
MI 49001, USA secara intramuscular
melalui vena jugularis terha-dap semua Analisis Data
kambing betina dewasa dengan dosis 1 ml
atau 5 mg per ekor. Penyuntikan dua kali Peubah PBBH dan birahi
dengan selang waktu 11 hari dan dilakukan diekspresikan secara deskriptif dalam bentuk
sebelum kambing diberi pakan pagi. nilai rataan ± simpang baku. Perbedaan nilai
yang diamati karena perlakuan non-flushing
Pengamatan birahi dan flushing dianalisis dengan Uji t.
Pengamatan tingkah laku birahi (D0)
yang terdiri dari tanggap birahi (%), awal HASIL DAN PEMBAHASAN
birahi (jam), dan lama birahi (jam) terhadap
semua ternak dilakukan selama dua hari Flushing, PBBH, dan FCR
setelah suntikan secara intramuskular
dengan lutalyse yang kedua masing-masing Berdasarkan pada Tabel 2 bahwa,
pada jam ke-0, 24, 36 dan jam ke-48. Lama banyaknya energi TDN yang dimakan oleh
waktu pengamatan dari masing-masing jam kambing betina dewasa pada kelompok non-
pengamatan birahi adalah dua jam. Pejantan flushing dan kelompok flushing masing-

Pengaruh Flushing Berbasis Pakan Lokal .... (Socheh et al.) 57


Tabel 2. Perbandingan antara konsumsi dengan kebutuhan nutrisi bagi kambing betina
dewasa (bahan kering basis)
Uraian Kebutuhan1 Konsumsi
p0 p1
BHA2, kg 25 26,20 27,00
DMI3 , kg 0,71 0,43 0,71
E-TDN4 , kg 0,41 0,23 0,67
Total Protein, g 63 47 82,80
PBBH, g 50 16a 66b
5
FCR 26,90 10,80
p0 = non-flushing
p1 = flushing
1
Philsan (1996)
2
Bobot hidup awal
3
Dry matter intake
4
1 kg TDN=3,62MkalME;0,23kgTDN =0,83MkalME;0,67kgTDN=2,43Mkal ME
5
Feed conversion ratio = DMI/PBBH
a, b
Superskrip yang berbeda pada baris yang sama adalah berbeda (P≤0,05)

masing sebesar 0,23 kg dan 0,67 kg TDN. sehingga akan mendorong ternak untuk
Hal ini berarti kambing pada kelompok non- mengkonsumsi pakan. Lebih banyak pakan
flushing mengkonsumsi energi TDN lebih yang dikonsumsi maka lebih banyak
rendah daripada kebutuhan, sedangkan pergerakkan pakan dalam saluran
ternak pada kelompok flushing pencernaan, sehingga saluran pencernaan
mengkonsumsi energi TDN lebih tinggi baik dengan cepat menjadi kosong. Oleh karena
terhadap ternak pada kelompok non-flushing itu, ternak akan terus makan yang
maupun dengan kebutuhan (Philsan, 1996). menyebabkan jumlah bahan kering serta gizi
Diperoleh petunjuk bahwa, perlakuan p1 atau yang dimakan akan meningkat. Di samping
flushing pada 17 hari sebelum dan 17 hari itu, penambahan konsentrat yang disajikan
sesudah ternak dikawinkan, telah memenuhi secara flushing pada kambing betina dewasa
kaidah flushing. Hal ini sesuai dengan dapat meningkatkan bahan kering yang
pernyataan Johnson et al., (1990); Molle et dimakan. Hal ini sesuai dengan laporan
al., (1995); Luginbuhl dan Poore (1998); Salim et al., (2002) bahwa, penambahan
Luginbuhl dan Kem (2000); Christian dan konsentrat meningkatkan bahan kering yang
Jauhianen (2002), penyediaan energi tinggi dimakan. Tingginya bahan kering dan
kepada ternak sebelum dan sesudah protein yang dimakan pada pakan berenergi
perkawinan disebut flushing. yang lebih tinggi (kelompok flushing) diikuti
Berdasarkan pada Tabel 2 dapat oleh PBBH yang lebih tinggi (P≤0,05)
diperhatikan bahwa, banyaknya bahan daripada ternak pada kelompok non-
kering yang dimakan oleh ternak pada flushing. Diperoleh petunjuk bahwa, bahan
kelompok flushing lebih tinggi daripada kering yang dimakan oleh kambing betina
kelompok non-flushing. Hal tersebut diikuti dewasa pada kelompok flushing dapat
oleh meningkatnya pemakaian energi dan meningkatkan PBBH yang lebih tinggi
pemakaian protein pakan pada ternak daripada ternak pada kelompok non-
kelompok flushing (Tabel 2). Hal ini sesuai flushing. Keadaan ini sesuai dengan laporan
dengan pernyataan Owen dan Goetsch Salim et al., (2002) dan Marsetyo (2006),
(1988) serta Aritonang (2009), pakan dengan pemakaian bahan kering yang tinggi dapat
tingkatan energi tinggi menaikkan rasa enak, meningkatkan PBBH. Menurut Crouse et al.

58 Sains Peternakan Vol. 9 (2), 2011


Pakan
non flushing flushing
28.5

28.0

Mean Bobotbadan
27.5

27.0

26.5

26.0

25.5

Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke-Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke-
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

Waktu Waktu

Gambar 1. PBBH kambing betina dewasa lokal Kejobong (non-flushing dan


flushing)

(1978); Owen dan Goetsch, (1988); dan kemampuan untuk mengubah satu satuan
Belanger, (2001), energi yang cukup dalam kilogram pakan bahan kering menjadi satu
pakan akan menaikkan penggunaan nitrogen satuan kilogram PBBH kambing betina pada
makanan untuk sintesis dan penempatan kelompok flushing memiliki FCR yang lebih
protein tubuh. Sintesis protein dalam tubuh baik daripada kelompok ternak yang hanya
akan mendorong pertumbuhan pada tubuh diberi pakan basal.
ternak, yang ditunjukkan oleh pertambahan
bobot badan. Penyerentakan Birahi
Kambing Kejobong betina dewasa
pada saat birahi (D0) setelah dikawinkan Penyerentakan birahi dilakukan
dengan pejantan pada hari yang ke-18 terhadap kambing betina dewasa baik pada
menunjukkan penurunan bobot badan, untuk kelompok flushing maupun non-flushing.
kelompok ternak yang hanya diberi pakan Penyerentakan birahi menggunakan preparat
basal dan kelompok flushing masing-masing hormon prostaglandin yang disuntikan
sebesar 25,56 kg dan 27,19 kg (Gambar 1). secara intramuskular (5 mg/dosis Dinoprost
Hal tersebut disebabkan karena pada saat thromethamine, Lutalyse) sebanyak dua kali
birahi, ternak menjadi kurang nafsu makan dengan selang waktu 11 hari. Tindakan
yang menyebabkan bobot badan turun. tersebut sesuai dengan penda-pat Herdis et
Ternak yang birahi menunjukkan perubahan al., (2007) dan Juma et al., (2009) bahwa,
perilaku di antaranya adalah nafsu makan jika penyerentakan birahi dilakukan dengan
menurun (Partodiharjo, 1987; Murtidjo, tanpa memperhatikan ada tidaknya corpus
1993; dan Priyono, 2009). luteum, penyuntikan PGF2α dilakukan dua
Berdasarkan Tabel 2 dapat kali dengan selang waktu 11-12 hari.
diperhatikan bahwa, FCR kambing betina Hasil penelitian menunjukkan
pada kelompok flushing dan yang hanya bahwa, penyerentakan birahi terhadap
diberi pakan basal masing-masing adalah kambing betina dewasa pada kelompok
10,8 dan 26,9. Diperoleh petunjuk bahwa flushing dan non-flushing menghasilkan

Pengaruh Flushing Berbasis Pakan Lokal .... (Socheh et al.) 59


Tabel 3. Tanggap birahi, awal birahi, dan lama birahi
Peubah Perlakuan
p0 p1
n 10 10
Tanggap birahi (%) 100 100
Awal birahi (jam) 37,40±0,45a 36,30±0,31b
Lama birahi (jam) 36,54±0,25a 37,78±0,54b
p0 : non-flushing
p1: flushing
a, b
Superskrip pada baris yang sama adalah berbeda (P≤,05)

tanggap birahi masing-masing sebanyak dan Husnarizal (2008), kerja hormon


100% dan 100%. (Tabel 3). Hal ini berarti estrogen ialah untuk meningkatkan kepekaan
penyerentakan birahi terhadap semua ternak alat kelamin betina, berperan penting pada
baik yang ada pada kelompok flushing dan fisiologi reproduksi seekor betina, dan
non-flushing memberikan tanggap birahi merangsang timbulnya birahi. Diperoleh
yang bersamaan. Penyerentakan birahi pada petunjuk bahwa suntikan secara
kambing betina dapat menimbulkan birahi intramuskular dengan prostaglandin (5
yang hampir bersamaan (Patterson dan mg/dosis Dinoprost thromethamine,
Corah 1993; Whittier et al., 1986; Suharyati, Lutalysae) sebanyak dua kali dengan selang
1999; Adiati et al., 2006); dan Yudhie, 2009. waktu 11 hari dapat diterapkan untuk
Timbulnya birahi yang bersamaan pada penyerentakanbirahi pada Kambing
ternak disebabkan karena kehadiran preparat Kejobong betina dewasa.
prostaglandin (PGF2α) sehingga
menyebabkan kemunduran fungsi corpus Awal birahi dan lama birahi
luteum yang disebabkan karena luteolitik.
Secara alami PGF2α dilepaskan oleh uterus Berdasarkan pada Tabel 3,
hewan yang tidak bunting dan berfungsi penyerentakan birahi terhadap kambing
menghancurkan corpus luteum. betina dewasa pada kelompok flushing
Penyuntikan PGF2α kepada kambing betina memperlihatkan awal birahi yang lebih cepat
menimbulkan birahi dikarenakan hancurnya daripada ternak pada kelompok non-flushing
corpus luteum sebagai akibat kerja (P≤0,05). Lama birahi kambing betina
vasokontriksi PGF2α, sehingga aliran darah dewasa pada kelompok flushing (P≤0,05)
yang menuju corpus luteum sangat menurun. lebih lama daripada kelompok non-flushing
Hal ini menyebabkan tingkatan progesteron (P≤0,05). Diperoleh petunjuk bahwa,
yang dihasilkan corpus luteum dalam darah flushing pada kambing betina dewasa dapat
menurun. Penurunan tingkatan progesteron mempercepat timbulnya awal birahi dan
merangsang hipofisa anterior untuk memperpanjang lama birahi. Hal ini
melepaskan FSH dan LH. Kedua hormon disebabkan karena kambing betina yang
tersebut bertanggung jawab dalam proses diberi pakan basal ditambah konsentrat yang
folikulogenesis dan ovulasi yang diberikan secara flushing, dapat
menyebabkan folikel tumbuh dan matang. meningkatkan aktivitas hipotalamus dan
Pada akhirnya, folikel-folikel tersebut sekresi GnRH. Akibatnya, terjadi
menghasilkan hormon estrogen yang perubahan-perubahan hormon ovarium dari
merang-sang timbulnya gejala birahi. alat reproduksi betina yang dapat
Menurut Partodihardjo (1987); Bauern-feind merangsang timbulnya birahi. Gordon
dan Holtz, (1991); Riesenberg et al., (2001); (1999) mengemukakan peningkatan pe-

60 Sains Peternakan Vol. 9 (2), 2011


nampilan tingkah laku birahi disebabkan mg PGF2α diperoleh awal birahi sebanyak
karena pengaruh flushing pada aktivitas (47±3,3) jam.
hipotalamus (hypothalamic activity) dan Berdasarkan Tebel 3 lama birahi
sekresi GnRH. Pengaruh pada penampilan kambing betina dewasa baik kelompok
reproduksi dijembatani oleh perubahan- flushing maupun kelompok non-flushing
perubahan pada hormon-hormon ovarium masing-masing sebesar (37,780± 0,5432)
atau pada hypothalamic-pituitary sensitivity jam dan (36,540±0,2459) jam. Lama birahi
terhadap hormon-hormon ovarium. Hasil ini tersebut berbeda dengan hasil temuan
sesuai dengan pernyataan Smith (1962) Devendra dan McLeroy (1982) dan Cupps
bahwa domba yang diberi pakan dengan (1991) yang melaporkan bahwa, lama birahi
tingkatan energi yang lebih tinggi kambing adalah 24-36 jam. Perbedaan
menunjukkan gejala birahi yang lebih tinggi. tersebut disebabkan karena pemberian
Younis et al., (1978) menemukan bahwa, flushing pada Kambing Kejobong betina
domba Awassi yang diberi perlakuan nutrisi dewasa yang berpe-ngaruh terhadap sintesis
tinggi siklus birahinya lebih cepat daripada hormon reproduksi yang menyebabkan lama
domba dengan zat gizi sedang. Wildeus et birahi menjadi lebih panjang. Ibrahim
al., (1989) melaporkan bahwa, domba bulu (1993), Muna Ahmad et al., (1998) dan El-
betina yang diberi pakan secara flushing Shamaa et al., (2003) melaporkan bahwa,
dalam jangka waktu empat minggu sebelum perbedaan lama birahi pada antar perlakuan
dikawinkan menunjukkan birahi lebih awal mungkin disebabkan karena banyaknya
pada musim kawin daripada domba yang estrogen dalam darah yang diproduksi oleh
tidak diberi flushing. Abu El-Ella (2006) penginduksian luteolisis; peningkatan aras
menyatakan bahwa, penggunaan flushing estrogen dalam darah menyebabkan ternak
untuk jangka waktu yang lama telah menjadi birahi dan memiliki pengaruh yang
dilaksanakan pada peternakan komersial menekan pada progesteron.
domba guna mencapai kesuburan (fecundity)
yang lebih tinggi. Infor-masi terakhir KESIMPULAN
menunjukkan bahwa pengaruh peningkatan
tingkatan zat gizi pada fungsi hypothalamus Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
pituitary terlihat dalam beberapa hari. disimpulkan bahwa flushing berbasis pakan
Diperoleh petunjuk bahwa, pengaruh lokal meningkatkan PBBH dan tanggap
flushing adalah lebih nyata ketika diberikan birahi, mempercepat awal birahi serta
pada fase folikular dari siklus birahi. memperpanjang lama birahi kambing
Informasi ini menyarankan bahwa Kejobong betina dewasa.
kemungkinan penggunaan flushing dalam
jangka pendek merupakan cara yang lebih DAFTAR PUSTAKA
murah dan praktis yang dapat diterapkan di
bawah kondisi komersial. Hal ini adalah Abu-El-Ella, A.A. 2006. Response of Barki
layak bila dilakukan bersama-sama dengan Ewes to Treatment with Gonadotrophin
kegiatan penyerentakanbirahi. Hormones and Energy Supplementation
Pada Tabel 3 dapat diperhatikan (Flushing). Egyptian Journal of Sheep, Goat
bahwa, alwal birahi kambing betina dewasa and Desert Animal Science. 1 (1): 73-88.
pada kelompok flushing dan non-flushing Adiati, U., D.A. Kusumaningrum, B.
masing-masing sebesar (36,300±0,3127) jam Tiesnamurti, dan D. Priyanto. 2006.
dan (37,400±0,4473) jam. Hasil ini lebih Penyerentakkan Birahi pada Ternak Domba
baik daripada hasil yang dilaporkan dengan Berbagai Level Konsentrasi
Bretzlaff et al., (1981) yang menyuntikan Fluorogestone Acetate. Seminar Nasional
dosis ganda terhadap kambing betina dengan Teknologi Peternakan dan Veteriner 2006.
prostaglandin F2α (PGF2α) sebanyak 1,25 http://peternakan.litbang.deptan.go.id/publi

Pengaruh Flushing Berbasis Pakan Lokal .... (Socheh et al.) 61


kasi/semnas/Pro06-56.pdf. Diakses 8 Dinas Peternakan Provinsi Jawa Tengah. 2006.
Januari 2010 06:12:40 GMT Data Base Peternakan Jawa Tengah. Tri
Aritonang, S. N. 2009. The Effect of Forage Bulan I. Tarubudaya Ungaran. Dari:
Energy Level on Production and http://www.kadispernak@jawatengah.go.id
Reproduction Performances of Kosta Diakses 9 Januari 2007 06:12:40 GMT
Female Goat. Pakistan Journal of Nutrition El-Shamaa, I.S., A.A. Sallam, and I.M. Abd El
8 (3): 251-255. Asian Network for Razek. 2003. Effect of Prostaglandin F-2α
Scientific Information. Dosage and Route of Administration on
Bauernfeind, M. and W. Holtz, 1991. Estrus Induction in Romanov Crossbred
Progesteron and Estrogen Arass in Serum of Ewes during the End of Breeding Season.
Cycling Goats Measured by Enzyme J.Agric. Res. Tanta Univ., 29 (3): 387-398.
Immunoassay. Small Rumin. Res., 6:95- Ginting, S.P. 2005. Tantangan dan Peluang
102. Pemanfaatan Pakan Lokal untuk
Belanger, J., 2001. Storey Guide to Raising Pengembangan
Dairy Goats. Storey Publishing.North Peternakan Kambing di Indonesia. Makalah
Adam, p: 72-81. Lokakarya Nasional. Pusat Penelitian dan
Bossis, I., R.P. Wettemaann, S.D. Welty, J.A. Pengembangan Peternakan, Bogor.
Vezearra, L.J. Spicer and M.G. Diskin, Gordon, I. 1999. Controlled Reproduction in
1999. Nutritionally Induced an Ovulation in Sheep and Goat. CAB International.
Beef Heifer, Ovarium and Endocrine Hartadi, H., L.C. Kearl, S. Reksohadiprodjo,
Functions Preceding Cessation of L.E. Harris, S. Lebdosukojo dan A.D.
Ovulation. Journal of Animal Science, 77: Fillman. 1980. Tabel-tabel dari Komposisi
1536-1546. Bahan Makanan. Data lmu Makanan Ternak
Bretzlaff, K.N. , R.S. Ott, P.G. Weston and J.E. untuk Indonesia. (Logan, Utah: The
Hixon, 1981. Doses of Prostaglandin F2α International
Effective for Induction of Estrus in Goats. Feedstuff Institute Utah Agricultural
Theriogenology. Vol. 16, Issue 5, Pages Experiment Station, Utah State University.
587-591 Herdis, I., Kusuma, M. Surachman,dan E.R.
Butler, W.R. 2000. Nutritional Interaction with Suhana. 2007. Peningkatan Populasi dan
Reproductive Performance in Dairy Cattle. Mutu Genetik Sapi.
Journal of Animal Reproduction Science, http://kenshuseidesu.tripod.com/id46.html.
60: 449-457. direkam pada 15 Agustus 2010 06:42:40
Christian, R.S. and L. Jauhianinen. 2002. Effect GMT.
of Nutritional Flushing on the Productivity Husnarizal. 2008. Sinkronisasi Birahi dengan
of Finnish Landrace Ewes. Small Ruminant Preparat Hormon Prostaglandin (PGF2α).
Research. Elsevier. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Crouse, J.D., R.A. Field. J.L. Chant Jr., C.L. Syiah Kuala.
Ferrel, G.M. Smith and V.L. Harrison, Ibrahim, A.M.A. 1993. Controlling some
1978. The Effect of Dietary Energy Intake Reproductive Characteristics of Sheep. M.
on Carcass Composition and Palatability of Sc. Thesis, Faculty of Agriculture, Al-
Different Weight Azhar Univ, Egypt.
Carcass from Ewe and Ram.J. Anim. Sci., 47: Johnson, W.L., Barros, N.N. and E.R. Oliveira.
1207-1218. 2001. Supplemental Feed Resources and
Cupps, P.T. 1991. Reproduction in Domestic Their Utlization by Hair Sheep. In: M.
Animals. 4th Edition. Academic Press. New Shelton and E.A.P. Figueiredo (Eds), Hair
York and London. Sheep Production in Tropical and Sub-
Devendra, C. and G.B. Mc. Leroy, 1982. Goat Tropical Regions with Reference to
and Sheep Production in The Tropics. Northeast Brazil and the Countries of the
Longman Group. London, p; 61-67, 100. Caribean,Central America, and South
America, Small Ruminant Collaborative

62 Sains Peternakan Vol. 9 (2), 2011


Research Support Program, Davis, CA,pp: Muna A.M.M., S.E. Makaw, and Jubara. A.S.
79-95. 1998. Synchronization of Oestrus in Nubian
Juma, F.T., N. N. Maroff and K. T. Mahmood. Goats. Small Rumin.Res.30:113-120.
2009. Effect of Some Hormones on Murdianto, D., A. Sodiq, dan I. Haryoko. 2007.
Reproductive Performance and Some Karakteristik Bobot Tubuh Kambing
Serum Biochemical Changes in Dewasa Berdasarkan Jenis Kelamin dan
Synchronized Black Goats. Iraqi Journal of Umur di Kecamatan Kejobong, Kabupaten
Veterinary Sciences, Vol. 23, No. 2, (57- Purbalingga. Skripsi S1. Fakultas
61). Peternakan, Unsoed.
Karikari, P.K., and E.Y. Blasu. 2009. Influence Murtidjo, B.A. 1993. Memelihara Kambing
of Nutritional Flushing Prior to Mating on Sebagai Ternak Potong dan Perah.
the Performance of West African Dwarft Kanisius. Yogyakarta. Hal 31-35, 76-91.
Goats Mated in the Rainy Season. Muzani, A., A. Wildan, A. Sauki, W.R.
Livestock Research for Rural Development Sasongko, dan S. Farida. 2000. Teknologi
21 (7). Fushing pada Kambing Peranakan Etawah.
Listyarini, I.T., M. Socheh, dan B. Haryanto. Rekomendasi Teknologi Pertanian. IPPTP.
1995. Ukuran Linier Tubuh dan Pola Warna Mataram.
Kambing Lokal Kejobong di Kabupaten Nugroho, A., A. Sodiq, dan P. Yuwono. 2007.
Dati II Purbalingga (Studi Kasus). Skripsi Profil Kepemilikan Ternak Kambing
S1. Fakultas Peternakan, Universitas Berdasarkan Umur Fisiologis,Tinggi
Jenderal Soedirman. Purwokerto. Pundak dan Warna Tubuh Dominan di
Luginbuhl J.M., and M.H. Poore. 1998 Kecamatan Kejobong, Kabupaten
Nutrition of Meat Goats. From Purbalingga. Skripsi S1. Fak. Peternakan,
http://www.cals.ncsu.edu/ansci/extension/a Unsoed.
nimal/meatgoat/MGNutr.htm. Direkam Owen, F.N., and A.L. Goetsch, 1988. Ruminal
pada 15 Maret 2010 14:44:30 GMT. Fermentation. In: Church (Ed)-The
Luginbuhl, M.J., and L.E. Kem. 2000. How to Ruminant Animal. Digestive Physiology
Prepare Goats for the Breeding Season. and Nutrition. Prentice Hall. New Jersey, p:
http://www.cals.ncsu.edu/ansci/extension/a 145-147.
nimal/meat-goat/mg Breeding.htm. direkam Partodihardjo, S. 1987. Ilmu Reproduksi Hewan.
pada 2 Mei 2008 22:49:45 GMT. Cetakan ke 2. Mutiara Sumber Widya.
Marsetyo, 2006. Pengaruh Penambahan Daun Pulogadung, Jakarta. 599 hal.
Lamtoro atau Bungkil Kelapa Terhadap Patterson, D.J., and L.R. Corah. 1993.
Konsumsi, Kecernaan Pakan dan Evaluation of a MGA and PGF2α System
Pertambahan Bobot Kambing Betina Lokal for The Synchronization of Estrus in Beef
yang Mendapatkan Pakan Dasar Jerami Hifers. Anim. Breeds. Abstract. 6 (13):154.
Jagung. Jurnal Protein. Vol. 13. No. 1. Philsan, 1996. Feed Reference Standards.
Tahun 2006. Second Edition. Philippine Copyright.
Maryono, 2007. Produktivitas Kambing Poney J.N., A.N. Ishar, dan R.A. Singh. 1985.
Kejobong. Hasil Wawancara dengan Ketua Oestrus Synchronized in Goat Using
Kelompok Peternak Kambing Ngudidadi Prostaglandin (Lutalyse). J. Anim Sci. 55;
Kecamatan Kejobong. Kabupaten 551-552.
Purbalingga. Priyono. 2009. Mengenali Gejala Birahi Untuk
Molle, G., A. Branca, S. Ligios, M. Sitzia, S. Inseminasi Ternak Kambing. Dari
Casu, S. Landau, and Z. Zoref. 1995. Effect http://www.priyonoscience.blogspot.com/
of Grazing Background and Flushing 2009/10/mengenali‐gejala‐birahi-
Supplementation on Reproductive untuk.html# direkam pada 23 Desember
Performance in Sarda Ewes. Small Rum. 2009 15:18:45 GMT.
Res. 17:245-254. Riesenberg, S., S. Meinecke-Tillmann, and B.
Meinecke, 2001. Estradiol 17-β and

Pengaruh Flushing Berbasis Pakan Lokal .... (Socheh et al.) 63


Progesterone in The Peripheral Blood Whittier, J.C., G.H Deutcher, and D.C. Clanton.
Plasma of Goats Following Super- 1986. Progesterone and Prostaglandin for
Ovulation With a Single Dose of pFSH, Etrus Synchronization in Beef Heifer. J.
hMG or eCG. Small Rum. Res., 40:73-82. Anim. Sci. 63: 700-704.
Robinson, J.J. 1996. Nutrition and Reproduction. Wildeus, S., K.T. Traugott, and J.R. Fugle. 1989.
J. Anim. Reprod. Sci. 65: 157-170 Effects of Pre-bBreeding Supplementation
Sabra, H.A. and S.G. Hassan. 2008. Effect of on Body Weight and Reproductive
New Rezime of Nutritional Flushing on Characteristics in Multiparous and
Reproductive Performances of Egyptian Nulliparous St Croix sheep. J. Anim. Sci.
Barki Ewes. Global Veterinaria 2(1): 28-31. 64, 67.
Salim, H.M., M. Shahjalal, A.M.M. Tareque, Younis, A.A., El-Gaboory, I.A.; El-Tawil, E.A.
and F. Kabir. 2002. Effects of Concentrate and El-Shobokshy, A.S. 1989. Age at
Supplementation on Gand Reproductive Puberty and Possibility of Early Breeding in
Performance of Female Sheep and Goats Awassi Ewes. J. Agric. Sci. Comb., 90: 255.
under Grazing Condition. Pakistan Yudhie. 2009. Teknik Sinkronisasi Estrus pada
Smith, J. D. 1962. The Effect of Plan of Sapi.
Nutrition Upon the Incidence of Oestrous in http://yudhieestar.blogspot.com/2009/12/
The MerinoEewe in Queenland. Aust. Vet. teknik‐sinkronisasi‐estrus‐pada-Sapi.html.
J., 38: 338. Direkam pada 8 Januari 2010 06:45:40
Suharyati, S. 1999. Pengaruh Pemberian GMT.
Pregnant Mare Serum Gonadotrophi dan Yanto, A.B., A. Sodiq, dan B. Haryanto. 2007.
Human Chorionic Gonadotrophin Terhadap Karakteristik Sifat Kualitatif (pola warna,
Kinerja Reproduksi Kambing Peranakan roman nose, garis punggung) dan Ukuran
Etawah yang Disinkronisasi Estrus dengan Telinga Kambing Kejobong di Kecamatan
Progesteron. Tesis. Fakultas Pascasarjana, Kejobong, Kabupaten Purbalingga. Skripsi
UGM. Yogyakarta. S1. Fakultas Peternakan, Unsoed.

64 Sains Peternakan Vol. 9 (2), 2011

View publication stats

You might also like